BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah sebagai berikut: 1.
Usaha Mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
9
10
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2.1.2 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Adapun kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 6 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut: 1.
Usaha Mikro a.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau;
b.
Memiliki hasil penjualan setahun paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2.
Usaha Kecil a.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau;
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
11
3.
Usaha Menengah a.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau;
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.2
Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu cabang ilmu akuntansi yang
merupakan suatu alat bagi manajemen dalam merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kegiatan perusahaan. Akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka pengambilan keputusan.
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2010:7), pengertian akuntansi biaya adalah: “Akuntansi biaya ialah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu dengan penafsiran terhadap hasilnya”. Adapun penjelasan mengenai akuntansi biaya menurut Matz dan Usry (2010:10) adalah:
12
“Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan seperangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan rutin maupun keputusan strategik”. Berdasarkan dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, akuntansi biaya merupakan suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya, sehingga menghasilkan suatu informasi biaya yang dapat membantu manajemen dalam membuat perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2.2 Peranan Akuntansi Biaya Secara umum akuntansi biaya menghasilkan informasi bagi manajemen untuk mengukur apakah kegiatan usahanya telah menghasilkan laba atau sebaliknya menimbulkan rugi. Selain itu akuntansi biaya juga memberikan informasi biaya yang dapat dipakai oleh manajemen sebagai dasar untuk merencanakan alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan produk. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:4), peranan akuntansi biaya adalah: “Akuntansi biaya merupakan perangkat yang dibutuhkan manajemen untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas meningkatkan efisiensi serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun yang bersifat strategis”.
13
Menurut Mulyadi (2010:9), peranan dan tujuan akuntansi biaya adalah sebagai berikut: “Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen guna membantu mereka didalam mengelola perusahaan atau bagiannya. Agar supaya akuntansi biaya dapat mencapai tujuannya tersebut, biaya yang dikeluarkan oleh atau yang terjadi di dalam perusahaan harus dicatat dan digolongkan sedemikian rupa hingga memungkinkan penentuan harga pokok secara teliti, pengendalian biaya, dan analisis biaya-biaya”. Adapun penjelasan mengenai peranan akuntansi biaya menurut Carter (2009:11) yaitu, pengumpulan, penyajian, dan analisis dari informasi mengenai biaya dapat membantu manajemen untuk menyelesaikan tugas-tugas berikut: 1.
Anggaran Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk beroperasi dalam kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya. Suatu aspek penting dari rencana adalah potensinya untuk memotivasi orang agar berkinerja dengan cara yang konsisten dengan tujuan perusahaan.
2.
Pengendalian Biaya Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.
3.
Penetapan Harga Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan untuk evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi.
14
4.
Penentuan Laba Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal.
5.
Memilih Berbagai Alternatif Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.
2.3
Biaya Setiap perusahaan dalam melakukan aktivitasnya tidak bisa terlepas dari
pengorbanan sumber-sumber ekonomis untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Pengorbanan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan utama perusahaan yaitu laba.
2.3.1 Pengertian Biaya Biaya berbeda dengan beban, biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan beban merupakan biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis (Bustami dan Nurlela, 2009:7). Menurut Mulyadi (2010:8), dalam arti luas biaya adalah “pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
15
yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Didalam definisi ini terdapat 4 unsur pokok mengenai biaya, yaitu: 1.
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2.
Diukur dalam satuang uang.
3.
Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4.
Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai “pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”. Menurut Carter (2009:2), pengertian biaya adalah sebagai berikut: “Biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan yang dikeluarkan untuk menjamin memperoleh manfaat”. Menurut Hansen dan Mowen (2009:66), pengertian biaya adalah: “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi”. Dari beberapa definisi biaya diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, biaya adalah sumber ekonomi yang dikeluarkan dan dikorbankan untuk suatu tujuan tertentu guna memperoleh manfaat, serta terukur dalam satuan uang.
16
2.3.2 Klasifikasi Biaya Di dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam penggolongan. Penggolongan ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan manfaat penggolongan tersebut. Dalam akuntansi biaya dikenal konsep “different cost for different purpose”. Pengertian klasifikasi biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:12) adalah: “Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting”. Menurut Mulyadi (2010:13), biaya dapat diklasifikasikan ke dalam lima macam penggolongan biaya yaitu: 1.
Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengannya disebut biaya bahan bakar.
2.
Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan Biaya dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan yaitu: a.
Biaya Produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis
17
besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b.
Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya biaya iklan, biaya promosi, gaji karyawan bagian pemasaran, dan lain sebagainya.
c.
Biaya Administrasi dan Umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
3.
Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Dapat dikelompokan menjadi dua golongan yaitu: a.
Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung tidak akan terjadi.
b.
Biaya Tidak Langsung (In Direct Cost) Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
18
4.
Penggolongan biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatannya, biaya dapat digolongkan menjadi: a.
Biaya Variabel Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
b.
Biaya Semi Variabel Biaya Semi Variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c.
Biaya Semi Fixed Merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d.
Biaya Tetap Merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.
5.
Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya a.
Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun
19
kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang dinikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi atau diamortisasi. b.
Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) Merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
2.4
Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi merupakan total dari seluruh biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengubah bahan mentah menjadi barang jadi. Harga pokok produksi disebut juga sebagai biaya pokok dari proses produksi suatu produk.
2.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Hansen dan Mowen (2009:60), penjelasan mengenai pengertian harga pokok produksi dinyatakan sebagai berikut: “Harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan pada barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik”.
Menurut Mulyadi (2010:17), harga pokok produksi didefinisikan sebagai berikut: “Harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan bahan baku menjadi produk. Harga pokok produksi atau disebut juga harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
20
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan“. Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, harga pokok produksi adalah total biaya yang dikorbankan dalam proses produksi yang dibebankan pada barang jadi, terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
21
Tabel 2.1
Contoh laporan harga pokok produksi
Organisasi Manufaktur Laporan Harga Pokok Produksi untuk Tahun Berakhir 31 Desember 2008
Bahan baku langsung: Persediaan awal
200000
Ditambah: Pembelian
450000
Bahan baku yang tersedia
650000
Dikurangi: Persediaan akhir
50000
Bahan baku langsung yang terpakai
600000
Tenaga kerja langsung
350000
Overhead manufaktur: Tenaga kerja tidak langsung
122500
Depresiasi
177500
Sewa
50000
Listrik, air, dan lain-lain
37500
Pajak properti
12500
Pemeliharaan
50000
Total tambahan biaya manufaktur Ditambah: barang dalam proses awal Total biaya manufaktur Dikurangi: barang dalam proses akhir Harga Pokok Produksi Sumber: Hansen-Mowen (2009:62)
450000 1400000 200000 1600000 400000 1200000
22
2.4.2 Manfaat Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2010:65), informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk : 1.
Menentukan harga jual produk. Informasi dari perhitungan biaya produksi dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam penetapan harga jual selain pertimbangan nonbiaya.
2.
Memantau realisasi produksi. Informasi dari perhitungan biaya produksi digunakan untuk memantau apakah total biaya yang dikeluarkan sesuai dengan yang direncanakan.
3.
Menghitung laba atau rugi periodik. Informasi dari perhitungan biaya produksi dapat digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan memperoleh laba atau mengalami rugi.
4.
Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat dapat dimanfaatkan sebagai alat dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
2.4.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi ditentukan oleh unsur-unsur biaya yang dikeluarkan dalam proses mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Unsur-unsur biaya tersebut terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
23
2.4.3.1 Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost) Secara garis besar biaya bahan baku langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku sebagai unsur utama dalam proses produksi. Jumlah biaya bahan baku langsung proporsional dengan jumlah unit produk yang dihasilkan. Hansen dan Mowen (2009:57) menyatakan bahwa bahan baku langsung adalah: “Bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan baku langsung dapat secara langsung dibebankan pada produk. Sebagai contoh: besi pada mobil, kayu pada lemari, kain pada baju”. Menurut Mulyadi (2010:14), pengertian biaya bahan baku langsung adalah: “Bahan baku atau bahan langsung merupakan bahan yang membentuk bagian yang menyeluruh produk jadi dan dapat diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor dari pengolahan sendiri”. Dari definisi yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, biaya bahan baku langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku atau bahan langsung yang membentuk bagian yang menyeluruh produk jadi dan dapat ditelusuri langsung pada produk yang dihasilkan.
2.4.3.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) Biaya tenaga kerja langsung merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan sebagai balas jasa bagi semua tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam
24
kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Sama halnya dengan biaya bahan baku langsung, jumlah biaya tenaga kerja langsung juga proporsional dengan jumkah unit produk yang dihasilkan. Menurut Mulyadi (2010:319), tenaga kerja langsung dijelaskan sebagai berikut: “Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”.
Sedangkan menurut Bustami dan Nurlela (2009:12), pengertian biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut: “Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai”. Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa, biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi, dan manfaatnya dapat ditelusuri langsung pada produk yang dihasilkan.
2.4.3.3 Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost) Selama kegiatan produksi berlangsung terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biayabiaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung tersebut
25
disebut sebagai biaya overhead pabrik. Menurut Carter (2009:151), pengertian biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut: “Biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung ke pesanan tetapi terjadi dalam proses produksi (di luar pemasaran dan administrasi)”.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:13), biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi elemen-elemen berikut: a.
Bahan Tidak Langsung (Bahan Pembantu atau Penolong) Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh: amplas, pola kertas, oli dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur,staples, asesoris pakaian, vanili, garam, pelembut, pewarna.
b. Tenaga Kerja Tidak Langsung Tenaga tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri kepada produk selesai. Biaya tenaga kerja tidak langsung tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk. Contoh: Gaji satpam pabrik, gaji pengawas pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik, gaji operator telepon pabrik, pegawai pabrik, pegawai bagian gudang pabrik, gaji resepsionis pabrik, pegawai yang menangani barang.
26
c.
Biaya Tidak Langsung Lainnya Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh : Pajak bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air, dan telepon pabrik, sewa pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan mesin dan pabrik, gaji akuntan pabrik, reparasi mesin dan peralatan pabrik.
2.5
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2010:16), pengumpulan harga pokok produksi sangat
ditentukan oleh cara produksinya. Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (Job Order
Cost
Method),
sedangkan
perusahaan
yang berproduksi
massa,
mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok proses (Process Cost Method).
2.5.1 Metode Harga Pokok Pesanan Metode harga pokok pesanan menurut Mulyadi (2010:17), merupakan suatu metode dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu. Harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi
27
pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
2.5.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan Metode pengumpulan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, menurut Mulyadi (2010:38) memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.
Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.
2.
Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
3.
Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istrilah biaya overhead pabrik.
4.
Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedang biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
5.
Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
28
untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
2.5.3 Metode Harga Pokok Proses Metode harga pokok proses menurut Mulyadi (2010:17) merupakan suatu metode dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
2.5.4 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses Menurut Mulyadi (2010:64) dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristiknya adalah sebagi berikut: 1.
Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2.
Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3.
Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
2.5.5 Perbedaan Harga Pokok Pesanan dengan Harga Pokok Proses Menurut Mulyadi (2009) untuk memahami karakteristik metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses, berikut dapat dilihat dari perbedaan yang terletak pada:
29
1.
Pengumpulan Biaya Produksi Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per departemen produksi per periode akuntansi.
2.
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Metode harga produksi pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selam periode bersangkutan. Perhitungan dilakukan setiap akhir periode (akhir bulan).
3.
Penggolongan Biaya Produksi Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Di dalam metode harga pokok proses pembedaan biaya produksi langsung dan tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk.
30
4.
Unsur Biaya yang Dikelompokkan dalam Biaya Overhead Pabrik Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Di dalam metode harga pokok proses biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode tertentu.
2.6
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2010:17), metode penentuan harga pokok produksi
adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan: full costing dan variable costing.
2.6.1 Metode Full Costing Definisi metode full costing menurut Mulyadi (2010:17) adalah sebagai berikut: “Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap”. Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Menurut metode ini, biaya overhead tetap dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode (Hansen dan Mowen, 2009:564).
31
Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini : Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik variabel
xx
Biaya overhead pabrik tetap
xx
Harga Pokok Produksi
xx
Dilihat dari penyajian laporan laba rugi, pada pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya disusun dan disajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi, dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan. Oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut. Berikut bentuk penyajian laporan laba rugi menurut pendekatan full costing:
32
Tabel 2.2 Laporan Rugi-Laba Full Costing
Hasil penjualan
Rp 500.000
Dikurangi: Harga pokok penjualan
250.000
Laba bruto
Rp 250.000
Dikurangi: Biaya administrasi dan umum Biaya pemasaran
Rp 50.000 75.000
Laba bersih usaha Sumber: Mulyadi (2010:125)
125.000
Rp 125.000
33
2.6.2 Metode Variable Costing Definisi metode variable costing menurut Mulyadi (2010:18) adalah sebagai berikut: “Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.” Biaya overhead tetap diperlakukan sebagai beban periode dan tidak disertakan dalam penentuan biaya produk. Biaya overhead tetap dikelompokkan sebagai biaya periode bersama-sama dengan biaya tetap non produksi. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini : Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik variabel
xx
Harga Pokok Produksi
xx
Dilihat dari sisi penyajian laporan laba ruginya, pendekatan variable costing di kenal sebagai contribution approach, yaitu merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya, dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap, dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal. Berikut bentuk penyajian laporan laba rugi menurut pendekatan variable costing:
34
Tabel 2.3
Laporan Rugi-Laba Variable Costing
Hasil penjualan
Rp 500.000
Dikurangi biaya-biaya variabel: Biaya produksi variabel
Rp 150.000
Biaya pemasaran variabel
50.000
Biaya administrasi & umum variabel
30.000 230.000
Laba kontribusi (contribution margin)
Rp 270.000
Dikurangi biaya-biaya tetap: Biaya produksi tetap
Rp 100.000
Biaya pemasaran tetap
25.000
Biaya administrasi & umum
20.000 145.000
Laba bersih usaha
Rp 125.000
Sumber: Mulyadi (2010:125)