BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1
Hutang Menurut Supriyono dan Suparwoto (2000:89) hutang merupakan kewajiban
yang ada pada tanggal neraca untuk meyerahkan sumber–sumber ekonomi, baik berupa kas, aktiva selain kas maupun jasa, pada periode akan datang sebagai akibat transaksi pada masa lalu. Utang terbagi atas beberapa jenis, yaitu: 1.
Utang Jangka Pendek Utang jangka pendek relatif lebih mudah dan cepat diperoleh daripada utang
jangka panjang karena kreditur enggan untuk memberikan pinjaman sebelum melakukan evaluasi keuangan secara cermat. Penggunaan utang jangka pendek memiliki beberapa keuntungan: Kecepatan, fleksibilitas, biaya utang yang lebih rendah (Sartono 2010:395) Jenis-jenis utang jangka pendek antara lain: a.
Beban terutang adalah
utang sebagai akibat pengakuan beban pada saat
terjadinya transaksi walaupun belum dibayar. Beban terutang antara lain utang gaji dan upah, utang bunga, utang pajak, utang sewa dan lain-lain. b.
Wesel Bayar adalah utang wesel yang merupakan kebalikan piutang wesel. Utang wesel terjadi karena suatu perusahaan mengeluarkan surat pengakuan utang dengan berisikan kesanggupan membayar sejumlah uang tertentu kepada
23 Universitas Sumatera Utara
pihak tertentu dan pada saat tertentu, biasanya berjangka waktu kurang dari satu tahun. c. Kredit Modal Kerja adalah kredit yang diberikan bank untuk keperluan modal kerja. Keperluan modal kerja mencakup keperluan membayar gaji, membeli bahan baku, membayar utang usaha, dan lain-lain (Nafirin 2007:342). 2. Utang Jangka Panjang Utang jangka panjang merupakan suatu bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur di mana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Utang jangka panjang ini mempunyai tiga karakteristik yaitu: cepat, fleksibel dan biaya rendah. Ini disebabkan karena pinjaman ini dinegosiasikan langsung antara peminjam dengan kreditur.Jenis–jenis utang jangka panjang yaitu: a.
Utang Obligasi Utang Obligasi adalah Surat tanda utang yang dikeluarkan oleh perusahaan sejumlah tertentu dan akan jatuh tempo pada waktu tertentu dan memberikan pendapatan sebesar bunga tertentu. Jatuh tempo obligasi umumnya antara 10 sampai 30 tahun, ada juga obligasi yang jatuh tempo antara 7 sampai 10 tahun.
b.
Debenture adalah utang jangka panjang tanpa jaminan. Jenis ini tak ubahnya seperti utang jangka panjang yang diperoleh melalui bank atau perusahaan asuransi (Sartono2010:324).
24 Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Keputusan perusahaan dalam memilih sumber dana selain memerhatikan
dampaknya terhadap profitabilitas, juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain sebagai berikut (Sudana 2011:162): 1.
Tingkat Pertumbuhan Penjualan Perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualan relatif tinggi dimungkinkan untuk dibelanjai dengan menggunakan utang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhan penjualannya rendah, karena keuntungan yang diperoleh dari peningkatan penjualan tersebut diharapkan masih bisa menutup biaya bunga utang.
2.
Stabilitas Penjualan Perusahaan yang penjualannya stabil dapat menggunakan utang yang jumlahnya lebih banyak daripada perusahaan yang penjualannya berfluktuasi. Karena jika perusahaan yang penjualannya berfluktuasi menggunakan utang yang besar, maka perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan keuangan.
3.
Karakteristik Industri Karakteristik industri dapat dilihat dari berbagai aspek, misalnya apakah perusahaan termasuk dalam industri yang padat karya atau industri yang bersifat padat modal. Perusahaan yang termasuk dalam industry yang tergolong padat modal sebaiknya lebih banyak menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan utang, mengingat investasi dalam barang modal membutuhkan waktu yang lebih lama. 25 Universitas Sumatera Utara
4.
Struktur Aktiva Perusahaan dengan komposisi aktiva lancar yang lebih besar daripada komposisi aktiva tetap terhadap total aktiva dapat menggunakan utang lebih besar untuk mendanai investasinya dibandingkan dengan perusahaan yang komposisi aktiva tetapnya lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar.
5.
Sikap Manajemen Perusahaan Manajer perusahaan yang berani menanggung risiko (agresif) cenderung mendanai
investasi
perusahaannya
dengan
utang
yang
lebih
banyak
dibandingkan dengan manajer perusahaan yang tidak menanggung risiko. 6.
Sikap Pemberi Pinjaman Dewasa ini bank dituntut untuk lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit kepada nasabah atau lebih dikenal dengan sikap prudential. Hal ini akan berdampak pada penyaluran kredit yang lebih selektif oleh pihak bank kepada nasabah, sehingga akan mengurangi kesempatan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dari bank.
2.1.3
Kebijakan Hutang Kebijakan Hutang adalah Kebijakan yang diambil pihak manajemen perusahaan
untuk mendapatkan pendanaan dari pihak ketiga untuk mendanai operasional perusahaan. Untuk memperoleh sumber pembiayaan tersebut, perusahaan cenderung menggunakan hutang sebagai sumber pendanaannya, karena dengan menggunakan hutang, tujuan perusahaan dapat tercapai.
26 Universitas Sumatera Utara
Menurut Sultera, et al.,(2010) Kebijakan hutang penting bagi perusahaan untuk mendukung pembentukan struktur modal yang optimal melalui pemilihan komposisi ketepatan sumber pendanaan. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang
besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan
mengunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan (Mamduh,2004) di dalam (Sultera, et al.,2010). Kebijakan hutang biasanya diukur dengan menggunakan rasio utang (debt ratio).Rasio utang adalah perbandingan antara utang total dengan aktiva total (Warsono 2003:239). Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage dalam kondisi lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan. (Brigham and Houston, 2011:143).
2.1.4
Struktur Aset Struktur aktiva mencerninkan dua komponen aktiva dalam komposisinya yaitu
aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva tetap dalam perusahaan manufaktur digunakan dalam produksi untuk memperoleh laba. Struktur aktiva menggambarkan jumlah aktiva tetap sehingga dapat dijadikan jaminan pinjaman jangka panjang (collateral value of assets). Bila perusahaan yang memiliki proporsi aktiva berwujud lebih besar, maka penilaian asetnya lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi
27 Universitas Sumatera Utara
lebih rendah. Perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat (Sultera et al.,:2010). Struktur aset dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini (Ezoha:2008): Struktur Aset
Aset Tetap Total Aset
2.1.5 Profitabilitas Profitabilitas merupakan ukuran dalam menghitung kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan dengan tingkat keuntungan besar memiliki sumber pendanaan internal yang besar. Profitabilitas yang sering digunakan adalah profit margin on sales, basic earning power ratio, return on Asset (ROA) dan return on equity( ROE). Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan basic earning power ratio (BEP) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini: BEP
2.1.6
EBIT Total Aktiva
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan dan dapat
ditinjau dari jumlah jenis usaha atau skala usaha yang dijalankan. Perusahaan besar akan membutuhkan dana relatif besar. Oleh karena itu, perusahaan lebih berani berekspansi dengan menggunakan modal dari pinjaman yang mempunyai beban tetap (Sultera, et al :2010).Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu
28 Universitas Sumatera Utara
perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan total penjualan yang dimiliki oleh perusahaan. 2.1.7
Umur Perusahaan Umur perusahaan menunjukkan seberapa
lama perusahaan didirikan.
Perusahaan tua akan lebih dipercayai untuk mendapatkan pinjaman dari pihak ke tiga (Ezoha:2008). Semakin tua umur perusahaan maka pihak ke tiga akan lebih mempercayai perusahaan tersebut.
2.1.8 1.
Teori Kebijakan Hutang
Pecking Order Theory Menurut Myers (1984) di dalam Syahyunan (2013:228), pecking order theory
menyatakan bahwa “Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan dengan profitabilitas tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah”. Menurut Myers yang dikutip oleh Smart, Megginson, dan Gitman (2004), terdapat skenario urutan dalam memilih sumber pendanaan, yaitu: a.
Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal.
b.
Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman.
c.
Terdapat kebijakan dividen yang konstan.
29 Universitas Sumatera Utara
d.
Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.Pecking
order theory menjelaskan urutan pendanaan.Dimana kebutuhan dana ditentukan oleh investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan tinggi justru mempunyai tingkat hutang relatif kecil. (Syahyunan, 2013:228).
2.
Trade off Theory Teori trade-off merupakan teori penjelasan struktur modal ditentukan
berdasarkan
keseimbangan antara manfaat dan biaya yang ditimbulkan oleh
kebijakan hutang (Laksana: 2009) dalam (Surya dan Rahayuningsih : 2012).Trade off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efesiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Trade off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal (Syahyunan, 2013:228).
30 Universitas Sumatera Utara
3.
Teori Keagenan Teori keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih principal
(pemilik) menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat keputusan agen. Dalam teori ini Jensen dan Meckling ingin menunjukkan bahwa, siapa pun yang mengeluarkan biaya pengawasan, biaya tersebut pada akhirnya ditanggung oleh pemegang saham. Semakin besar kemungkinan biaya pengawasan, semakin tinggi biaya bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi para pemegang sahamnya, jika semua hal lainnya dianggap tetap (Horne dan Wachowicz, 2007:244) . Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah dalam hal pengambilan keputusan pendanaan. Para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Sedangkan manajer sebaiknya lebih peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan (Yeniatie &Destriana, 2010).
4.
Asymetric Information Theory Asymetric Information Theory terjadi karena manajer badan usaha mempunyai
informasi yang lebih tentang kegiatan operasi dan prospek usaha dibandingkan investor (Sadalia, 2010:138). Implikasi dari teori ini adalah manajer lebih leluasa dalam menentukan strategi.
31 Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang faktor–faktor yang mempengaruhi pemilihan kebijakan hutang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut antara lain: Steven dan Lina (2011) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur”. Dengan menggunakan teknik analisis linier berganda.Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan hutang (debt ratio).Variabel independen yang digunakan adalah kebijakan dividen, investasi perusahaan, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan, profitabilitas. Hasil dari penelitian ini adalah variabel kebijakan dividen, struktur aset, dan profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap variabel kebijakan
hutang.
Sedangkan
variabel
investasi
perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Surya dan Rahayuningsih (2012) melakukan penelitian dengan judul “Faktor– faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia”. Dengan menggunakan teknik analisis linier berganda.Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan hutang. Variabel independen
yang
digunakan
adalah
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, kebijakan dividen, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis, ukuran perusahaan dan set peluang investasi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa variabel struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan dan set peluang investasi mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang sedangkan 32 Universitas Sumatera Utara
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Yeniatie dan Destriana (2010) melakukan penelitian dengan judul “Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan uji regresi berganda. Dengan menggunakan kebijakan hutang (debt) sebagai variabel dependen. Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis sebagai variabel independen. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, profitabilitas dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan struktur aset dan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang (debt). Amirya dan Atmini (2008) melakukan penelitian dengan judul “Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan Tingkat Hutang Terhadap Nilai Perusahaan: Perspektif Pecking Order Theory”. Penelitian ini menggunakan metode analisis linier berganda.Variabel dependennya adalah kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan total aktiva sebagai variabel independen. Hasil dari penelitian ini adalah profitabilitas, kebijakan dividen, pertumbuhan total aktiva mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang sedangkan pertumbuhan penjualan tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. Kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
33 Universitas Sumatera Utara
Paydar dan Bardai melakukan penelitian dengan judul “Leverage Behavior of Malaysian Manufacturing Companies a Case Observation of the Industrial Sector’s Companies in Bursa Malaysia”. Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda.Variabel dependen yang digunakan adalah debt ratio.menggunakan variabel tangibility, profitability, liquidity, size, growth and risk variables sebagai variabel independen. Hasil penelitiannya adalah tangibility berhubungan positif dengan kebijakan
hutang.profitability,
dan
liquidity
signifikan
dan
berhubungan
negatifterhadap kebijakan hutang. Sedangkan size, growth dan risk variables tidak signifikan dan berhubungan negatif terhadap kebijakan hutang. Narita (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kebijakan Hutang”. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan hutang (DER). Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, return on asset, free cash flow, dan likuiditas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Return on asset dan likuiditas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. Mahvish dan Malik (2012) melakukan penelitian dengan judul “Determinants of Capital Structure–A Study of Oil and Gas Sector of Pakistan”. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan hutang. Variabel independen yang digunakan adalah profitability of firms, current ratio, firm size,and tangibility of firms. Hasil penelitiannya 34 Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa variabel profitability tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang sedangka variabel current ratio, firm size and tangibility of firms berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ezeoha (2008) melakukan penelitian dengan judul “Firm Size and Corporate Financial Leverage Choice in A Developing Economy” dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.Variabel dependen yang digunakan adalah firm size, asset tangibility, profitability and firm age.Variabel independen yang digunakan adalah financial leverage (total liabilities, long-term debts, and short-term).Variabel independen yang digunakan adalah firm size, asset tangibility, profitability, and firm age. Hasil dari penelitian ini adalah perusahaan di Nigerian kebanyakan menggunakan utang jangka pendek sebagai pendanaan tambahan mereka.Variabel size, profitability, firm age negatif signifikan terhadap financial leverage. Sedangkan asset tangibility postif tidak signifikanterhadap financial leverage. Sultera, et al., (2010) melakukan penelitian dengan judul dengan menggunakan analisis linier berganda.Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan hutang. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, struktur aktiva, return on asset, current ratio, dan risiko bisnis. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel.Struktur aktiva dan risiko bisnis berpengaruh negativ signifikan terhadap kebijakan hutang.Return on asset negativ dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Current ratio berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
35 Universitas Sumatera Utara
Ali (2011) melakukan penelitian dengan judul The Determinants of Leverage of the Listed-Textile Companies in India dengan menggunakan analisis linier berganda.Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan hutang.Variabel independen size, growth, NDTS, profitability, and tangibility.Hasil dari penelitian ini adalah
ukuran perusahaan, NDTS, dan tangibility positif signifikan terhadap
leverage. Sedangkan pertumbuhan total aset, dan profitabilitas negatif signifikan terhadap leverage.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1.
Peneliti / Tahun Steven dan Lina / 2011
Judul Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur
Variabel Penelitian Variabel terikat:Kebijakan hutang (debt ratio) Variabel independen: 1.Kebijakan dividen 2.Investasi perusahaan 3.Kepemilikan manajerial 4.Pertumbuhan perusahaan 5. Struktur aset 6. Ukuran perusahaan 7.Profitabilitas
Teknik Analisis Analisis linier berganda
Hasil Penelitian 1.Kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang 2.Struktur aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 3.Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan hutang.
36 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 2
3
Peneliti / Tahun Surya dan Rahayunings ih / 2012
Yeniatie dan Destriana / 2010
Judul Penelitian Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Penelitian Variabel dependen yang digunakan adalah : 1. Kebijakan hutang 2. Kepemilikan institusional 3. Kebijakan dividen 4.Struktur aset 5. Profitabilitas 6.Pertumbuhan perusahaan 7.Profitabilitas 8.Ukuran perusahaan. 9.Set peluang investasi
Teknik Analisis Analisis Linier Berganda
Variabel dependen 1.Kebijakan hutang (debt)
Analisis linier berganda
:
Variabel independen 1. Kepemilikan manajerial 2. Kepemilikan institusional 3.Kebijakan dividen. 4. Struktur aset. 5. Profitabilitas. 6. Pertumbuhan perusahaan 7.Risiko bisnis
Hasil Penelitian 1. Struktur aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 2.Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang 3. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang 4. Set peluang investasi berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang 1. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 2. Struktur aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 3.Pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
37 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 4
5
Peneliti / Tahun Amirya dan Atmini (2008
Judul Penelitian Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan Tingkat Hutang Terhadap Nilai Perusahaan : Perspektif Pecking Order Theory
Variabel Penelitian Variabel dependennya adalah 1. Kebijakan hutang dan Nilai perusahaan. Variabel independen : 1. Kebijakan dividen 2.Profitabilitas 3.Pertumbuhan penjualan 4.Pertumbuhan total aktiva.
Teknik Analisis Analisis linier berganda
Paydar Bardar
Leverage Behavior of Malaysian Manufacturing Companies a Case Observation of the Industrial Sector’s Companies in Bursa Malaysia
Variabel dependen yang digunakan adalah 1.Debt ratio.
Analisis linier berganda
dan
variabel independen 1.Tangibility, 2Pprofitability, 3.Liquidity, 4.Size, 5.Growth. 6. Risk
Hasil Penelitian 1.Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. 2.Pertumbuhan total aktiva mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang.
1.Tangibility mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. 2.Profitability mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. 3.Liquidity mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang.
38 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 6
7
Peneliti / Tahun Rona Mersi Narita (2012
Judul Penelitian Analisis Kebijakan Hutang
Sabir dan Malik (2012)
Determinants of Capital Structure – A Study of Oil and Gas Sector of Pakistan
Variabel Penelitian Variabel dependen yang digunakan adalah 1.Kebijakan hutang (DER). Variabel independen yang digunakan adalah 1.Ukuran perusahaan, 2.Kepemilikan institusional. 3.Return on asset. 4.Free cash flow. 5.Likuiditas Variabel dependen yang digunakan adalah : 1. leverage of firms.Variabel independen yang digunakan adalah 1.Profitability of firms. 2.Current ratio. 3.Firm size. 4.Tangibility of firms
Teknik Analisis Analisis linier berganda
Analisis regresi linier berganda
Hasil Penelitian Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa : 1.Return on asset likuiditas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang.
1.Current ratio berpengaruh terhadap kebijakan hutang. 2.Firm size berpengaruh terhadap kebijakan hutang. 3.Tangibility of firms berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
39 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 8
Peneliti / Tahun Abel Ebel Ezeoha (2008)
Judul Penelitian Firm Size and Corporate Financial Leverage Choice in A Developing Economy
9
Sultera et al., (2010)
Pengaruh Aspek Fundamental dan Risiko Bisnis terhadap Financial Leverage
10.
Ali (2011)
The Determinants of Leverage of the Listed-Textile Companies in India
Variabel Penelitian Variabel dependen yang digunakan : 1.financial leverage ( total liabilities, long-term debts, and short-term). Variabel independen : 1.firm size .2.Asset tangibility. 3.Profitability. 4 .Firm age Variabel dependen : 1.Kebijakan Hutang. Variabel independen : 1.Ukuran perusahaan 2. Struktur aktiva 3. Return on asset. 4. Current ratio. 5. Risiko bisnis
Teknik Analisis Analisis regresi linier berganda
Variabel dependen : 1.Kebijakan hutang. Variabel independen : 1. Size 2. Growth 3. NDTS, 4. Profitability, 5. Tangibility
Analisi linier berganda
Analisis regresi linier berganda
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah : 1.Perusahaan di Nigerian kebanyakan menggunakan hutang jangka pendek sebagai pendanaan tambahan mereka. 2.Size negatif signifikan terhadap financial leverage.
1.Ukuran perusahaan positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel. 2. Return on asset negativ dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. 3. Current ratio berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 1. Ukuran perusahaan positif signifikan terhadap leverage. 2. NDTS positif signifikan terhadap leverage. 3. Tangibility positif signifikan terhadap leverage.
40 Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual Struktur aset menggambarkan jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan untuk dapat dijadikan sebagai jaminan ketika perusahaan ingin menggunakan hutang. Menurut Brigham dan Houston (2011:188) Perusahaan dimana asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan utang. Aset umum dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus. Struktur aset perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar. Aktiva tetap tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan oleh manajer kepada
kreditor
sehingga
manajer
dapat
memperoleh
pinjaman
dengan
mudah.Penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010) mengatakan bahwa struktur aset mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Surya dan Rahayuningsih (2012) juga mengatakan bahwa struktur aset mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Sultera, et al.,(2010) juga menyatakan bahwa struktur aset mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Steven dan Lina (2011) juga menyatakan hal yang sama. Dengan demikian struktur aset berpengaruh kebijakan hutang. Profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen (Syahyunan, 2013:92). Basic Earning Power (BEP)
termasuk di dalam rasio
profitabilitas. BEP menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari 41 Universitas Sumatera Utara
aset perusahaan, sebelum pengaruh pajak dan leverage. Semakin tinggi profit diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan dapat menggunakan internal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu (Brigham dan Houston, 2012:148). Apabila kebutuhan dana belum tercukupi, perusahaan dapat menggunakan hutang. (Yeniatie dan Destriana 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Surya dan Rahayunungsih pada tahun 2012 mengatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. Besar kecilnya perusahaan sangat berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga. Perusahaan besar yang telah terdiversifikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar modal. Menerima penilaian kredit lebih tinggi dari bank komersial untuk hutang–hutang yang diterbitkan dan membayar tingkat bunga lebih rendah pada hutangnya. Salah satu alasannya adalah perusahaan lebih mudah menerima pinjaman karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar serta tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi Soesetio (2012) di dalam Dennys Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012). Pada penelitianNarita (2012), mengatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang.Maka dengan demikian ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Umur perusahaan digunakan untuk mengetahui seberapa lama perusahaan telah didirikan. Ini dapat dikaitkan dengan kemampuan untuk memperoleh pinjaman dari 42 Universitas Sumatera Utara
pihak ke tiga. Jika perusahaan yang telah lama berdiri ingin meminjam, maka pihak ke tiga akan merasa lebih yakin karena perusahaan tersebut kemungkinan dapat membayar pinjaman tepat waktu dan aset perusahaan yang dimiliki juga besar. Pada penelitian Ezoha (2008) bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang.Maka dengan demikian umur perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah: Struktur Aset (X1) Profitabilitas (X2)
Kebijakan Hutang (Y)
Ukuran Perusahaan (X3)
Umur Perusahaan (X4) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis penelitiannya adalah : “Struktur aset, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Umur Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI”.
43 Universitas Sumatera Utara