7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kegemukan Kegemukan dan obesitas merupakan suatu keadaan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Suryadi, 2012). Penyebab terjadinya kegemukan umumnya bersifat multifaktorial dan saling berkaitan satu sama lain. Secara umum terjadinya kegemukan berkaitan dengan ketidakseimbangan energi di dalam tubuh yang ditentukan oleh asupan energi yang berasal dari zat gizi penghasil energi seperti karbohidrat, protein, dan lemak serta kebutuhan energi yang ditentukan oleh energi basal, aktivitas fisik, dan thermal. Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran akan memicu terjadinya kegemukan. Untuk mencapai keseimbangan energi dalam tubuh, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh seperti regulasi fisiologis dan metabolisme ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup yang akan mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik (Suryadi, 2012). Kegemukan cenderung diturunkan dari keluarga sehingga diduga berasal dari faktor genetik. Perlu diketahui bahwa keluarga tidak hanya berbagi gen saja, tetapi juga gaya hidup yang cenderung akan mendorong anggota keluarga untuk menderita obesitas. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa faktor genetik hanya memiliki peran sebesar 30% atas terjadinya obesitas. Hal ini berarti faktor lingkungan menjadi peran penting dalam meningkatkan prevalensi obesitas
8
di dunia. Faktor lingkungan yang dimaksud seperti pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik sehari-hari (Eckel, 1997) Patogenesis dari kegemukan dapat dibagi dalam dua jenis yaitu: adanya gangguan pada regulatory obesity yang berkaitan dengan pusat pengatur masukan makanan dan atau adanya metabolic obesity yang mana terdapat kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat. Komponen pengatur penyimpanan energi dalam tubuh diatur oleh leptin, yaitu cytokine seperti polipeptida yang diproduksi oleh gen pada jaringan adipose yang mengontrol intake makanan melalui reseptor hipotalamus. Keberadaan leptin akan menurunkan ekspresi dari neuropeptida Y serta hormon-hormon yang berkaitan dengan intake energi antara lain ghrelin, insulin, dan kolesitokinin dan reseptor hipotalamus yang pada akhirnya akan menghambat intake makanan. Selain itu, leptin juga akan mengeluarkan faktorfaktor lain yang turut serta berperan dalam mengatur keseimbangan energi dan metabolisme karbohidrat seperti sitokin, faktor yang berhubungan dengan imun, prostaglandin, angiotensinogen, dan protein. Faktor-faktor di atas akan diproduksi secara proporsional sesuai dengan massa jaringan adipose. Mutagenesis dari gen ini akan menyebabkan hilangnya faktor regulator dari intake makanan (Nurrahman, 2006). Beberapa penyakit dapat menyebabkan terjadinya obesitas, seperti: hipotiroidisme, Cushing syndrome, Prader-Willi syndrome, dan beberapa kelainan saraf yang dapat memicu seseorang untuk banyak makan. Obat-obatan tertentu seperti steroid dan anti-depresi juga dapat menyebabkan penambahan berat badan (Gardus & Criscuolo, 2009).
9
Kurangnya aktivitas fisik juga menjadi salah satu penyebab utama dalam meningkatkan angka kegemukan dalam keluarga. Seorang anak yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, memiliki kemungkinan besar untuk menderita kegemukan dan obesitas. Penelitian di Inggris pada tahun 2012 juga menyebutkan bahwa kebiasaan menonton TV akan dapat meningkatkan terjadinya kasus kegemukan dan obesitas pada anak. Kebiasaan menonton TV terlebih lagi di tempat tidur akan meningkatkan kebiasaan mengkonsumsi snack yang berlebih dan menjauhkan dari kebiasaan melakukan aktivitas fisik. Sehingga akan menyebabkan masukkan energi yang berlebih dan akan menyebabkan terjadinya obesitas (Association for The Study of Obesity, 2012). Penelitian lainnya menjelaskan bahwa menonton televisi lebih dari 5 jam dapat meningkatkan prevalensi dan angka kejadian obesitas pada anak usia 6-12 tahun sebesar 18% serta menurunkan angka keberhasilan sembuh dari terapi obesitas sebanyak 32% (Hayati, 2009). Kegemukan dan obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Menurut pola distribusi lemak tubuh, dapat dibagi menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity). Upper body obesity didominasi oleh penumpukan lemak pada bagian trunkal. Beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal, bertanggung jawab terhadap terjadinya obesitas pada anak, seperti: trunkal subkutaneus, intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Kegemukan dan obesitas tubuh pada bagian atas, lebih banyak dijumpai pada pria, dan sering disebut dengan istilah “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan terjadinya diabetes, hipertensi,
10
dan penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan obesitas tubuh bagian bawah. Lower body obesity yaitu suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada region gluteofemoral. Tipe ini lebih banyak dimiliki oleh wanita dan sering disebut sebagai “gynoid obesity”. Obesitas tipe ini sangat erat kaitannya dengan gangguan menstruasi pada wanita (Mukhopadhyay, 2014). Untuk melakukan pengukuran terhadap obesitas, digunakan pengukuran antropometri dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Cara menghitung IMT yaitu BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter. Dalam menghitung IMT digunakan metode cut off, untuk menentukan risiko akibat pengambilan data dari subyek ras kaukasian. Oleh karena itu, dibuatlah cut off yang berbeda untuk ras Asia (WHO, 2008). Tabel 2.1 Klasifikasi Obesitas Berdasarkan Standar Asia Pasifik
(Sumber: Dwi, 2014) Kegemukan
dan
obesitas
adalah
penyakit
multifaktorial
dimana
ketidakseimbangan gizi menjadi faktor primer terjasdinya obesitas. Pada keadaan obesitas, telah terjadi gangguan keseimbangan adipositokin yang dilepaskan. Sel adiposit berusaha mempertahankan keseimbangan energi dengan cara melepaskan
11
interleukin 6 (IL-6), tumor necorsis factor –α (TNF-α) dan monocyte chemotatic protein-1 (MCP-1). Pelepasan sitokin mereupakan tanda awal terjadinya inflamasi. Obesitas dapat dikatakan inflamasi kronik. Interleukin6 dan TNF-α akan memicu pembentukan C-reactive protein (CRP) di hati. jika terjadi produksi C-reactive protein secara terus menerus dapat memperburuk kondisi inflamasi melalui aktivasi kronik terhadap sel endotel, akibatnya terjadi disfungsi endotel. Tingginya proses liposis menyebabkan jumlah stress oksidatif yang dihasilkan juga sangat tinggi, serta terjadi peningkatan jumlah reactive oxygen species (ROS) akibat peningkatan aktivitas enzim oksidase dan disregulasi hormon adipositas. Peningkatan stress oksidatif menyebabkan gangguan metabolisme, baik asupan glukosa pada otot maupun pada jaringan adipose, penurunan sekresi insulin dan kerusakan sel sehingga terjadi disfungsi endotel, aterosklerosis sampai akhirnya terjadi penyakit vaskuler (Annis, 2009) Usaha penurunan berat badan yang hanya mengandalkan pengurangan jumlah kalori tanpa mempertimbangkan nilai gizi dan pola hidup sehat akan menurunkan berat badan, tetapi ini hanya bersifat sementara. Ketika asupan kalori yang dimasukkan kurang dari biasanya, tubuh akan menggunakan fat storage yang ada sebagai sumber energi. Pada tahap ini, berat badan akan turun tetapi tubuh akan bereaksi secara natural atas perubahan ini dan melakukan sistem survival dengan cara mengurangi jumlah energi yang dikeluarkan dan melakukan fat reserves atau penimbunan lemak. Sehingga yang terjadi didalam tubuh adalah metabolisme tubuh menjadi lambat dan timbunan lemak tetap meningkat. Dalam jangka panjang, berat badan akan kembali naik walaupun asupan kalori tetap
12
rendah. Orang degan obesitas memiliki level glikogen yang tinggi dan mengalami fluktuasi yang sering akibat hyperinsulinism sehingga sulit sekali untuk membakar lemak. Dengan demikian maka faktor utama dalam penurunan berat badan atau kalori yang paling penting adalah aktivitas fisik ( Santosa, 2004).
Gambar 2.1 Proses Metabolisme Lemak di dalam Tubuh (Sumber: Santosa, 2014) 2.2 Efektifitas Tari Bali sebagi Terapi Latihan Tari adalah upaya untuk mewujudkan keindahan melalui susunan gerak dan irama dalam satuan komposisi gerak untuk menyampaikan pesan tertentu. Tari adalah pengalaman yang timbul karena gerakan sosial dan merupakan hasil dari kebutuhan manusia untuk menemukan serta mencari bentuk yang nyata pada aspek-aspek estetis dari pertemuannya dengan kehidupan. Dari pengertian tersebut
13
tampak dengan jelas bahwa hakekat dari pada tari adalah gerak. Seni tari adalah ungkapan perasaan individu yang dituangkan dalam bentuk gerak dan sikap serta mengandung nilai keindahan dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain (Anonim, 2012). Dahulu seni tari di Bali sangatlah erat kaitannya dengan prosesi keagamaan. Pada awalnya tarian tarian yang ditekuni oleh seorang pragina (penari) di Bali adalah tarian sakral yang hanya dipentaskan tatkala melaksanakan prosesi keagamaan, sehingga dapat dikatakan layak, munculnya seni tari di Bali sejalanan dengan munculnya tatanan agama hindu. Dewa Siwa yang dipercaya oleh masyarakat hindu juga digambarkan sebagai “Dewa tari” dengan gelar Siwa Nataraja dalam sikap gerakan tari yang diartikan sebagai gerakan kekuatan mengisi ruang saat menciptakan alam semesta. Menurut fungsinya tari bali dapat dibagi menjadi: Tari Wali, Tari Bebali, dan Tari Balih-balihan (Suprapto, 2012). Tari galang bulan masuk dalam ketegori tari balih-balihan, yaitu segala tari yang mempunyai unsur-unsur dan dasar seni tari yang luhur dapat dipentaskan sewaktu-waktu, baik sehubungan dengan upacara adat maupun agama dan ditujukan sebagai sarana hiburan dengan lakon serta kreasi tari dan tabuh yang lebih bebas. Tarian lain yang tergolong balih-balihan adalah Tari Kecak, Tari Galang Bulan dan Tari Oleg Tamulilingan. Seni tari juga merupakan pelajaran praktek yang lebih menitikberatkan pada aspek psikomotorik. Tari dibali sangatlah unik dan dinamis karena memiliki beragam gerakan, adapun sebagai berikut: Gerakan kaki Tampak sirang pada berarti tapak kaki sama serong. Ngumbang pada dasarnya berarti berjalan. Tayog
14
berarti berjalan goyang. Nyeregseg berarti bergeser cepat. Tayog demang berarti berjalan dengan tangan di pinggang. Gerakan tangan Luk nagasatru berarti tangan berputar ke arah dalam. Nepuk kampuh berarti tangan menekan kampuh atau kamen di dada. Ngaweh berarti tangan melambai. Mungkah lawang adalah gerakan pembuka tarian. Nabdab gelung berarti tangan meraba gelungan. Gerakan jari Jeriring berarti jari-jari bergetar halus. Manganjali berarti tangan menyembah. Ngutek berarti menunjuk-nunjuk. Nuding berarti jari menunjuk. Nyempurit berarti ibu jari melekat di jari tengah. Gerakan badan Ngotag dada berarti menggoyangkan dada. Ngotag pinggang berarti menggoyangkan pinggang. Ngotag pala berarti menggoyangkan pundak. Lelok berarti rebah kanan dan rebah kiri bergantian. Neregah berarti badan didorongkan ke depan. Gerakan leher Ngepik berarti leher rebah kanan dan kiri bergantian. Ngelidu berarti menoleh ke kanan dan ke kiri. Nyulengek berarti melihat ke atas. Ngetget berarti melihat ke bawah. Kidung but muring berarti bergeleng (Budiarsa, 2014). Hal yang menarik dan unik dari tarian Bali yang membedakannya dengan tarian-tarian lainnya adalah dalam gerakan mata atau seledet. Kedua bola mata digerakkan (melirik) ke kanan dan/atau ke kiri bersamaan dengan gerakan dagu. Ketika nyeledet mata harus terbuka lebar dan tidak boleh dikedipkan. Di samping gerakan seluruh anggota badan, ekspresi muka juga sangat penting. Hal ini untuk menunjukkan karakter dari sebuah tarian, apakah itu gembira, marah, sedih, terkejut, asmara, dan lain-lainnya. Tari Galang bulan merupakan salah satu tari kreasi yang diciptakan oleh bapak I Ketut Rena, SST., M.Si pada tahun 2006. Tari Galang Bulan merupakan
15
tari pergaulan yang menggambarkan keindahan saat bulan purnama, yaitu saatsaat indah yang selalu ditunggu oleh muda mudi untuk berkumpul, bersenda gurau saling menyatakan perasaan di bawah sinar rembulan yang sangat indah, karena terbuai perasaan suka cita yang mendalam, malampun semakin larut dan mereka sepakat pulang dan berharap bisa berjumpa pada saat galang bulan yang akan datang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama beliau, maka dapat di uraikan gerakan-gerakan tari pada penari putri dalam tarian Galang Bulan sebagai berikut: a. Pepeson 1. Jalan ke depan pelan-pelan, tangan memegang selendang kemudian melempar selendang, trisik (jalan miring) ke depan, goyang pinggul, agem kanan, sledet (mata melirik tajam ), ngotag leher (mengoyangkan kepala), kipek kiri (menghadap ke kiri). 2. Ulap-ulap kiri, agem kiri, seledet, ngotag leher, kipek kanan, ulap-ulap kanan, pegang selendang kanan ngegol, agem kanan, seledet. 3. Jalan dengan gaya seblak sampur kedepan 2 kali, miles (gerakan kaki memutar) kanna, agem kanan, seledet 2 kali, jalan ke samping kiri, kanan, kiri, nyeleog kebelakang, ngegol kanan kiri sambil memegang sampur, lempar sampur, agem kanan. 4. Lari ke belakang (penari putra keluar), berhadap-hadapan dengan penari putra, ulap-ulap, miles kiri, agem kiri, mundur kanan, maju kanan, berputar (cari posisi berhadapan dengan penari putra), miles kanan, agem
16
kanan tolah toleh tanagn kiri mentang ke depan, tutup kanan, miles kanan, agem kanan. 5. Jalan ke samping kiri, kanan, kiri, tanjek (kaki jinjit), miles kanan, agem kanan, tolah toleh tangan kiri mentang ke depan, tutup kanan, loncat, agem kanan tangan kiri di pinggang, ngotag leher, nabdab gelung, seblak sampur, nabdab gelung, sogok kanan, ngelier, seledet 2 kali, berputar (cari posisi berhadapan dengan penari putra). 6. Angkat kedua sampur keatas, jalan putar ngegol (goyang pinggul), mgumbang berpasangan, tanjek kanan berpegangan, menoleh ke depan, jalan pelan-pelan ngumbang. b. Pengawak 7. Agem kanan, ngotag leher, mentang tangan kiri, ulap-ulap, agem kanan, seledet 2 kali, mengangguk, miles kiri, mentang tangan kanan, ngelier, seledet, maju kanan, kiri, kanan, putar (cari posisi berjejer, putri di depan putra). 8. Saling tolah toleh, ngeseh, nyubit 2 kali, kejar-kejaran, berpegangan, berpandangan, ngelier, seledet, agem kanan. (pengulangan gerakan no. 7 sekali lagi). 9. Putar cari posisi, jalan ke samping kanan, agem kanan, goyang kanan, kiri, kanan, ngembat tangan kanan putar, ngembat tangan kiri putar, ngembat tangan kiri hadap ke depan, nyeleod ke belakang 3 kali, sogok depan, tutup, ngegol kanan, kiri, kanan, loncat agem kanan (tangan kiri di pinggul).
17
c. Pengencet 10. Jalan ngegol (goyang pinggul) berputar pegang selendang ke atas, hadap ke depan. 11. Hadap kiri goyang pinggul kanan, hadap kanan goyang pinggul kiri, maju ke kanan, agem kanan tangan kiri di pinggul, ngotag bahu (memutar bahu ke depan dan ke belakang) di ulang sebanyak 2 kali, goyang pinggul kiri 3 kali. Jalan ngotes, berputar berhadap-hadapan. 12. Maju ke kanan dengan berjalan rendah sebanyak 2 kali, jalan ngotes berputar dan bertukar tempat dengan penari putra sehingga berhadaphadapan (gerakan ini diulang 2 kali), maju ke kanan, maju ke kiri, sogok tangan ke kanan, ambil sampur kiri, putar di tempat, goyang pinggul 3 kali. 13. Jalan samping kiri, kanan, kiri (diulang 8 kali), nampis kanan, nampis kiri, maju maju ke kanan, agem kanan, seledet, ngumbang (cari posisi). 14. Miles kanan, agem kanan, seledet, ulap-ulap, agem kanan, maju kanan, seledet miles kiri, agem kiri, maju kiri, maju kanan, miles kiri, agem kiri, miles kanan, agem kanan (ulangi gerakan no. 10 sampai no.14). 15. Jalan ngumbang cari posisi berjejer, agem kanan, seledet, tampis kanan, tampis kiri, silang kanan, silang kri, maju kanan, ngembat tangan kanan, ngenet mundur, masuk.
18
Gambar 2.2 Gerakan Mapah Biu pada Tari Galang Bulan (Sumber: Dokumentasi pribadi) Pemberian exercise berupa tari galang bulan akan berpengaruh pada katabolisme lipid di dalam tubuh. Dimana asam lemak jenuh didegedasi dalam 3 tahapan oksidasi. Tahap pertama yaitu ß-oksidasi, dilakukan dalam siklus dengan hasil akhir sebagai acetyl-CoA. Tiap siklus terdiri atas 4 tahap reaksi, yaitu (1) dehidrogenasi 1, (2) hidratasi, (3) dehidroenasi 2, dan (4) tiolasi. Pada tahap kedua, maisng-masing acetyl-CoA dioksidasi sehingga menghasilkan 2 CO2 dan 8 elektron dalam siklus TCA. Dilanjutkan dengan tahap ketiga, elektron yang dihasilkan dari tahap 1 dan 2 masuk ke rantai respirasi mitokondria dengan menghasilkan energi untuk sintesis ATP dengan forforilasi oksidatif. Oksidasi asam lemak tidak jenuh memerlukan 2 enzim tambahan, yaitu enoyl-CoA isomerase dan 2,4-dienoyl-CoA reductase. Kemudian asam lemak beratom C ganjil dioksidasi ß menghasilkan acetyl-CoA dan propionyl-CoA. Propionyl-CoA dikarboksilasi menjadi L methylmalonyl-CoA yang kemudian diisomerisasi menjadi succinyl-CoA untuk dioksidasi menjadi CO2 dalam siklus TCA (Santosa, 2004).
19
Selanjutnya, akan masuk ke tahap transport electron, dimana pemecahan aerobik untuk lemak melalui asam palmitat yang akan menghasilkan energi sebesar 130 ATP dengan hasil sampingan yang sama dengan metabolisme karbohidrat berupa air dan karbondioksida. Dari penjabaran tersebut, diketahui bahwa aktivitas aerobik dapat dipakai untuk pemecahan glikogen dan lemak yang dapat digunakan untuk resintesis ATP secara besar tanpa terbentuknya hasil samping yang dapat menyebabkan kelelahan otot, seperti pada metabolisme asam laktat. Produksi panas badan yang dihasilkan pada waktu pemecahan glikogen dan lemak, separuhnya dipakai untuk resintesis ATP sehingga menjadi energi ATP dan sebagian lagi dilepas sebagai panas yang disimpan dalam badan, dan lainnya hilang keluar (Ikrar, 2011) Terapi latihan yang diberikan dapat berupa latihan aerobik. Wisnu (2014) dalam penelitiannya mendapatkan hasil berupa penurunan lemak subkutan pada regio triceps sebesar 12,30% setelah sampel penelitiannya diberikan senam aerobik intensitas ringan, penurunan lemak subkutan regio triceps sebesar 10,16% saat sampel penelitiannya di berikan senam aerobik intensitas sedang (Wisnu, 2014). Yulisna dalam penelitiannya menyatakan hasil yaitu senam aerobik intensitas sedang memiliki rata-rata pengaruh yang lebih besar daripada senam aerobik
intensitas
ringan
terhadap
penurunan
lemak
subkutan
sampel
penelitiannya (Yulisna, 2010). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang di lakukan Santosa (2014) yang menyatakan bahwa senam aerobik intensitas sedang (durasi 40-54 menit) selama 8 minggu untuk frekuensi 3 kali per minggu mampu menurunkan presentase lemak badan secara bermakna (Santosa, 2014).
20
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian tari tradisional seperti Tari Legong akan menunjukkan hasil yang lebih efektif daripada senam Ayo Bersatu dalam meningkatkan kebugaran fisik dan mempertahankan komposisi lemak tubuh. Terjadinya penurunan komposisi lemak tubuh pada kelompok Tari Legong disebabkan karena gerakan Tari Legong merupakan gerakan aerobik yang dilakukan dengan durasi lebih dari 30 menit selama 3 kali seminggu. Hal ini pula yang diaplikasikan pada Tari Galang Bulan dimana tari ini ditarikan oleh sepasang putra dan putri dengan durasi selama 40 menit setiap 3 kali dalam seminggu. Perlakuan selama 30 menit dapat membakar lemak 50%, satu jam perlakuan sebesar 65%, sedangkan 2 jam perlakuan dapat membakar lemak 75%. Oleh karena itu, tari ini sangat efektif dalam menurunkan komposisi lemak tubuh. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa kesenian tradisional berbentuk tari Bali (Tari Baris) ternyata dapat meningkatkan kepadatan tulang dan mencegah osteoporosis (Sutarsa dkk, 2007). Sedangkan pada penelitian sebelumnya didapatkan gerak dalam Tari Baris dapat menunjang kebugaran fisik melalui peningkatan efesiensi kerja jantung dan peningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh (Adiputra, 1990).