Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
HUBUNGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DENGAN RETURN SAHAM
RIZKI MARDHATILLAH
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
1
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
HUBUNGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DENGAN RETURN SAHAM Abstract This research is aimed to answer if there is significant correlation between Economic Value Added (EVA) with stock return, because we know that EVA is better than accounting profit. EVA is a measure that enables managers to see whether they are earning and adequate return. Results show that there is a significant correlation between Economic Value Added (EVA) with stock return although it is small. Pendahuluan SFAC 1 menyatakan “the primary focus of financial reporting is information about an enterprise’s performance provided by measures of earnings and its components”. Pernyataan SFAC 1 tersebut menganggap bahwa laba dan informasi keuangan lainnya mampu memperlihatkan kinerja perusahaan dan memprediksi masa depan perusahaan. SFAC 1 juga menyatakan bahwa investor, kreditor, dan pihak- pihak lain yang berkepentingan dengan penaksiran prospek perusahaan dalam menciptakan arus kas masuk, sering menggunakan pendapatan untuk mengevaluasi earning power, memprediksi pendapatan masa depan atau menaksir risiko berinvestasi pada suatu perusahaan. Menurut Hendriksen dan Breda (2001) terdapat tiga konsep mengenai laba yaitu konsep struktural (syntactical), interpretive (semantic), dan behavioral (pragmantic) levels. Kemampuan laba dalam memprediksi harga saham pada pasar yang terorganisasi berhubungan dengan konsep pragmatis laba. Konsep ini menjelaskan tentang efek dari suatu pelaporan keuangan. Berdasarkan konsep pragmatis kita tidak lagi melihat laporan keuangan semata-mata sebagai pertanggungjawaban manajemen tapi juga sebagai alat prediksi yang akan sangat berguna bagi investor dan kreditor. Informasi dan harga sekuritas merupakan kunci utama dalam mengukur pasar yang efisien (Jogiyanto,2000). Dyckman dan Morse (1986) menyatakan bahwa pasar yang efisien adalah pasar yang bereaksi cepat dan akurat terhadap informasi yang tersedia. Efficient Market Hypothesis (EMH) berpendapat bahwa total market harus canggih (sophisticated) dalam memahami informasi keuangan sehingga dapat terjadi pergeseran ke harga ekulibrium yang baru (Dyckman dan Morse,1986). Fama (1970) dalam Dycman dan Morse (1986) menciptakan frase “efficient market” untuk menggambarkan pasar yang mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information). Fama menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam informasi, yaitu informasi masa lalu (weak-form market efficiency), informasi sekarang yang sedang dipublikasikan (semistrong-form efficiency) di mana pasar mengalami efisiensi dan informasi privat (strong-form market efficiency).
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
2
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Economic value added (EVA) saat ini telah diterima sebagai suatu pendekatan untuk menghitung kinerja keuangan suatu perusahaan. EVA juga sangat berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menciptakan kesejahteraan shareholder. Karena itu nilai EVA suatu perusahaan atau banyak perusahaan dapat dianggap sebagai informasi keuangan yang penting bagi investor maupun calon investor pasar modal. Rumusan Masalah Berbagai penelitian yang ada telah membuktikan bahwa informasi keuangan mempunyai pengaruh terhadap return saham. Investor amat tertarik dengan informasi ini karena merupakan faktor utama dalam menilai dividen yang akan didapat, dan selanjutnya dapat ditentukan harga saham perusahaan atau bahkan nilai keseluruhan dari perusahaan. Selama ini laba yang banyak digunakan untuk menilai harga saham adalah laba operasi dan laba bersih. EVA yang dapat juga dianggap sebagai informasi laba bagi suatu perusahaan sehingga layak pula untuk diteliti pengaruhnya terhadap return saham dan penelitian menggunakan data yang dikeluarkan SWA belum pernah dilakukan sebelumnya. Landasan Teoritis Tinjauan tentang Economic Value Added (EVA) sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan Economic Value Added (EVA) mengukur laba usaha setelah dikurangi dengan charge atas invested capital (SWA, edisi 2002). EVA sebenarnya bukanlah konsep baru. Pada tahun 1896, konsep ini telah pernah diutarakan olah Alfred Marshall dan pada tahun 1954 dan 1973 Peter Drucker pernah pula menyatakan konsep ini; “there’s no profit unless you earn the cost of capital”. Selanjutnya pada 1990-an konsep EVA dikembangkan lebih lanjut oleh Stern Stewart dan sejak itu EVA mulai terkenal dan diterapkan oleh berbagai perusahaan di dunia termasuk di Indonesia. EVA juga dikenal sebagai pengukuran total faktor kinerja karena EVA telah memasukkan semua unsur yang ada di dalam laporan laba/rugi neraca. EVA memadukan ukuran – misalnya earning atau earning growth- dan ROIC (return on invested capital) menjadi satu nilai tunggal di mana biasanya perusahaan hanya memfokuskan diri di salah satunya. EVA dihitung dengan cara berikut: EVA = NOPAT – Capital Charge EVA = Turnover – Operating Expenses – (Average Capital x Cost of Capital) Cost of capital = Weighted Average Cost of Debt and Equity NOPAT adalah penjumlahan dari laba usaha, penghasilan bunga, beban/ penghasilan pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian atas laba/rugi bersih perusahaan asosiasi, laba/rugi penjualan aktiva tetap dan investasi saham, laba/rugi lainlain yang terkait dengan operasional perusahaan. Capital charge merupakan bagian yang paling spesifik dari EVA. Capital charge merupakan hasil perkalian WACC dengan invested capital. Nilainya akan menunjukkan seberapa besar opportunity cost modal yang telah disuntikkan kreditor maupun pemegang saham. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
3
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 EVA positif mengindikasikan bahwa perusahaan telah mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaannya sebanding atau bahkan melebihi pengorbanan sebenarnya dari modal yang telah ditanamkan oleh investor pada pasar modal. Sedangkan EVA negatif mengindikasikan bahwa perusahaan sebenarnya belum memberikan profit yang diharapkan oleh perusahaan, walaupun perusahaan menurut perhitungan traidsional berlaba, namun EVA negative menunjukkan costs of capital yang dikeluarkan tidak dapat ditutupi oleh laba operasi. Economic Value Added sesungguhnya bukanlah sekedar alat ukur kinerja perusahaan. Penerapan EVA yang benar di dalam perusahaan akan menghasilkan manfaat yang lebih besar. EVA juga adalah integrated performance measurement, management and reward system, untuk pembuatan keputusan bisnis. EVA sebagai Sistem Manajemen Sistem manajemen sebuah perusahaan adalah sebuah kerangka kerja yang dapat mendefinisikan ukuran, insentif, alat dan pengendalian yang menunjang pengambilan keputusan yang konsisten dengan strategi perusahaan untuk memaksimumkan perusahaan. Sistem manajemen yang ada selama ini, berdasarkan archaic metrics dan accounting conventions, yang dapat merusak value. Penilaian kinerja seperti pertumbuhan laba, earning per share (EPS), ROE, market share, margin, ataupun pendapatan seringkali menimbulkan konflik di dalam perusahaan. Hubungannya dengan kesejahteraan pemilik saham juga berkorelasi kecil (Stern Stewart & Co, “EVA & Strategy”). Oleh karena itu menerapkan EVA sebagai sistem manajemen merupakan langkah yang tepat. Sistem ini meluruskan kepentingan antara karyawan dengan shareowner value untuk meningkatkan dan memberikan kinerja prima. Sistem manajemen EVA harus menciptakan kejelasan, hubungan yang accountable antara strategic thinking, anggaran dan perencanaan modal, keputusan operasi rutin, kompensasi dan kesejahteraan pemegang saham. EVA pada akhirnya akan mengarahkan karyawan untuk berpikir dan bertindak seperti pemilik perusahaan. Keunggulan EVA dibanding alat ukur lain Secara konseptual, EVA memiliki keunggulan dibanding ukuran kinerja konvensional seperti earning karena alasan berikut: EVA bukan saja metode pengukuran kinerja keuangan, namun juga merupakan kerangka kerja manajemen keuangan yang komprehensif, mencakup berbagai fungsi mulai dari strategic planning, capital allocation, operating budget, performance measurement, management compensation, hingga internal/external communication. EVA dinilai mampu memainkan peran sebagai suatu system insentif kompensasi yang dapat mengarahkan perusahaan dalam mencapai tujuan hakikinya, yaitu menciptkan nilai untuk pemegang saham. EVA juga bisa dipakai untuk mentransformasi budaya perusahaan, sehingga semua elemen di dalam organisasi menjadi lebih peka dan sadar untuk terus menciptakan nilai bagi perusahaan.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
4
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 EVA dapat mendorong setiap manajer memainkan peran seperti layaknya pemegang saham perusahaan melalui penerapan system kompensasi berbasis nilai (value based compensastion). Tinjauan tentang Hubungan EVA dengan Return Saham Sebagai alat ukur kinerja keuangan yang cukup populer beberapa tahun belakangan ini, EVA sebenarnya mengembangkan prinsip bahwa: tak ada modal yang tidak gratis. Sehingga manajemen harus berhitung secara cermat setiap sen dana yang diinvestasikan untuk pengembangan usaha. Karena, makin tinggi resiko yang ditanggung suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula return yang diharapkan investor (Djawahir, SWA 23/XX/7-24 November 2004). Berbagai penelitian empiris mengenai manakah yang lebih unggul antara EVA dan earning telah banyak dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir. Namun, kebanyakan penelitian ini dilakukan di luar negeri. Garvey dan Milbourn (2000) menyebutkan bahwa EVA memiliki kemampuan sebagai prediktor yang tepat untuk return saham, sedangkan earning sebaliknya tidak dapat menjadi acuan yang tepat. Stern Stewart (1991), O’Byrne (1996), Uyemura et. al. (1996), Lehn dan Makhija (1997) dalam Yuswohady (SWA, 23/XX/7-24 November 2004) juga menghasilkan temuan yang sama, bahwa EVA mengungguli ukuran kinerja tradisional (accounting/accrual earning) dalam menjelaskan nilai perusahaan. Namun, terdapat pula para peneliti yang menemukan hasil yang bertolak belakang, seperti Dodd dan Chen (1996), Penelitian Biddle et. al. (1997) dalam Yuswohady (SWA 23/XX/7-24 November 2004), menemukan bahwa ukuran kinerja tradisional seperti ROE, ROA, net income, net operting profit after tax (NOPAT), atau EPS lebih unggul dibandingkan EVA. Penelitian di dalam negeri sendiri dilakukan oleh Hartono dan Chendrawati (1999) dalam Yuswohady (SWA 23/XX/7-24 November 2004), yaitu terhadap 45 perusahaan yang masuk dalam indeks saham LQ-45, menyimpulkan bahwa ROA mengungguli EVA dalam menjelaskan nilai perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yuswohady (SWA 23/XX/7-24 November 2004), berdasarkan data MarkPlus & Co-SWA yang mencakup 610 perusahaan selama 2001-2003, menghasilkan temuan bahwa EVA dan residual income mengungguli accounting earning, yaitu NOPAT. Metoda Penelitian Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi adalah seluruh perusahaan yang tetap eksis dan bertengger di daftar peringkat EVA yang diukur majalah SWA selama 4 tahun, semenjak 2001-2004. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Berikut adalah kriteria perusahaan yang menjadi sampel penelitian: Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Jakarta mulai tahun 2000 atau sebelumnya. Perusahaan terdaftar di peringkat Economic Value Added yang dikeluarkan majalah SWA dari tahun 2001-2004. Penelitian ini menggunakan time series data dari tahun 2001-2004. Perusahaan yang terpilih menjadi sampel sebanyak 33 perusahaan selama 4 tahun sehingga jumlah Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
5
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 observasi sebanyak 135 buah. Namun, 11 observasi tidak digunakan dalam analisis karena terdapat outliers. Sehingga observasi akhir yang digunakan setelah dikurangi sebanyak 124 buah. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data nilai Economic Value Added dan data return saham. Data nilai Economic Value Added diperoleh dari majalah SWA dari tahun 2001-2004, sedangkan data return saham diperoleh dari Pusat Referensi pasar Modal (PPA) Universitas Gajah Mada. Model Penelitian Pengujian yang dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara Economic Value Added dengan return saham. Untuk menguji hubungan ini digunakan metoda regresi linear. Metoda pengujian efek diferensial EVA terhadap return saham adalah dengan mengembangkan model yang didasarkan pada model Warfield dan Wild (1994). Model tersebut dinyatakan sebagai berikut: Ri,t = α0 + β1 . EVA + ε Ri,t adalah akumulasi return saham perusahaan i untuk periode tahunan t. EVA adalah nilai Economic Value Added, sedangkan ε adalah error. Pengukuran Variabel dan Pengujian Hipotesis Variabel dipenden dalam penelitian ini adalah reaksi pasar yang diproksi dengan akumulasi return abnormal (CAR). Untuk mengestimasi return sekuritas maka dianggap return indeks pasar sebagai penduga terbaik. Return perusahaan i pada periode t dihitung dengan rumus berikut (Saiful,2004): Ri,t = (Pit/Pit-1)-1 Rit adalah return saham perusahaan i pada periode t, Pit adalah harga saham perusahaan i pada periode t, dan Pit-1 merupakan harga saham perusahaan i pada periode t-1. Return pasar dihitung dengan rumus: Rmt = (IHSGt/IHSGt-1)-1 Rmt adalah return pasar pada periode t, IHSGt adalah indeks harga saham gabungan pada periode t, dan IHSGt-1 merupakan indeks harga saham gabungan pada periode t-1. Penelitian ini akan menggunakan EVA/asset dan Log Asset sebagai variabel independen. EVA/asset digunakan karena nilai EVA suatu perusahaan sebaiknya juga memperhitungkan besarnya asset perusahaan tersebut. Untuk memperkuatnya di sini juga ditambahkan nilai asset itu sendiri yang telah diubah bentuknya ke dalam bentuk logaritma, karena nilai asset perusahaan sangat besar. Pengujian Penelitian ini ditujukan untuk megukur hubungan antara Economic Value Added (EVA) terhadap return saham. Untuk menguji hubungan tersebut digunakan metoda regresi linear seperti pada persamaan (1). Kekuatan hubungan tersebut diukur setiap awal tahun t hingga awal tahun t+1 selama 4 tahun, dari 1 April 2000 hingga 31 Maret 2004. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
6
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan 33 sampel perusahaan dengan periode amatan selama 2001-2004. Metoda pengambilan sampel adalah purposive sampling. Sampel akhir yang digunakan sebanyak 124 buah observasi setelah dikurangi 11 buah observasi yang outliers. (Masukkan tabel 1 di sini) Dari statistik deskriptif di tabel 1 diketahui bahwa return saham memiliki mean sebesar 68%, standar deviasi 40,7%. Sedangkan EVA/asset memiliki mean sebesar 1,8% dan standar deviasi sebesar 8,9%. Log Asset memiliki mean 598% dan standar deviasi sebesar 67%. Standar deviasi yang sangat besar pada log asset menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat besar jumlah asset antara perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel ini, karena terdapat perusahaan dengan asset di atas 1 triliun rupiah dan perusahaan dengan asset di bawah 1 triliun rupiah. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini menggunakan regresi linear pada persamaan (1), yang hasilnya adalah sebagai berikut: (Masukkan tabel 2 di sini) Model regresi yang ditunjukkan tabel 2 menunjukkan bahwa F hitung model tersebut adalah 2,499 dengan tingkat signifikansi 8,6%. Diskusi Hasil (Masukkan tabel 3 di sini) Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa EVA berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien eva/asset sebesar 0,0905 dengan nilai t hitung sebesar 2,233. Dalam penelitian ini juga digunakan variabel asset yang telah diubah ke bentuk logaritma, karena asset dianggap mempengaruhi return saham, selain itu terdapat perbedaan yang cukup besar dari segi asset di antara sampel yang digunakan. (Masukkan tabel 4 di sini) Dari tabel 4 di atas kita lihat Log Asset dan EVA/asset terhadap return saham ternyata hanya sebesar 4% saja. Hal ini mungkin disebabkan oleh sedikitnya sampel yang digunakan dan juga karena pergerakan return saham di BEJ ternyata sangat kecil bahkan ada perusahaan yang sama sekali tidak bergerak selama setahun. Simpulan dan Penelitian di Masa Mendatang Dari hasil yang diperoleh ternyata hipotesa terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistic antara variabel independen dengan variabel dependen tersebut. Namun demikian dari nilai R2 hubungan tersebut hanya sebesar 4% saja. Keadaan ini kemungkinan karena banyaknya outliers dalam penelitian ini. Pasar saham di Indonesia juga cenderung bersifat emosional dan belum sepenuhnya memperhatikan pengumuman-pengumuman yang bersifat keuangan seperti pengumuman peringkat EVA. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
7
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Keterbatasan lainnya adalah sedikitnya perusahaan yang masuk dan bertahan dalam peringkat EVA yang diumumkan majalah SWA sejak tahun 2001 hingga 2004. Perusahaan- perusahaan tersebut juga berbeda dalam nilai assetnya sehingga kemungkinan terdapat pula perbedaan tanggapan pasar terhadapnya. Penelitian di masa datang disarankan menggunakan data yang lebih besar sehingga dapat terlihat tingkat signifikansi yang lebih besar. Referensi Dyckman, Thomas R. dan Dale Morse. 1986. “Efficient Capital Markets and Accounting: Critical Analysis. 2nd edition . New Jersey: Prentice Hall. Djawahir, Kusnan M. 2004. “Kita Masih Butuh Banyak Value Creator”. Majalah SWA, 23/XX/ 7-24 November 2004. Febrianto, Rahmat. 2004. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Kualitas Laba”. Yogyakarta: Tesis Sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Garvey, dan Todd T. Milbourn. 2000. “EVA versus Eanings: Does It Matter Which Is More highly Correlated with Stock Returns?”. Journal of accounting & Economics, vol 38, Supplement 2000, 209-244. Gujarati, D. 2003. “Basic Econometric”. 4th edition. McGraw Hill. Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. van Breda. 2001. “Accounting Theory”. 5th edition. Singapore: McGrawHill. Jogiyanto. 2000. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. edisi 2. Yogyakarta: BPFE. Kothari, SP. 2001. “Capital Market Research in Accounting”. Journal of Accounting & Economics, 31, 105-231. Saiful. 2004. “Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) dengan Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol 7, no 3, September 2004 : 316-332. Stewart, Stern & Co. Research. 2000. “EVA & Strategy”. EVAluation, April 2000. _________________________ 2000. “EVA & Production Strategy: Jonah is Back!”. EVAluation, July 2000. _________________________ 2000. “Best of Times, Worst of Times”. EVAluation, November 2000.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
8
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 __________________________ 2000. “EVA & Strategy II: Portfolio Management”. EVAluation, February 2001. Poeradisastra, Teguh. 2002. “Potret Pembusukan Nilai Perusahaan Indonesia”. Majalah SWA, 22/XVIII/24 Oktober-4 November 2002. Warfield, John J. Wild, dan Kenneth L. Wild. 1995. “Managerial Ownership, Accounting Choises, and Informativeness of Earnings”. Journal Of Accounting & Economics, vol 20, no 1, July 1995: 61-91. Weissenrieder, Fredrik. 1997. “Value Based management: Economic Value Added or Cash Value Added?”.Gothenburg Studies In Financial Economics, Study no 1997:3.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
9
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Tabel 1 Statistik Deskriptif Mean
Std. Deviation
N
RETH
,0680144
,40715364
124
eva/asset
,0180952
,08962235
124
LOG
5,9813148
,67653243354
ASSET
5003369
9139
124
Tabel 2 Model Regresi ANOVA(b)
Model 1
Regressio n Residual
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
,809
2
,404
2,499
,086(a)
19,581
121
,162
Total
20,390 123 a Predictors: (Constant), LOG ASSET, eva/asset b Dependent Variable: RETH
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
10
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Tabel 3 Coefficients(a)
Model 1
(Constant)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B ,047
Std. Error ,324
Beta
,405 ,054
eva/asset
,905 LOG ,001 ASSET a Dependent Variable: RETH
t
Sig.
,146
,884
,199
2,233
,027
,001
,014
,989
Tabel 4 Model Summary(b) Model 1
R ,199(a)
R Square ,040
Adjusted R Square ,024
Std. Error of the Estimate ,40228049
a Predictors: (Constant), LOG ASSET, eva/asset b Dependent Variable: RETH
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
11
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Tabel 5 CORRELATION Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
RETH eva/asset LOG ASSET RETH eva/asset
LOG ASSET RETH eva/asset LOG ASSET
RETH
eva/asset LOG ASSET
1,000
,199
-,009
,199
1,000
-,053
-,009
-,053
1,000
.
,013
,459
,013
.
,280
,459
,280
.
124 124
124 124
124 124
124
124
124
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
12
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Grafik Normalitas
20
10
0
Std. Dev = .99 Mean = 0.00 N = 124.00 1.50 2.00 -3.00 -2.5-2.0 0 -1.5 0 -1.0 0 -.5 000.000 2.50 .5 1.00
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
13
Undefined error #61635 - Cannot open text file "C:\
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 1.00
.75
.50
.25
0.00 0.00
.25
.50
.75
1.00
Undefined error #61634 - Cannot open text file "C:\Progra
Curriculum Vitae
RIZKI MARDHATILLAH TEMPAT & TANGGAL LAHIR
Padang, 22 Oktober 1982 PENDIDIKAN
1. PENELITIAN ALAMAT
2001-sekarang, Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Andalas
2005, Hubungan Economic Value Added (EVA) dengan Return Saham. Jalan rebana no. 12 Mataram telp. 621945
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
14