BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Cu, Pb dan Sn Tembaga adalah unsur kimia dengan simbol Cu dengan nomor atom 29, yang diketemukan sebagai bijih tembaga yang masih bersenyawa dengan zat asam, asam belerang atau bersenyawa dengan kedua zat tadi.
Gambar 2.1. Sebuah Tembaga Logam ini termasuk logam berat non ferro ( logam dan paduan yang tidak mengandung Fe dan C sebagai unsur dasar ) yang memiliki sifat penghantar listrik dan panas yang tinggi, keuletan yang tinggi dan sifat
tahanan
korosi
yang
baik
(
Wikipedia,2010c). Sehingga produksi tembaga sebagian besar dipakai sebagai kawat atau bahan untuk menukar panas dalam memanfaatkan hantaran listrik dan panasnya yang baik. Biasanya dipergunakan dalam bentuk paduan, karena dapat dengan mudah membentuk paduan dengan logam – logam lain diantaranya dengan logam Pb dan logam Sn (Van Vliet,et.all.,1984).
Universitas Sumatera Utara
Struktur kristal tembaga murni adalah face centered cubic (FCC) seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 dan memiliki titik leleh 1084,62 oC (WebElements,2009b), pada tabel 2.1 diperlihatkan sifat – sifat fisis mekanik dan sifat panas dari tembaga murni.
Gambar 2.2. Struktur Kristal Tembaga Tabel 2.1. Sifat – sifat fisis, mekanik dan panas dari tembaga murni (WebElements,2009b) Sifat Fisis
Satuan
Densitas
8920 kg / m3
Sifat Mekanik
Satuan
Kuat Tarik
200 N / mm2
Modulus Elastisitas
130 GPa
Brinnel Hardness
874 MN m-2
Sifat Panas
Satuan
Koefisien Ekspansi Thermal
16,5 x 10-6 K-1
Konduktivitas Panas
400 W / mK
Timah hitam adalah suatu unsur kimia dengan simbol Pb dengan nomor atom 82 dan juga merupakan salah satu logam berat yang lunak serta mudah dibentuk dan memiliki warna putih kebiru – biruan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Sebuah Timah Hitam Timah hitam memiliki sifat konduksi listrik dan daya tahan korosi yang baik, tahan juga terhadap zat – zat kimia serta pelindung yang baik terhadap pancaran radioaktif dan peredam yang baik terhadap suara dan getaran ( Wikipedia,2010d). Sebagai bahan konstruksi timah hitam ini tidak begitu diperlukan tetapi sangat penting sebagai unsur paduan. Sebagai unsur paduan boleh dikatakan timbal tidak larut di dalam logam – logam lain melainkan terpisah dalam bentuk bola – bola kecil timbal yang bebas dan bola – bola kecil ini berfungsi sebagai pelumas darurat (Van Vliet,et.all.,1984). Struktur kristal timah hitam murni adalah face centered cubic (FCC) seperti pada gambar 2.4 dan memiliki titik leleh 327,46 oC (WebElements,2009c), pada tabel 2.2 diperlihatkan sifat – sifat fisis mekanik dan sifat panas dari timah hitam murni.
Gambar 2.4. Struktur Kristal Timah Hitam Tabel 2.2. Sifat – sifat fisis, mekanik dan panas dari timah hitam murni (WebElements,2009c)
Universitas Sumatera Utara
Sifat Fisis
Satuan
Densitas
11340 kg / m3
Sifat Mekanik
Satuan
Kuat Tarik
15 N / mm2
Modulus Elastisitas
16 GPa
Brinnel Hardness
38,3 MN m-2
Sifat Panas
Satuan
Koefisien Ekspansi Thermal
28,9 x 10-6 K-1
Konduktivitas Panas
35 W / mK
Timah putih adalah suatu unsur kimia dengan simbol Sn dengan nomor atom 50 dan mempunyai karakteristik fisis yang hampir sama dengan timah hitam yaitu lunak dan mudah ditempa serta memiliki warna putih perak terkadang agak kekuning – kuningan oleh lapisan oksidasinya( Wikipedia,2010e).
Gambar 2.5. Sebuah timah putih Dalam jumlah yang besar timah putih dipakai sebagai unsur paduan terutama pada solder (bersama dengan timah hitam) pada zaman modern ini dan di dalam perunggu (Van Vliet,et.all.,1984).
Universitas Sumatera Utara
Struktur kristal timah putih murni adalah tetragonal seperti pada gambar 2.6 dan memiliki titik leleh 231,93 oC (WebElements,2009c), pada tabel 2.3 diperlihatkan sifat – sifat fisis mekanik dan sifat panas dari timah hitam murni.
Gambar 2.6. Struktur Kristal Timah Putih Tabel 2.3. Sifat – sifat fisis, mekanik dan panas dari timah putih murni (WebElements,2009c) Sifat Fisis
Satuan
Densitas
7310 kg / m3
Sifat Mekanik
Satuan
Kuat Tarik
27,59 N / mm2
Modulus Elastisitas
50 GPa
Brinnel Hardness
51 MN m-2
Sifat Panas
Satuan
Koefisien Ekspansi Thermal
22 x 10-6 K-1
Konduktivitas Panas
67 W / mK
2.2. Paduan Logam CuPbSn Paduan logam merupakan pencampuran dari dua jenis logam atau lebih untuk mendapatkan sifat – sifat fisik, mekanik, listrik dan visual yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu komponen campuran tersebut haruslah unsur logam dan unsur lainnya dapat merupakan unsur bukan logam, asalkan ikatan utama dalam kristal adalah ikatan logam (Wapedia,2010f).
2.2.1. Pemaduan Logam CuPbSn Proses pemaduan logam CuPbSn menggunakan bahan bakar minyak dan dilakukan dalam tanur kruss atau krussible, seperti gambar berikut
Gambar 2.7. Tanur Kruss (jenis pembakaran minyak residu) Dalam bermacam – macam peleburan logam, kecuali dalam keadaan tertutup logam akan menyerap gas. Maka pada peleburan logam CuPbSn yang paling penting adalah mengurangi absorbsi gas H2, karena H2 menyebabkan cacat tuangan seperti rongga udara, lubang gas dan lubang jarum. Untuk itu dalam proses pemaduan diperhatikan hal – hal berikut : 1. Tanur kruss atau krussible yang akan dipakai harus dibersihkan dulu dan di keringkan 2. Sebelum bahan – bahan dimasukkan dalam krussible, krussible dipanaskan lebih dahulu pada temperatur diatas 100 oC selama 15 menit. 3.
Dalam peleburan, bahan yang dimasukkan terlebih dahulu adalah bahan yang memiliki titik lebur yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini, bahan yang pertama
Universitas Sumatera Utara
dimasukkan adalah tembaga yang terlebih dahulu dipanaskan guna menghilangkan gas H2. 4. Logam ini harus betul – betul cair sesuai temperatur leburnya, baru ditambahkan bahan pemadunya. Logam pemadu ini harus betul – betul dapat dicairkan termasuk komponen dan molekul – molekul yang ada dalam logam yang dilebur. 5. Dilakukan pengadukan yang rata dan bila semua bahan betul – betul mencair, maka dapat dilakukan penuangan ke dalam cetakan yang telah tersedia. (Tata Surdia,1991)
2.2.2. Karakteristik Paduan Logam CuPbSn Dari karakteristik masing – masing logam Cu, Pb dan Sn dapat dikatakan bahwa Cu meningkatkan kekerasan permukaan dan kekuatan tarik, sedangkan Sn memperbaiki sifat ketahanan terhadap korosi dan unsur Pb akan larut padat cuma beberapa persen dan selebihnya akan mengendap dalam batas butir, didalam batas butir unsur ini terdispresikan secara halus, sifat unsur ini memperbaiki sifat mampu mesin dan membuat permukaan halus (Taufikurrahman, dkk.,2005). Paduan logam CuPbSn dikenal sebagai paduan perunggu, dimana perunggu adalah paduan logam yang terdiri terutama dari tembaga, biasanya dengan timah sebagai aditif utama, tetapi kadang – kadang dengan unsur – unsur seperti fosfor, mangan, alumunium atau silikon (Wikipedia,2010a). Perunggu itu keras, tetapi kenyal dan mempunyai sifat luncur yang sempurna. Sehingga paduan logam CuPbSn yang termasuk dalam paduan tuangan tembaga timah sering dipergunakan dalam pembuatan bushing (Beumer,1985).
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 2.4 dibawah ini diperlihatkan standar untuk perunggu ( bronze) dan kuningan (brass), Tabel 2.4. Standar perunggu (bronze) dan kuningan (brass) (Wikipedia, 2009f)
Brass & Bronze Casting Alloy Nominal Chemical Compositions Family
CDA AMS
SEMI-RED BRASS
1-1/2
4
85
5
5
5
838
83
4
6
7
844
81
3
7
9
76
3
6
836
4855B
848
MANGANESE 863 4862B BRONZE 865
4860A
903
LEADED BRONZE
HIGH LEADED TIN BRONZE
63 58
.5
88
8
4
Rem.25
3
6
MN3
39.5
1
1
MN-.25
11
.5 Max.
.5 Max.
922
88
6
1.5
4.5
87
8
1 Max.
4
87
10
1
2
927
88
10
2
.7 Max.
932
83
7
7
3
934
84
8
8
.7 Max. 1
4846A
935 937
4842A 4840A
2
85
5
9
80
10
10
.5 Max. .7 Max.
78
7
15
.75 Max.
70
5
25
.7 Max.
952
88
3
9
953
89
1
10
85
4
11
954
4870B 4872B
955
81
4
4
11
958
81
5
4
9
878
80
.20
.15
.15
.25
MN3
4
89
926
OTHERS%
3
907
923
FE% AL%
15
10
4845D
NI%
Rem.26
88
905
943
SILICON BRONZE
64
.3 Max.
938
ALUMINUM BRONZE
ZN%
11/2
862
TIN BRONZE
SN% PB%
93
833
RED BRASS
CU%
.15
16 Max.
MN1
Chemicals may be varied to yield mechanical properties.
Universitas Sumatera Utara
Brass & Bronze Casting Alloy Mechanical Properties Family
TENSILE STRENGTH CDA Min. (ksi)
833
RED BRASS
SEMI RED BRASS
LEADED BRONZE
HIGH LEADED TIN BRONZE
ALUMINUM BRONZE
SILICON BRONZE
32
10
35
35
.318
35
836
30
37
14
17
20
30
50-65
.318
84
838
29
35
12
16
15
25
50-60
.312
90
844
29
34
13
15
18
26
50-60
.314
90
848
25
36
12
14
15
30
50-60
.310
90
862
90
95
45
48
18
20
170 -195
.288
30
MANGANESE 863 BRONZE
TIN BRONZE
Typ (ksi)
BRINELL MACHINYIELD ELONGATION HARDNESS WEIGHT ABILITY STRENGTH 10MMLbs. Per Min. Typ Free Cut Min. Typ (%) (%) Cu. In. 500KG (ksi) (ksi) YB=100 TYPICAL
110
119
60
83
12
18
225
.283
8
865
65
71
25
28
20
30
130
.301
26
903
40
45
18
21
20
30
60-75
.318
30
905
40
45
18
22
20
25
75
.315
30
907
35
44
18
22
10
20
80
.317
20
922
34
40
16
20
22
30
60-72
.312
42
923
36
40
16
20
18
25
60-75
.317
42
926
40
44
18
20
20
30
65-80
.315
40
927
35
42
21
10
20
77
.317
45
932
30
35
18
12
20
60-70
.322
70
934
25
32
16
8
20
55-65
.320
70
935
25
32
12
16
8
20
55-65
.320
70
937
25
35
12
18
8
20
55-70
.320
80
938
25
30
14
16
10
18
50-60
.334
80
943
21
27
13
7
10
42-55
.336
80
952
65
80
25
27
20
35
110 -140
.276
50
953
65
75
25
27
20
25
140
.272
55
954
75
85
30
35
12
18
140 -170
.269
60
955
90
100
40
44
6
12
180 -200
.272
50
958
85
95
35
38
18
25
150 -170
.276
50
878
80
83
30
37
15
29
.300
40
14
115
ksi indicates thousands pounds per square inch. Brinell 3000 Kg Load.
Brass & Bronze Casting Alloy Typical Uses Family RED BRASS
CDA 833
Electrical Contact Parts
836
Valves, Fittings, Flanges, and Pump Castings
Universitas Sumatera Utara
SEMI RED BRASS
838
Low-Pressure Valves and Fittings
844
Hardware and Ornamental Castings
848
Plumbing Fittings and Hardware
862
Marine Castings, Bushings, and Gears
MANGANESE 863 BRONZE
TIN BRONZE
LEADED BRONZE
HIGH LEADED TIN BRONZE
ALUMINUM BRONZE
SILICON BRONZE
Heavy-Duty Gears, Bushings, and Slippers
865
Pipe Plugs, Arms, and Gears
903
Bearings, Bushings, Rings, and Gears
905
Bearings, Bushings, Rings, and Valves
907
Gears, Bearings, and Bushings
922
Medium-Pressure Hydraulic and Steam to 550° F. Marine and Ornamental Castings, Valves, and Pressure Parts.
923
High-Pressure Steam Castings
926
Bearings, Bushings, Rings, and Gears
927
Bearings, Bushings, and Fittings
932
General-Utility Bearings and Bushings
934
Bearings and Bushings
935
Small Bearings and Bushings
937
High-Speed Heavy-Pressure Bearings and Bushings; Acid-Resistant to Sulphite Fluids
938
General Service Bearings; Acid-Resisting
943
High-Speed Bearings with Light Loads
952
Acid-Resisting Pumps, Bearings, Gears, and Valves
953
Gears; Cams; Stripper Nuts; Slippers; High-Temperature Applications; and Mining Machine Parts, Nuts, Gears, and Slippers
954
Spur Gears, Nuts, Pumps, and Landing Gear Parts
955
Tank Gun Recoil Mechanisms and Landing Gear Parts
958
Propeller Hubs, Blades, and Other Parts
878
Brush Holders, Brackets, Clamps, and Lever Arms
2.3. Bushing Bushing atau yang dikenal sebagai bantalan merupakan elemen atau bagian dari peralatan mesin yang dirancang agar dapat menahan beban yang diterimanya, khususnya beban yang bergerak seperti poros sehingga putaran atau gerak bolak – baliknya dapat berlangsung secara halus dan aman. Bushing harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik, karena bushing permesinan sama
Universitas Sumatera Utara
halnya dengan pondasi pada gedung, dan hampir semua bagian mesin yang berputar ditumpu oleh bushing (J.J.M.Hangendorm,1989). Gambar di bawah memperlihatkan sebuah bush – bantalan perunggu ,
Gambar 2.8. Bantalan Bushing
Dalam memilih bahan bushing yang perlu diperhatikan adalah : 1. Dapat menahan beban tanpa mengalami patah atau perubahan bentuk, tahan terhadap beban yang berubah – ubah dan tahan terhadap temperatur tinggi 2. Tahan gesekan dan tahan aus 3. Tahan terhadap korosi 4. Dapat menghantar panas 5. Pelekatan yang baik untuk bidang luncur yang di cor 6. Koefisien muai kecil 7. Sifat dapat dikerjakan (mampu tempa) yang baik (Wikipedia,2010b) Pemakaian bushing ini, antara lain bushing pada poros engkol, bushing pada mesin perkakas, bushing pada roda kereta api, bushing untuk penggunaan umum, dan masih banyak lagi sesuai dengan yang dibutuhkan.(rizaumamil,2009g)
Universitas Sumatera Utara
2.4. Bushing dari Paduan CuPbSn Bahan baku yang sering dipergunakan dalam pembuatan bushing salah satunya adalah paduan logam CuPbSn. Bahan baku ini termasuk kepada kelompok copper – base alloys, yang artinya tembaga merupakan logam dasar untuk perunggu tuang atau disebut juga sebagai paduan tembaga. Untuk memahami kinerja paduan yang berbeda, perlu di pahami apa yang terjadi pada struktur dasar tembaga bila sejumlah kecil timah hitam dan timah putih ditambahkan. Ada tiga kemunkinan cara timah hitam dan timah putih menemukan tempatnya di kisi tembaga , yaitu : 1 . Mengganti atom tembaga dalam kisi fcc Di sini komposisi Sn kurang dari 11 % dan pada kondisi kesetimbangan, fase padat yang terbentuk adalah fase alfa fcc dimana atom Sn menempati kisi di tempat atom tembaga. Sehingga menghasilkan satu-fasa larutan padat timah putih ditembaga, yang mengakibatkan paduan tembaga mengalami kenaikan kekuatan dan mempertahankan keuletan yang tinggi . 2. Bergabung dengan tembaga dan membentuk fase, dimana terbentuk struktur kristal yang berbeda dari kristal fcc tembaga. Di sini komposisi Sn lebih dari 11 % serta fase baru muncul yang diselingi oleh seluruh kristal alfa fcc yaitu fase delta. Fase delta membuat paduan tembaga menjadi lebih keras dan kuat juga meningkatkan ketahanan aus material, akan tetapi mengurangi keuletan 3. Tidak bergabung memperkuat kisi tembaga , akan tetapi terperangkap dalam paduan kristal saat membeku.
Universitas Sumatera Utara
Di sini timah hitam (Pb) sama sekali tidak dapat bergabung dalam kisi tembaga, akan tetapi membuat bushing menjadi lebih baik (William D. Nielsen, 2010). Dengan demikian, bushing yang terbuat dari paduan ini mempunyai sifat penting yaitu mampu mesin yang baik dan mempunyai daya lumas pada suhu tinggi sehingga dapat menjadi pelumas cadangan bagi mesin.
2.5. Efek Temperatur Pemanasan Temperatur pemanasan atau perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan sifat – sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperatur sangat menentukan (education.web,2009). Secara umum perlakuan panas (heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis, yaitu : 1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan ) Tujuan dari perlakuan panas near equilibrium adalah untuk : -
melunakkan struktur kristal
-
menghaluskan butiran
-
menghilangkan tegangan dalam
-
memperbaiki machineability
Jenis dari perlakuan panas near equilibrium, misalnya : -
full annealing (annealing)
-
stress relief annealing
-
process annealing
-
normalizing
Universitas Sumatera Utara
-
homogenizing
2. Non Equilibrium (tidak setimbang) Tujuan panas non equilibrium adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dari perlakuan panas non equilibrium, misalnya : -
hardening
-
martempering
-
austempering (gregoriusagung,2009)
Jenis perlakuan panas yang diterapkan pada tembaga dan paduannya antara lain : - Homogenisasi, yang diterapkan untuk melarutkan dan menyerap segregasi dan coring dari cor struktur, terutama yang mengandung timah dan nikel serta menciptakan struktur yang lebih seragam -Annealling, untuk melunakkan bahan pada suhu rekristalisasi dan jika diinginkan pelunakkan maksimum dilakukan pemanasan diatas suhu rekristalisasi - Menghilangkan Stress, bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan tegangan sisa yang menyebabkan retak atau korosi - Pengerasan Prespitasi, untuk memberikan peningkatan pengutan ( Herring, 2006)
2.6. Struktur Mikro Struktur mikro merupakan butiran – butiran suatu benda logam yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga perlu menggunakan mikroskop optik atau mikroskop elektron untuk pemeriksaan butiran – butiran logam tersebut. Struktur
Universitas Sumatera Utara
material berkaitan dengan komposisi, sifat ,sejarah dan kinerja pengolahan, sehingga dengan mempelajari struktur mikro akan memberikan informasi yang menghubungkan komposisi dan pengolahan sifat serta kinerjanya. Analisis struktur mikro digunakan untuk menentukan apakah parameter struktur berada dalam spesifikasi tertentu dan didalam penelitian digunakan untuk menentukan perubahan – perubahan struktur mikro yang terjadi sebagai akibat komposisi atau perlakuan panas.
2.7. Sifat – Sifat Mekanik Bahan Sifat mekanik bahan adalah hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat – sifat mekanik yang dilakukan terhadap paduan logam CuPbSn meliputi impact, kekerasan dan kuat tarik. 2.7.1. Uji Impact Uji impact dirancang untuk mengukur ketahanan bahan terhadap pembebanan tiba – tiba atau gaya kejut dan yang diukur adalah energi impak atau energi yang diserap sebelum bahan patah. Metode yang paling umum untuk mengukur energi impak adalah : -
Test Impact Charpy
-
Test Impact Izod Dalam penelitian ini test yang digunakan adalah test impact Charpy, seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2.9 dibawah ini .
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9. Test Impact Charpy Test impact Charpy ini paling sering digunakan pada logam, juga digunakan pada polimer, keramik dan komposit dikarenakan test ini lebih ekonomis dan cepat untuk menentukan ketangguhan bahan dan aplikasi pengendalian kualitas (Azom,2005) . Dari gambar diatas, bahwa pengujian dilakukan dengan jalan memukul bahan dengan kecepatan tertentu oleh suatu bandul yang diayunkan yang mengakibatkan bahan patah. Besarnya energi impak yang menyebabkan bahan patah dapat dinyatakan dengan persamaan : E = P D ( Cos B – Cos A ) .......................... (2.1) dimana : E = Energi Impact (Joule) P = Beban pendulum ( 251,3 N) B = Sudut pukulan akhir
Universitas Sumatera Utara
A = Sudut pukulan awal (147o) Catatan : sudut awal 147o sesuai dengan standar alat impact Charpy untuk mematahkan baja atau bahan non ferro
2.7.2. Uji Kekerasan Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan suatu bahan terhadap penetrasi permukaan, yang disebabkan oleh penekanan oleh benda tekan yang berbentuk tertentu karena pengaruh gaya tertentu. Pengujian kekerasan sangat berguna sekali untuk mengetahui kualitas suatu bahan yang akan dipergunakan pada produk – produk logam seperti komponen mesin. Beberapa metode pengujian kekerasan logam, yaitu : -
metode test gores
-
metode kekerasan Brinell
-
metode kekerasan Rockwell
-
metode kekerasan Vickers
-
metode kekerasan Vickers mikro Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kekerasan Brinell.
Metode ini sangat cocok untuk mengukur bahan – bahan yang tidak homogen umpamanya besi tuang atau perunggu. Pengujian kekerasan dengan metode Brinnell menggunakan indentor bola baja sebagai alat untuk mengukur kekerasan logam, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.10,
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Skema Uji Kekerasan Brinell Besarnya
nilai
uji
kekerasan
Brinell
dinyatakan
dengan
persamaan
berikut
(gordonengland,2009e) ,
BHN =
π 2
(
F
.............. (2.2)
D D− D −D ) 2
2 i
dimana : BHN = Nilai kekerasan Brinell F
= Beban Penekanan (kg)
D
= Diameter Indentor/Pemukul (mm)
Di
= Diameter Indentasi/Jejak (mm)
2.7.3. Uji tarik
Melalui uji tarik akan didapat kuat tarik maksimum dan elongation (pertambahan panjang). 2.7.3.1. Kuat tarik maksimum
Kuat tarik suatu bahan dapat ditentukan dengan menarik bahan tersebut sampai beban maksimum. Keterangan – keterangan yang diperoleh pada penarikan bahan dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dari benda uji, sesuai dengan standar yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Sifat yang umum dilakukan terhadap logam adalah kuat tarik maksimum (UTS) yaitu pembebanan maksimum yang diberikan terhadap bahan yang menyebabkan penciutan luas penampang yang akhirnya putus. Nilai kuat tarik maksimum dinyatakan dengan persamaan berikut ( Surdia,T. Dan Shinroku, 1995) UTS, σ TS = dimana
Pmax .......................... (2.3) Ao
: σTS = kuat tarik maksimum (N/m2) Pmax = beban maksimum pada waktu pengujian (N) Ao
= luas penampang (m2)
Kenaikan tegangan dari titik luluh sampai kuat tarik maksimum menunjukkan bahwa bahan mengalami pengerasan pengerjaan, sehingga pada logam terjadi deformasi plastis. Kuat tarik maksimum sampai kuat tarik putus mengakibatkan luas penampang bahan mereduksi (mengecil) dan terjadi lokalisasi pertambahan panjang hingga membentuk necking dan akhirnya putus.
2.7.3.2. Elongation (perpanjangan)
Pertambahan panjang suatu bahan setelah mengalami uji tarik disebut elongation. Nilai keuletan suatu bahan biasa ditunjukkan dari harga elongation ini. Apabila harga elongation besar maka bahan tersebut dikatakan ulet (ductility). Keuletan (ductility) adalah kemampuan logam untuk berdeformasi plastis sebelum putus. Persentase elongation dinyatakan dengan persamaan berikut % elongasi =
L − Lo x 100 % ..................... (2.4) Lo
Universitas Sumatera Utara
dimana
: Lo = panjang mula – mula (mm) L = panjang setelah bahan putus (mm)
Panjang mula – mula di ukur pada dua batas bagian tengah sampel uji tarik dan panjang akhir sampel di ukur pada batas yang sama setelah kedua bagian yang putus disatukan kembali.
2.8. Koefisien Ekspansi Termal
Pada umumnya material apabila dipanaskan atau didinginkan akan mengalami perubahan panjang dan volume secara bolak – balok (reversible), sepanjang material tersebut tidak mengalami karusakan (distorsi) yang permanen. Sifat ekspansi termal dari paduan logam CuPbSn sangat penting karena ada kaitannya dengan aplikasinya yaitu pada bushing. Untuk bushing yang baik, diharapkan koefisien bahan tersebut harus kecil. Pengujian ekspansi termal untuk bahan ini digunakan thermomechanical analyzer (TMA). Thermomechanical analyzer (TMA) merupakan bagian dari instrumen analisis termal, seperti DTA, TGA dll. yang digunakan untuk menentukan perubahan sifat – sifat mekanik dari bahan uji melalui pemanasan atau pendinginannya. Melalui analisa grafik yang dicatat recorder TMA, dapat dihitung besarnya koefisien ekspansi termal dengan persamaan (Tipler,P.A.,1998),
α=
ΔL l o ΔT
......................... (2.5)
dimana : α = koefisien ekpansi thermal ( / oC ) lo
= panjang sampel uji mula – mula (mm)
Universitas Sumatera Utara
ΔT = perubahan temperatur pemanasan (oC ) ΔL = perubahan panjang (mm)
2.9. X-Ray Diffraction (XRD)
Struktur kristal (jarak antar kristal dan jarak antar atom) dari suatu sampel kristal tunggal biasanya ditentukan dengan difraksi sinar – x. Pada gambar II.11, menunjukkan suatu berkas sinar – X dengan panjang gelombang λ jatuh pada sudut θ pada sekumpulan bidang kristal berjarak d, Sinar jatuh
hkl
Sinar yang dipantulkan θ
θ
N P
Q
d
hkl 2θ O Gambar 2.11. Difraksi bidang kristal (Smallman,R.E.,1991;Pecahrsky,V,K,et.all,2005)
Sinar yang dipantulkan dengan sudut θ hanya dapat terlihat jika berkas dari setiap bidang yang berdekatan saling menguatkan. Oleh sebab itu, jarak tambahan satu berkas dihamburkan dari setiap bidang yang berdekatan dan menempuh jarak sesuai dengan perbedaan kisi, yaitu sama dengan panjang gelombang n λ . Sebagai contoh, berkas kedua yang ditunjukkan pada gambar 2.11, menempuh jarak lebih jauh dari berkas pertama, yaitu PO + OQ. Syarat pemantulan dan saling menguatkan dinyatakan dengan hukum Bragg dan sudut kritis θ dikenal dengan sudut Bragg (Smallman, R.E., 1991; Pecahrsky,V,K,et.all,2005) n λ = PO + OQ = 2 ON sin θ = 2 d sin θ .................. (2.5)
Universitas Sumatera Utara
Arah berkas sinar yang dipantulkan sepenuhnya tergantung oleh geometri kisi, dimana sebaliknya geometri kisi diatur oleh orientasi dan jarak antara bidang – bidang kristal. Jika untuk suatu kristal kubus simetri, diberikan ukuran struktur sel a, sudut – sudut dimana berkas sinar didifraksikan oleh bidang – bidang kristal (hkl) dapat dihitung dengan mudah dari rumus jarak antar bidang (Smallman, R.E., 1991),
d hkl =
a (h + k 2 + l 2 ) 2
.......................................... (2.6)
Untuk memastikan bahwa hukum Bragg dapat terpenuhi dan pemantulan dari berbagai bidang kristal dapat terjadi, maka penting untuk memberikan batas ambang pada harga θ atau λ. Berbagai cara dimana hal tersebut mengawali metode standar difraksi sinar-X yang dinamakan dengan metode Laue, metode perputaran kristal dan metode serbuk.
2.10. Mikroskop Metalurgi
Mikroskop metalurgi merupakan mikroskop optik yang berbeda dari yang lain yaitu dalam metode iluminasi specimen mikroskop. Metode ini menyebabkan bahan logam harus diterangi oleh pencahayaan frontal, sehingga cahaya berada di dalam tabung mikroskop. Skema mikroskop metalurgi optik diperlihatkan pada gambar 2.12,
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.12. Sistem mikroskop optik metalurgi Parameter yang penting dalam mikroskop metalurgi meliputi pembesaran dan resolusi. Umumnya perbesaran dari mikroskop metalurgi berada dalam kisaran 50 kali sampai 1000 kali sedangkan resolusi merupakan ketajaman gambar suatu objek oleh perangkat optikyang baik. Mikroskop metalurgi digunakan untuk berbagai aplikasi diantaranya manufaktur wafer semikonduktor silicon, inspeksi dan pengendali mutu, kristalografi ,analisis besi tuang dalam pengecoran logam dan juga dapat digunakan untuk analisis mikrostruktur.
Universitas Sumatera Utara