BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan
2.1.1
Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di
dalam kondisi dimana kita menemukannya. Sumber daya alam dan energi bisa meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya dan pengusahaannya memenuhi kriteria-kriteria teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan. Sumber daya energi terdiri dari sumber daya alam non-hayati mineral patra, yaitu minyak bumi dan gas bumi, mineral seperti batubara dan uranium, sumber daya alam energi di luar air dan minyak/gas bumi, seperti panas bumi, surya, angin, arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya alam hayati seperti kayu bakar. Energi itu sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik, gelombang, nuklir, mekanis, dan panas.
2.1.2
Jenis Sumber Daya Energi Menurut Sukanto (1994:6), jenis-jenis sumber daya energi dapat
dibedakan atas dua yaitu : a. Sumber daya energi yang dapat diperbaharui Sumber daya energi yang dapat diperbaharui atau dapat diisi kembali atau tidak terhabiskan (renewable) adalah sumber daya energi yang bisa dihasilkan kembali baik secara alami maupun dengan bantuan manusia.
Universitas Sumatera Utara
b. Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya energi yang habis sekali pakai. Misalnya : minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.
2.1.3 Kelangkaan Sumber Daya Energi Makin menipisnya sumber daya energi menimbulkan kekhawatiran tidak lancarnya perekonomian. William Jevons dalam The Coal Question (1865) mengungkapkan kembali kekhawatiran Malthus. Dengan menganalogikan industri sebagai penduduk dan batu bara sebagai makanan dalam teori Malthus, Jevons khawatir kenaikan harga batu bara akan menghilangkan daya saing di pasar barang. Begitu juga isu-isu untuk jenis-jenis sumber daya energi lain, meskipun kecenderungan sumber daya energi tersebut ada yang segera dapat diatasi pada periode berikutnya sejalan dengan berkembangnya teknologi. Usaha manusia untuk menghindari semakin langkahnya sumber daya energi telah banyak dilakukan. Usaha tersebut diwujudkan antara lain dalam bentuk subtitusi dalam proses produksi, subtitusi dalam konsumsi, dan inovasi teknologi hemat sumber daya energi. Subtitusi dalam produksi dapat dilakukan dengan mengubah kombinasi masukan maupun penggantian masukan dengan subtitusinya. Subtitusi dalam konsumsi dilakukan antara lain dengan mengganti barang-barang konsumsi tanpa mengubah kualitas/ kegunaan konsumsi. Inovasi teknologi untuk memperoleh pemanfaatan sumber daya energi terbesar nampaknya terus mengalami kemajuan. Akan tetapi meskipun usaha-usaha mengatasi kelangkaan ternyata masih menjadi momok bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan kondisi tersedianya sumber daya energi akan membatasi pertumbuhan potensial suatu perekonomian sebab kelangkaan sumber daya energi dalam segala bentuknya akan sangat mempengaruhi ruang gerak dalam berproduksi.
2.1.4 Peranan Listrik dalam Pembangunan Tenaga listrik merupakan sarana produksi maupun sarana kehidupan sehari-hari yang memegang peranan penting dalam upaya dalam mencapai sasaran pembangunan. Sebagai sarana produksi, tersedianya tenaga listrik dalam jumlah dan mutu pelayanan yang baik serta harga yang terjangkau merupakan penggerak utama dan sangat mendorong laju pembangunan di berbagai sektor lain. Pembangunan di berbagai sektor ini sangat penting bagi tercapainya tujuan pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan tenaga listrik. Disamping itu, tersedianya tenaga listrik yang merata dan dipergunakan secara luas untuk keperluan sehari-hari akan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Minyak bumi, gas bumi, dan batu bara merupakan sumber daya energi yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Pemanfaatan minyak bumi, gas bumi, dan batu bara sebagai pemasok untuk memproduksi listrik di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keterbatasan cadangan minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri menyebabkan pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melakukan diversifikasi energi. Untuk sektor Pembangkit Listrik Negara (PLN) bentuk diversifikasi ini telah dapat dirasakan dengan
Universitas Sumatera Utara
berdirinya pusat-pusat pembangkit listrik tenaga air, tenaga gas, maupun panas bumi. Sebagai salah satu bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh konsumen, tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras, dan serempak dengan tahap pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan
ketenagalistrikan
harus
selalu
menunjang
setiap
tahap
pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahtaraan masyarakat maupun dalam mendorong peningkatan ekonomi. Listrik menbawa peranan penting dalam pembangunan, bahkan tingkat pemakaian listrik telah menjadi salah satu ukuran bagi perkembangan dan kemajuan suatu negara. Aspek-aspek kehidupan manusia dalam masyarakat telah banyak dikuasai oleh listrik, mulai dari kehidupan yang paling kecil sampai kepada yang besar sekalipun. Bagaimana pentingnya peranan listrik dapat ditinjau dari penggunaannya untuk beberapa bidang antara lain: bidang produksi seperti: industri dan pabrik, bidang penelitian dan riset, bidang pertahanan dan keamanan, bidang komunikasi dan mass-media, bidang rumah tangga, dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peranan listrik dalam pembangunan. Demikian pula halnya untuk perbaikan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya, peranan listrik ini sangat menentukan. Ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan program pembangunan, penyediaan tenaga listrik harus diutamakan, sehingga dengan demikian dapat membantu bidang-bidang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Teori Permintaan 2.2.1 Hukum Permintaan Dalam prakteknya, permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah: a. Harga barang itu sendiri. b. Harga
barang-barang
lain
(barang
subtitusi
atau
barang
komplementer). c. Pendapatan perkapita masyarakat. d. Selera masyarakat. e. Jumlah penduduk. f. Ekspektasi masa depan. Dalam analisa ekonomi, permintaan terhadap suatu barang atau jasa terutama dipengaruhi oleh harga barang atau jasa itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam teori permintaan yang akan dianalisa adalah hubungan antara permintaan suatu barang dengan harga barang itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor lainnya dianggap tetap (ceteris paribus). Sifat perkaitan antara permintaan terhadap suatu barang dengan harganya tersebut dijelaskan dalam hukum permintaan. Hukum permintaan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang berbunyi: “jika harga sesuatu barang turun, maka permintaan terhadap barang tersebut akan bertambah, sebaliknya jika harga suatu barang
naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan
berkurang (ceteris paribus)”.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Skedul Permintaan (Demand Schedule) Cara untuk menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harganya dapat dilakukan dengan membuat skedul permintaan. Skedul permintaan merupakan tabulasi angka-angka yang menunjukkan jumlah barang atau jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga. Contoh skedul permintaan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Skedul Permintaan Barang X Harga Barang X
Jumlah yang diminta
A
Rp. 9,-
1
B
Rp. 8,-
2
C
Rp. 7,-
3
D
Rp. 6,-
4
E
Rp. 5,-
5
F
Rp. 4,-
6
Dari skedul permintaan barang X tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin turun harga barang X, maka jumlah barang X yang diminta akan semakin bertambah banyak. Jadi, sifat dan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta adalah berlawanan arah.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Kurva Permintaan Cara lain untuk menggambarkan hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta adalah dengan menggunakan kurva permintaan. Data-data dari tabel 2 di atas dapat digambarkan dalam sebuah kurva permintaan sebagai berikut: Gambar 2.1
harga barang X
Kurva Permintaan
14 12 10 8 6 4 2 0
dx1 dx2
1
2
3
4
5
6
Jum lah barang X yang dim inta
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kemiringan kurva permintaan adalah negatif, artinya bahwa hubungan antara harga barang X dan jumlah barang X yang diminta adalah berlawanan arah. Jadi, jika harga barang X turun maka jumlah barang X yang diminta akan bertambah, dan sebaliknya jika harga barang X naik maka jumlah barang X yang diminta akan berkurang.
2.2.4 Fungsi Permintaan Selain skedul permintaan dan kurva permintaan, hubungan antara harga dan jumlah barang dapat diterangkan melalui sebuah fungsi permintaan. Fungsi permintaan pada dasarnya menunjukkan hubungan secara matematis antara harga
Universitas Sumatera Utara
dan jumlah barang yang diminta. Jika dalam kurva permintaan di atas kita hanya dapat menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta (dalam suatu kurva), maka dalam fungsi permintaan kita dapat menggambarkan hubungan antara harga dengan beberapa variabel yang dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta, seperti pendapatan konsumen, harga barang lain, jumlah penduduk, dan lain sebagainya. Bentuk fungsi permintaan yang sederhana dapat dituliskan sebagai berikut: Qd = f(Px) Dimana: Qdx = jumlah barang X yang diminta. Px
= harga barang X.
Fungsi diatas dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya jumlah barang X yang diminta akan tergantung dari harga barang itu sendiri (asumsi ceteris paribus). Dalam prakteknya, hal-hal yang dianggap tetap atau ceteris paribus justru mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah barang yang diminta. Oleh karena itu dapat kita tuliskan perluasan fungsi permintaan tersebut menjadi: Qdx = f(Px, Py, Y, T, P, R) Dimana : Qdx
= jumlah barang X yang diminta
Px
= harga barang X
Py
= harga barang lain (barang substitusi, barang komplementer)
Y
= pendapatan masyarakat
T
= selera masyarakat
P
= jumlah penduduk
R
= ramalan masa depan
Universitas Sumatera Utara
a. Harga barang-barang lain permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barangbarang lain yang ada kaitannya, seperti barang pengganti (substitusi) dan barang pelengkap (komplementer). Naik turunnya harga barang pengganti (substitusi) dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang yang digantikannya. Demikian pula dengan barang yang saling melengkapi (komplementer). Barang komplementer atau barang pelengkap yaitu barang yang memberikan manfaat penuh apabila digunakan bersama-sama dengan barang lainnya. b. Pendapatan masyarakat pendapatan masyarakat (sebagai pembeli) merupakan faktor yang sangat penting di dalam menentukan permintaan terhadap berbagai jenis barang, berbagai jenis barang tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu barang normal dan barang inferior. Barang normal yaitu barang yang mengalami kenaikan permintaannya apabila terjadi kenaikan dalam pendapatan konsumen, sedangkan barang inferior yaitu barang yang permintaannya mengalami penurunan jika terjadi kenaikan dalam pendapatan konsumen. c. Selera masyarakat Selera masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa. Sebagai contoh, pada masa-masa tertentu orang lebih suka terhadap barang konsumsi yang bersifat instan, sehingga permintaan terhadap barang tersebut akan bertambah. Akan tetapi pada saat yang lain orang akan meninggalkan barang konsumsi yang bersifat instan tersebut (karena mengandung pengawet yang berbahaya untuk
Universitas Sumatera Utara
kesehatan), sehingga permintaan terhadap barang konsumsi tersebut akan berkurang. d. Jumlah penduduk Pertambahan jumlah penduduk yang jelas akan menambah jumlah barang yang dikonsumsi, akan tetapi proporsinya akan sangat tergantung pada pertambahan dalam kesempatan kerja. Apabila pertambahan penduduk diiringi pertambahan dalam kesempatan kerja, maka akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan, sehingga daya beli masyarakat akan meningkat. Meningkatnya daya beli masyarakat berarti akan meningkatkan permintaan terhadap barang atau jasa. e. Ramalan Masa Depan Perubahan yang diramalkan akan terjadi dimasa mendatang akan dapat mempengaruhi permintaan. Jika para konsumen meramalkan akan terjadi kenaikan harga-harga barang dimasa yang akan datang, maka pada sekarang konsumen akan melakukan pembelian yang lebih banyak terhadap barang-barang yang akan mengalami kenaikan harga tersebut.
2.2.5 Pergeseran Kurva Permintaan Pergeseran kurva permintaan menunjukkan adanya perubahan permintaan terhadap suatu barang yang disebabkan oleh perubahan faktor-faktor diluar harga barang itu sendiri. Faktor-faktor tersebut misalnya: pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan ramalan di masa mendatang. Pergeseran kurva permintaan ke kanan menunjukkan terjadinya pertambahan permintaan, sebaliknya pergeseran
Universitas Sumatera Utara
kurva permintaan ke kiri menunjukkan berkurangnya permintaan. Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.2
harga barang X
Pergeseran Kurva Permintaan
14 12 10 8 6 4 2 0
dx1 dx2
1
2
3
4
5
6
Jum lah barang X yang dim inta
Pada gambar diatas ditunjukkan terjadinya pergeseran kurva permintaan ke kanan, yaitu dari D 1 bergeser ke D x1 , yang berarti adanya pertambahan dalam permintaan barang x tersebut belum tentu disebabkan oleh turunnya harga barang X itu sendiri, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh adanya perubahan faktorfaktor di luar harga barang itu sendiri. Seperti pergeseran titik A pada A1 pada kurva permintaan D x1 , yaitu pada harga Rp, 9,-permintaan bertambah dari 1 menjadi 4, walaupun harga tidak berubah. Jadi perubahan dapat bertambah atau berkurang walaupun harga barang itu sendiri tetap. Hal ini berarti perubahan permintaan tersebut dapat disebabkan oleh: -
Bertambah kuatnya selera atau keinginan masyarakat.
-
Meningkatnya pendapatan masyarakat.
-
Naiknya harga barang lain (barang substitusi).
-
Meningkatnya jumlah penduduk.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Elastisitas Permintaan 2.3.1 Pengertian Elastisitas Permintaan Berdasarkan hukum permintaan “ jika harga suatu barang turun, maka jumlah barang yang diminta akan naik”; artinya, ada tanggapan (respon) jumlah yang diminta terhadap penurunan harga. Tanggapan ini berbeda pada tiap masingmasing benda. Salah satu sebab dari ketanggapan (responsiveness) permintaan terhadap perubahan harga ialah ada tidaknya barang subtitusinya. Jadi elastisitas permintaan mengukur perubahan relative dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (harga barang itu sendiri, harga barang lain, dan pendapatan), ceteris paribus. Elastisitas permintaan dapat diukur dengan rumus:
∆q1 q1
(−)∆p p2
Dimana q1 dan q2, kedua-duanya adalah q dan p terkecil. Rumus ini berlaku antara dua tingkat harga yang tidak jauh jaraknya. Besarnya elastisitas selalu terdapat antara dua batas yaitu elastisitas tak terhingga, yang digambarkan dengan kurva permintaan yang lurus horinzontal, dan elastisitas = 0 (nol) yang digambarkan dengan kurva permintaan yang vertikal. Elastisitas ini dapat diukur dengan cara sebagai berikut: -
Jika elastisitas > 1, maka apabila harga turun, permintaan akan barang tersebut akan meningkat,dan sebaliknya.
-
Jika elastisitas < 1, maka apabila harga turun, permintaan akan barang tersebut akan menurun, dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
-
Jika elastisitas = 1, maka apabila harga naik ataupun turun, permintaan akan barang tersebut tetap.
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Elastisitas Permintaan. Permintaan terhadap berbagai macam barang atau jasa akan berbeda-beda tingkat elastisitasnya. Hal-hal yang mempengaruhi antara lain: •
Tingkat kemudahan barang yang bersangkutan untuk digantikan oleh barang yang lain. Dalam perekonomian, jika suatu barang tertentu banyak barang penggantinya maka permintaan terhadap barang tersebut cenderung bersifat elastis, artinya apabila terjadi perubahan sedikit saja terhadap harga barang tersebut akan menimbulkan perubahan yang sangat besar terhadap jumlah barang, karena konsumen akan cepat beralih terhadap barang penggantinya. Dan sebaliknya permintaan terhadap barang yang tidak banyak penggantinya akan cenderung bersifat inelastis.
•
Besarnya proporsi pendapatan yang digunakan. Jika konsumen menganggarkan pendapatannya dengan proporsi yang besar untuk membeli suatu jenis barang, maka permintaan terhadap barang tersebut akan semakin elastis.
•
Jangka waktu analisa. Jangka waktu yang dimaksud adalah kesempatan konsumen untuk mengetahui informasi-informasi atas perubahan-perubahan yang terjadi dipasar. Jika makin pendek atau semakin tidak ada kesempatan bagi konsumen untuk mengetahui informasi-informasi pasar, maka permintaan terhadap suatu
Universitas Sumatera Utara
barang tertentu akan semakin tidak elastis. Dan sebaliknya semakin panjang jangka waktu analisa maka semakin banyak perubahan-perubahan yang diketahui konsumen sehingga permintaan terhadap suatu barang akan semakin elastis. •
Jenis barang. Jenis barang yang dimaksud adalah jenis barang kebutuhan pokok atau barang mewah atau barang normal. Untuk jenis barang mewah, permintaannya cenderung bersifat elastis (perubahan harga sedikit saja akan diikuti oleh perubahan kuantitas yang diminta dalam jumlah banyak). Tetapi untuk barang-barang kebutuhan pokok, permintaannya cenderung bersifat inelastis (perubahan harga tidak banyak berpengaruh terhadap perubahan jumlah yang diminta).
2.4 Pendapatan Perkapita Pada umumnya untukmengetahui laju pembangunan ekonomi suatu negara dan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat perlu diketahui tingkat pertambahan pendapatan nasional dan besarnya pendapatan perkapita. Besarnya pendapatan nasional akan menentukan besarnya pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita sering dianggap sebagai tingkat kesejahteraan. Sedangkan besarnya tingkat pendapatan perkapita sangat berkaitan erat dengan pertambahan penduduk. Sehingga apabila pertambahan pendapatan nasional lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk, maka tingkat pendapatan perkapita penduduk meningkat. Demikian sebaliknya, apabila tingkat pertambahan pendapatan nasional lebih kecil dari pertambahan penduduk, maka pendapatan
Universitas Sumatera Utara
perkapita mengalami penurunan. Untuk mempertahankan tingkat pendapatan perkapita atau tingkat kesejahteraan relatif perlu dicapai tingkat pertambahan pendapatan nasional yang sama dengan tingkat pertambahan penduduk. Pendapatan nasional dan pendapatan perkapita itu sendiri akan naik apabila produktivitas perkapita
mengalami
kenaikan.
Untuk
menaikkan
produktivitas perkapita berarti perlu harus adanya perubahan struktur ekonomi, struktur produksi, teknik produksi, serta masyarakat statis berkembang menjadi masyarakat dinamis. Jadi untuk mengetahui lajunya pembangunan tidak cukup dengan melihat dari segi pendapatan perkapitanya saja, akan tetapi harus diikuti dengan perubahan dalam struktur ekonomi dan struktur masyarakatnya. Dengan kata lain pembangunan ekonomi baru dikatakan ada kemajuan apabila pendapatan nasional atau pendapatan perkapita naik diikuti dengan perubahan struktur ekonomi, teknik produksi, adanya modernisasi, dan masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat yang dinamis yang berpikir rasional ekonomi dalam setiap tindakan-tindakannya. Tindak produktivitas itulah sebenarnya yang dapat memberikan gambaran nyata tentang ekonomi suatu negara. Produktivitas menurut Soemitro diartikan sebagai perbandingan antara input-output. Sedangkan produktivitas perkapita adalah besarnya produksi yang dihasilkan per jiwa, per satu jam kerja (productivity per man hour) yang dapat dirumuskan: Y/N x h, dimana Y menunjukkan pendapatan nasional, N menunjukkan jumlah tenaga kerja, dan h menunjukkan jumlah jam kerja rata-rata. Pada negara-negara yang sedang berkembang tingkat produktivitasnya masih rendah. Hal ini karena dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara
beberapa faktor ekonomis dan non-ekonomis dalam pembangunan. Faktor-faktor ekonomis dan non-ekonomis yang mempengaruhi produktivitas adalah: 1. Jumlah dan mutu faktor produksi yang terbatas. Semakin banyak jumlah dan semakin baik mutu modal, tenaga kerja, alam, dan skill yang dimiliki oleh suatu negara, produktivitasnya akan semakin besar. 2. Alokasi dari sumber-sumber. Artinya, perimbangan-perimbangan cara pemakaian faktor-faktor produksi diantara berbagai faktor ekonomi dalam masyarakat bersangkutan dan kombinasi faktor-faktor tersebut dalam sektor ekonomi yang bersangkutan. 3. distribusi pendapatan yang adil. Artinya, adanya distribusi pendapatan yang adil akan mendorong semangat kerja dan apabila semangat kerja meningkat otomotis produktivitas pun akan naik. 4. Aspek-aspek masyarakat. Kegiatan ekonomi berlangsung dalam suatu masyarakat, karena itu dalam pembangunan tidak lepas dan harus memperhitungkan corak hidup, kebudayaan tradisi, politik, dan nilai-nilai sosial masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang kurang produktif dan tindakan yang didorong untuk bertindak ekonomi. Pertumbuhan cara berpikir masyarakat merupakan prakondisi untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang sehat dan dinamis di berbagai negara yang sedang berkembang dewasa ini.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Tarif Listrik Besarnya tarif listrik ataupun harga jual tenaga listrik bagi tenaga listrik yang dihasilkan oleh Pemegang Kuasa Usaha Kelistrikan (dalam hal ini adalah PLN) dan Pemegang Izin Usaha Kelistrikan untuk Kepentingan Umum, yang dijual untuk kepentingan umum, ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini mengingat bahwa tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang penting dalam menggerakkan ekonomi nasional, sehingga tarif (tenaga) listrik harus diupayakan agar terjangkaunya oleh masyarakat luas. Di samping itu, tarif listrik juga harus dapat membantu meningkatkan daya saing hasil-hasil produksi di dalam negeri. Tarif listrik PLN didasarkan pada suatu Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berlaku untuk seluruh wilayah kerja PLN. Dalam perkembangannya, TDL mengalami beberapa kali perubahan baik struktur maupun, penggolongan konsumen, maupun tingkat harganya. Sampai saat ini, penyesuaian ataupun penetapan harga jual tenaga listrik yang disediakan oleh Pemegang Kuasa Kelistrikan (yaitu PLN) ditetapkan oleh Presiden berdasarkan usul Menteri Pertambangan dan Energi. Tata cara ini semakin lama dirasakan selalu menimbulkan kejutan karena prosesnya sangat dipengaruhi oleh faktor non-teknis dan non-ekonomis. Guna memperlancar proses penetapan dan mencegah kejutan yang terjadi pada saat penyesuaian harga jual tenaga listrik ini, saat ini sedang dipersiapkan suatu tata cara yang mengatur mekanisme penetapan harga jual tenaga listrik yang disediakan oleh PLN. Mekanisme penetapan tarif listrik ini dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu: penetapan tarif dasar tenaga listrik, yang misalnya dapat ditetapkan paling cepat satu tahun sekali, akan mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Keseimbangan antara penyediaan dan permintaan tenaga listrik sehingga diperoleh suatu alokasi sumber daya alam yang efisien. 2. Sasaran keuangan perusahaan sehingga dapat menghimpun kebutuhan dana untuk investasi. 3. Biaya ekonomi yang telah dikeluarkan dalam penyediaan tenaga listrik yang pada akhirnya akan mencerminkan biaya marginal jangka panjang (Long Run Marginal Cost) penyediaan tenaga listrik. Penetapan tarif tenaga listrik secara berkala, yang misalnya dapat dilaksanakan tiga bulan akan dipengaruhi oleh adanya: •
Perubahan harga bahan bakar pusat pembangkit tenaga listrik.
•
Perubahan harga pembelian tenaga listrik dari pihak ketiga.
•
Inflasi.
•
Perubahan nilai tukar mata uang asing terhadap niali tukar rupiah. Dengan adanya mekanisme ini, penetapan ataupun penyesuaian tarif listrik
tidak akan mengalami lonjakan sebagaimana yang dilaksanakan pada waktu lalu.
Universitas Sumatera Utara