BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Pengertian Economic Value Added (EVA)
Menurut Young (2001: 17), “EVA adalah pengukuran kinerja yang didasarkan pada keuntungan ekonomis (juga dikenal sebagai penghasilan sisa/ residual income) yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal”. Menurut Mirza (1997), “EVA adalah keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital)”. Dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa residual yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Berdasarkan definisi diatas, EVA ditentukan oleh dua hal: Pertama, keuntungan bersih operasional setelah pajak menggambarkan penciptaan value didalam perusahaan. Kedua, biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value. Walaupun laba operasional setelah pajak naik belum tentu menaikkan nilai EVA. Hal ini disebabkan karena: Pertama, naiknya laba operasi dapat mengakibatkan naiknya resiko bisnis yang dihadapi perusahaan, apabila kenaikan laba operasi bukan berasal dari efisiensi internal melainkan hasil investasi pada bidang – bidang bisnis yang baru. Kenaikan resiko bisnis ini akan membawa
Universitas Sumatera Utara
konsekuensi pada kenaikan required rate of return, yang pada gilirannya akan berakibat pada naiknya biaya modal. Kedua, EVA masih bergantung pada struktur modal, yang kemudian akan menentukan tingkat resiko keuangan dan biaya modal.Teuku dan Imbuh (1997; 42). Hubungan antara EVA dan nilai perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk menilai perusahaan apabila perhitungan Eva tidak hanya pada periode masa kini tetapi juga mencakup periode yang akan datang. Hal ini disebabkan karena EVA pada suatu tahun tertentu menunjukkan besarnya penciptaan nilai sekarang dari total penciptaan nilai selama umur perusahaan tersebut (Young, 2001:32), Nilai Sekarang = Total modal yang diinvestasikan + EVA Persamaan diatas jelas menunjukkan bahwa EVA yang semakin tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan dimana penciptaan nilai tersebut akan tercermin pada harga saham yang lebih tinggi sebaliknya mungkin saja nilai perusahaan lebih rendah dari total modal yang diinvestasikan apabila total EVA yang dihasilkan perusahaan tersebut mempunyai nilai negatif. Dari penjelasan tersebut diatas jelas terlihat bahwa EVA sangat bermanfaat sebagai penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai. Penggunaan EVA sangat terkait dengan semakin meningkatnya kesadaran para manajemen bahwa tugasnya adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta meningkatkan
nilai pemegang
saham dan bukan untuk mencapai tujuan lain. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berfikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengambilan dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. 2.1.2
Langkah-langkah menghitung EVA
Ada beberapa metode dalam menentukan nilai EVA, dalam penelitian ini menggunakan rumusan EVA menurut versi S. David Young yang dikutip oleh Tunggal (2001:1) adalah sebagai berikut: EVA – NOPAT – Capital Charges Dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Tax Capital Charges = WAAC x Invested Capital Dari rumusan tersebut diatas maka perhitungan EVA dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: 2.1.2.1 Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax) NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan nin cash
bookkeeping entries
seperti biaya penyusutan (Tunggal, 2001: 5). Untuk menentukan nilai EVA ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal perhitungan NOPAT yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Penjualan Penjualan yang disyaratkan pemegang saham adalah penjualan kegiatan operasi perusahaan (barang dan jasa), bukan penjualan aktiva perusahaan. Aktiva sebagai alat penunjang dari aktivitas operasi perusahaan dan bukan bagian dari kegiatan atau rutinitas pokok perusahaan, karena aktiva sama dengan hutang ditambah modal, maka perolehan suatu aktiva dikarenakan adanya penggunaan modal atau hutang, sehingga
apabila
perusahaan
menjual
aktivanya
akan
menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola modal. b. Biaya Operasi Biaya operasi yaitu biaya yang timbul dari kegiatan operasi perusahaan. Beban pinjaman (biaya hutang) diklasifikasikan sebagai biaya modal karena biaya ini timbul sebagai pengorbanan untuk memperoleh modal. Biaya penelitian dan pengembangan, biaya promosi dan iklan diamortisasi sesuai dengan umur ekonomisnya masing – masing. Biaya bunga dari pembelian bahan baku secara kredit merupakan konsekuensi dari kegiatan operasi karena sangat berkaitan dengan kelancaran kegiatan operasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Pajak Penghasilan Persentase pajak penghasilan harus ada penyesuaian dengan undang – undang perpajakan yang berlaku. Pajak dibebankan berdasarkan persentase yang berlaku dikalikan laba sebelum pajak. Rumusan NOPAT adalah sebagai berikut: NOPAT = Laba bersih setelah pajak + biaya bunga 2.1.2.2 Mengidentifikasi Invested Capital Invested Capital menurut Tunggal (2001 : 5) adalah jumlah seluruh pinjaman diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga, seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan dan sebagainya. Menurut Young (2001 : 39) Invested Capital adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga, seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan, dan sebagainya. Perhitungan Invested Capital dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Pendekatan Operasi (operation Approach) Invested Capital = kas: working capital requirement + aktiva tetap Invested capital requirement = persediaan + piutang dagang = aktiva lancar lainnya – (hutang dagang + biaya – biaya yang masih harus dibayar + uang muka pelanggan)
Universitas Sumatera Utara
b.
Pendekatan keuangan (Financial Approach) Invested capital = pinjaman jangka pendek + pinjaman jangka panjang lainnya + ekuitas pemegang saham.
2.1.2.3 Menghitung Capital Charge Tunggal (2001 : 36) memberikan definisi Capital Charges sebagai berikut : “ Capital Charges atau capital cost adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas resiko dari modal yang ditanamkan”. Adapun rumusan dari capital charges adalah sebagai berikut (Young, 2001 : 39) : Invested Charges = Invested Capital x WACC (Weighted Average Cost of Capital) 2.1.2.4 Mengitung Cost of Capital (Cost of Debt dan Cost of Equity) Cost of Capital merupakan konsep yang sangat penting dalam keuangan perusahaan karena konsep ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber. Menurut Riyanto (1995 : 245) dalam bukunya menyatakan bahwa konsep cost of capital dimaksudkan untuk dapat menentukan biaya riil dari penggunaan modal dari masing – masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal rata – rata (average cost of capital) dari keseluruhan dana yang digunakan dalam perusahaan yang merupakan tingkat biaya penggunaan modal perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
a. Pengertian Cost of Capital Cost of capital suatu perusahaan adalah suatu tingkat keuntungan yang harus dicapai agar bisa memuaskan keinginan para investor. Cost of capital ini penting karena merupakan penghubung utama antara keputusan – keputusan financial manajemen perusahaan untuk menentukan apakah perbandingan antara equity dan debt sudah optimal. b. Komponen Cost of Capital 1) Biaya Hutang Jangka Pendek (Cost of Debt) Biaya hutang adalah tingkat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan apabila mendapatkan dana untuk perusahaan dengan cara meminjam dari pihak lain, dengan meminjam dari pihak lain makan akan timbul dengan bunga yang merupakan biaya bagi perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut :
Cost of Debt =
Biaya bunga Hutang Jangka Panjang
2) Biaya ekuitas (cost of equity) Biaya ekuitas adalah tingkat pengembalian atau (return)
yang
dikehendaki
investor
karena
adanya
ketidakpastian tingkat laba sebagai akibat dari tambahan resiko atas keputusan yang diambil perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghitung besarnya biaya ekuitas dapat digunakan pendekatan price earning ratio (PER) dengan rumus sebagai berikut : Re =
1 x
PER =
100% PER
Laba per lembar saham Harga saham
c. Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat cost of capital. Ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi tingkat cost of capital, yaitu: 1)
Keadaan perekonomian pada umumnya, seperti jumlah demand dan supply, modal, inflasi.
2)
Kondisi Pasar. Yang harus diperhatikan disini adalah factor – factor yang dihadapi dimana apabila resiko yang dihadapi perusahaan tinggi maka premium yang dituntut oleh investor juga tinggi sehingga, akan mengakibatkan cost of capital yang tinggi;
3)
Operasi
perusahaan
dan
keputusan
dibidang
keuangan. Resiko sebagai variasi dari return juga merupakan akibat dari keputusan yang dibuat oleh perusahaan. Resiko terbagi menjadi dua, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
i. Bussines Risk Yaitu variabel daripada
return
asset
yang
dipengaruhi oleh keputusan investasi perusahaan. ii. Financial Risk Adalah kenaikan variability return pemegang saham biasa sebagai akibat karena digunakannya debt and preferred stock; 4)
Jumlah dana yang digunakan Semakin tinggi jumlah modal yang dibutuhkan maka Weighted cost of capital juga akan meningkat, disebabkan: i.
Jumlah sekuritas yang banyak untuk dijual menyebabkan floating cost meningkat sehingga mempengaruhi biaya modal perusahaan;
ii.
Perusahaan yang mencari modal dalam jumlah relative besar (dibandingkan terhadap besar perusahaan) menyebabkan ROR yang dituntut investor meningkat;
iii.
Jika jumlah
sekuritas akan
dijual
banyak
biasanya timbul kesulitan dalam menawarkan dibursa/pasar apabila tidak memberikan potongan harga, hal tersebut dapat meningkatkan cost of capital;
Universitas Sumatera Utara
5)
Menentukan Capital cost rate atau WACC (Weighted Average Cost of Capital) Tingkat
biaya
penggunaan
modal
yang
harus
dipertimbangkan oleh perusahaan adalah tingkat biaya penggunaan modal perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu biaya dari masing – masing sumber dana itu berbeda – beda, maka untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruhan perlu menghitung weight average dari berbagai sumber dana tersebut. Penetapan bobot atau weight dapat didasarkan pada: i)
Jumlah rupiah dari masing – masing komponen struktural modal :
ii)
Proporsi modal dalam structural modal yang dinyatakan dalam presentase.
iii)
WACC dapat dihitung dengan cara mengalihkan masing – masing komponennya (Tunggal, 2001:4) WACC = {(D x rd) (1-tax)} + {(E x re)} Dimana : D = Tingkat modal dari hutang (debt) E = Tingkat modal dari ekuitas rd = Cost of debt re = Cost of equity
Universitas Sumatera Utara
2.1.3
Kelebihan EVA dan Kelemahan EVA
2.1.3.1 Kelebihan EVA EVA sebagai alat pengukur kinerja memiliki beberapa kelebihan dibandingkan tolak ukur kinerja lain diantara lainnya adalah (Young, 2001 : 32) : a)
EVA dapat dihitung pada tingkat divisi. Jika diketahui NOPAT yang mengukur laba perusahaan yang diperoleh dari operasi yang berjalan, modal yang diivestasikan dan WACC, maka EVA menurut teori dapat dihitung untuk setiap kesatuan termasuk divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografis dan sebagainya.
b)
Eva merupakan pengukuran aliran, bukan pengukuran saham, karenanya dapat dipertanggungjawabkan terhadap penilaian kinerja selama periode waktu tertentu. EVA dikatakan sebagai suatu aliran sebab ia mengukur laba. EVA adalah cara mengubah pengukuran saham dari kelebihan pengembalian menjadi aliran;
c)
EVA dapat meningkatkan penciptaan kekayaan pemegang saham. Perbedaan pokok antara EVA dan pengukuran laba konvensional adalah EVA merupakan laba “ekonomis” kebalikan dari laba “akunting”. Hal ini berdasarkan gagasan bahwa suatu bisnis mendapatkan laba jika penghasilan mencukupi tidak hanya biaya operasi tetapi juga biaya modal. Tanpa prospek laba ekonomis, tidak akan ada penciptaan kekayaan bagi investor. Gagasan dari
Universitas Sumatera Utara
laba ekonomis menegaskan hubungan EVA, terhadap kekayaan pemegang saham, kondisi akhir yang dibutuhkan dari tolak ukur berdasarkan nilai. 2.1.3.2 Kelemahan EVA EVA sebagai alat ukur kinerja keuangan juga memiliki kelemahan diantaranya adalah (Mirza, 1997): a. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas – aktivitas penentu seperti, loyalitas pelanggan; b. EVA terlalu bertumpu pada kenyakinan bahwa investor sangat mengandalkan faktor fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor lain terkadang justru lebih dominan; c. Konsep ini tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya. 2.1.4
Return on Equity (ROE) Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengujur
pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham (Brigham dan Houston 2001:91). Return on Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Retur in Common Equity).
Universitas Sumatera Utara
Hanafi dan Halim (2000:85) mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Hal ini senada dengan pernyataan Ang (1997:18) bahwa ROE mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE =
Laba bersih setelah pajak Modal sendiri
x 100%
Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya karena rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. ROE dipengaruhi ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan. 2.1.5
Return on Asset (ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Horne and Wachowicz (1997: 147) mengatakan rasio ini rasio keuntungan yang menghubungkan laba dengan investasi. Menurut Ang (1997: 18) profitabilitas mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva.
Universitas Sumatera Utara
ROA =
Laba bersih setelah pajak Total Aktiva
x 100%
Rata – rata ROA untuk industri adalah 9% (Brigham dan Houston 2001: 90). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset/aktiva. Rendahnya rasio ini diakibatkan oleh (a) rendahnya basic earning power (BEP) perusahaan, (b) tingginya biaya bunga karena penggunaan kewajiban diatas rata-rata yang menyebabkan laba bersih relatif rendah. 2.1.6
Earning per Share (EPS) Earning per share adalah pendapatan perusahaan dari per lembar
saham yang dijual. EPS didapatkan dari pembagian antara laba setelah pajak dengan jumlah lembar saham. Dengan memperhatikan EPS maka investor dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi dipasar modal. EPS dipengaruhi oleh pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan tinggi maka EPS juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Hal ini yang akan mempengaruhi harga saham, karena pergerakan harga saham pengaruh awalnya adalah pendapatan perusahaan (Husnan, 1998: 287). Menurut Darsono (2005: 57), investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang dimiliki. Alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham adalah earning per share yang dicari dengan laba bersih dibagi saham yang berdear. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk
Universitas Sumatera Utara
setiap satu lembar saham. Rumus untuk menghitung earning per share adalah sebagai berikut : EPS
2.1.7
=
Laba bersih setelah bunga dan pajak jumlah saham beredar
x 100%
Harga Saham Persoalan mendasar bagi setiap investor dipasar modal adalah
bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta melakukan peramalan (forecasting) terhadap perubahan harga saham pada masa yang akan datang sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan investasi. Ada beberapa konsep dasar nilai atau harga saham yang akan dibahas, yaitu nilai buku per lembar saham, harga pasar, harga teoritis / intrinsic value, harga nominal. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis merupakan selisih total aktiva dengan total kewajiban. Harga pasar adalah harga yang terbentuk dipasar jual beli saham. Harga teoritis adalah harga saham yang seharusnya terjadi, sedangkan harga nominal adalah harga yang tercantum pada saham biasa. 2.1.8
Pendekatan penilaian saham Untuk menentukan harga saham diperlukan adanya suatu model
perhitungan yang biasa dipergunakan untuk memilih saham mana yang seharusnya dimasukkan dalam portofolio. Model perhitungan merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variabel perusahaan (misalnya penjualan, laba, dan dividen) yang diamati menjadi perkiraan
Universitas Sumatera Utara
harga saham. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan harga saham yaitu: 2.1.8.1 Analisis Fundamental Dalam analisis ini dinyatakan bahwa, saham memiliki nilai intrinsik tertentu. Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsic suatu saham dengan harga pasarnya yaitu dengan dua pendekatan. 1) Pendekatan Dividen Dividen merupakan sebagian laba yang dibagikan kepada pemegang
saham.
Pembayaran
dividen
yang
tinggi
mencerminkan prospek tingkat keuntungan yang baik suatu perusahaan, sedangkan penurunan tingkat pembayaran dividen
dapat
menjadi
informasi
yang
kurang
menguntungkan bagi perusahaan sebab dividen juga dianggap sebagai tanda tersedianya pendapatan yang tinggi dalam perusahaan dan juga mengindikasikan tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa yang akan datang. Pada akhirnya harga saham akan mengikuti naik turun besarnya dividen yang dibagikan. 2) Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. 2.1.8.2 Analasis Teknikal Analisis ini dimulai dengan cara memperhatikan perubahan harga suatu saham dari waktu ke waktu. Model analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap saham tersebut, sehingga asumsi yang berlaku dalam model analisis ini adalah: 1) Harga saham ditentukan oleh interaksi supply and demand. 2) Supply and demand dipengaruhi banyak faktor baik yang rasional maupun irasional. 3) Perubahan harga saham cenderung mengikuti tren tertentu. 4) Tren tersebut dapat berubah mengikuti pergeseran supply and demand. 5) Pergeseran supply and demand dapat dideteksi dengan mempelajari diagram prilaku pasar. 6) Pola – pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa yang akan datang. 2.1.9
Indeks Harga Saham Indeks Harga Saham (HIS) merupakan ringkasan dari pengaruh
simultan dan komplek dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang
kejadian – kejadian ekonomi, bahkan kejadian non
ekonomi seperti misalnya social, politik, dan keamanan. Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
HIS juga dapat dijadikan sebagai barometer kesehatan ekonomi suatu Negara. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Ferawati (2010), Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2003), Halim (2007), Alam (2008), Panggabean (2005). Berdasarkan penelitian Ferawati (2010) menemukan bahwa EVA, ROA, EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2003), menganalisis pengaruh EVA dan dan rasio keuangan dan investment opportunity set terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001 dan 2002. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Halim (2007), menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham dari perusahaan – perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta pada periode 2004 – 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Alam (2008), menganalisis pengaruh rasio keuangan likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, dan Pasar terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2005), menganalisis perbandingan korelasi EVA dan ROE terhadap harga saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Tinjauan penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada table 2.2 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti 1 Ferawati (2010)
2
Judul Pengaruh Economic Value Adde ddan Rasio Profitabilitas Perusahaan terhadap perubahan harga saham pada BEI
Variabel Variabel Independen: ROA, ROE, EVA, EPS. Variabel independen: Perubahan Harga saham
Hasil Secara individual variabel EVA, ROA, EPS tidak berpengaruh signifkan terhadap perubahan harga saham.
Sasongko dan Pengaruh EVA Wulandari dan rasio – rasio (2003) profitabilitas terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001 – 2002
Variabel Independen : return on assets (ROA), earning per share (EPS), return on sales (ROS) dan basic earning power (BEP).
Hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Variabel dependen: Harga saham 3
Halim (2007)
Faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham dari perusahaan – perusahaan manufaktur yang listing di BEJ pada periode 2004 – 2006
Variabel independen: return on equity , debt to equity ratio, earning per share, dan net profit margin.
Hanya ROE dan EPS yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
No
Peneliti
Judul
Variabel
Hasil
4
Alam (2008)
Pengaruh Rasio keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar terhadap harga saham Industri Manufaktur di BEJ.
Variabel independen: current ratio, total debt to total assets, total assets turnover, inventory turnover, net profit margin, return on equity, price earning ratio. Variabel dependen: harga saham
CR, DTA, TATO, ITO, NPM, ROE, PER,secara bersama – sama mempengaruhi harga saham. Rasio CR, NPM, dan ROE yang signifikan berpengaruh terhadap harga saham.
5
Panggabean (2005)
Analisis Perbandingan Korelasi EVA dan ROE terhadap Harga Saham LQ 45 di BEJ.
Variabel EVA berpengaruh dependen : terhadap harga EVA, ROE, saham. stock price Variabel independen: Harga Saham
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1
Kerangka Konseptual
Pada dasarnya penelitian ini menggunakan rasio – rasio keuangan seperti yang dilakukan peneliti terdahulu. Penelitian ini menggunakan perubahan harga saham sebagai variabel dependen. Dan menggunakan rasio –rasio keuangan lainnya seperti return on asset, return on equity, economic value added, dan earning per share sebagai variabel independen.
Universitas Sumatera Utara
Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi utama bagi kepentingan manajemen maupun dalam pengambilan keputusan investasi bagi investor dipasar modal. Laporan ini mencakup dua hal pokok yaitu laporan rugi laba dan neraca. Disamping itu dimasukkannya alat analisis EVA dalam modal ini diharapkan akan memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dari kinerja perusahaan. Gambar 2.1 dibawah ini menjelaskan pengaruh return on asset, return on equity, economic value added, dan earning per share terhadap perubahan harga saham. Sesuai dengan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, dapat disusun suatu justifikasi bahwa economic value added memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham karena economic value added merupakan indikator yang mampu menciptakan nilai dari perusahaan. Economic Value Added (EVA) dalam penggunaan sebagai alat pengukuran memiliki fungsi untuk
mempertimbangkan
kemampuan
manajer
perusahaan
dalam
menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham. Return On Asset (ROA) juga berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham. Dimana rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham. Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Demikian juga earning per share (EPS) memiliki pengaruh positif
Universitas Sumatera Utara
terhadap perubahan harga saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah deviden yang diterima pemegang saham.
Economic Value Added (EVA) (X1)
H1
Return On Asset (ROA) (X2)
H2
Return On Equity (ROE) (X3)
H3
Earning Per Share (EPS) (X4)
H4
PERUBAHAN HARGA SAHAM (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.3.2
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya. Dari perumusan masalah dan uraian sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan disini adalah : H1
: Economic Value Added berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan.
H2
: Return on Equity berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
H3
: Return on Asset berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan.
H4
: Earning per share berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan.
Universitas Sumatera Utara