BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Sistem Pengertian sistem menurut
Romney dan
Steinhart
(2006:2)
adalah
sebagai berikut : "Sistem adalah rangkaian dari dua atau Iebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan". Bodnar dan Hopwood (2006 :3) menjelaskan tentang sistem adalah sebagai berikut : ‘Sistem adalah kumpulan sumberdaya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu”. Robert dan Vijay (2005:7) menjelaskan bahwa sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitive aktivitas. Krismiaji
untuk melaksanakan suatu atau kelompok
(2005:1) menjelaskan
bahwa
sebuah
sistem
dapat
didefinisikan sebagai serangkaian komponen yang dikoordinasikan untuk mencapai serangkaian tujuan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem merupakan sekumpulan unsur atau elemen, cara tertentu berkaitan
dan
mempengaruhi
yang saling
dalam melakukan kegiatan bersama untuk
mencapai tujuan.
8
9
Sesuai dengan definisi sistem, Krismiaji. (2005:1)
menjelaskan sebuah
sistem memiliki tiga karakteristik, yaitu : (1) Komponen, atau sesuatu yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan. (2) Proses, yaitu kegiatan untuk mengkoordinasikan komponen yang terlibat dalam sebuah sistem. (3) Tujuan, yaitu sasaran akhir yang ingin dicapai darikegiatan koordinasi komponen tersebut. Meskipun proses dan tujuan sistem bersifat tidak kelihatan (intangible), namun kedua karakteristik tersebut juga merupakan elemen penting, sama pentingnya dengan elemen yang kelihatan (tangible). (West Churchman, 2005:1) Secara konseptual, seluruh sistem organisasional mencapai tujuannya melalui proses alokasi sumberdaya, yang diwujudkan melalui proses pengambilan keputusan manajerial. Informasi memiliki nilai ekonomik pada saat ia mendukung keputusan alokasi sumberdaya, sehingga dengan demikian mendukung sistem untuk mencapai tujuan (Bodnar dan Hopwood, 2006:4). 2.1.2 Informasi Pengertian Informasi menurut Bodnar dan Hopwood (2006 : 3) adalah sebagai berikut: “Informasi merupakan suatu data yang diorganisasi yang dapat mendukung ketepatan pengambilan keputusan.” Menurut Loudon (2008:16) pengertian informasi adalah sebagai berikut : “Informasi adalah data yang telah diolah dan menghasilkan suatu bentuk yang berguna bagi manusia.”
10
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah dan berguna bagi yang menerimanya. Secara konseptual, seluruh sistem organisasional mencapai tujuannya melalui proses alokasi sumberdaya, yang diwujudkan melalui proses pengambilan keputusan manajerial. Informasi memiliki nilai ekonomik pada saat ia mendukung keputusan alokasi sumberdaya, sehingga dengan demikian mendukung sistem untuk mencapai tujuan (Bodnar dan Hopwood, 2006:4). 2.1.3 Akuntansi Pengertian akuntansi menurut American Insitute of Certified Public Accounting (2003) adalah sebagai berikut: “Akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.” Pengertian akuntansi menurut menurut Kieso (2002 : 2) adalah : “Akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: (1) pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang berkepentingan. Karakteristik-karakteristik ini telah dipakai untuk menjelaskan akuntansi selama beratus-ratus tahun.” Warren dkk (2005:10) mendefinisikan akuntansi sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
11
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi adalah suatu proses identifikasi, pencatatan, dan mengkomunikasikan segala kejadian ekonomi yang teijadi dalam suatu entitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan baik itu pihak internal maupun eksternal. 2.1.4 Manajemen Pengertian manajemen menurut John R. Schermerhorn, Jr (2003:4) adalah sebagai berikut : “Manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian terhadap penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan.” Richard L.Daft (2006) mendefinisikan manajemen adalah sebagai berikut: “Manajemen adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumberdaya organisasi.” Berdasarkan definisi-definisi diatas, manajemen adalah suatu proses pengaturan yang dipakai dalam kehidupan pokok maupun kehidupan sekunder, untuk manusia menjalankan aktivitas keorganisasian maupun individu. Dalam hal mengarahkan suatu individu atau mayoritas orang-orang ke arah tujuan organisasional. 2.1.5 Sistem Informasi Pengertian sistem informasi menurut Rommey yang diterjemahkan oleh Krismiaji (2002; 12) adalah sebagai berikut ; “Sistem Informasi adalah cara-cara yang diorganisasi untuk mengumpulakn, memasukkan, mengolah, dan menyimpan data dan cara-cara yang diorganisasi
12
untuk menyimpan, mengelola, mengendalikan dan melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.” Menurut Bodnar dan Hopwood (2006 :6) definisi sistem informasi menganjurkan pengguna teknologi komputer di dalam organisasi atau perusahaan untuk menyajikan laporan kepada pemakai. Sistem informasi berbasis komputer merupakan sekelompok perangkat keras dan lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat. Dari definisi sistem informasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen, operasi perusahaan dari hari ke hari dan informasi yang layak untuk pihak luar perusahaan. 2.1.6 Sistem Informasi Akuntansi Pengertian sistem informasi akuntansi menurut Krismiaji (2002:4) adalah sebagai berikut : “Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan dan mengoprasikan bisnis.” Pengertian sistem informasi akuntansi menurut menurut Bodnar dan Hopwood (2006) adalah sebagai berikut: “Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data
13
lainnya ke dalam informasi, informasi tersebut dikomunikasikan kepada para pembuat keputusan.” Dari definisi-difinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan kegiatan atau aktifitas yang melibatkan serangkaian proses, berisi informasi-informasi yang digunakan untuk mencapai tujuan. 2.1.7 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Menurut Hansen dan Mowen (2004:4 ) sistem informasi akuntansi manajemen
adalah
sistem
informasi
yang
memproses
input
sehingga
menghasilkan output untuk mencapai tujuan khusus manajemen. Selain itu, menurut Krismiaji (2002,5) sistem informasi akuntansi manajemen adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat
bagi
manajemen
untuk
merencanakan,
mengendalikan
dan
mengoprasikan bisnis. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen adalah sebuah sistem yang memproses input menjadi output yang berguna untuk pihak manajemen. Hansen dan Mowen (2004,:4) menjelaskan bahwa proses adalah inti dari sistem informasi akuntansi manajemen. Proses dapat dijelaskan oleh aktivitas seperti pengumpulan, (collecting), pengukuran (measuring), penyimpanan (storing), analisis (analysis), pelaporan (reporting), dan pengelolaan (managing) informasi. Output yang dihasilkan dapat berupa laporan khusus, biaya produksi, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja, bahkan komunikasi personal.
14
Pengumpulan
Laporan Khusus
Pengukuran
Harga Pokok Produk
Penyimpanan
Biaya Pelanggan
Analisis
Anggaran
Pelaporan
Laporan Kinerja
Economics Events
Pengelolaan
Komunikasi Personal
Gambar 2.1. Operational Model: Management Accounting Information System
Berdasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen adalah sebuah sistem yang memproses input menjadi output yang berguna untuk manajemen dalam untuk merencanakan, mengendalikan dan mengoprasikan bisnis. Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen berdasarkan model kesuksesan sistem informasi DeLone and McLean (1992): 1. Kualitas Sistem Kualitas sistem berarti kualitas dari kombinasi hardware dan software dalam sistem informasi. Fokusnya adalah performa dari sistem, yang
15
merujuk pada prosedur dari sistem informasi dapat menyediakan informasi kebutuhan pengguna. Kualitas sistem informasi akuntansi manajemen menentukan kinerja manajemen. 2. Kualitas Informasi Informasi yang berkualitas adalah informasi yang memiliki karakteristik relevan, dapat dipercaya, lengkap, tepat waktu, mudah dipahami, dan dapat diuji kebenarannya. 3. Intensitas Penggunaan Sistem Informasi Intensitas penggunaan informasi mengacu pada seberapa sering pengguna memakai sistem informasi. Dalam kaitannya dengan hal ini penting untuk membedakan apakah pemakaiannya termasuk keharusan yang tidak bisa dihindari atau sukarela. 4. Kepuasan Pengguna Sistem Kepuasan pengguna lebih menyangkut pandangan pengguna terhadap sistem informasi, tetapi bukan pada aspek kualitas teknik sistem yang bersangkutan. Dengan kata lain, kepuasan pengguna lebih mengukur persepsi apa yang disediakan oleh sistem informasi dari pada memberi informasi tentang kapabilitas fungsional sistem informasi yang bersangkutan.
Kepusasan
Pengguna
sistem
(User
satisfaction)
merupakan respon dan umpan balik yang dimunculkan pengguna setelah memakai sistem informasi. Sikap pengguna terhadap sistem informasi merupakan kriteria subjektif mengenai seberapa suka pengguna terhadap sistem yang digunakan.
16
5. Individual Impact Individual impact merupakan pengaruh keberadaan dan pemakaian sistem informasi terhadap kualitas kinerja pengguna secara individual termasuk di dalamnya produktivitas, efisiensi dan efektivitas kinerja. 6. Organizational Impact Organizational impact merupakan pengaruh keberadaan dan pemakaian sistem informasi terhadap kualitas kinerja pengguna secara organisasi dalam hal ini institusi yang mengembangkan sistem informasi, termasuk di dalamnya produktivitas, efisiensi dan efektivitas kinerja. Menurut Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon (1995,403-404) ukuran kesuksesan sistem informasi: 1. High levels or System use Kegunaan sistem informasi dapat dilihat dari seberapa jauh informasi dapat memenuhi peran strategisnya dalam organisasi. 2. User satisfaction with the system Opini users atas kualitas informasi yang dihasilkan, kualitas layanan sistem, dan atas jadwal operasi sistem. 3. Favorable attitudes of users Sikap positif dalam bentuk dukungan dan kompetensi dari user, serta hubungan yang baik antara user dengan teknisi sangat penting bagi keberhasilan sistem.
17
4. Achieved Objectives Kesuksesan sistem harus diukur dari pencapaian hasil yang dinyatakan selama analisis terhadap nilai bisnis yang diharapkan. 5. Information quality Kualitas informasi dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu akurasi, ketepatan waktu dan relevansi. Sistem informasi akuntansi manajemen mempunyai tiga tujuan utama, yaitu menurut Hansen dan Mowen (2004,:4) sebagai berikut. 1. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan biaya jasa, produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen. 2. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan yang berkesinambungan. 3. Untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Ketiga tujuan ini mengungkapkan bahwa manajer dan pengguna lainnya membutuhkan informasi akuntansi manajemen dan perlu mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Adapun tujuan sistem informasi akuntansi manajemen menurut Rommey (2004) adalah: 1. Memastikan bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem dapat diandalkan. 2. Memastikan bahwa aktivitas bisnis dilaksanakan dengan efisien dan sesuai dengan tujuan manajemen, serta tidak melanggar kebijakan pemerintah yang berlaku. 3. Menjaga aset-aset organisasional, termasuk data.
18
Menurut Romney (2004) Sistem informasi akuntansi manajemen dirancang dan dilaksanakan pada dasarnya untuk memberikan informasi kepada pihak manajemen perusahaan. Dari hasil sistem informasi akuntansi ini akan diperoleh mengenai informasi-informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan perusahaan. Tiga fungsi sistem informasi akuntansi yaitu : 1.
Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review) hal-hal yang telah terjadi.
2.
Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
3.
Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat dan andal.
Dari uraian diatas terlihat bahwa sistem informasi akuntansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi manajemen. Informasi yang disediakan sistem informasi akuntansi terbagi dalam dua ketegori yaitu laporan keuangan dan laporan manajerial. Laporan keuangan sebenarnya lebih mentitikberatkan pada pengguna luar perusahaan dalam mengambil keputusan. Laporan manajerial merupakan laporan di luar laporan keuangan dimana prinsip
19
dan kaitannya masih di dalam konteks akuntansi. Laporan manajerial dapat berupa informasi operasional terinci terutama kinerja organisasi dan laporan atas pelaksanaan anggaran. Sistem informasi akuntansi manajemen membantu manajer dalam menjalankan
fungsi
manajemen.
Fungsi
Manajemen
menurut
John
R.
Schermerhorn, Jr (2003:12) meliputi : a. Perencanaan Perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan yang akan dicapai serta langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapainya. b. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah proses pemberian tugas, pengalokasian sumber daya serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu atau kelompok untuk menerapkan rencana. c. Pengarahan Pengarahan adalah proses untuk menumbuhkan semangat pada karyawan supaya bekerja giat serta membimbing mereka melaksanakan rencana dalam mencapai tujuan. d. Pengendalian Pengendalian adalah proses pengukuran kinerja, membandingkan antara hasil sesungguhnya dengan rencana serta mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan. Dalam
sistem
informasi
akuntansi
manajemen
diperlukan
proses
manajemen. Proses manajemen menurut Hansen & Mowen (2004:6) meliputi :
20
● Perencanaan Formulasi terinci dari kegiatan untuk mencapai tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen yang disebut perencanaan. ● Pengendalian Setelah suatu rencana dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana seharusnya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan, disebut dengan pengendalian. ● Pengambilan Keputusan Proses pemilihan di antara berbagai alternative disebut dengan proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer tidak dapat membuat rencana tanpa pengambilan keputusan. Manajer harus memilih diantara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan tujuan yang dipilih. Menurut Krismiaji (2002:4) untuk dapat menghasilkan informasi yang diperlukan oleh para pembuat keputusan, sistem informasi akuntansi harus melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut. ● Mengumpulkan transaksi dan data lain dan memasukkannya ke dalam sistem ● Memproses data transaksi ● Menyimpan data untuk keperluan di masa mendatang
21
● Menghasilkan informasi yang diperlukan dengan memproduksi laporan, atau memungkinkan para pemakai untuk melihat sendiri data yang tersimpan di computer. ● Mengendalikan seluruh proses sedemikian rupa sehingga informasi yang dihasilkan akurat dan dapat dipercaya. Bodnar dan Hopwood(2006:9) menjelaskan istilah sistem informasi akuntansi meliputi beragam aktivitas yang berkaitan dengan siklus-siklus pemrosesan transaksi perusahaan. Meskipun tidak ada dua organisasi yang identik, tetapi sebagian besar mengalami jenis kejadian ekonomi yang serupa. Kejadian-kejadian
ini
menghasilkan
transaksi-transaksi
yang
dapat
dikelompokkan menurut Bodnar dan Hopwood(2006:9) menjadi empat siklus aktivitas bisnis perusahaan yang umum. ● Siklus Pendapatan. Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pendistribusian barang dan jasa ke entitas-entitas lain dan pengumpulan pembayaranpembayaran yang berkaitan. ● Siklus Pengeluaran. Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan barang dan jasa ke entitas-entitas lain dan pelunasan kewajiban-kewajiban yang berkaitan. ● Siklus Produksi. Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pengubahan sumberdaya barang dan jasa. ● Siklus Keuangan. Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan dan manajemen dana-dana modal, termasuk kas.
22
2.1.8 Kinerja Perusahaan Pengertian kinerja perusahaan menurut Bernardin dan Russsell (2003) bahwa kinerja adalah: “Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.” Pengertian kinerja di sini tidak bermaksud menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh selama periode waktu tertentu. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007;18) pengertian kinerja perusahaan terkait dengan tujuan laporan keuangan, yaitu : “Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investement) atau penghasilan per saham (earnings per share)”. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari pemanfaatan secara baik atas sumber daya yang ada dan sekaligus mencerminkan seberapa jauh sebuah keberhasilan tercapai atau hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang manajer dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangannya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002 : 17).
23
Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan (Mulyadi, 2001). Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian (rating) yang relevan. Rating tersebut harus mudah digunakan sesuai dengan yang akan diukur, dan mencerminkan hal-hal yang memang menentukan kinerja. Menurut Mulyadi (2001), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut: 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, pemberhentian dan mutasi. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
24
2.1.8.1 Balance Scorecard Menurut Atkinson, Banker, Kaplan and Young (2000:7) pengertian balance scorecard adalah sebagai berikut: “Balanced Scorecard is a measurement and management system a business unit performance for four persepectives” Yang berarti bahwa pengukuran dan sistem manajemen penilaian kinerja dengan menggunakan empat aspek. Adapun pengertian balance scorecard menurut Hansen dan Mowen (2004,509) adalah sebagai berikut: “Balance scorecard adalah sistem manajemen strategis yang mendefinisikan sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi.” Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa balance scorecard adalah sistem manajemen yang menilai kinerja dengan menggunakan strategi berdasarkan empat aspek. Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategic atau lebih tepat dinamakan suatu Strategic Based Accounting System yang menjabarkan misi dan startegic perusahaan kedalam tujuan operasional dan tolak ukur kinerja, dimana Balanced Scorecard ini memiliki karakterisrik menurut Mulyadi (2001 : 18) sebagai berikut : 1. Komprehensif : Balanced Scorecard memperluas prespektif yang dicakup dalam pengukuran kinerja, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada prespektif pelanggan, prespektif proses bisnis internal, serta prespektif pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan prespektif ini menghasilkan
25
manfaat bagi perusahaan, yaitu menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang, serta membantu perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks. 2. Koheren : Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran startegik yang dihasilkan dalam perencanaan startegik. Setiap sasaran yang ditetapkan dalam prespektif non keuangan harus memiliki hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Seimbang : Keseimbangan diantara keempat prespektif dalam Balanced Scorecard yang dihasilkan oleh sistem perencanaan startegic, sangat penting untuk menghasilkan kinerja keuangan yang berjangka panjang. Bobot keempat prespektif dalam Balanced Scorecard adalah seimbang, dimana prespektif yang satu tidak melebihi prespektif yang lain. 4. Terukur : Balanced Scorecard mengukur sasaran strategic yang sulit untuk diukur. Sasaran startegik di prespektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak mudah terukur, namun dalam Balanced Scorecard ketiga prespektif non keunagan tersebut ditentukan ukurannya sehingga dapat diwujudkan untuk mengukur kinerja perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2004,512) keempat perspektif mendefinisikan strategi dan ukuran kinerja ini bertujuan untuk mensejajarkan tujuan dan tindakan individual dan inisiatif organisasi. Dengan peranan yang dimainkan oleh keempat
26
perspektif dalam pengembangan ukuran kinerja, pengujian perspektif yang lebih rinci akan lebih terjamin. Empat perspektif scorecard menurut Kaplan dan Norton (2000,23) memberi keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, antara hasil yang diinginkan dengan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut. Keempat perspektif tersebut menurut Kaplan dan Norton (2000,23) adalah sebagai berikut : 1. Perspektif Keuangan Perspektif keuangan tetap digunakan dalam Balance Scorecard, karena ukuran keuangan sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja keuangan ini memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan konstribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest (Kaplan dan Norton, 2001). Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula. 1. Growth (berkembang) adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Di sini manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan system, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan
27
mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. 2. Sustain (bertahan) adalah tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya, jika mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan bottleneck, mengembangkan kapasitas, dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. 3. Harvest (panen) adalah tahapan ketiga di mana perusahaan benar-benar memanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan adalah hal yang utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagai tolak ukur, yaitu memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja. Tolak ukur yang kerap digunakan pada perspektif ini adalah ROI, profit margin, operating ratio dab ROCE. a. ROI (Return On Investment) Tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi atau yang biasa disebut dengan ROI yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih.
28
ROI =
x 100%
b. Profit Margin Profit margin digunakan untuk melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan untuk mengetahui efisiensi perusahaan. Semakin tinggi nilai profit margin berarti semakin baik, karena profit margin menganggap kemampuan
perusahaan
Profit Margin =
dalam
mendapatkan
laba
cukup
tinggi.
untuk
melihat
tingkat
x 100%
c. ROCE ROCE
merupakan
rasio
yang
digunakan
pengembalian operasi dari aset-aset yang didanai sendiri dan pendanaan jangka panjang. Konsep ini tercermin dalam rumus ROCE yaitu, ROCE =
Untuk tujuan melihat tingkat pengembalian operasi dari aset yang didanai sendiri & secara jangka panjang, maka pembilang yang sebaiknya digunakan adalah EBIT. Hal ini dikarenakan, perusahaan dapat beroperasi dalam tingkat interest utang dan tingkat pajak yang berbeda-beda. Sehingga, penggunaan pengembalian setelah interest dan pajak akan membiaskan informasi karena faktor ketaktentuannya. Sebagai penyebutnya, digunakan Total Aset – Current Liabilities. Hal ini berarti ROCE digunakan untuk melihat aset yang didanai oleh investor dan melalui liabilitas jangka panjang. Dari sini terlihat bahwa ROCE dapat digunakan terutama oleh investor untuk melihat nilai tambah dari aset yang didanai dalam
29
menghasilkan pengembalian operasi. Karena ROCE melihat tingkat pengembalian operasi, maka semakin tinggi hasil dari rasio tersebut, maka semakin baik tingkat pengembalian operasi dari aset yang didanai sendiri (oleh investor) dan melalui pinjaman jangka panjang. Namun, perlu dicermati jika menggunakan pembanding antar tahun, karena ROCE menggunakan total aset sebagai salah satu faktor perhitungan dalam penyebutnya. Total aset akan terpengaruh oleh faktor depresiasi dan amortisasi, semakin lama waktu maka semakin kecil total asetnya. Jika penyebut dalam suatu pembagian lebih kecil dari pembilangnya, maka hasil pembagian tersebut tentunya akan semakin besar. Hal ini mengakibatkan pembandingan ROCE antar tahun menjadi bias. ROCE seakan-akan naik padahal penyebabnya adalah turunnya nilai buku total aset karena depresiasi dan amortisasi, dan bisa jadi penerimaan operasi tidak berubah. 2. Perspektif Pelanggan Dalam perspektif pelanggan BSC, para manajer mengidentifikasi pelanggan dari segmen pasar di mana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran. Perspektif ini biasanya terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Ukuran utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, dan pangsa pasar di segmen sasaran. Selain itu, perspektif pelanggan seharusnya juga mencakup berbagai ukuran tertentu yang menjelaskan tentang proposisi nilai yang akan diberikan perusahaan kepada pelanggan segmen pasar sasaran. Faktor pendorong keberhasilan pelanggan inti di segmen pasar tertentu. Faktor pendorong keberhasilan pelanggan inti di segmen
30
pasar tertentu merupakan faktor yang penting, yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan untuk berpindah atau tetep loyal kepada pemasoknya. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Dalam perspektif proses bisnis internal, para eksekutif mengidentifikasi berbagai proses internal penting yang harus dikuasai baik oleh perusahaan. Proses internal memungkinkan unit bisnis untuk: a.
Memberikan
proposisi
nilai
yang
akan
menarik
perhatian
dan
mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar sasaran, dan b.
Memenuhi harapan keuntungan financial yang tinggi para pemegang saham. Ukuran proses bisnis internal berfokus kepada berbagai proses internal yang
akan berdampak besar kepada kepuasan pelanggan dan pencapaian tujuan financial perusahaan. Menurut Kaplan dan Norton (2000,83) proses bisnis terdiri atas proses inovasi, proses operasi dan layanan purna jual. Proses inovasi, unit bisnis meneliti kebutuhan pelanggan yang sedang berkembang atau yang masih bersembunyi, dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Proses operasi, adalah tempat dimana produk dan jasa diproduksi dan disampaikan kepada pelanggan. Layanan purna jual, sebagian perusahaan mempunyai strategi yang eksplisit untuk menyediakan layanan purna jual yang istimewa.
31
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif
ini
mengidentifikasi
infrastruktur
yang
harus
dibangun
perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Tiga sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan datang dari manusia, sistem, dan prosedur perusahaan. Tujuan financial, pelanggan, proses bisnis internal di balance scorecard biasanya akan memperlihatkan adanya kesenjangan antara kapabilitas sumber daya manusia, sistem dan prosedur saat ini dengan apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan kinerja yang penuh dengan terobosan. Untuk menutup kesenjangan ini, perusahaan harus melakukan inovasi dengan melatih ulang para pekerja, meningkatkan teknologi dan sistem informasi serta menyelaraskan berbagai prosedur dan kegiatan sehari-hari perusahaan. Berbagai tujuan ini diartikulasikan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 2.1
Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Perusahaan Menurut Outley (1980), perlu adanya kesesuaian sistem informasi akuntansi manajemen agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Keberhasilan sistem informasi akuntansi manajemen tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan bagi para pemakainya, kinerja dan pemanfaatan sistem informasi akuntansi manajemen yang dilakukan (Goodhue, 1995). Wuryaningrum (2007) menyatakan
bahwa
sistem
informasi
akuntansi
manajemen
yang
diimplementasikan dalam organisasi seharusnya dapat memberikan manfaat pada
32
kinerja organisasi serta dapat memberikan kenyamanan bagi pemakainya. Keberhasilan sistem juga tergantung pada sikap dan kepercayaan pemakai sistem terhadap sistem informasi, yang tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik sistem yang melekat, tetapi lebih kepada sejauh mana sistem tersebut dipercaya dapat memenuhi kebutuhan tugas mereka dan sesuai dengan kebutuhan tugas mereka. Goodhue dan Thomson (1995) menyatakan bahwa kesesuaian tugas dengan sistem akan mengarahkan individu untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Penerapan sistem informasi akuntansi manajemen yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Goodhue dan Thompson (1995) yang sebelumnya mencoba melihat hubungan sistem informasi dengan kinerja. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja. Penelitian Kirmizi (2001) menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara sistem informasi akuntansi manajemen dengan kinerja perusahaan. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (X)
Kinerja Perusahaan (Y)
(DeLone dan McLean, 1992 ; Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon, 1995
(Balance Scorecard, Kaplan dan Norton 2000; Hansen dan Mowen, 2004)
Gambar 2.2 Model Kerangka Pemikiran 2.2
Hipotesis Penelitian Menurut Uma Sekaran (2009:135) hipotesis didefinisikan sebagai hubungan
yang diperkirakan secara logika diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut
33
diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang diterapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian. Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2008:8). Berdasarkan kajian di atas maka peneliti mengajukan hipotesis dengan rumusan sebagai berikut: H1: Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan