BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perspektif 1. Defenisi Perspekif adalah cara pandang atau sudut pandang, yang merupakan pandangan dari sudut satuan bahasa sebagaimana satuan itu berhubungan dengan yang lain. 2. Konsep Sosial Budaya a. Pengertian Budaya Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat menurut EB. Taylor sedangkan menurut Selo Soemardjan Soelaeman Soemadi adalah semua hasil karya, rasa cipta, masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makanan dan minum, pakaian dan perhiasan (Syafrudin, 2009). Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktek komunikasi, tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya (Mulyana, 2002). Maka kebudayaan berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan Kebudayaan bukan sesuatu yang dibawa bersama kelahiran, melainkan diperoleh dari proses belajar dari lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Dengan kata lain, hubungan antara manusia dengan lingkungannya dijembatani oleh kebudayaan yang dimilikinya.
Di lihat dari segi kebudayaan dapat dikatakan bersifat adaptif karena melengkapi manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada kebutuhan fisiologis dari diri mereka sendiri, penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan malah berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan oleh suatu masyarakat disesuaikan dengan kebutuhankebutuhan tertentu dari lingkungannya. Dengan kata lain, kebiasaan masyarakat manusia yang berlainan mungkin akan memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda terhadap keadaan yang sama. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan timbulnya keaneka ragaman budaya (Sutrisno,M. 2006). b.
Kehamilan Menurut Adat Istiadat
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, Di antara kebudayaan maupun adat istiadat ada kebiasaan yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil. Ini di pengaruhi karena ilmu pengetahuan yang kurang sehingga timbulah mitos yang sering kali kita temui bahkan dipercayai dalam kehidupan sehari-hari. Saat seorang wanita suku Jawa mengandung dan usia kandungannya sudah mencapai tujuh bulan, mereka akan melakukan semacam ritual selamatan atau biasa disebut mitoni. Salah satu ritual mitoni yang harus dijalankan oleh ibu hamil tersebut adalah tingkeban. Pada ritual ini, wanita yang tengah mengandung dimandikan menggunakan campuran air dan bunga. Kain yang digunakan yaitu kain jarik berjumlah tujuh sebelum dipakai harus ditanyakan terlebih dahulu apakah kain itu cocok atau tidak dipakai kalau cocok barulah kain jarik dipakaikan kepada ibu hamil dan di pakai secara bergantian saat acara tingkeban berlangsung lalu berlanjut ke acara belah kelapa yang digambar wayang dan kelapa yang dipakai adalah
kelapa gading ini dilakukan untuk mengetahui jenis kelamin pada bayi yang dikandung (Syafrudin, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan : (a). Faktor Lingkungan Faktor lingkungan sosial yaitu interaksi masyarakat, adat istiadat, pendidikan, dan tingkat ekonomi. Contoh : ibu hamil pada suku Jawa biasanya akan melakukan upacara adat 7 bulanan, ini dipercaya agar bayi yang dikandung sehat jasmani dan rohani serta menjadi anak yang bermanfaat bagi orang tua, agama dan masyarakat. (b). Faktor Prilaku Faktor budaya setempat dan budaya sendiri. Contoh : bagi ibu yang akan melahirkan meminum dan mengolesi minyak kelapa di vagina akan mempercepat proses kelahiran, faktanya minyak kelapa dalam dunia kedokteran tidak ada hubunganya dalam proses kelancaran persalinan, pada dasarnya makanan akan diolah dalam usus halus menjadi asam amino, glukosa, dan asam lemak yang kemudian diserap oleh usus. (c). Faktor Pelayanan kesehatan Merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Contoh : seorang ibu hamil akan bersalin, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus melintasi jarak berkilo meter dengan jalan kaki. Artinya pusat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh dari segi jarak pemukiman, kelengkapan alat-alat dan obat yang tersedia serta tenaga ahli yang trampil menguasai teknologi kesehatan. (d). Faktor Keturunan Faktor yang telah ada pada diri manusia yang di bawa sejak lahir. Contoh: asma, diabetes militus, hipertensi dan lain-lain (Syafrudin, 2009).
Menurut pendekatan biososiokultural, kehamilan bukan hanya dilihat semata-mata dari aspek biologis dan fisiologisnya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal, seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam perawatan bayi dan ibunya . c. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kehamilan Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (syafrudin, 2009). Di Bali mempunyai kebiasaan pada waktu hamil tua diberi makanan pelusuh (jantung pisang yang direbus) dan diberi doa-doa. Bila waktu melahirkan, tiba dukun bayi membawa calon ibu keruangan khusus dekat dapur untuk melahirkan. Presepsi ini terbentuk berdasakan kepercayaan dari simbol-simbol yang dimiliki masyarakat. Proses kehamilan dan persalinan dan bagaimana pengelolahan kehamilan dan persalinan ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan dari dalam daripada lingkungan perawatan dari luar, oleh karena itu sebagian masyarakat memandang bahawa hal yang lebih penting dilakukan adalah memenuhi tuntutan atau kepercayaan dari perwatan kesehatan .
3.
Suku Jawa di Sumatera Utara
Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia termasuk di Sumatera Utara bahkan kita banyak menemui perkampungan atau desa yang dihuni oleh mayoritas suku Jawa. Suku bangsa Jawa dapat ditemui dibeberapa daerah Kabupaten/Kota bekas Keresidenan Sumatera Timur yang dulunya daerah perkebunan asing pada masa kolonial Belanda. Pada saat ini suku bangsa Jawa tersebar hampir diseluruh daerah Sumatera Utara. Meraka disebut dengan Jawa Deli (Jadel), Jawa Kontrak (Jakon) namun istilah ini dianggap merendahkan, sehingga mereka lebih suka disebut Pujakesuma (Putra Jawa kelahiran Sumatera). Suku bangsa Jawa mengenal upacara sehubungan dengan kehamilan yang tidak hanya didasari kepercayaan rakyat asli, melainkan sudah dipengaruhi sistem budaya Hindu, sehingga upacara ritualnya pun hasil campuran budaya Jawa dan Hindu. Dalam menghadapi kelahiran, keluarga sudah memulai keadaan prihatin sejak bulan pertama masa kandungan, yang diikuti dengan selamatan sederhana. Si calon ibu mulai saat itu harus menuruti beberapa pantangan makanan dan pantangan lain. Demikian pula bagi calon ayah pun berlaku pantangan untuk perbuatan yang akan berakibat kurang baik bagi calon bayi mereka. Selamatan ini dimulai sejak bulan pertama sampai bulan ke sembilan bahkan sampai bulan kesepuluh apabila ada kehamilan mencapai sepuluh bulan.
B. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester dimana
trimester kesatu dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2008). Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya mengalami kehamilan (Mandriwati,2008, hal.3). 2. Pelayanan Antenatal Pada Ibu Hamil Menurut Depkes RI (2007), kebijakan operasional dalam pelayanan antenatal pada ibu hamil yaitu : (a) Menemukan kehamilan resiko tinggi sedini mungkin, (b) Melakukan upayah pencegahan neonatal tetanus dengan imunisasi TT, (c) Pemberian tablet tambah darah (Fe) pada setiap ibu hamil selama kehamilanya, (d) Melakukan pemerikasaan kehamilan minimal 4 kali, (e) Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan atas indikasi, (f) Setiap ibu hamil di buat kartu ibu untuk mencatat hasil pemeriksaan kehamilan, diberikan KMS ibu hamil dan imunisasi, (g) Menyediakan sarana pelayanan kesehatan antenatal yang sesuai dengan standar pada jenjang pelayanan, (h) Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga, suami mengenai cara hidup sehat, (i) Memberikan pelayanan antenatal di puskesmas pada setiap hari kerja, (j) Melakukan rujukan interen di dalam puskesmas untuk menjaring ibu hamil yang datang dengan keluhan lain. Dalam program kesehatan ibu dan anak melalui pendekatan tim kesehatan menyebutkan bahwa kebijakan pelayanan antenatal merupakan kebijakan umum dalam memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pada jenjang pelayanan yaitu : meningkatkan peran serta masyarakat (suami, keluarga, dan kader) dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan antenatal dan pencegahan resiko tinggi melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan kesehatan,
meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun peralatan fasilitas pelayanan antenatal, melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali yaitu pada triwulan pertama 1 kali, triwulan kedua 1 kali, dan pada triwulan ketiga 2 kali, serta meningkatkan system rujukan kehamilan resiko tinggi (Depkes, 2007). Tujuan umum dari pemeriksaan kehamilan adalah seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Manuaba,2001). Kunjungan ibu hamil adalah kontak anatara ibu dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan standar pemeriksaan kehamilan.Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaiknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu (Depkes, 2007). 3. Pengawasan Pemeriksaan Kehamilan Pengawasan pemeriksaan kehamilan sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Pengawasan pemeriksaan kehamilan memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya (Manuaba, 1998, hlm. 128). 4. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan pertama kali adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. Periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan 28 minggu, periksa ulang dua kali sebulan
sampai kehamilan 36 minggu, dan periksa khusus bila ada keluhan-keluhan (Mochtar, 1998, hlm. 48). Setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali keuntungan selama kehamilan yaitu : satu kali kunjungan selama trimester pertama. Satu kali kunjungan selama trimester kedua. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga. Pada setiap kali kunjungan pemeriksaan kehamilan, perlu didapatkan informasi yang penting yaitu : trimester pertama, membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 5. Standar Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan pemeriksaan kehamilan seperti yang ditetapkan dalam Buku Pedoman Pelayanan Antenatal Bagi Petugas Puskesmas. Walaupun pelayanan pemeriksaan kehamilan selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta tindakan dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal 7 T untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan.
6. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan Tanda bahaya pada masa kehamilan perlu diketahui ibu hamil terutama yang mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sesuai dengan program di Puskesmas, minimal yang perlu diketahui ibu hamil untuk mengenal tanda bahaya kehamilan yaitu perdarahan yang keluar dari jalan lahir, hyperemesis, pre-eklampsia dan eklamsia, ketuban pecah dini, dan gerakan janin yang tidak dirasakan (Salmah, 2006, hlm. 98). Keluar darah dari kemaluan ibu sebelum ada tanda-tanda akan melahirkan, keluar air yang merembes atau mengalir dari vagina tanpa kontraksi pada kehamilan yang belum cukup bukan dan dapat menyebabkan infeksi selama kehamilan atau persalinan, nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang, anemia yang ditandai dengan ibu hamil tampak pucat, pening, lesu, dan mudah lelah, nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang, koma, tekanan darah tinggi, demam tinggi disertai menggigil, dan gerakan janin tidak dirasakan sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan (Depkes RI, 2007, hlm. 33). Pemeriksaan kehamilan memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan angka kesakitan ibu dan anak. Tujuan perawatan kehamilan adalah menjamin setiap calon ibu tetap menjaga kesehatannya, mempelajari cara merawat bayi, dan melahirkan dengan normal dan mempunyai anak sehat. Perawatan kehamilan yang cermat merupakan pencegahan yang terbaik untuk mengurangi kematian ibu sewaktu melahirkan dan bayi yang dilahirkan (Musbikin, 2005, hlm. 184).
C. Penelitian Fenomenologi Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang (Husserl) (Linkoln & Guba,
1985 dalam Moleong, 2005). Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang (Lincoln & Guba, 1985, dalam moleong, 2005). Penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif diuraikan oleh (Hutomo 1992, dalam Moleong, 2005), merupakan penelitian sosial yang sumber datanya bersifat ilmiah, artinya peneliti harus berusaha memahami fenomena sosial secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Peneliti sendiri adalah merupakan instrumen penelitian yang paling penting dalam pengumpulan data dan penginterpretasian data. Penelitian kualitatif bersifat memberikan deskripsi artinya mencatat segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama. Dan kebenaran data harus dicek dengan data lain, misalnya wawancara atau observasi mendalam.