UJI EFEK HIPOGLIKEMIK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL PROPOLIS DAN EKSTRAK ETANOL SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) PADA MENCIT (Mus musculus) Burhanuddin Taebe, Elisabet Anita Randalinggi, Marianti A. Manggau, dan Usmar Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang uji efek hipoglikemik kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) pada mencit (Mus musculus). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) terhadap penurunan kadar glukosa darah. Penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit jantan yang dibagi dalam 5 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor, sebelum perlakuan hewan uji dipuasakan 13 jam lalu kadar glukosa darah diukur sebagai glukosa darah puasa. Setelah 1 jam, kemudian diberikan suspensi glukosa 15% b/v. Kelompok I sebagai kontrol negatif yang diberikan suspensi NaCMC 1% b/v, kelompok II yang diberikan ekstrak etanol propolis 1,26% b/v, kelompok III yang diberikan ekstrak etanol sarang semut 8,4% b/v, kelompok IV yang diberikan kombinasi ekstrak etanol propolis 0,63% dan ekstrak etanol sarang semut 4,2% b/v, dan kelompok V sebagai kontrol positif yang diberikan suspensi glibenklamid 0,00195% b/v. Pemberian dilakukan secara oral dengan volume pemberian 1 ml /30 g BB. Berdasarkan analisis statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan dilanjutkan dengan uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND), hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut maupun kombinasi ekstrak etanol propolis dengan ekstrak etanol sarang semut memiliki efek yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan kontrol negatif (NaCMC) namun belum memberikan perbedaan efek yang signifikan bila dibandingkan dengan kontrol positif (glibenklamid) dalam menurunkan kadar gula darah, sehingga untuk mendapatkan efek hipoglikemik tidak perlu dikombinasikan. Kata kunci : hipoglikemik, ekstrak etanol, propolis, sarang semut, mencit
PENDAHULUAN
Propolis adalah bahan perekat yang bersifat resin yang dikumpulkan oleh lebah pekerja dari kuncup (cabang atau daun), kulit tumbuhan atau bagian-bagian lain dari tanaman, dikelola dengan saliva dan enzim yang ada di lebah dan mencampurnya dengan lilin yang ada di dalam sarangnya untuk digunakan menambal dan mensterilkan sarangnya (3). Propolis memiliki efek antihiperglikemik, karena mengandung zat-zat seperti flavonoid, asam klorogenat, asam sinamat, asam ferulik, dan ester asam kafeik fenetil merupakan antioksidan kuat, dan dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Telah dilaporkan bahwa ekstrak etanol propolis pada konsentrasi 1,26% b/v dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan (4,5,6). Sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry), suku Rubiaceae yang berasal dari Papua dan Papua Nugini adalah tumbuhan epifit yang menempel di pohon-pohon besar, yang batang bagian bawahnya menggelembung berisi ronggarongga yang disediakan sebagai sarang semut jenis tertentu (7).
Diabetes melitus biasa disebut juga diabetes, DM atau kencing manis adalah suatu sindroma klinik, disertai peningkatan glukosa darah atau hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut dan apabila tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein (1). Selama ini pengobatan diabetes melitus biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obat antidiabetik oral atau dengan suntikan insulin. Di samping itu banyak pula di antara penderita diabetes melitus berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan cara tradisional yaitu menggunakan bahan alam. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lalu dan kembalinya perhatian masyarakat pada pengobatan menggunakan bahan alam yang dikenal dengan istilah “kembali ke alam” disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan obat sintesis (2). 151
152
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.3 – November 2012, hlm. 151 – 158
Sarang semut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit diabetes melitus. Kandungan senyawa seperti kuersetin, luteolin, rutin, apigenin, kaempferol, α-tokoferol, tannin dan stigmasterol dapat digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah, dan meningkatkan produksi insulin, serta menghambat kerja enzim α-glukosidase di usus. Telah dilaporkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol sarang semut pada konsentrasi 8,4% b/v dapat menurunkan kadar kolestrol total darah pada mencit jantan (8,9,10). Berdasarkan penelitian farmakologi propolis dan sarang semut di masyarakat pada umumnya, permasalahan yang timbul adalah apakah ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut lebih baik dikombinasikan atau digunakan sendiri-sendiri dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka telah dilakukan penelitian uji efek hipoglikemik kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut pada mencit. Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk menguji efek masing-masing ekstrak dan kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi dan melengkapi data tumbuhan khususnya propolis dan sarang semut dalam pengembangan obat tradisional.
METODE PENELITIAN Penyiapan Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan antara lain adalah alat maserasi, labu tentukur 100 ml, labu Erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur, termometer, batang pengaduk, lumpang dan alu, glukometer (Nesco), spoit injeksi (OneMed), spoit oral, timbangan analitik (Dragon 303), dan timbangan hewan (Denver). Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, etanol 70%, glukosa, natrium CMC, propolis, sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) dan tablet glibenklamid (tablet @ 5 mg). Pengambilan dan Penyiapan Sampel Sampel propolis yang digunakan berasal dari lebah madu Trigona sp., diambil dari Fakultas Kehutanan, Unhas, Makassar. Sedangkan sampel sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) diperoleh dari Desa Bupul, Distrik Eligobel, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Propolis dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat kemudian dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan, setelah itu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang ti-
dak terkena sinar matahari langsung hingga kering. Propolis yang sudah kering kemudian dipotong-potong kecil dan dimaserasi dengan etanol 70%. Umbi sarang semut dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengupas kulit terluar dan dibelah menjadi beberapa bagian, lalu dibersihkan dari kotoran dan semut yang menempel di dalamnya. Umbi dicuci bersih kemudian dipotong kecilkecil dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Umbi sarang semut yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan blender sehingga menjadi serbuk dan dimaserasi dengan etanol 70%. Penyiapan Ekstrak Etanol Sampel Sebanyak 100 g propolis diekstraksi dengan 1 liter etanol 70% secara maserasi selama 3 hari sambil sesekali diaduk. Setelah 3 hari, filtrat diambil dan ditampung. Selanjutnya ampas propolis dimaserasi kembali, diulangi sebanyak 3 kali setiap kali dengan 1 liter etanol 70% agar dapat dipastikan zat aktif propolis terekstraksi secara sempurna. Hasil yang diperoleh disaring dengan kertas saring dan filtrat propolisnya dipekatkan pada rotavapor, sehingga diperoleh ekstrak kental. Serbuk umbi sarang semut ditimbang sebanyak 500 g kemudian diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Sebelum diekstraksi, sampel direndam terlebih dahulu dengan cairan penyari etanol 70% secukupnya dan dibiarkan terendam selama 1 – 2 jam. Setelah itu sampel diekstraksi dengan etanol 70% sebanyak 2 liter selama 3 hari sambil sesekali diaduk. Wadah maserasi ditutup rapat dan disimpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung. Hasil maserasi pertama disaring dan filtratnya dikumpulkan. Ampas dimaserasi kembali dengan pelarut dan volume yang sama selama 3 hari dan dilakukan sebanyak 3 kali. Filtrat yang telah dikumpulan, dipekatkan dengan alat rotavapor, hingga diperoleh ekstrak kental etanol 70%, lalu diangin-anginkan hingga diperoleh ekstrak kering sarang semut Penyiapan Sediaan Bahan Penelitian Larutan koloidal Natrium CMC 1% b/v Sebanyak 1 gram NaCMC dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam 50 ml air suling yang telah dipanaskan hingga suhu 70C, sambil diaduk dengan pengadu elektrik hingga terbentuk larutan koloidal, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan volumenya dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml. Suspensi Glukosa 15 % b/v Sebanyak 15 g glukosa dimasukkan ke dalam labu tentukur kemudian ditambahkan larut-
Elisabet A Randalinggi, dkk, Uji Efek Hipoglikemik Kombinasi Ekstrak Etanol Propolis Dan Ekstrak Etanol Sarang Semut
an koloidal NaCMC 1% b/v sedikit demi sedikit hingga 100 ml sambil digerus sampai homogen. Suspensi Glibenklamid 0,00195 % b/v Sebanyak 20 tablet glibenklamid ditimbang lalu dihitung bobot rata-ratanya, kemudian dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus. Sebanyak 78,8 mg serbuk tablet, mengandung 1,95 mg glibenklamid disuspensikan dengan larutan koloidal natrium CMC 1 % b/v hingga homogen, kemudian dicukupkan volumenya sampai 100 ml dengan natrium CMC 1% b/v. Suspensi Ekstrak Propolis 1,26% b/v
153
ekstrak etanol sarang semut 8,4% b/v, kelompok IV diberi kombinasi ekstrak etanol propolis 0,63 dan ekstrak etanol sarang semut 4,2 % b/v, dan kelompok V diberi glibenklamid 0,00195% b/v sebagai kontrol positif. Satu jam setelah diberi perlakuan, dilakukan pengukuran kadar glukosa. Pengambilan darah dilakukan hingga jam ke-5 dengan interval waktu 1 jam pada semua hewan uji. Setelah seluruh pengambilan darah selesai, maka ekor mencit yang terpotong diolesi (antiseptik) agar tidak terjadi infeksi. Pengukuran Kadar Glukosa Darah
Sebanyak 1,26 g ekstrak kental propolis dimasukkan ke dalam labu tentukur kemudian ditambah larutan koloidal natrium CMC 1% b/v sedikit demi sedikit hingga 100 ml sambil digerus sampai homogen.
Glukometer diaktifkan dengan menekan tombol pada alat tersebut dan dikalibrasi kemudian strip dimasukkan pada alat tersebut. Darah mencit diambil melalui ujung ekornya, kemudian diteteskan di atas strip, dan kadar glukosa akan terukur secara otomatis yang akan ditampilkan pada layar monitor.
Suspensi Ekstrak Sarang Semut 8,4% b/v
Analisis Data
Sebanyak 8,4 g ekstrak kering sarang semut dimasukkan ke dalam lumpang kemudian ditambah larutan koloidal natrium CMC 1% b/v sedikit demi sedikit hingga 100 ml sambil digerus sampai homogen.
Data dikumpulkan dari hasil pengukuran kadar glukosa darah awal, setelah pemberian induksi suspensi glukosa dan setelah pemberian ekstrak propolis dan ekstrak sarang semut. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik untuk mengetahui laju penurunan kadar glukosa darah pada mencit.
Suspensi Kombinasi Ekstrak Etanol Propolis 0,63 % b/v dan Ekstrak Etanol Sarang Semut 4,2 % b/v
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebanyak 0,63 g ekstrak kental propolis dimasukan ke dalam labu tentukur kemudian ditambah 50 ml larutan koloidal natrium CMC 1% b/v sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen. Sebanyak 4,2 g ekstrak kering sarang semut dimasukkan ke dalam lumpang yang lainnya lalu ditambah suspensi propolis sebelumnya sedikit demi sedikit sambil digerus, kemudian ditambah sisa larutan koloidal natrium CMC 1% b/v sedikit demi sedikit, dan dicukupkan volumenya hingga 100 ml sambil digerus sampai homogen. Penyiapan Hewan Uji dan Pemberian Perlakuan Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) yang sehat dan dewasa dengan bobot badan 20-30 g, dibagi dalam 5 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Sebelum diberi perlakuan, mencit dipuasakan selama 13 jam, kemudian masing-masing ditimbang berat badannya dan tiap 5 ekor disimpan di dalam 1 kandang, lalu diberi suspensi glukosa secara oral sebanyak 1 ml/30 g berat badan. Setelah 1 jam, sampel darah diambil melalui ekor untuk ditentukan kadar glukosa darah terinduksi. Kemudian kelompok I diberi natrium CMC 1% b/v sebagai kontrol negatif, kelompok II diberi ekstrak etanol propolis 1,26% b/v, kelompok III diberi
Diabetes melitus biasa disebut juga diabetes, DM atau kencing manis adalah suatu sindroma klinik, disertai peningkatan glukosa darah atau hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut dan apabila tidak segera di atasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein (1). Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit (Mus musculus). Ekstraksi 500 g sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) dan 100 g propolis yang dilakukan dengan menggunakan metode maserasi dan cairan penyari etanol 70% menghasilkan 7,2 gram ekstrak kental propolis dan 71 gram ekstrak kering sarang semut. Hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit selama 5 jam diperoleh rata-rata penurunan kadar glukosa darah akibat pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) pada mencit (Mus musculus) jantan yang dapat dilihat pada tabel 1.
154
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.3 – November 2012, hlm. 151 – 158
Tabel 1. Perubahan rata-rata kadar glukosa darah pada mencit jantan sebagai efek kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut (Myrmecodia pendens Merr & Perry) dengan kontrol negatif (NaCMC) dan kontrol positif (glibenklamid).
Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Glukosa Darah Setelah Induksi (mg/dl)
NaCMC 1%
81,67
Propolis 1,26%
Perlakuan (b/v)
Kadar Glukosa Tiap Jam Setelah pemberian Perlakuan Sediaan Uji (mg/dl)
Laju Penurunan Kadar Glukosa Darah (mg/dl.jam)
2
3
4
5
159,00
139,33
137,67
135,67
133,00
133,33
4,27
76,33
173,67
101,67
82,33
60,00
62,67
74,33
18,17
Sarang semut 8,4%
75,33
163,67
101,67
89,33
71,00
61,00
72,33
17,06
Komb. Propolis 0,63 dan Sarang semut 4,2 %
72,67
172,67
108,67
91,33
77,33
67,00
65,67
19,26
Glibenklamid 0,00195%
68,67
173,67
118,33
99,33
80,00
71,67
64,00
20,22
LAJU PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH (mg/dl.jam)
1
21 18 15 12 9 6 3 0 I
II
III
IV
V
KELOMPOK PERLAKUAN Gambar 1. Grafik laju penurunan kadar glukosa darah pada masing-masing kelompok tiap jam setelah perlakuan. Keterangan: Klp I = NaCMC 1% (kontrol negatif), Klp II = Ekstrak etanol propolis 1,26% b/v, Klp III = Ekstrak etanol sarang semut 8,4% b/v, Klp IV = Kombinasi ekstrak etanol propolis 0,63 dan ekstrak etanol sarang semut 4,2 % b/v, Klp V = Glibenklamid 0,00195% b/v (kontrol positif).
Telah dilaporkan ekstrak etanol propolis dengan konsentrasi 1,26% b/v dan ekstrak etanol sarang semut dengan konsentrasi 8,4% b/v dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan (6,10). Penelitian ini dibuat dalam 5 kelompok, yaitu kelompok I adalah ekstrak etanol propolis dengan konsentrasi 1,26% b/v, kelompok II adalah ekstrak etanol sarang semut dengan konsentrasi 8,4% b/v, kelompok III adalah kombinasi ekstrak etanol propolis dengan konsentrasi 0,63% dan ekstrak etanol sarang semut 4,2% b/v, kelompok IV sebagai kontrol negatif digunakan natrium CMC
dengan konsentrasi 1% b/v, dan kelompok V sebagai kontrol positif digunakan glibenklamid dengan konsentrasi 0,00195% b/v. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan, dalam kondisi sehat, dan berat badannya 20 – 30 g (39). Mencit betina tidak digunakan karena sistem hormonalnya tidak stabil dibandingkan dengan mencit jantan, serta mencit betina memiliki kadar glukosa darah lebih tinggi pada saat bunting, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian (40). Sebelum perlakuan, mencit terlebih dahulu dipuasakan selama 13 jam untuk
Elisabet A Randalinggi, dkk, Uji Efek Hipoglikemik Kombinasi Ekstrak Etanol Propolis Dan Ekstrak Etanol Sarang Semut
menghindari pengaruh makanan pada saat dilakukan pengukuran kadar glukosa darah dan untuk meningkatkan kecepatan absorpsi obat dan memudahkan pemberian sediaan secara oral (40). Pengukuran kadar glukosa darah pada mencit dilakukan selama 5 jam dengan interval waktu 1 jam. Hal ini berdasarkan literatur yang menyatakan bahwa absorbsi glukosa dalam tubuh memerlukan waktu sekitar 30 – 60 menit dan akan menurun setelah 2 – 3 jam, maka untuk melihat penurunan kadar glukosa yang lebih jelas digunakan jangka waktu selama 5 jam setelah pemberian sediaan uji (40). Setelah dilakukan pengukuran kadar glukosa darah selama 5 jam, dari grafik terlihat bahwa yang memiliki laju penurunan kadar glukosa terbesar dari masing–masing ekstrak dan kombinasi ekstrak adalah kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut dengan laju penuruan kadar glukosa 19,26 mg/dl.jam. Pengaruh terbesar laju penuruan kadar glukosa darah pada penelitian ini masih ditunjukkan oleh pemberian kontrol positif glibenklamid, melebihi efek dari kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol sarang semut. Penurunan kadar glukosa darah pada setiap jenis perlakuan memperlihatkan hasil yang berbeda-beda. Laju penurunan dinyatakan dengan nilai slop regresi linier. Laju penurunan kelompok I sebagai kontrol negatif yang diberi natrium CMC 1% b/v adalah 4,27 mg/dl.jam, kelompok II yang diberikan ekstrak etanol propolis 1,26% b/v adalah 18,17 mg/dl.jam, kelompok III yang diberi ekstrak etanol sarang semut 8,4% b/v adalah 17,06 mg/dl.jam, kelompok IV yang diberi kombinasi ekstrak etanol propolis 0,63 dan ekstrak etanol sarang semut 4,2 % b/v adalah 19,26 mg/dl.jam, dan kelompok V sebagai kontrol positif yang diberi glibenklamid 0,00195%b/v adalah 20,22 mg/dl.jam. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi pada kelompok kontrol negatif (natrium CMC 1% b/v) selama rentan waktu 5 jam disebabkan karena adanya penggunaan glukosa oleh mencit dalam pembentukan energi dan terjadinya absorbsi glukosa ke dalam sel yang disimpan sebagai gula cadangan. Penurunan kadar glukosa darah pada hewan uji untuk pemberian ekstrak etanol propolis disebabkan karena propolis mengandung flavonoid, asam klorogenat, asam sinamat, asam ferulat dan ester asam kafeat fenetil yang bersifat antioksidan kuat sehingga dapat mengurangi gangguan metabolisme lipid dan kerusakan ginjal, menghambat kerusakan oksidatif protein, dan sel β di pulau langerhans pankreas, dan merangsang pelepasan insulin pada sel β pankreas untuk disekresikan kedalam darah, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin pada sel, serta menghambat kerja enzim α-glukosidase sehingga penyerapan glukosa di usus terhambat (4,5,9,37). Penurunan kadar glukosa darah pada hewan uji untuk pemberian ekstrak etanol sarang semut disebabkan karena kandungan dari sarang
155
semut seperti kuersetin, luteolin, rutin, apigenin, kaempferol, tannin, alfa-tokoferol, dan stigmasterol dapat digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah dengan cara merangsang sel β pankreas untuk mensekresi insulin lebih banyak, menghambat kerja enzim α-glukosidase sehingga penyerapan glukosa di usus terhambat, mengurangi gangguan fungsi ginjal, serta meningkatkan kelarutan glukosa darah sehingga mudah diekresikan melalui urin (9,37,38). Nilai slop dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang memperlihatkan perbedaan yang sangat signifikan antara perlakuan dengan kelompok kontrol negatif (natrium CMC 1% b/v). Berdasarkan hasil analisis varian (ANOVA), yaitu F hitung > F tabel pada taraf 5% dan 1% adalah 31,71 dengan koefisien keragaman (KK) 12,70%. Karena KK > 10%, maka perlu dilakukan uji lanjutan dengan metode uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND). Uji lanjutan menggunakan uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) untuk analisis antar perlakuan pada taraf 5% dan 1% dapat dilihat bahwa ekstrak etanol propolis 1,26% b/v, ekstrak etanol sarang semut 8,4% b/v, kombinasi ekstrak etanol propolis 0,63 dan ekstrak etanol sarang semut 4,2 % b/v, dan glibenklamid 0,00195% b/v menunjukkan perbedaan efek yang sangat signifikan terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit bila dibandingkan dengan kontrol negatif (Natrium CMC) akan tetapi tidak memberikan perbedaan efek yang signifikan bila dibandingkan dengan kontrol positif (glibenklamid). Hal ini berarti kombinasi antara kedua ekstrak tersebut tidak perlu, cukup diberikan dari salah satu ekstrak dengan dosis yang sesuai.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol propolis dengan konsentrasi 1,26% b/v dan ekstrak etanol sarang semut dengan konsentrasi 8,4% b/v maupun kombinasi ekstrak etanol propolis 0,63 dengan ekstrak etanol sarang semut 4,2 % b/v memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan kontrol negatif (NaCMC) namun belum memberikan perbedaan efek yang signifikan bila dibandingkan dengan kontrol positif (glibenklamid). Hal ini berarti kombinasi antara kedua ekstrak tersebut tidak perlu, cukup diberikan dari salah satu ekstrak dengan dosis yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA 1. Gunawan, S.G. (Editor). 2007. Farmakologi dan Terapi, ed. 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Jakarta. Hal: 481-494
156
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.3 – November 2012, hlm. 151 – 158
2. Widowati, L., dan Dzulkarnain, B., 2005. Tanaman Obat Untuk Diabetes Mellitus Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta. Hal: 53-54 3. Sarwono, B., 2001. Lebah Madu. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal: 17-76 4. Sforcin, J.M., Bankova, S., 2010. Propolis: Is There a Potential for the Development of New Drugs?. Journal of Ethnopharmacology, Vol. 133, No.2011, Departement of Microbiology, Biosciences Institute, UNESP, Institute of Organic Chemistry with Center of Phytochemistry, Bulgarian Academic of Sciences. Brazil. Oktober 2010. Hal: 255-258 5. Yajing, L., Minli, C., Hongzhuan X., and Fuliang, H., 2011. Effect of Encapsulated Propolis on Blood Glycemic Control, Lipid Metabolism, and Insulin Resistance in Type 2 Diabetes Mellitus Rats. Departement of Applied Engineering, Zhejiang Economic and Trade Polythechnic, Laboratory Animal Research Center, Zhejiang Traditional Chinese Medicine University. Hangzhou, China. Vol.2012. April 2011. Hal: 3-6 6. Abo-Salem, O.M., El-Edel, R.H., Harisa, G.E.I., El-Halawany N., and Ghonaim, M.M., 2009. Experimental Diabetic Nephropathy Can Be Prevented by Propolis: Effect on Metabolic Distrubances and Renal Oxidative Parameters. Pharmacology and Toxicology Departement and Biochemistry Department, Faculty of Pharmacy, Al-Azahar University Cairo, Clinical Pathology Department and Microbiology and Immunology Department, Faculty of Medicine, Menoufiya University, Cell Biology Department, National Reseacrh Center. Giza, Egypt. Vol. 22, No.2. April 2009. Hal: 206-209 7. Subroto, M.A., 2006. Gempur Penyakit dengan Sarang Semut. Swadaya. Jakarta. Hal: 15-21 8. Engida, A.M., Kasim, N.S., Tsigie, Y.A., Ismadji, S., and Yi-Hsu, J., 2012. Extraction, Identification and Quantitative HPLC Analysis of Flavonoids from Sarang Semut (Myrmecodia penden). Departement of Chemical Engineering National Taiwan University of Science and Technology, Keelung Road, Taiwan, Departement of Chemical Engineering, Widya Mandala Surabaya Catholic University, Surabaya, Indonesia, Department of Chemical Engineering, Can Tho University, Viet Nam. Vol.41. Januari 2012. p. 392 9. Kim, J.S., Kwon, C.S., and Son, K.H., 2000. Inhibition of Alpha-glucosidase and Amylase by Luteolin, a Flavonoid. Departement of Animal Science and Biotecnology, Kyungpook National University. Taegu, Korea. Vol.64, No.11. November 2000. p. 61 10. Guspari, A., 2011. Efek Ekstrak Sarang Semut (Hydnophytum Sp.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin. Makassar. 2011. Hal: 24-27 11. Sari, L.O.R.K., 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Ke-
amanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.3, No.1, April 2006. Hal: 1-2 12. Free J.B., 1982. Bees and Mankind. George Allen and Unwin. Boston, London. 13. Heard, T.A., 1999. The Role of Stingless Bees in Crop Pollination. CSIRO Entomology, PMB 3 Indooroopilly. Australia. pp. 183-200 14. Rasmusen, C., 1999. Molecular Phylogeny of Stingless Bees: Insights into Divergence Times, Biogeography, and Nest Architectur Evolution (Hymenoptera: Apidae: Meliponini). Aarhus University. Denmark. pp. 39-134 15. Sihombing, D.T.H., 1997. Ilmu Beternak Lebah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal: 127 16. Gojmerac, W.L., 1983. Bees, Beekeeping, Honey and Pollination. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.. 17. Krell, R., 1996. Propolis, Value Added Products from Beekeeping. Agriculture and Consumer Protection, Food Agriculture Organization Services Bulletin, No.124. Food Agriculture Organization of the United Nations. Rome. 18. Franz, J.B., 2008. Sehat dengan Terapi Lebah (Apitherapy). Terjemahan oleh Febrian, A., Jakarta. PT. Elex Media Komputindo Gramedia. Hal: 3-66 19. Gomez-Caravaca, A.M., Gomez-Romero, M., Arraez-Roman, D., Segura-Carretero, A., and Fernandez-Gutierrez, A., 2006. Advances in the Analysis of Phenolic Compounds in Product Derived from Bees. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, Vol.41, Departement of Analysis Chemistry, Faculty of Sciences, University of Granada. Granada, Spain. 2006. p.1231 20. Huxley C.R., 1978. The Ant-Plants Myrmecordia and Hydnophytum (Rubiaceae), and The Relationships Between Their Morphology, Ant Occupants, Physiology and Ecology. Department of Biology, University of Papua New Guinea, Port Moresby. Papua New Guinea. pp. 231-268 21. Wardiyono. Sonnetaria ovate backer [monograph on internet]. Bogor: Prosea dan Yayasan Kehati; 2009 [accessed 24 Juni 2009]. Available from: http://www.proseanet.org 22. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal: 13-48 23. Leslie, R.D.G., 1991. Buku Pintar Kesehatan Diabetes. Penerbit Arcan. Jakarta. Hal: 4-7 24. Wijayakusuma, H., 2007. Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing. Puspa Swara.Jakarta.Hal: 6-8 25. Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala, Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi, ed.1. Pustaka Populer Obor. Jakarta. Hal: 14-22 26. Corwin, E.J., 2001. Buku Saku Patologi. Terjemahan oleh Pakaryaningsih, E., Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 546-553
Elisabet A Randalinggi, dkk, Uji Efek Hipoglikemik Kombinasi Ekstrak Etanol Propolis Dan Ekstrak Etanol Sarang Semut
27. Tan H.T., & Rahardja K., 2002. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Hal: 741-755 28. Katzung, B.G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, ed. 8. Terjemahan oleh Sjabana, D., Isbandianti, E., Basori, A., Salemba Medika. Jakarta. Hal: 663-680 29. Price S.A., dan Wilson, L.M., 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, ed. 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 1259-1270 30. Mutschler E. 1986. Dinamika Obat, ed. 5. Terjemahan oleh Mathilda B.W., dan Anna S.R., Universitas Indonesia Press. Bandung. Hal: 345 31. Ganong, W.F., 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed. 20. Terjemahan oleh Widjajakusumah, D., Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 321-328 32. Mahmudatussadeh. 2005. Metode analisis kadar glukosa darah. [serial on the internet]. [dikutip 17 September 2011]. Available from: www.scribd.com 33. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1979. Farmakope Indonesia, ed.3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal: 9. 34. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Bhakti Husada. Jakarta. Hal: 2-32
157
35. Ansel, H.C. 2005. Pengantar Sediaan Farmasi, ed. 4. Terjemahan oleh Faridah Ibrahim. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hal: 607. 36. Agur, A.M.R., and Arthur F.D., 2009. Grant’s Atlas Anatomy, ed.12. Wolters Kluwer. Canada. Hal. 135 37. Sandhar, H.K., Kumar, B., Prasher, S., Tiwari, P., Salhan, M., and Sharma, P., 2011. A Review of Phytochemestry and Pharmacology of Flavonoids. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Lovely School of Pharmaceutical Science, Lovely Professional University. Phagwara, Punjab, India. Vol.1. Maret 2011. pp. 25-38. 38. Roblatt, M., and Ziment, I., 2002. EvidenceBased Herbal Medicine. Hanley and Belfus. Philadelpihia. 39. Malole, M.B.M., dan Pramono C.S.U., 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal:62 40. Sirait, M., dan Hargono, D., 1991. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia, dan Pengujian Klinik. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 15, 195
158
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.3 – November 2012, hlm. 151 – 158