BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu Napitupulu (2008), “Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada Tiga Emiten Terbaik 2006”. Rumusan masalah adalah apakah ketiga emiten terbaik 2006 yakni PT ASTRA INTERNASONAL Tbk., PT ANEKA TAMBANG Tbk., dan PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk., telah mampu untuk menciptakan nilai tambah (value added) yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa nilai EVA dan MVA dari ke tiga emiten terbaik 2006 selalu bernilai postif yang mengindikasikan bahwa pihak manajemen perusahaan selalu dapat membuat investasi para shareholder menjadi lebih bernilai dan memiliki prospek yang menguntungkan dimasa yang akan datang. Tobing (2007), “Peranan Analisis Economic Value Added dalam Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT UNITED TRACTORS Tbk”. Rumusan masalah adalah bagaimana penerapan pengukuran kinerja keuangan pada PT. United Tractors, Tbk dengan menggunakan penerapan Economic Value Added untuk periode 2004, 2005 dan 2006. Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa hasil analisis terhadap EVA PT United Tractors Tbk bernilai positif (EVA>0) mampu dihasilkan pada tahun 2004 dan 2005 menunjukkan manajer dapat menciptakan nilai tambah ekonomis bagi pemegang sahamnya.
Tetapi pada tahun 2006 bernilai negative
(EVA<0) ini menunjukkan penurunan kinerja manajer yang kurang dapat
Universitas Sumatera Utara
meminimalkan biaya modal
dan memilih investasi yang memaksimalkan nilai
sehingga gagal dalam menciptakan EVA. Lucky Bani Wibowo (2005), “Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham”. Rumusan masalah adalah apakah EVA dan profitabilitas perusahaan mempengaruhi return pemegang saham.
Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa EVA dan profitabilitas
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham. Hal ini secara otomatis menguatkan dugaan bahwa profitabilitas perusahaan yang diwakili oleh rasio – rasio ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), serta EVA (Economic Value Added) memiliki pengaruh secara serentak terhadap return pemegang saham.
B. Pengertian Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) 1. Pengertian Economic Value Added (EVA) Menurut David Young dan O’Byrne (2001): “ EVA sebagai laba operasi sesudah pajak, dikurangi biaya modal”.
Salah satu kekuatan besar EVA adalah
menjadi penghubung antara pengukuran kinerja dan penilaian pasar modal, membantu memastikan bahwa kinerja manajemen dinilai dan diberikan imbalan dengan cara yang konsisten dengan teori keuangan yang dapat dipercaya. EVA tidak hanya memberikan kontribusi terhadap perilaku yang menciptakan nilai pada proses awal alokasi modal tetapi juga meningkatkan penciptaan nilai dalam implementasi dan tahap pemantauan. EVA merupakan langkah yang besar kedepan karena EVA
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan praktik-praktik yang dapat menghantarkan hasil keuangan yang unggul. Menurut Brigham dan Houston (2001):” EVA adalah perbedaaan laba operasi setelah pajak dengan total biaya modal, termasuk biaya modal ekuitas”. EVA merupakan suatu estimasi nilai yang dihasilkan manajemen selama tahun berjalan, dan sangat berbeda dengan laba akuntansi karena tidak membebankan untuk penggunaan modal ekuitas yang tercermin dalam laba akuntansi. EVA merupakan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Salah satu kekuatan terbesar EVA adalah kaitan langsungnya dengan harga saham.
EVA membuat manajer
bertindak seperti pemegang saham. Menurut Rudianto (dalam Tobing 2007:18): “EVA adalah suatu system manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital)”. EVA merupakan sebuah pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai yang merefleksikan jumlah absolut nilai kekayaan pemegang saham yang dihasilkan, baik bertambah atau berkurang tiap tahunnya. EVA merupakan alat yang berguna untuk memilih investasi keuangan yang paling cocok untuk mengendalikan operasional perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
1. Pengertian Market Value Added (MVA) Menurut David Young dan O’ Byrne (2001): “ MVA adalah perbedaan antara nilai pasar (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan”. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal. Menurut Brigham dan Houston (2001): “MVA adalah perbedaan antara nilai pasar saham dan jumlah ekuitas yang telah ditanamkan investor”. MVA juga dapat didefenisikan sebagai total modal yang diberikan, termasuk hutang dan ekuitas. Tetapi defenisi yang diberikan disini lebih memfokuskan pada modal ekuitas yang lebih mudah digunakan dan pada umumnya konsisten dengan defenisi yang lebih luas.
C. Metodologi perhitungan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) A. Perhitungan EVA David Young dan O’Byrne (2001) bahwa EVA dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: EVA = (RONA – WACC) x Invested Capital Menurut David Young dan O’Byrne (2001): “EVA sama dengan NOPAT, dikurangi biaya modal”. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak.
Universitas Sumatera Utara
Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan rata- rata tertimbang dari biaya modal (WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal, utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham, ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Modal yang di investasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang, dan kewajiban jangka panjang lainnya. 1. RONA (Return On Net Asset/ Pengembalian Pada Aktiva Bersih) Menurut S. David Young dan Stefen F O’Byrne (2001) bahwa RONA dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: RONA = NOPAT : Net Asset RONA merupakan pengembalian atas aktiva bersih.
Risiko terhadap
perusahaan yang menggunakan RONA tanpa EVA adalah manajer divisi mungkin melewati proyek yang menciptakan nilai karena yang akan mengurangi RONA, atau mungkin menjalankan proyek yang memusnakan nilai karena manajer akan meningkatkan RONA dengan perkataan lain ketergantungan pada RONA semata dapat mengarah pada perilaku yang kurang optimal.
Menurut Sartono (dalam
Napitupulu 2008) menyatakan bahwa NOPAT atau laba bersih sesudah pajak sehingga dapat di rumuskan yaitu : NOPAT = EBIT ( 1- Tax). NOPAT merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. Menurut Karnadi (dalam Julianti Jarief) defenisi NOPAT adalah hasil operasi perusahaan yang diperoleh dari usaha normal perusahaan. NOPAT adalah hasil penjumlahan dari laba
Universitas Sumatera Utara
usaha penghasilan dari bunga, beban/ pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian laba/ rugi bersih anak perusahaan, laba/ rugi kurs dan laba/ rugi lainnya. Operating Income ditambahkan dengan Non-Operating Income& Expenses akan menghasilkan suatu angka yang dikenal sebagai EBIT (EarningsBefore Interestand Tax). 2. WACC (Weighted Average Cost of Capital/Biaya Modal Rata-rata Tertimbang) Bentuk pembiayaan yang berbeda membawa risiko yang berbeda bagi investor, mereka harus membawa biaya berbeda untuk perusahaan yang menjadi pokok. Investor membutuhkan pengembalian lebih tinggi untuk pembelian saham dalam suatu perusahaan tertentu daripada ketika memberikan pinjaman karena lebih beresiko. Oleh karenanya biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya hutang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masingmasing itu dimiliki dalam stuktur modal (Brigham & Houston: 2006) Young & O’Byrne (2001) berpendapat hubungan antara biaya modal dan biaya hutang serta pembiayaan ekuitas dapat digabungkan dalam biaya modal ratarata tertimbang (weighted average of capital) dari suatu perusahaan sebagai berikut: WACC = utang/ pembiayaan total (biaya utang) (1 – T) + ekuitas/ pembiyaan total (biaya ekuitas) Sehingga untuk menghitung WACC suatu perusahaan perlu mengetahui yang berikut ini: •
Jumlah utang dalam struktur modal
•
Jumlah ekuitas dalam struktur modal
Universitas Sumatera Utara
•
Biaya utang
•
Tingkat pajak
•
Biaya ekuitas Biaya utang adalah tingkat sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada
pemberi pinjaman. Biaya hutang (cost of debt= kd) merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang/ pembeli obligasi.
Hutang dapat diperoleh dari
lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang merupakan rate yang harus dibayar perusahaan di dalam pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka panjang baru. Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang (Weight). Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak maka Kd harus dikoreksi dengan faktor tersebut (1-t) dengan t = tingkat pajak yang dikenakan. Biaya hutang berasal dari biaya hutang setelah pajak, Kd (1-t). Biaya hutang ini merupakan biaya yang relevan dari hutang baru, mengingat pajak yang digunakan untuk menghitung biaya modal rata- rata tertimbang (WACC). Perhitungan ini sama dengan Kd dikalikan dengan (1-t), dimana t merupakan factor pajak marjinal perusahaan, t dapat dihitung dengan biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Sehingga rumus untuk pembiayaan total biaya hutang adalah: Kdt = Kd ( 1- t) Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal rata- rata tertimbang adalah sebagai berikut, nilai saham perusahaan yang ingin
Universitas Sumatera Utara
kita maksimalkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga mengahasilakn penghematan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang setelah pajak lebih kecil dari biaya hutang sebelum pajak. Biaya hutang adalah suku bunga atas hutang baru, bukan atas hutang yang masih beredar, dengan kata lain biaya yang kita perlukan adalah biaya hutang marjinal. Biaya Ekuitas (cost of equity = Ke) mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor bahwa cost of capital adalah opportunity cost dari dana yang ditanamkan investor pada suata perusahaan menurut Keown (Dalam Iramani 2005). Sedangkan dari sudut perusahaan cost of capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan.
Bila para investor menyerahkan dananya berupa equity
kepada perusahaan mereka berhak untuk mendapatkan pembagian deviden dimasa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya deviden tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tentu tergantung kinerja perusahaan tersebut dimasa dating. Hal ini berbeda dengan modal hutang karena sudah ada kepastian tingkat bunga yang disetujui. Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku.
Menurut Brigham dan Houston (2006) ada tiga metode
pendekatan untuk menentukan nilai Ke antara lain:
a. CAPM ( Capital Asset Pricing Model)
Universitas Sumatera Utara
b. Diccounted Cash Flow Model (DCF) c. Bond Yield Risk Premium Approach. Dari ketiga pendekatan tersebut yang dipilih oleh penulis adalah pendekatan dengan CAPM karena Model CAPM adalah yang popular. Metode tersebut dapat dirumuskan: Ke = risk free rate + risk premium Ke = Krf + ß [Krm – Krf] Model ini melihat tingkat hasil yang diharapkan investor dengan rumus Krf = tingkat hasil pengembalian bebas risiko (risk free rate), Krm = tingkat hasil pengembalian yang diharapkan pasar, dan ß = koefisien Beta saham yang merupakan Indeks resiko saham perusahaan. Risk Free rate = Krf adalah tingkat bunga bebas resiko. Dimana penanaman modal pada instrument bisnis yang mempunyai tahun bunga bebas resiko. Ini akan dapat dipastikan memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan.
Sebagai ukuran dipakai tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini
Serifikat bank Indonesia. Data ini diperoleh dari jurnal statistic keuangan dan pasar modal. Market return = Krm adalah tingkat keuantungan portofolio pasar atau nilai keseluruhan pasar. Sebagai pengukur dipakai tingkat keuantungan rata- rata seluruh kesempatan investasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai adalah Indek Harga Saham Gabungan (IHSG).
Data diperoleh dari Capital Market
Direktory (CMD). Cara memperolehnya adalah dengan mengumpulkan nilai IHSG bulanan. Kemudian dihitung sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Indeks bulani − Indeks bulani −1
Return Pasar (Krm) =
Indeks bulani −1
Menurut Widoatmodjo (2009) bahwa angka ß adalah ukuran mengenai sensitivitas suatu saham terhadap pasar.
Angka ß ini mulai dari negative tidak
terbatas samapai positif tidak terbatas. Angka negative suatu saham memiliki ß negative berarti memiliki sifat berlawanan dengan gerakan pasar. Jika mayoritas harga saham naik, saham yang memiliki ß negative ini justru menurun. Sedangkan jika suatu saham memliki ß positif , maka akan mengikuti gerakan harga pasar. Diantara ß yang tidak terhingga itu, ada ß yang spesifik pengaruhnya, yaitu 1 dan 0. Jika suatu saham memiliki ß = 1, maka gerakan harga saham tersebut persis sama dengan harga pasar. Sedangkan saham yang memiliki ß = 0, dapat dikatakan tidak bereaksi sama sekali terhadap harga pasar. Rumus untuk menghitung Beta (ß) adalah sebagai berikut (Sharpe:1997) Beta =
n ∑ Rm.Ri − ∑ Rm ∑ Ri n ∑ Rm 2 − (∑ Rm )
2
Keterangan: n
= jumlah observasi
Rm
= tingkat pengembalian pasar
Ri
= tingkat keuntungan individu saham
Rumus untuk menghitung tingkat keuntungan saham individu adalah sebagai berikut (Jogi Yanto :2003) Ri =
Pit − Pit −1 Pit −1
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Pit = Harga saham penutupan pada periode t Ptt-1 = Harga penutupan saham pada periode t-1 Premi resiko pasar (Market risk premium) merupakan selisih antara return pasar bebas resiko yang artinya investor akan memiliki tambahan sebesar risk premium atau dengan kata lain market risk sebagai tambahan resiko perusahaan. Young and O’Byerne mengasumsikan nilai premi resiko sebesar 6 % untuk setiap perusahaan yang di teliti. 3. Modal yang di investasikan (Invested Capital) Menurut Widjaya (dalam Tobing: 2007) bahwa modal yang diinvestasikan (invested capital) adalah keseluruhan jumlah ekuitas dengan jumlah total kewajiban perusahaann. Modal yang diinvestasikan adalah aktiva yang diinvestasikan dalam aktivitas operasi yang berkelanjutan. Modal yang diinvestasikan terdiri dari jumlah hutang jangka pendek, pinjaman bank/sewaguna usaha/obligasi jangka panjang, kewajiban yang ditangguhkan, kewajiban jangka panjang lainnya, hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan dan ekuitas. Menurut Sjarief dan Wirjolukito (2003) bahwa invested capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditor dan pemodal juga untuk melihat seberapa besar capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan non-operasional lainnya.
Universitas Sumatera Utara
B. Perhitungan MVA Young & O’Byrne (2001) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA adalah selisih antara nilai pasar saham biasa perusahaan dengan nilai nominal saham biasa perusahaan dikalikan dengan jumlah saham saham biasa perusahaan yang beredar. MVA = (Nilai pasar saham biasa perusahaan – Nilai nominal saham biasa perusahaan) x Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar.
D. Kelebihan – Kelemahan EVA dan MVA 1. Kelebihan dan kelemahan EVA Adapun kelebihan dan kelemahan EVA menurut Amirullah (dalam Naser, 2003:27) adalah: A. Kelebihan EVA 1. EVA merupakan ukuran kinerja operasional bias berdiri sendiri tanpa ukuran/angka yang lain. 2. EVA
fokus
penilaian
kerja
perusahaan
pada
penciptaan
nilai
yaitu
memaksimumkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham, sehingga para manejer berpikir serta bertindak sebagai pemegang saham. Manejer memilih
investasi
meminimumkan
yang
tingkat
memeksimumkan biaya
modal
tingkat
sehingga
nilai
pengendalian perusahaan
dan dapat
dimaksimumkan.
Universitas Sumatera Utara
3. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. Secara eksplisit memperhitungkan biaya modal dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat biaya modal atas hutang
karena faktor resiko yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi
dipandang sebagai dana murah. 4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut dapat menciptakan nilai perusahaan. B. Kelemahan EVA 1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Sementara nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah karena EVA dimasa mendatang negative. Sebaliknya perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun negatif sedangkan EVA akhir proyek adalah positif karena penjualan aktiva pada akhir masa sewa. Oleh karena itu penggunaan EVA pada tahun tertentu untuk menilai kinerja perusahaan, kurang tepat. 2. Proses penghitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan belum go public, sulit untuk dilakukan dengan tepat.
Universitas Sumatera Utara
2. Kelebihan dan kelemahan MVA Adapun kelebihan dan kelemahan MVA menurut Napitupuluh (2008:31) adalah: A. Kelebihan MVA 1. Penerapan MVA dalam perusahaan dapat menggambarkan prospek yang menguntungkan atas investasi yang dilakukan saat ini dimasa yang akan datang. 2. Nilai MVA dapat menjadi metode perhitungan dalam menganalisa kekayaan dimasa yang akan mendatang. B. Kelemahan MVA 1. Metode MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. 2. Metode MVA hanya dapat diamati pada tingkat atas sehingga tidak dapat diterapkan pada devisi operasi. 3. MVA mengabaikan distribusi kekayaan kepada shareholder dan juga mengabaikan konstribusi mereka.
E. Hubungan Antara EVA dengan MVA Dalam penelitian yang dilakukan Sartono dan Setiawan (dalam Nasser 2003:30) untuk 63 perusahaan pada tahun 1994, 1995 dan 1996, tentang bagaimana hubungan antara EVA dan MVA. Dari hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara EVA dengan MVA. EVA secara umum lebih bermanfaat dibanding MVA untuk mengEVAluasi kinerja manejerial sebagai bagian dari insentif compensation program dangan alasan:
Universitas Sumatera Utara
1. EVA menunjukkan nilai tambah atau value added yang terjadi pada tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahan selama hidupnya. 2. EVA dapat saja diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar secara individual, MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih bayak digunakan untuk mengevaluasi kinerja top manajemen selama jangka waktu yang panjang.
F. Penerapan EVA dan MVA di Lingkungan Perusahaan EVA dan MVA merupakan lebih dari sekedar sistem pegukuran penciptaan nilai (value added) dalam perusahaan. EVA dan MVA juga merupakan instrumen untuk mengubah perilaku manajerial, mengbah cara berpikir, membuat manager untuk berpikir berbeda mengenai pekerjaannya.
Melaksanakan prinsip-prinsip
berdasarkan nilai membutuhkan penerimaan dan pemahaman diantara seluruh manager, yang tidak hanya mengerti mengapa penciptaan nilai begitu penting tetapi juga harus memegang konsep fundamental yang melandasi penciptaan nilai. Pendeknya, salah satu dasar dari manajemen berdasarkan nilai ádalah membuat keuangan dapat diakses oleh seluruh manager, tidak hanya oleh ahlinya.
Jika
manager diharapkan untuk menciptakan nilai, pertama-tama mereka harus memahami apa yang dimaksudkan dengan nilai dan bagaimana pasar modal menentukannya. Salah satu kebaikan terbesar dari EVA dan MVA adalah membuat teori keuangan yang dapat dipercaya mudah diterima, sehingga manager operasi, dan mereka yang tidak memiliki latar belakang atau pengalaman dibidang akuntansi atau keuangan, dapat
Universitas Sumatera Utara
menggabungkan pandangan dari bidang ilmu ini ke dalam cara mereka manjalankan bisnisnya. Profesional keuangan harus mengubah cara berpikirnya secara tradisional, departemen keuangan dipandang sebagai penjaga modal perusahaan yang terbatas, dan pelaksana yang mengendalikan operasi dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan pelaporan preusan.
Manajemen berdasarkan nilai membutuhkan
perubahan yang mendasar dalam pemikiran profesional keuangan. Mereka tidak semata- mata sebagai pengalokasi atau pelaksana, meskipun mereka terus menanggung tanggung jawab kendali yang penting. Bahkan, mereka harus menjadi rekan dari kolega operasinya, membantu mereka menggunakan cara pandang dan teknologi yang harus ditawarkan keuangan dalam mengenali di mana dalam preusan nilai dibuat dan dimusnakan, proyek mana untuk diinvesatsikan dan mana yang harus dihindarkan. Dalam mengubah sikap para manager opersi dibutuhkan transparansi dalam fungsi keuangan dan akuntansi, yang berarti tidak hanya mengakomodasikan tujuan keuangan yang jelas kepada karyawan tetapi juga mencapai penerimaan. Penciptaan nilai , juga merupakan tanggung jawab setiap karyawan, tidak hanya manager puncak dan ahli keuangan.
Profesional keuangan dan akuntansi meletakkan landasan
pengukuran yang benar dan melaporkan hasilnya. Keuangan juga memberikan andil dalam merancang struktur modal yang tepat yang meminimasi biaya modal perusahaan. Akan tetapi, penciptaan nilai yang sesungguhnya, terletak pada manajer operasi dan karyawannya. Mereka adalah orang –orang yang memproduksi serta menjual produk dan jasa perusahaan, bekerja berdekatan dengan pelanggan dan
Universitas Sumatera Utara
pemasok, dan menciptakan kompetensi organisasi yang membuat penciptaan nilai serius dimungkinkan.
Universitas Sumatera Utara