BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1
International Financial Reporting Standard (IFRS) IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan
oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia, yaitu international Accounting
Standard
Board
(IASB),
European
Community
(EC),
International Organization of Securities Commisions (IOSCO), dan International Federation of Accountants (IFAC). International Accounting Standard Board (IASB) yang dahulu bernama Accounting Standard Committee (ASC), merupakan lembaga independen yang menyusun standar akuntansi.
Organisasi ini memiliki
tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan (Choi et al, 1999). Natawdyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standard (IAS). International Financial Report Standard menurut Kieso dan Weygant dalam bukunya mengenai Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition mencakup:
7 Universitas Sumatera Utara
a. International Financial Reporting Standard (IFRS), standar yang diterbitkan setelah tahun 2001 b. International Accounting Standard (IAS), standar yang diterbitkan sebelum 2001 c. Interpretation yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretation Committee (IFRIC), setelah tahun 2001 d. Interpretation yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC), sebelum tahun 2001. 2.1.2
Konvergensi IFRS terhadap kualitas Laporan Keuangan Konvergensi IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi laporan
keuangan perusahaan. Pengadopsian standar akuntansi internasional juga sangat penting dalam menjaga stabilitas perekonomian. Manfaat dari konvergensi IFRS ini diharapkan dapat mengurangi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan dan mengurangi cost of capital. Dalam perspektif kualitatif, beberapa dampak yang terjadi atas konvergensi
IFRS
terhadap
kualitas
laporan
keuangan
keuangan
(Angkoso:2011), yaitu sebagai berikut: 1.
Perubahan konsep dari Rule Based ke Principle Based Principle based mengandung makna bahwa standar akuntansi tidak bersifat ketat atau rigid, melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus diikuti untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
8 Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4.
dibandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk mencapai kualitas informasi yang relevan, dapat diperbandingkan dan objektif standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid. Peran Professional Judgement lebih dibutuhkan Peralihan menuju Principle Based Standar mempunyai arti standar akuntansi yang kita gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah disederhanakan ke dalam beberapa prinsip-prinsip dasar. Fleksibilitas dari IFRS inilah yang menjadikan peran Professional Judgement lebih dibutuhkan baik dalam mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan. Penggunaan Fair Value Accounting Nilai wajar adalah nilai yang mencerminkan kualitas kredit suatu instrument. Sehingga dengan adanya fair value accounting maka penyajian atas laporan keuangan untuk nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada nilai yang sebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi pasar. Dengan begitu, kualitas yang dihasilkan laporan keuangan menjadi dapat diandalkan. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penilaian dan pengukuran menjadi penting. Sehingga kebutuhan adanya pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan diwajibkan untuk mengungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal penting bagi pengguna laporan keuangan. Alasan perlunya Standar Akuntansi Keuangan yang konvergensi dengan IFRS, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Meningkatkan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional b. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan c. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk menganalisis laporan keuangan bagi para analis d. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practice” 2.1.3 Manfaat dan Tujuan penggunaan IFRS International Financial Reporting Standard (IFRS) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. 9 Universitas Sumatera Utara
Manfaat dari adanya suatu standar akuntansi global dan kualitas akuntansi (Siregar, 2012:11) adalah sebagai berikut: a.
b. c. d.
Pasar modal menjadi global dan investasi dapat bergerak diseluruh dunia tanpa ada hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten diseluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan yang lebih baik mengenai merger dan akuisisi Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tinggi. Tujuan IFRS (Siregar, 2012:12) adalah memastikan bahwa laporan
keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksudkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: 1. 2. 3. 2.1.4
Transparan bagi pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan IFRS Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna. Rintangan dalam Proses Harmonisasi / Konvergensi IFRS pada Standar Akuntansi Keuangan Menurut Nobes dan Parker (2002), rintangan yang paling
fundamental dalam proses harmonisasi adalah sebagai berikut: “(a) Perbedaan praktek akuntansi yang berlaku saat ini pada berbagai Negara, (b) Kurangnya atau lemahnya tenaga professional atau lembaga professional di
10 Universitas Sumatera Utara
bidaang akuntansi pada berbagai Negara, dan (c) Perbedaan sistem politik dan ekonomi pada tiap-tiap Negara.” Menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002), hambatan dalam menuju harmonisasi adalah: “(a) Nasionalisme tiap-tiap negara, (b) Perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap negara, (c) Perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, dan (d) Tingginya biaya untuk merubah prinsip”. 2.1.5
Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) dan Kendala yang Dihadapi Dampak globalisasi yang semakin kuat dan berimbas kepada pasar
investasi menjadikan pihak yang terlibat berupaya untuk menyamakan atau menyeragamkan bahasa yang digunakan dalam berinvestasi (bahasa pelaporan keuangan dan standar keuangan). Standar pelaporan keuangan dan standar akuntansi adalah standar yang dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat secara global, sehingga diperlukan standar yang sama diseluruh dunia. Untuk saat sekarang ini standar yang diakui secara global adalah International Financial Reporting Standard (IFRS), sehingga konvergensi IFRS di Indonesia harus didukung secara penuh agar Indonesia memperoleh pengakuan maksimal dari komunitas internasional khususnya di mata investor asing (global). Dengan adanya adopsi IFRS akan mempermudah proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara.
Dengan kata lain
11 Universitas Sumatera Utara
penerapan suatu standar internasional akan meningkatkan kepercayaan internasional untuk berinvestasi di Indonesia. Namun penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan di Indonesia, ada tiga tahapan yang perlu dilakukan dalam konvergensi IFRS ke dalam PSAK. Tahapan pertama merupakan tahap adopsi yang dilakukan sejak tahun 2008 sampai 2011, tahapan kedua merupakan tahapan persiapan akhir sebelum implementasi IFRS, dan tahapan ketiga adalah tahapan implementasi yang dimulai sejak tahun 2012. Berkaitan dengan tahap adopsi, ada beberapa kendala yang dihadapi, sebagai berikut: 1. Kurangya
perhatian
dan
partisipasi
dari
pihak-pihak
yang
berkepentingan dalam setiap exposure draft hearing PSAK yang baru diberlakukan oleh DSAK.
Dimana DSAK adalah perumus
standar akuntansi keuangan yang ada di Indonesia. 2. Kondisi perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS, dimana banyak terdapat perundang-undangan yang kurang mendukung terhadap standar akuntansi dan pelaporan keuangan. Misalnya standar internasional memperbolehkan untuk melakukan revaluation model dalam mencatat PPE (Property, Plant, and Equipment)
namun
sistem
ini
bertentangan
dengan
sistem
perpajakan di Indonesia. Dalam peraturan perpajakan, revaluasi aset ke atas dikenakan pajak sebesar 10% yang harus dibayar tiap
12 Universitas Sumatera Utara
tahunnya. Dengan demikian perusahaan akan enggan menerapkan revaluation model dalam mencatat PPE perusahaan. 3. Kurang siapnya SDM dan dunia pendidikan di Indonesia IFRS merupakan alat yang mempermudah untuk melakukan investasi dan yang menggunakan alat tersebut adalah tidak lain manusia itu sendiri yang dibantu dengan teknologi informasi. Salah satu kelemahan SDM di Indonesia adalah kesulitan dalam menerjemahkan IFRS, karena dalam menerjemahkan dan memahami IFRS membutuhkan waktu yang tidak singkat. Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) menurut Elraihany (2013) memberikan dampak positif dan negatif bagi dunia bisnis dan jasa audit di Indonesia, sebagai berikut: 1. Terbukanya akses ke pendanaan internasional karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global. 2. Meningkatkan relevansi laporan keuangan karena standar IFRS banyak menggunakan nilai wajar. 3. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif jika hargaharga fluktuatif. 4. Semakin sulitnya dalam hal Income Smoothing dengan adanya balance sheet approach dan fair value. 5. Dengan Principle Based Standard mungkin menyebabkan perbandingan laporan keuangan menjadi sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgement ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management). 6. Penggunaan off balance sheet menjadi semakin terbatas. Tahapan implementasi PSAK yang telah di adopsi dari IFRS, adalah sebagai berikut:
13 Universitas Sumatera Utara
Perubahan standar akuntansi, dan interpretasi yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011: •
PSAK NO 1 (revisi 2009) - Penyajian Laporan Keuangan
•
PSAK NO 2 (revisi 2009) - Laporan Arus Kas
•
PSAK NO 3 (revisi 2010) – Laporan Keuangan Interim
•
PSAK NO 4 (Revisi 2009) – Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri
•
PSAK NO 5 (revisi 2009) – Segmen Operasi
•
PSAK NO 7 (revisi 2010) - Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi
•
PSAK NO 8 (revisi 2010) – Peristiwa Setelah Akhir Pelaporan
•
PSAK NO 12 (revisi 2009) – Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
•
PSAK NO 15 (revisi 2009) – Investasi dalam Entitas Asosiasi
•
PSAK NO 19 (revisi 2010) – Aset tak Berwujud
•
PSAK NO 22 (revisi 2010) – Kombinasi Bisnis
•
PSAK NO 23 (revisi 2010) – Pendapatan
•
PSAK NO 25 (revisi 2009) – Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi, dan Kesalahan
•
PSAK NO 48 (revisi 2009) – Penurunan Nilai Aset
14 Universitas Sumatera Utara
•
PSAK
NO
57
(revisi
2009)
–
Provisi,
Liabilitis
Kontingensi, dan Aset kontingensi •
PSAK NO 58 (revisi 2009) – Aset Tidak Lancar yang Dilmiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
•
ISAK NO 7 (revisi 2009) – Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus
•
ISAK NO 9 – Perubahan atas Liabilitis Purna Operasi, Liabilitis Restorasi, dan Liablitis Serupa
•
ISAK NO 10 – Program Loyalitas Pelanggan
•
ISAK NO 11 – Distribusi Aset Non-kas Kepada Pemilik
•
ISAK NO 12 – Pengendalian Bersama Entitas – Kontribusi non Moneter oleh Venturer
•
ISAK NO 14 – Aset tidak Berwujud- Biaya situs web
•
ISAK NO 17 – Laporan keuangan Interim dan Penurunan Nilai.
Untuk yang berlaku efektif pada tahun 2012, perubahan standar akuntansi dan interpretasinya adalah sebagai berikut: •
PSAK 10 (revisi 2010) – Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing
•
PSAK 13 (revisi 2011) – Properti Investasi
•
PSAK 16 (revisi 2011) – Aset Tetap
15 Universitas Sumatera Utara
•
PSAK 18 (revisi 2010) – Akuntansi dan pelaporan Program Manfaat Purnakarya
•
PSAK 24 (revisi 2010) - Imbalan Kerja
•
PSAK 26 (revisi 2011) – Biaya Pinjaman
•
PSAK 28 (revisi 2010) – Akuntansi untuk Asuransi Kerugian
•
PSAK 30 (revisi 2011) – Sewa
•
PSAK 33 (revisi 2010) – Akuntansi untuk Pertambangan
•
PSAK 34 (revisi 2010) – Kontrak Kontruksi
•
PSAK 36 (revisi 2010) – Akuntansi Asuransi Jiwa
•
PSAK 38 (revisi 2011) – Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali
•
PSAK 45 (revisi 2010) – Laporan Keuangan untuk Organisasi Nirlaba
•
PSAK 46 (reevisi 2010) – Pajak Penghasilan
•
PSAK 50 (revisi 2010) – Instrumen Keuangan: Penyajian
•
PSAK 53 (revisi 2010) – Pembayaran Berbasisi Saham
•
PSAK 55 (revisi 2011) – Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
•
PSAK 56 (revisi 2011) – Laba Per Saham
•
PSAK
60
(revisi
2010)
–
Instrumen
Keuangan:
Pengungkapan
16 Universitas Sumatera Utara
•
PSAK 61 (revisi 2010) – Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
•
PSAK 62 (revisi 2010) – Kontrak Asuransi
•
PSAK 63 – Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiper Inflasi
•
PSAK 64 (revisi 2010) – Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Alam
•
ISAK 13 – Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri
•
ISAK 15 – Batas Aset imbalan Pasti, Persyaratan Minimum, dan Interaksinya
•
ISAK 16 – Pengelolaan Jasa Konsensi
•
ISAK 18 – Bantuan Pemerintah- Tidak Ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi
•
ISAK 19 – Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali pada PSAK 63
•
ISAK 20 – Pajak Penghasilan-Perubahan Dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya
•
ISAK 22 – Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan
•
ISAK 23 – Sewa Operasi-Insentif
•
ISAK 24 – Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk legal Sewa
•
ISAK 25 – Hak atas Tanah
17 Universitas Sumatera Utara
•
ISAK 26 – Penilaian Ulang Derivatif Melekat.
Permasalahan atau Kendala yang Dihadapi Dalam Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) menurut (Aminullah dkk: 2010) adalah sebagai berikut: 1. Translasi Standar Internasional Penerjemahan IFRS merupakan salah satu kendala yang harus dihadapi dalam implementasi IFRS, hal itu disebabkan oleh: IFRS menggunakan kalimat bahasa Inggris yang panjang, ketidakkonsistenan dalam penggunaan istilah, penggunaan istilah yang sama dalam konsep yang berbeda, penggunaan istilah yang tidak terdapat padanan dalam terjemahannya, dan keterbatasan pendanaan untuk penerjemahan. 2. Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional Pada sebagian negara, standar akuntansi sebagai bagian dari hukum nasional dan ditulis dalam bahasa hukum. Disisi lain, standar akuntansi internasional tidak ditulis dengan bahasa hukum sehingga harus diubah oleh dewan standar masingmasing negara. Selain itu terdapat transaksi-transaksi yang diatur hukum nasional berbeda dengan yang diatur standar internasional. 3. Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional Adanya kekhawatiran bahwa standar internasional akan semakin kompleks dan rule-based approach. Dimana standar mengatur secara detil setiap transaksi sehingga penyusun laporan keuangan harus mengikuti langkah pencatatannya. Sedangkan penerapan standar sebaiknya menggunakan principles-based approach, dimana standar hanya mengatur prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan suatu transaksi. 4. Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional Standar akuntansi internasional perlu dipahami secara jelas bagi penyusun laporan keuangan, auditor dan pengguna laporan keuangan sebelum diterapkan, yang tentunya bukan dalam waktu yang singkat. Jika standar akuntansi sering berubah maka akan sangat sulit untuk dipahami apalagi untuk diterapkan.
18 Universitas Sumatera Utara
2.1.6
Kinerja Keuangan Menurut Kurniawan berdasarkan teori keuangan modern (dikutip
dari Sudarsaman 1999:246) menyatakan keputusan-keputusan manajemen ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, penerapan IFRS dalam Standar Akuntansi Keuangan akan berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan. Sehingga manajemen perusahaan harus menentukan SAK yang memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, baik yang memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston (2001:78) diukur dengan “menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara simultan, mengoreksi kelemahan perusahaan”. Penilaian kinerja menurut Kurniawan (dikutip dari Setyasih, 2009) adalah penentuan efektifitas operasional, organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada dua macam kinerja, yakni kinerja operasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/ divisi yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja keuangan lebih ditekankan kepada evaluasi laporan keuangan perusahaan pada satu periode tertentu. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam satu periode biasanya menggunakan rasio keuangan seperti yang 19 Universitas Sumatera Utara
dinyatakan oleh Brigham dan Houston, baik rasio solvabilitas, rasio aktivitas, maupun rasio profitabilitas. Dengan analisis rasio diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan keuangan perusahaan baik laporan posisi keuangan maupun laporan laba rugi komprehensif perusahaan. Lebih lanjut rasio keuangan yang digunakan dalam analisis pengaruh penerapan IFRS terhadap kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. 1. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
laba.
Profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2001:89) adalah “hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi “. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Return On Asset (ROA) ROA merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
20 Universitas Sumatera Utara
menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal dikeluarkan dari analisis. Menurut Brigham dan Houston (2001:90) return on asset adalah “merupakan rasio laba bersih terhadap total aktiva yang digunakan untuk mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”. Lebih lanjut Riyanto (1995:335) menyatakan rate return on asset adalah “ kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi dan saham). b.
Return On Equity (ROE) ROE merupakan bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur besarnya laba yang dihasilkan dari investasi modal yang dikeluarkan. Return on equity menurut Brigham dan Houston (2001:91) adalah “rasio yang digunakan untuk mengukur pengembalian atas saham ekuitas saham biasa (return on equity), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham”.
2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang perusahaan. Rasio solvabilitas /leverage menurut Riyanto (1995:331) adalah “rasio-rasio yang dimaksudkan untuk sampai seberapa
21 Universitas Sumatera Utara
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang”. Lebih lanjut, menurut Weston dan Copelan (1992:227) “rasio-rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan, yang tentu saja mengandung beberapa implikasi”. Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi sedang membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki risiko rugi yang besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio dan debt to total aset ratio. Menurut Riyanto (1995:333) debt to equity ratio “digunakan untuk mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang”. Debt to Total Asset Ratio atau yang sering disebut rasio utang (debt ratio) menurut Brigham dan Houston (2001:86) adalah rasio yang “mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur”. Total utang mencakup baik utang lancar maupun utang jangka panjang perusahaan. Kreditur sebagai pihak penyedia dana lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio tersebut, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam proses
22 Universitas Sumatera Utara
likuidasi. Namun disisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan oleh pemegang saham. Menurut Weston dan Brigham (1993:118) “jika rasio utang terlalu tinggi, terdapat satu bahaya kurang bertanggung jawabnya pemlik. Bagian pemilik dapat menjadi begitu kecil sehingga mereka akan terdorong melakukan kegiatan spekulasi, bila hal itu berhasil, akan memberi laba yang sungguh besar kepada pemilik”. 2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No
1
Peneliti (tahun)
Judul Penelitian
Rindu Rika Gamayuni (2009)
Perkembangan standar akuntansi keuangan Indonesia menuju International Financial Reporting Standard
Variabel yang Diteliti
IFRS, PSAK, adopsi sepenuhnya, kebijakan akuntansi, sistem pajak
Hasil Penelitian
Adopsi yang dilakukan PSAK Indonesia saat ini sifatnya adalah harmonisasi, belum adopsi secara utuh. Di tahun 2012 telah dicanangkan adopsi IFRS secara utuh. Namun perlu dipertimbangkan lagi apakah adopsi secara utuh atau adopsi IFRS bersifat harmonisasi. Adopsi IFRS secara penuh akan meningkatkan keandalan dan daya banding informasi keuangan secara internasional, namun adopsi seutuhnya akan bertentangan dengan sistem pajak pemerintahan Indonesia dan kondisi ekonomi dan politik lainnya.
23 Universitas Sumatera Utara
2
Aria Farahmita (2012)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan adopsi IFRS di negara berkembang
International Accounting Standard, IFRS, pengaturan standar,
Hasil regresi menunjukkan bahwa hanya kualitas regulator yang secara positif signifikan mempengaruhi kemungkinan adopsi IFRS di negara berkembang. Riset ini tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, keterbukaan ekonomi, perkembangan pasar modal dan perlindungan investor terhadap kemungkinan adopsi IFRS di negara berkembang.
3
Bakti Helvi Rambe (2012)
Analisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Merger dan akuisisi, kinerja keuangan, wilcoxon signed rank test, paired sample T test.
pengujian yang dilakukan secara serentak terhadap seluruh rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini menujukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Untuk pengujian yang dilakukan secara parsial menunjukkan hampir seluruh variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada variabel rasio keuangan yang digunakan pasca merger dan akuisisi.
4
Dian Rohaeni dan Titik Aryati (2012)
Pengaruh konvergensi IFRS terhadap income smoothing dengan kualitas audit sebagai variabel moderisasi.
IFRS, income smoothing, audit quality, big 4 auditor, non big4 auditor.
Konvergensi IFRS terbukti berpengaruh negatif terhadap income smoothing. Interaksi antara variabel IFRS dengan kualitas audit berpengaruh positif terhadap income smoothing.
24 Universitas Sumatera Utara
2.2
Kerangka Konseptual Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh
(full adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar Akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Principle), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Era globalisasi saat ini memang menuntut adanya suatu standar
akuntansi
internasional
yang
digunakan
disetiap
negara,
atau
diperlukannya sebuah harmonisasi standar akuntansi internasional dengan tujuan agar laporan keuangan dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor dan kreditor. Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan mengahsilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang relevan dan akurat dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005).
Dengan adanya adopsi atau harmonisasi standar akuntansi internasional dalam standar akuntasi keuangan di Indonesia akan memudahkan perusahaan nasional untuk berpartisipasi dalam pasar global dan akan diakui oleh Negaranegara lain. Sehingga adopsi atau harmonisasi IFRS dalam Standar Akuntansi
25 Universitas Sumatera Utara
Keuangan yang berlaku di Indonesia akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang telah menerapkan IFRS (SAK yang telah diadopsi dari IFRS) dalam menyusun laporan keuangannya. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari analisis rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas maupun rasio aktivitas. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sebelum penerapan IFRS
Setelah penerapan IFRS
(X1)
(X2)
Kinerja perusahaan
Kinerja perusahaan
Return On Asset, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Debt to Total Asset Ratio.
Return On Asset, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Debt to Total Asset Ratio.
2.3
Hipotesis Berdasarkan tinjauan literatur diatas mengenai kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan setelah penerapan IFRS, maka hipotesis yang dapat dibuat dalam penelitian ini adalah: H1: Tingkat Return On Asset (ROA) mempunyai perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan IFRS.
26 Universitas Sumatera Utara
H2: Tingkat Return On Equity (ROE) mempunyai perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan IFRS. H3: Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan IFRS. H4: Tingkat Debt to Total Asset Ratio (DR) mempunyai perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan IFRS.
27 Universitas Sumatera Utara