BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal penelitian maupun sumber-sumber lainnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebagai landasan teoritis yang dijadikan dasar dalam menganalisa hasil penelitian dan pengambilan kesimpulan pada akhir penelitian. Teori-teori yang dikemukakan pada bab ini diharapkan dapat mendukung hasil penelitian untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh dari time budget pressure terhadap perilaku penurunan kualitas audit.
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Auditing Auditing adalah salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik, yang
sangat diperlukan untuk memeriksa laporan keuangan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak perusahaan yang diaudit dapat lebih dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan. Terdapat dua unsur dalam melakukan auditing yaitu kondisi dan kriteria. Kondisi merupakan kenyataan yang melekat pada objek yang diaudit, sedangkan kriteria adalah hal yang seharusnya dikerjakan atau merupakan bahan pembanding sehingga dapat menentukan apakah suatu kondisi menyimpang atau tidak. Menurut Arens, et al. (2012:24) definisi auditing adalah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidance about information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Maksud dari kutipan di atas, audit didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Definisi auditing menurut Messier, dkk, seperti yang dialihbahasakan oleh Nuri Hinduan (2006:16) adalah sebagai berikut: “Audit (auditing) adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh, mempelajari dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihakpihak yang berkepentingan”. Definisi lainnya menurut Sukrisno Agoes (2012:4) bahwa: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Dari definisi di atas memberikan pernyataan bahwa dalam melakukan kegiatan auditing, dilakukan tindakan-tindakan mengumpulkan,mempelajari, mengevaluasi, menentukan, dan melaporkan, harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Kompeten menunjukkan seseorang yang mampu dan mengetahui serta memahami dengan betul apa pekerjaannya, sedangkan independen menunjukkan seseorang yang bebas dalam melakukan kegiatan auditnya, bebas dari pengaruh pribadi dan bebas menyatakan pendapat sehingga dapat memberikan penilaian yang objektif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa: 1.
Seorang auditor haruslah seorang yang kompeten dan independen.
2.
Auditor mengumpulkan, mempelajari, dan mengevaluasi bukti-bukti untuk mendukung laporan hasil auditnya.
3.
Hasil akhir dari kegiatan audit adalah laporan auditor independen yang harus dikomunikasikan dan disampaikan kepada para pihak yang berkepentingan.
2.1.2
Tujuan Audit Menurut Mulyadi (2002:72) tujuan umum audit atas laporan keuangan
adalah: “Untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Karena kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan integritas berbagai asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan”. 2.1.3
Jenis-jenis audit Menurut Arens, Elder, Beasley (2012:32) terdapat tiga jenis audit yaitu
sebagai berikut: 1. An operational audit evaluates the efficiency and effectiveness of any part of an organization’s is a review of any part of an organization operating procedures and methods for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness. At the completion of an operational audit, management normally expects recommendations for improving operations. 2. A compliance audit is conducted to determine wheter the auditee is following specific procedures, rules or regulation set by some higher authority. A compliance audit for a private business could include determining wheter accounting personnel are following the procedures prescribed by the company controller, reviewing wage rates for compliance with minimum wage laws, or examining contractual agreements with bankers and other lenders to be sure the company is complying with legal requirements.
3. A financial statement audit is conducted to determine wheter the overall financial statement (the information being verified) are stated in accordance with specified criteria. Normally, the criteria are generally accepted accounting principles. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa audit dibagi dalam tiga jenis, yaitu: 1. Audit operasional yaitu audit yang bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas dari kinerja suatu organisasi. 2. Audit ketaatan yaitu audit yang bertujuan untuk menentukan kepatuhan auditee terhadap kebijakan peraturan, prosedur atau standar tertentu. 3. Audit laporan keuangan yang bertujuan untuk menentukan kewajaran laporan keuangan.
2.1.4
Jenis-jenis auditor Jenis-jenis auditor menurut Arens, Elder dan Beasley (2012;35) dibagi ke
dalam empat kategori, yaitu: 1. Certified Public Accounting firms are responsible for auditing the published historical financial statements of all publicly trades companies, most other reasonably large companies, and many smaller companies and non commercial organizations. 2. A Government Accountability Office Auditor is an auditor working for the Government Accountability Office (GAO). Many of GAO’s audit responsibilities are the same as those of a CPA firm.. 3. Internal Revenue Agents (IRS) is responsible for enforcing the federal tax laws as they have been defined by congress and interpreted by the courts. A major responsibility of the IRS is to audit the taxpayers’ return to determine wheter they have complied with the tax laws. 4. Internal auditors are employed by individual companies to audit for management. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis auditor terdiri dari:
1. Akuntan publik bersertifikat, yang bertanggungjawab atas laporan keuangan historis yang dibuat oleh kliennya. 2. Auditor pemerintah, yang bertanggungjawab melaksanakan fungsi audit bagi Kongres, dan memikul banyak tanggung jawab audit yang sama seperti sebuah kantor akuntan publik (KAP). 3. Auditor pajak, yang bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum
dalam pelaksanaan ketentuan
perpajakan. 4. Auditor
internal,
yang
berada
dalam
internal
organisasi
dan
bertanggungjawab dalam menilai dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kinerja organisasi tersebut.
2.1.5
Standar Auditing Menurut Islahuzzaman (2012:433), standar auditing merupakan pedoman
audit atas laporan keuangan historis standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk standar auditing (SA). Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, dimana prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan sedangkan standar merupakan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Pedoman utama adalah sepuluh standar auditing atau sepuluh generally auditing standards yang disusun oleh AICPA dan di adaptasi oleh IAI dalam standar profesional akuntan publik pada SA seksi 150, yaitu terdiri dari:
1.
Standar Umum 1) Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. 2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2.
Standar pekerjaan lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman yang memadai tentang pengendalian internal harus di peroleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, waktu dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3.
Standar Pelaporan 1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. 2) Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubunganya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. 4) Laporan audit harus membuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang sama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika adan dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.1.6
Kantor Akuntan Publik
2.1.6.1 Pengertian Kantor Akuntan Publik Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2001) mendefinisikan kantor akuntan publik (KAP) adalah sebagai suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. Menurut Mulyadi (2002:33) umumnya hirarki auditor dalam penugasan audit di dalam kantor akuntan publik dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Partner Partner
menduduki
jabatan
tertinggi
dalam
penugasan
audit,
bertanggungjawab atas hubungan dengan klien dan bertanggungjawab secara
menyeluruh mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit dan management letter dan bertanggungjawab terhadap fee audit dari klien. 2. Manager Manager bertindak sebagai pengawas audit, bertugas untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit, dan mereview kertas kerja laporan audit. Biasanya manager melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior, pekerjaan tidak berada di kantor klien melainkan di kantor auditor dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior. 3. Auditor Senior Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggungjawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, bertugas untuk mengerahkan dan mereview pekerjaan auditor junior. 4. Auditor Junior Auditor junior melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja melaksanakan pendidikan formalnya di sekolah. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang auditor junior harus belajar secara rinci mengenai pekerjaan audit.
Berikut ini level staf berdasarkan rata-rata pengalamannya: Tabel 2.1 Staff levels and responsibility
Staff level Staff assistant
Average experience 0-2 years
Senior or in-charge auditor
2-5 years
Manager
5-10 years
Partner
10+ years
Typical responsibilities Performs most of detailed audit work. Coordinates and is responsible for the audit field work, incuding supervising and reviewing staff work. Helps the in-charge plan and manage the audit, reviews the in-charges work, and manages relations with the client. A manager may be responsible for more than one engagement at the same time. Reviews the overall audit work and is involved in significant audit decisions. A partner is an owner of the firm and therefore has the ultimate responsibility for conducting the audit and serving the client.
Sumber: Arens (2012:49)
2.1.6.2 Syarat Pendirian Kantor Akuntan Publik Izin usaha KAP dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik, untuk mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin usaha KAP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1.
Memiliki izin akuntan publik.
2.
Menjadi anggota IAPI.
3.
Mempunyai paling sedikit 2 orang auditor tetap dengan tingkat pendidikan formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara Diploma III dan paling sedikit 1 orang diantaranya berijazah sarjana.
4.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
5.
Memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan paling kurang mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu.
6.
Domisili pemimpin KAP sama dengan domisili KAP.
7.
Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah ruang kantor yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain.
8.
Membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang mencantumkan alamat Akuntan Publik, nama dan domisili kantor, serta maksud dan tujuan pendirian kantor (hanya untuk KAP berbentuk badan usaha perseorangan).
9.
Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Usaha kantor akuntan publik, dan membuat surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar. Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, selain persyaratan-
persyaratan di atas, juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1.
Memiliki NPWP KAP.
2.
Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris.
3.
Memiliki surat izin akuntan publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang akuntan publik.
4.
Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang akuntan publik.
5.
Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai penunjukan salah satu Rekan menjadi Pemimpin Rekan.
6.
Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.
KAP berbentuk badan usaha persekutuan dapat membuka cabang KAP di seluruh wilayah Indonesia dengan izin dari Menteri Keuangan.
2.1.6.3 Jasa yang Diberikan Kantor Akuntan Publik Pada dasarnya, jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik meliputi (Mulyadi, 2002:4): 1.
Jasa Assurance Jasa assurance adalah jasa yang profesional independen yang meningkatkan kualitas (kehandalan dan relevansi) informasi yang digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
2.
Jasa Atestasi (Attestation) Atestasi merupakan suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang signifikan, dengan kriteria yang ditetapkan. Jasa atestasi merupakan jenis jasa assurance dimana akuntan publik menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu simpulan tentang kehandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain. Asersi adalah
pernyataan yang dibuat oleh suatu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Jasa atestasi akuntan publik dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 1) Auditing Jasa auditing mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Akuntan publik yang memberikan jasa auditing tersebut disebut dengan istilah auditor. Atas dasar audit yang dilaksanakan terhadap laporan keuangan tersebut, auditor menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. 2) Pemeriksaan (Examination) Examination merupakan jasa lain yang dihasilkan oleh akuntan publik yang berupa pernyataan suatu pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang telah ditetapkan. 3) Penelaahan (Review) Jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan prosedur analitis terhadap keuangan suatu entitas dengan tujuan memberikan keyakinan atas asersi yang terkandung dalam informasi keuangan tersebut. Keyakinan negatif lebih rendah tingkatnya dibanding dengan keyakinan positif yang diberikan akuntan publik dalam jasa auditing dan jasa pemeriksaan, karena lingkup prosedur yang digunakan akuntan publik
dalam pengumpulan bukti lebih sempit dalam jasa review dibandingkan dengan yang digunakan dalam jasa auditing dan jasa pemeriksaan. 4) Prosedur yang Disepakati (Agreed-upon Procedures) Merupakan jasa atestasi atas asersi manajemen yang dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antara klien dengan akuntan publik. Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan oleh akuntan publik dalam menghasilkan jasa atestasi dengan prosedur yang disepakati lebih sempit dibandingkan dengan auditing dan pemeriksaan. 3.
Jasa Lainnya Non-atestasi Jasa non-atestasi adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan, temuan atau bentuk lain keyakinan. Jasa non-atestasi meliputi: 1) Jasa Kompilasi (Accounting and Compilation) Dalam jasa kompilasi, akuntan publik melaksanakan berbagai jasa akuntansi kliennya seperti pencatatan (manual maupun dengan komputer), transaksi akuntansi, sampai penyusunan laporan keuangan. 2) Jasa Perencanaan Keuangan (Financial Planning) Meliputi berbagai jenis jasa yang mencakup, menginterpretasi, dan menambah nilai informasi keuangan. Misalnya perencanaan pajak, analisis laporan keuangan sampai dengan strukturisasi investasi portofolio.
3) Jasa Konsultasi Manajemen Jasa ini memberikan kemungkinan pada klien untuk meningkatkan kemampuan dan sumber dayanya dalam rangka mencapai pembenahan sistem ekonomi sampai dengan keikutsertaan dalam penyusunan strategi pemasaran serta pemanfaatan instalasi komputer.
2.1.6.4 Fase Pelaksanaan Audit di Kantor Akuntan Publik Menurut Boynton, et al. (2001:233) dalam bukunya Modern Auditing, terdapat empat fase dalam pelaksanaan audit, yaitu: 1. Client acceptance and retention Yang termasuk dalam fase awal audit ini adalah keputusan untuk menerima atau menolak kesempatan untuk menerima klien baru atau melanjutkan sebagai auditor atas klien yang telah ada. Adapun langkah-langkah dalam menerima perjanjian kerjasama audit yaitu, mengevaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko yang tidak biasa, menilai kompetensi untuk melaksanakan audit mengevaluasi independensi, keputusan untuk menerima atau menolak engagement, mempersiapkan engagement letter (Boynton, et al. 2001:235) 2. Planning the audit Yang termasuk dalam perencanaan audit adalah pengembangan strategi yang menyeluruh untuk penanganan yang diperlukan dan ruang lingkup audit. Perencanaan yang dibutuhkan dalam suatu perjanjian kerjasama bervariasi
sesuai dengan besarnya kompleksitas dari klien, pengetahuan auditor, dan pengalaman dengan klien. Langkah-langkah perencanaan audit adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan pemahaman tentang bisnis klien dan industri 2. Lakukan prosedur analitis 3. Membuat awal penilaian tentang tingkat materialitas 4. Pertimbangkan risiko audit 5. Mengembangkan audit pendahuluan strategis untuk pernyataan yang signifikan 6. Mendapatkan pemahaman pengendalian internal klien 3. Performing audit test Fase ini disebut juga sebagai fase pelaksanaan kerja lapangan, karena tes biasanya dilakukan pada lingkungan kerja klien. Tujuan utama fase ini menurut Boynton, et al. (2001:233) adalah: “The primary purpose of this phase is to obtain audit evidence about the effectiveness of the client’s internal control structure and the fairness of it’s financial statements”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa tujuan utama dari fase ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan itu. Tes audit biasanya dilakukan antara tiga sampai empat bulan sebelum atau satu sampai tiga bulan setelah tahun fiskal berakhir.
4. Reporting the findings Fase terakhir dari audit adalah melaporkan temuan audit. Auditor juag mempersiapkan laporan kepada bagian manajemen dan dewan pengurus mengenai temuan dalam pengendalian internal dan temuan lain dari bagian manajemen. Laporan audit biasanya dikeluarkan dalam satu hingga tiga minggu dari penyelesaian kerja lapangan.
2.1.6.5 Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik Dalam
memberikan
jasa
profesionalnya,
kantor
akuntan
publik
bertanggung jawab terhadap organisasi untuk mematuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan juga bertanggung jawab terhadap klien atas hasil audit yang dapat dipercaya dan diandalkan. Hal ini dapat dicapai bila dalam penugasan auditnya, kantor akuntan publik telah memenuhi syarat independensi dalam hubungannya dengan klien, menggunakan staf yang kompeten secara profesional, objektif serta menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (due profesional care). Quality control penting untuk meyakinkan bahwa kantor akuntan publik telah menjalankan tanggung jawab auditnya secara profesional. Quality control berbeda dengan standar auditing yang berlaku umum dimana quality control adalah prosedur yang digunakan oleh kantor akuntan publik (KAP) untuk membantu mereka memenuhi standar-standar yang ada secara konsisten dalam setiap penugasan.
Bentuk quality control yang dilakukan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) untuk menjaga kualitas audit yang dihasilkan KAP adalah KAP harus memiliki sistem pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan SPAP. Sistem pengendalian mutu KAP mencakup struktur organisasi, kebijakan, dan prosedur yang ditetapkan dalam melakukan audit. Sifat dan lingkup kebijakan serta prosedur pengendalian mutu yang ditetapkan oleh KAP tergantung pada berbagai faktor, antara lain ukuran KAP, langkah ekonomi yang diberikan kepada stafnya dan kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi kantor dan pertimbangan biaya manfaat. Unsur-unsur pengendalian mutu saling berhubungan dan kantor akuntan publik wajib menyusun kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan masingmasing pengendalian mutu seperti yang tercantum dalam SPAP berikut ini: a. Independensi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pada setiap lapis organisasi, semua staf profesional mempertahankan independensi sebagaimana diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik secara rinci. b. Penugasan personel, yang memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam proses penugasan personel, sifat dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel yang ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara langsung terhadap personel tersebut semakin tidak diperlukan.
c. Konsultasi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang
memiliki
tingkat
pengetahuan,
kompetensi,
pertimbangan
(judgement) yang memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor, antara lain ukuran KAP dan tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh staf pelaksanaan perikatan. d. Supervisi, memberikan keyakinan memadai bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP. Lingkup supervisi dan review yang sesuai pada suatu kondisi tertentu, tergantung atas beberapa faktor, antara lain kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan lingkup konsultasi yang tersedia dan yang telah digunakan. Tanggung jawab KAP untuk menetapkan prosedur mengenai supervisi berbeda dengan tanggung jawab staf secara individual untuk merencanakan dan melakukan supervisi secara memadai atas perikatan tertentu. e. Pemekerjaan (Hiring), yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga memungkinkan mereka melakukan perikatan secara kompeten. Akhirnya, mutu pekerjaan KAP tergantung kepada integritas, kompetensi dan motivasi personel yang melaksanakan dan melakukan supervisi atas pekerjaan. Oleh karena itu, program pemekerjaan KAP menjadi salah satu unsur penentu untuk mempertahankan mutu pekerjaan KAP. f. Pengembangan profesional, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka
memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan kepada personelnya pengetahuan memadai untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP. g. Promosi (Advancement), yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua personel terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik promosi personel akan berakibat terhadap mutu pekerjaan KAP. Kualifikasi personel terseleksi unutk promosi harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada karakter, intelegensi, pertimbangan (judgement) dan motivasi. h. Penerimaan dan keberlanjutan klien, memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas. Adanya keharusan bagi KAP untuk menetapkan prosedur dengan tujuan seperti tersebut, tidak berarti bahwa KAP bertugas untuk menentukan integritas atau keandalan klien, dan tidak juga berarti bahwa KAP berkewajiban kepada siapapun, kecuali kepada dirinya, untuk menerima, menolak atau mempertahankan kliennya. Namun, dengan berdasarkan pada prinsip pertimbangan hati-hati (prudence), KAP disarankan selektif dalam menentukan hubungan profesionalnya. i. Inspeksi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur pengendalian mutu, seperti tersebut pada butir a sampai dengan butir h, telah ditetapkan secara efektif. Prosedur
inspeksi dapat dirancang dan dilaksanakan oleh individu yang bertindak mewakili kepentingan manajemen KAP. Jenis prosedur inspeksi yang akan digunakan tergantung kepada pengendalian yang ditetapkan oleh KAP dan penetapan tanggung jawab di KAP untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu. Sistem pengendalian mutu KAP mensyaratkan setiap KAP, tanpa memandang ukurannya untuk memiliki sistem pengendalian mutu atas praktik akuntansi dan auditnya, artinya setiap KAP tanpa terkecuali harus mengikuti program review yang dilaksanakan oleh tim peer-review yang dibentuk oleh IAI atau oleh badan (regulator body) yang berwenang sesuai dengan peraturan perundangan di bidang akuntan publik, melalui koordinasi dengan IAI. Pelaksana review harus menduduki salah satu posisi berikut ini: a. Rekan KAP b. Manajer atau orang yang bertanggungjwab dalam posisi supervisi Dengan dilaksanakannya review mutu sesuai dengan standar pelaksanaan dan pelaporan review mutu yang ditetapkan oleh IAI, diharapkan quality control atas kualitas audit yang dihasilkan KAP tercapai dengan maksimal, dan IAI sebagai organisasi resmi profesi akuntan publik dapat menjamin bahwa para anggotanya, yaitu KAP telah melaksanakan tanggung jawabnya secara profesional baik kepada klien maupun kepada profesi.
2..1.7 Time Budget Pressure 2.1.7.1 Pengertian Budget Di dalam melaksanakan seluruh fungsi-fungsinya, terutama fungsi perencanaan dan pengendalian, diperlukan suatu alat bantu. Adapun salah satu alat bantu yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian adalah anggaran (budget). Budget ini mempunyai definisi yang beragam. Namun apabila diamati dengan teliti, masing-masing definisi tersebut akan mempunyai pengertian yang sama yaitu budget merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi selama jangka waktu tertentu untuk masa yang akan datang. Menurut Agus Ahyari (2002:8) anggaran merupakan perencanaan secara formal dari seluruh kegiatan perusahaan di dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan di dalam unit kuantitatif (moneter). Sedangkan menurut M. Munandar (2001:1) memberikan pengertian budget sebagai berikut: “Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis. Yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”. Dari definisi tersebut, budget dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang disusun secara formal di dalam perusahaan tersebut yang mencakup seluruh kegiatan perusahaan tanpa adanya pengecualian. Manfaat budget adalah: 1. Sebagai pedoman kerja 2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja 3. Sebagai alat pengawasan kerja
2.1.7.2 Pengertian Time Budget Menurut Alderman, et al. (1990:37) time budget didefinisikan sebagai berikut: “Time budget is an element of planning used by auditors which simply establishes guidelines in number of hours for each section of the audit”. Maksud kutipan tersebut menjelaskan bahwa time budget adalah suatu bagian dari perencanaan yang digunakan oleh auditor yang menetapkan panduan dalam satuan waktu jam untuk setiap seksi dari audit. Jumlah jam harus dialokasikan dengan persiapan dari skedul kerja yang menunjukkan siapa yang melaksanakan serta apa dan berapa lama hal tersebut dilakukan. Kemudian total jam tersebut dianggarkan pada kategori utama di prosedur audit dan disusun dalam bentuk skedul mingguan. Sedangkan menurut Meigs, et al. (1992:133), time budget mempunnyai definisi sebagai berikut: ” A time budget for an audit is constructed by estimating the time required for each step in the audit program”. Berdasarkan definisi diatas, time budget didefinisikan sebagai waktu yang dianggarkan untuk melaksanakan langkah-langkah dalam setiap program audit. Penyusunan time budget dilakukan pada tahap awal perencanaan. Time budget digunakan untuk mengendalikan kerja dari suatu penugasan audit dan varians dari time budget merupakan petunjuk adanya masalah yang membutuhkan perhatian lebih. Varians yang bisa menunjukkan masalah akuntansi dan audit yang tidak diperkirakan sebelumnya, kurangnya instruksi dari supervisor, atau kesalahpahaman dari staf.
Time budget disusun berdasarkan informasi yang diperoleh pada langkah awal dalam audit, yaitu meperoleh pemahaman atas klien. Time budget pendahuluan yang dipersiapkan selama tahap awal dari perencanaan audit merupakan dasar kompeten untuk menetapkan syarat-syarat perjanjian kerja dan perumusan rencana audit. Time budget total disusun dengan berdasarkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah dari program audit pada setiap auditor yang ditugasi sesuai dengan posisi atau jabatan untuk penugasan rutin, catatan waktu yang terperinci atas kerja audit pada tahun sebelumnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan time budget yang baru. Kegunaan time budget menurut Holmes dan Burns (1979:222) adalah: 1. 2. 3. 4.
Determining staff requirements for the audit Determining estimated hours necessary to complete the audit Estimation of the audit fee Scheduling of the time and sequence of the audit work
Dari kutipan diatas dapat diketahui kegunaan dari time budget yaitu: menentukan banyaknya staf yang dibutuhkan untuk suatu penugasan audit, menentukan perkiraan jam yang diperlukan untuk menyelesaikan audit, menentukan estimasi biaya audit agar proses audit berjalan dengan efektif dan efisien, penjadwalan waktu dan urutan pekerjaan audit.
2.1.7.3 Kebaikan dan Kelemahan dari Time Budget Time budget sebagai bagian dari perencanaan memiliki keuntungan tidak saja bagi kantor akuntan publik tapi juga bagi auditor secara individual. Kebaikan dari time budget adalah sebagai berikut (Holmes dan Burns,1979:223): 1. As an efficient method to arrange staff schedule
2. As a guideline for relative importance from different audit areas 3. As an incentive for staff auditors for efficient performance 4. As a means to arrange fee Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa kebaikan dari time budget yaitu: sebagai metode yang efisien untuk mengatur jadwal staf, sebagai pedoman untuk kepentingan dari daerah audit yang berbeda, sebagai insentif bagi staf auditor untuk kinerja yang efisien, dan sebagai sarana untuk mengatur biaya. Pada pelaksanaannya, terkadang time budget juga memiliki dampak yang kurang baik. Menurut Holmes dan Burns (1979:224) mengatakan: “Time budget is a guideline, it is not absolute or exact.” Artinya time budget hanya sekedar pedoman, tidak bernilai mutlak atau persis. Bila auditor membutuhkan waktu tambahan untuk melakukan program audit, time budget dapat dirubah sewaktu-waktu agar auditor dapat mengumpulkan bukti yang cukup dan lebih memadai sesuai dengan tujuan audit. Namun kecenderungan yang terjadi adalah auditor menepatkan time budget sebagai tujuan utama dalam melakukan audit, sehingga revisi time budget tidak dilakukan dan auditor malah melakukan melakukan langkah-langkah yang tidak sesuai dengan prosedur audit. Tindakan seperti ini menjadi tidak benar karena tujuan utama dari audit adalah memberikan opini sehubungan dengan standar audit yang diterima umum dan bukan untuk memenuhi time budget.
2.1.7.4 Penyusunan dan Pengendalian Time Budget Menurut Houston (1999:72) yang harus dilakukan dalam penyusunan time budget adalah sebagai berikut:
“Auditor determine the planned audit investment when they prepare audit time budgets. Time budgets provide a basis for audit planning, cost control, staff evaluation, and staff scheduling. On continuing audit clients, after reviewing prior year audit. The auditor senior meets with the manager and/or partner to plan the current year audit. This meeting addresses risk factors, auditor strategy, important proposed changes to the audit plan and estimatedactual or reported audit hours to provide descriptive data”. Dari penjelasan di atas, untuk penugasan yang pernah dilakukan sebelumnya atau penugasan rutin, catatan waktu yang terperinci atas kerja audit pada tahun sebelumnya merupakan faktor yang penting untuk menentukan time budget yang baru. Modifikasi pada time budget yang baru perlu dilakukan bila waktu total time budget yang lalu berlebih atau jika terjadi kondisi khusus selama tahun sebelumnya yang tidak lagi merupakan faktor khusus di tahun yang berjalan. Selain itu harus dilakukan perhitungan secara tepat mengenai waktu ini, karena sangat penting dalam penentuan fee dan memperhitungkan
biaya
penugasan. Time budget merupakan penjelasan bagi staf audit atas area yang dirasa kritis dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Time budget juga merupakan alat yang penting bagi auditor senior untuk mengukur efisiensi staf dan menetapkan setiap langkah dari perjanjian kerja apakah kerja audit mengalami kemajuan pada tingkat yang memuaskan. Tujuan dari pencatatan time budget adalah mengevaluasi efisiensi dari anggota tim audit, menyusun catatan untuk penagihan klien, menyusun catatan untuk merencanakan audit berikutnya (Gay dan Simnett, 2005:15).
2.1.7.5 Time Budget Pressure Tekanan (pressure) untuk menyelesaikan suatu penugasan dalam waktu yang telah ditentukan atas dasar pertimbangan biaya terendah atas fee dari klien merupakan aspek terpenting bagi KAP maupun auditor secara individual. Tekanan tersebut akan selalu ada, dikarenakan beberapa hal seperti promosi atas kesuksesan professional yang akan diperoleh apabila seorang auditor atau sebuah KAP mampu menyelesaikan penugasan audit secara efektif dan efisien, yang biasanya digambarkan dengan penyelesaian audit yang tepat waktu tanpa biaya yang besar tetap memenuhi tujuan audit. Menurut Kelley, et al. (2005:24) time budget pressure diartikan sebagai: “Budget related time pressure can only occur when the budgeted amount of time is less than total available time”. Dari penjelasan di atas, time budget pressure merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana jumlah waktu yang dianggarkan kurang dari waktu yang telah tersedia untuk menyelesaikan prosedur audit yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang auditor mendapatkan tekanan untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Menurut Meigs, et al. (1992) menyatakan bahwa: “There is always pressure to complete an audit whitin the estimated time ability to do satisfactory work when given abundant time is not sufficient qualification, for time is never abundant”. Berdasarkan kutipan tersebut, selalu ada tekanan untuk menyelesaikan audit agar tidak melenceng dari estimasi waktu. Auditor yang membutuhkan waktu lebih lama dari waktu normal untuk suatu tugas akan menimbulkan dampak buruk di mata supervisornya dan hal ini akan menghambat kemajuan karier. Kemampuan
untuk melakukan kerja yang memuaskan jika diberikan waktu yang berlebih bukanlah merupakan suatu kualifikasi, karena dalam suatu kantor akuntan publik tidak pernah ada waktu yang berlebih. Time budget pressure adalah salah satu tekanan yang terjadi pada profesional akuntan (DeZoort dan Lord, 1997). Selanjutnya Dezoort dan Lord (1997) juga mengungkapkan bahwa: “The increased level of stress has been shown to have a number of behavioural effects in decision making, including speeding up efforts to assimilate information changing the processing strategy used and restricting information processing”. Dengan adanya tekanan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan, merubah strategi yang telah digunakan dan juga dapat membatasi proses informasi. Tekanan seperti ini dapat mengurangi kualitas audit dan laporan keuangan yang dihasilkan. Time budget pressure ini tidak hanya dirasakan oleh senior auditor dan junior auditor, tetapi juga oleh manajer. Manajer sebagai pihak pertama dari KAP yang berhubungan dengan klien, termasuk dalam melakukan persetujuan dalam penentuan fee. Dalam penentuan fee ini, manajer melakukan peninjauan dan penilaian atas klien, untuk kemudian memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan audit. Kemudian manajer menyusun preliminary budget untuk menentukan berapa total cost dari penugasan tersebut, sehingga pihak kantor akuntan publik dapat mengajukan fee yang kemudian akan dibicarakan dengan klien. Setelah mencapai persetujuan dalam penentuan fee, baru kemudian disusun time budget berdasarkan kesepakatan fee.
Untuk mengukur time budget pressure digunakan beberapa indikator yang diperoleh dari teori dalam jurnal yang ditulis oleh Willet dan Page (1996). Indikator-indikator tersebut antara lain: 1) Pemahaman auditor atas time budget Jika pemahaman auditor tentang time budget sangat tinggi maka tekanan yang ditimbulkan atas time budget itu sendiri akan rendah, sebaliknya jika pemahaman auditor tentang time budget rendah maka tekanan yang ditimbulkan dari time budget akan semakin tinggi. 2) Tanggung jawab terhadap time budget Dalam melaksanakan time budget, seorang auditor harus mengetahui tanggung jawab yang harus diselesaikan dan target-target yang harus dicapai serta bertanggungjawab untuk menjaga agar proses audit efisien dan sesuai dengan time budget yang ditetapkan. 3) Penilain kinerja dari atasan Tinggi rendahnya tekanan tergantung pada kinerja yang diberikan oleh auditor tersebut, auditor akan merasa tekanan rendah jika kinerja yang diberikan dinilai baik oleh atasan dan sebaliknya tekanan akan tinggi jika atasan menilai kinerja yang telah diberikan tidak sesuai dengan sasaran dan target atas time budget. 4) Alokasi fee untuk biaya audit Lancar atau tidaknya suatu proses audit sangat bergantung pada biaya audit yang biasanya didapatkan dari fee yang diterima, dan pengalokasian fee untuk
biaya audit sangat diperlukan untuk dapat memenuhi time budget yang telah ditetapkan. 5) Frekuensi revisi time budget 6) Selisih time budget
2.1.7.6 Dampak Time Budget Pressure Menurut DeZoort dan Lord (1997) mengelompokkan dampak time budget pressure sebagai berikut: 1. Impacting attitudes Yang termasuk ke dalam impacting attitudes yaitu: stress, feelings of failure, job dissatisfaction, undesired turnover. 2. Impacting intention Yang termasuk ke dalam Impacting intention yaitu: underreporting time dan accepting weak from of evidence during the audit. 3. Impacting Behaviour Yang termasuk ke dalam Impacting behavior yaitu: premature sign-off dan neglect needed research an accounting standards. Sedangkan menurut Alderman and Deitrick (1982), dampak negatif dari time budget pressure adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Narrowed scopes Reduced work on certain procedures Reliance on lower quality evidence Premature audit sign-offs Omission of some audit procedures
Menurut Sweeney dan Pierce (2006) selain memiliki dampak negatif, time budget pressure memiliki efek positif, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5.
2.1.8
Greater focus on Completion of Work More effective dealings with clients Greater attention to relevant information Elimination of unnecessary work Better communication with superiors
Perilaku Penurunan Kualitas Audit
2.1.8.1 Pengertian Perilaku Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Individu dalam hal ini adalah auditor. Auditor adalah seseorang yang bertugas untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Menurut Barney dan Griffin (1992:536) menyatakan : “Perilaku adalah suatu manifestasi dari motivasi, sementara motivasi muncul ketika individu memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga perilaku sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan motivasi”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa: 1. Perilaku adalah akibat 2. Perilaku diarahkan oleh tujuan untuk memenuhi sebuah kebutuhan 3. Perilaku yang bias diamati dapat diukur 4. Perilaku yang tidak dapat secara langsung diamati 5. Perilaku dimotivasi dan didorong
2.1.8.2 Kualitas Audit Istilah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material atau kecurangan dalam laporan keuangan audit. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai risiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi risiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan auditee dan menjaga kerusakan reputasi auditor. DeAngelo (1981:186) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut: “Audit quality as the market-assessed joint probability that a given auditor will both detect material misstatements in the client’s financial statements and report the material misstatements”. Berdasarkan kutipan di atas, kualitas audit didefinisikan sebagai kemungkinan dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kualitas audit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wooten (2003), faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Audit firm factors Suatu kantor akuntan publik mampu untuk menyediakan sumber daya untuk mempekerjaan dan melatih orang, serta memberikan suatu pelatihan audit yang baik, akan lebih mudah untuk mendeteksi kesalahan dalam laporan keuangan.
2. Human resources Terdapat sumber daya manusia yang berkualitas yang selalu meperbarui teknik dan bersikap profesional dalam pelaksanaan audit. 3. Control processes Suatu kantor akuntan publik harus mempunyai quality control system yang kuat dalam proses audit, sehingga material misstatement yang tidak terdeteksi akan lebih rendah. 4. Partner and manager attention Adanya perhatian yang tinggi dari partner dan manajer dalam suatu pekerjaan audit merupakan hal yang sangat penting 5. Planning and conduct of the audit work Harus adanya perencanaan dalam pekerjaan audit dan harus memperoleh keyakinan memadai dalam mendeteksi material misstatement. 6. Professionalism, persistence and skepticism Staf yang menunjukkan tingkat profesionalisme yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan tugas auditnya benar dan tidak menghentikan langkah audit yang belum selesai. Staf yang mempertahankan skeptisme cenderung akan menerima bukti yang cukup. 7. Experience with the client Staf auditor dapat lebih memahami, mengerti dan mengetahui kelemahan atau kekuatan dari bisnis klien untuk penugasan audit pada tahun berikutnya. Mereka mampu untuk lebih mudah mengidentifikasi daerah-daerah yang paling memiliki risiko dan kesalahan dari tahun sebelumnya.
8. Experience in the industry Dengan banyaknya pengalaman dalam melakukan audit untuk industri yang sejenis meskipun berbeda klien, auditor dapat lebih yakin dan mudah memahami segala yang berkaitan dengan industri tersebut. 2.1.8.3 Perilaku Penurunan Kualitas Audit Definisi dari perilaku penurunan kualitas audit (RAQ) menurut Malone dan Roberts (1996) adalah: “RAQ behaviors are define as actions taken by an auditor during an engagement which reduce evidence gathering effectiveness inappropriately”. Maksud dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa perilaku penurunan kualitas audit merupakan perilaku yang dilakukan auditor dalam penugasan audit dimana mereka mengurangi bukti audit yang dikumpulkan sehingga dapat mengarah kepada penurunan kualitas audit. Menurut Coram, et al. (2004) ada dua tipe dari perilaku penurunan kualitas audit, yaitu: 1. Accepting doubtful audit evidence, involved accepting the word of an employee and not bothering to seek corroborative evidence. 2. Truncating an audit sample, involved not going to extra trouble to find documentation for the last few transactions when all data examined to date was free of error. Perilaku dibawah tekanan dapat berpengaruh terhadap kualitas audit. Ada yang langsung berpengaruh pada penurunan kualitas audit dan ada yang tidak langsung berpengaruh pada penurunan kualitas audit. Yang termasuk dalam perilaku yang langsung berpengaruh pada penurunan kualitas audit menurut Kelley dan Margheim (1990) adalah:
1. Prematur signing-off on an audit program step 2. Reducing the amount of weak performed on audit step below what the auditor would consider reasonable 3. Making superficial review of client’s document 4. Accepting weak client’s explanation Sedangkan perilaku yang tidak berpengaruh langsung terhadap penurunan kualitas audit adalah under-reporting of chargeable time (UCT). Yang dimaksud dengan under-reporting adalah suatu kondisi dimana auditor tidak melaporkan jam sesungguhnya yang digunakan dalam pelaksanaan kerja audit. Underreporting terjadi jika seorang auditor telah menggunakan waktu dalam penugasan auditnya melebihi time budget tetapi auditor tersebut tidak melaporkan kelebihan jam yang dilakukan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Kelley dan Margheim (1990) dan Coram, et al. (2004) diperoleh berbagai macam perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit, yang tiga diantaranya adalah: 1) Rejecting awkward items from a sample 2) Accepting doubtful audit evidence 3) Not testing all of the items in a selected sample Berdasarkan kutipan di atas, terdapat tiga macam perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit, yaitu: mengurangi sampel pemeriksaan, menerima bukti audit yang lemah, dan melakukan penyingkatan pemeriksaan. Ketiga perilaku tersebut dapat dijadikan indikator untuk mengukur perilaku penurunan kualitas audit. Adanya kecenderungan auditor untuk melakukan perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit adalah salah satunya disebabkan oleh tingginya tekanan time budget. Faktor lain yang menyebabkan auditor melakukan perilaku-perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit, seperti diungkapkan oleh Rhode (1978)
adalah karena kemalasan dalam bekerja (laziness) dan kejenuhan atau kebosanan (boredom).
2.2
Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik tentunya
menginginkan kualitas audit yang baik. Penggunaan standar auditing dan prosedur audit adalah merupakan pedoman yang digunakan oleh auditor dalam menghasilkan kualitas audit yang baik. Auditor dituntut untuk melakukan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit. Akhir-akhir ini tuntutan itu semakin besar dan menimbulkan time budget pressure. Pada praktiknya, time budget digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini menimbulkan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang dianggarkan. Batas waktu (time deadline) berhubungan dengan tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan audit dengan tanggal tertentu. Adanya batas waktu (time deadline) menyebabkan seseorang dituntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan segera dan apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menimbulkan konflik karena waktu yang telah ditentukan untuk suatu pekerjaan audit terlewati serta kualitas dapat terganggu. Time budget pressure merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana jumlah waktu yang dianggarkan kurang dari waktu yang telah tersedia untuk menyelesaikan prosedur audit yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang auditor mendapatkan tekanan untuk menyelesaikan pekerjaannya secara tepat
waktu. Biasanya klien yang menggunakan jasa KAP menginginkan waktu yang relatif lebih singkat sehingga biaya yang dianggarkan perusahaan lebih kecil. Sehingga dalam hal ini auditor dituntut mampu mengoptimalkan waktu yang tersedia dalam menjalankan proses audit untuk menghasilkan informasi yang berkulitas dan tepat waktu atau dengan kata lain auditor harus mampu bekerja secara efektif dan efesien. Berdasarkan telaah pustaka serta beberapa penejelasan dari penelitian terdahulu, maka peneliti mengindikasikan faktor yang mempengaruhi perilaku penurunan kualitas audit dilihat dari tekanan anggaran waktu (time budget pressure). Untuk membantu dalam memahami faktor yang dapat berpengaruh terhadap perilaku penurunan kualitas audit diperlukan suatu kerangka pemikiran.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Time Budget Pressure
Perilaku Penurunan Kualitas Audit
2.2.1
Review Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai perilaku penurunan kualitas audit telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya yang digunakan oleh peneliti sebagai rujukan, yaitu : Survei yang dilakukan oleh Otley dan Pierce (1996) mengemukakan: “Tight budget often lead the auditors omitting parts of the audit program, and thus to lower audit quality”. Ketatnya time budget menyebabkan auditor untuk meninggalkan suatu langkah audit dalam audit program sehingga menyebabkan kecenderungan perilaku menyimpang yang berdampak pada penurunan kualitas audit. Hasil ini didukung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soobaroyen dan Chengabroyan (2005) bahwa time budget pressure suatu audit yang besar mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor terdiri dari audit quality reduction behavior (AQRB), premature sign-off (PSO) dan under reporting of time (URT). Selain itu penelitian yang dilakukan Basuki & Mahardani (2006) mengenai pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku disfungsional auditor dan kualitas audit pada kantor akuntan publik di Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap premature sign-off. Sedangkan tekanan anggaran waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku under-repoting of time. Perilaku premature sign-off tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Perilaku under-reporting of time memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan tekanan anggara waktu tidak
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit, namun harus melalui perilaku under-reporting of time terlebih dahulu. Sedangkan penelitian menurut Coram, et al. (2004) menunjukan hasil bahwa dibawah tekanan time budget terdapat kecenderungan untuk melakukan tindakan seperti mengurangi sampel pemeriksaan, menerima bukti audit yang lemah dan melakukan penyingkatan pemeriksaan yang pada akhirnya dapat mengurangi kualitas audit.
2.3
Hipotesis Penelitian
2.3.1
Hubungan Time Budget Pressure terhadap Perilaku Penurunan Kualitas Audit Pada tahap perencanaan audit, manajer menyusun suatu time budget untuk
menentukan jam audit yang dibutuhkan oleh setiap level auditor. Time budget ini disesuaikan dengan audit fee yang disepakati oleh klien. Time budget pressure ini timbul terutama akibat adanya client’s fee pressure yang disebabkan oleh meningkatnya persaingan diantara KAP (Willet dan Page, 1996). Pada praktiknya, time budget digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini menimbulkan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang dianggarkan. Adanya batas waktu (time deadline) menyebabkan seseorang dituntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan segera dan apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menimbulkan konflik karena waktu yang telah ditentukan untuk suatu pekerjaan audit terlewati serta kualitas dapat terganggu.
Dengan adanya tekanan tersebut memungkinkan bagi staf untuk mengurangi waktu penugasan dengan cara melakukan pemotongan (short cut) dan juga melakukan pengujian lebih sedikit terhadap sampel yang sudah dipilih serta mereka mengabaikan kesalahan (Raghunathan, 1991). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Dezoort dan Lord (1997) bahwa: “The increased level of stress has been shown to have a number of behavioural effects in decision making, including speeding up efforts to assimilate information changing the processing strategy used and restricting information processing”. Dengan adanya tekanan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan, merubah strategi yang telah digunakan dan juga dapat membatasi proses informasi. Tekanan seperti ini dapat mengurangi kualitas audit dan laporan keuangan yang dihasilkan. Dari penelitian Kelley dan Margheim (1990) dan Coram, et al, (2004) terdapat berbagai macam perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit, diantaranya adalah: 1. Rejecting awkward items from a sample 2. Accepting doubtful audit evidence 3. Not testing all of the items in a selected sample Menurut Coram, et al. (2004) terdapat suatu perilaku dibawah tekanan waktu yang dapat diketahui dan mempengaruhi keadaan. Time budget pressure dapat menambah tingkat stress. Dalam penelitian tersebut juga menyatakan bahwa pada kondisi dibawah tekanan time budget, auditor akan menerima pilihan yang berisiko dan hanya fokus terhadap informasi yang penting. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Otley dan Pierce (1996) yang mengemukakan:
“Tight budget often lead the auditors omitting parts of the audit program, and thus to lower audit quality”. Ketatnya time budget menyebabkan auditor untuk meninggalkan suatu langkah audit dalam audit program sehingga menyebabkan kecenderungan perilaku menyimpang yang berdampak pada penurunan kualitas audit. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Alderman dan Deitrick (1982), Kelley dan Margheim (1990), Raghunathan (1978), Willet dan Page (1996) menyatakan: “Time budget pressure was found to have a significant positive association with RAQ behaviors”. Maksud dari kutipan tersebut menyatakan bahwa time budget pressure memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku penurunan kualitas audit. Dari beberapa pendapat diatas bahwa time budget pressure ini timbul terutama akibat adanya client’s fee pressure yang disebabkan oleh meningkatnya persaingan diantara KAP. Dengan adanya time budget presure cenderung akan mempengaruhi perilaku penurunan kualitas audit karena adanya tekanan dari pihak klien. Dari argumen tersebut, maka hipotesis yang dapat dikembangkan sebagai berikut : 𝐇𝐚 : Time budget pressure secara signifikan berpengaruh terhadap perilaku penurunan kualitas audit.
Penelitian terdahulu diringkas dalam tabel berikut ini: Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu No
1.
Nama Peneliti dan Tahun pelitian Otley dan Pierce (1996)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Audit Time Budget Pressure: Consequence and Antecendences.
Variabel (X) dalam penelitian ini yaitu: Time Budget Pressure Variabel (Y) dalam penelitian ini yaitu: Perilaku Penurunan Kualitas Audit.
2.
Soobaroyen dan Chengabroyan (2005)
Auditors Perceptions of Time Budget Pressure, Premature Sign Off and Under-Reporting of Chargeable Time:Evidence from a Development Company.
Variabel (X) dalam penelitian ini yaitu: Time Budget Pressure Variabel (Y) dalam penelitian ini yaitu: audit quality reduction behavior (AQRB), premature sign-off (PSO), under reporting of time (URT).
3.
Basuki Mahardani (2006)
Pengaruh Tekanan Anggaran waktu terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya.
Variabel (X) dalam penelitian ini yaitu: Tekanan Anggaran Waktu Variabel (Y) dalam penelitian ini yaitu: Perilaku disfungsional auditor dan kualitas audit pada kantor akuntan publik.
&
Hasil Penelitian Time budget pressure berpengaruh positif terhadap perilaku penuruanan kualitas audit. Time budget pressure suatu audit yang besar mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor terdiri dari audit quality reduction behavior (AQRB), premature sign-off (PSO) dan under reporting of time (URT). Tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap premature sign-off . Tekanan anggaran waktu berpengaruh signifikan
4.
Coram, Julianan dan Woodliff (2004)
The Effect of Time Budget Pressure and Risk of Error on Auditor Performance.
Variabel (X) dalam penelitian ini yaitu: Time Budget Pressure Variabel (Y) dalam penelitian ini yaitu: Perilaku penurunan kualitas audit.
terhadap perilaku underrepoting of time. Perilaku premature sign-off tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Perilkau underreporting of time memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, namun harus melalui perilaku underreporting of time. Hasil penelitian menunjukan bahwa time budget pressure berpengaruh signifikan terhadap penurunan kualitas audit.