BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksadana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya. Undang-Undang
Nomor
8
Tahun
1995
tentang
Pasar
Modal
menyebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Definisi manajer investasi menurut Undang-Undang tentang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah pihak yang kegiatannya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, Reksadana didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya siinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dilihat dari segi perdagangan efek, reksadana adalah suatu produk yang diperdagangkan, sedangkan manajer investasi sebagai pengelola
12 Universitas Sumatera Utara
produk tersebut. Reksadana dapat berupa Investment Companies dan Unit Investment Trust (Kontrak Investasi kolektif). Sementara, bank custodian akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksadana. Reksadana
merupakan
sarana investasi
bagi
investor
untuk
dapat
berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksadana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri (Eko Pratomo, 2005:39). Reksadana menjadi jembatan bertemunya dua kebutuhan,
yaitu
kebutuhan investasi bagi investor untuk memenuhi kebutuhan masa depannya dan kebutuhan perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana bagi pembiayaan kegiatan ekonomi jangka panjang. Reksadana akan menciptakan permintaan (demand) dari sisi investor akan surat berharga sebagai instrumen investasi, sekaligus menciptakan supply (dari sisi perusahaan dan pemerintah) untuk menerbitkan surat-surat berharga, yang akan menjadi lahan investasi bagi investor. Selain itu, dengan adanya reksadana akan membuat pasar investasi lebih likuid. Instrumen investasi yang tersedia di pasar dapat lebih mudah ditransaksikan (mudah untuk dijual maupun dibeli) dengan harga yang wajar dan mekanisme yang transparan. Sebagai bagian dari industri investasi, reksadana akan meningkatkan kredibilitas dan efisiensi pasar investasi (Eko Pratomo, 2005:43). Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang berarti kelola atau
13 Universitas Sumatera Utara
pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang sesuai dengan
Islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah
yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan pokok-pokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79). Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan istilah investment trust, sedangkan di Malaysia, reksadana dikenal sebagai Unit trust. Definisi yang diberikan Choong (1999) adalah, “unit trust is an investment scheme that pools from many investors who share similar financial objective investment strategy and risk tolerance” (Ahmad Rodoni, 2009:80). 2.1.1 Pengertian Reksadana Syariah Reksadana Syariah mengacu pada syariat islam baik dari cara pengelolaan, kebijakan investasi, akad, pelaksanaan investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam turut mendorong perkembangan reksadana syariah, karena memenuhi kebutuhan sekelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan dengan cara yang halalan- toyyibah. Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara
14 Universitas Sumatera Utara
Pemodal sebagai Pemilik harta (Shahibul Maal atau Rabbul Maal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil Shahibul Maal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil Shahibul Maal dengan pengguna investasi. Dengan demikian, Reksadana syariah adalah Reksadana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah islam. Reksadana syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari
perusahaan
yang
pengelolaan
atau
produknya
bertentangan dengan syariat misalnya industri peternakan babi, jasa keuangan yang melibatkan riba dalam operasionalnya dan bisnis yang mengandung maksiat. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 20/DS MUI/IX/2000 ini memuat antara lain : 1.
Dalam Reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan syariah baik dari segi akad, pelaksanaan investasi maupun dari segi pembagian keuntungan.
2.
Investasi hanya dapat dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bank umum syariah dan surat utang yang sesuai dengan syariah.
3.
Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada
15 Universitas Sumatera Utara
lembaga keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barangbarang atau jasa yang merusak moral dan membawa mudharat. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsure yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading atau menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat utangnya lebih dominan dari modalnya. 4.
Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam Reksadana syariah jika struktur utang terhadap modal sangat tergantung pada pembiayaan dari utang, yang pada intinya merupakan pembiayaaan yang mengandung unsur riba, emiten memiliki nisbah utang terhadap modal lebih dari 82% (utang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha yang islami.
5.
Mekanisme operasional Reksadana syariah terdiri dari: wakalah, antara manager investasi dan pemodal, serta mudharabah antara manager investasi dengan pengguna investasi.
6.
Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) Pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh
16 Universitas Sumatera Utara
manager investasi) dan pengguna invests berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah ditentukan bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal; (2) Pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan; dan (3) Manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena kelalaian. 7.
Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam Reksadana syariah adalah: (a) Dari saham dapat berupa: a)
Deviden yang merupkan bagi hasil atas keuntungan yang dibagi dari laba baik yang dibayar dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham;
b)
Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dulu yang diberikan oleh emiten; dan
c)
Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal.
(b) Dari obligasi yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten. (c) Dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima oleh issuer.
17 Universitas Sumatera Utara
Peraturan
Bapepam
mengenai
pengelolaan
reksadana
jelas
menjamin terhindarnya kondisi gharar dan maysir. Jadi, cara perolehannya sudah jelas halal. Kemudian, portofolio Reksadana syariah hanya boleh berisi efek syariah, sehingga zat-nya juga sudah halal. Kebersamaan pemodal dalam Reksadana dan juga memberi manfaat dalam mencapai diversifikasi portofolio yang optimal dan dapat membawa kemaslahatan bersama Sehingga melalui Reksadana syariah diharapkan pemodal mendapat hasil yang optimal dan halal. 2.1.2 Jenis-jenis Reksadana Syariah Dalam memilih konsetrasi portofolio Reksadana yang dikelola oleh manager investasi, maka investor dapat memilihnya berdasarkan jenis Reksadana yang ditawarkan. Konsentrasi portofolio Reksadana, antara lain: 1. Reksadana pasar uang Reksadana yang hanya melakukan investasi pada efek yang jatuh tempo kurang dari satu tahun, disini Reksadana syariah dapat berinvestasi pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah, deposito syariah dan sertifikat
deposito syariah,
Sertifikat
Investasi
Mudharabah Antarbank, dan surat berharga lain yang berjangka kurang dari 1 tahun yang sesuai dengan prinsip syariah. 2. Reksadana pendapatan tetap Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivitasnya dalam bentuk efek berbentuk obligasi syariah, yaitu
18 Universitas Sumatera Utara
obligasi syariah yang tercatat di Jakarta Islamic Index BEI. 3. Reksadana saham. Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dalam efek bersifat ekuitas (saham) syariah, yaitu saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index BEI. 4. Reksadana Campuran Reksadana yang melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas (saham) syariah dan efek yang bersifat obligasi syariah yang prbandingannya tidak termasuk dalam kategori yang disebut di atas. 5. Reksadana Index Reksadana yang dikelola secara pasif, dengan tujuan utama menghasilkan kinerja yang mengikuti kinerja Indeks tertentu (misalnya, S&D 500, Dow Jones 30, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), atau Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan biaya minimal. Nama-nama saham maupun bobot masing-masing saham investasinya akan mirip dengan indeks. Selain biaya rendah, reksadana ini reltif lebih transparan karena komposisi portofolionya jelas, mirip indeks, dan hanya berubah sedikit, terutama jika ada perubahan komposisi indeks yang diikuti. 6. Reksadana Terproteksi Reksadana yang memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku. Kerena memberikan jaminan proteksi, Reksadana ini cenderung
19 Universitas Sumatera Utara
diinvestasikan pada instrument pasar modal dan pasar uang yang lebih aman, misalnya dalam obligasi yang termasuk dalam kategori layak investasi. 2.1.3 Bentuk-bentuk Reksadana Syariah Berdasarkan ketentuan pasal 18 Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, ada dua bentuk Reksadana, yaitu berbentuk perseroan dan berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) : 1. Badan Hukum Perseroan (PT) Reksadana perseroan (PT) merupakan badan hukum tersendiri yang didirikan untuk melakukan kegiatan Reksadana. Sebagaimana halnya suatu badan hokum PT, maka Reksadana yang berbentuk perseroan memiliki suatu anggaran dasar, pemegang saham, pengurus atau direksi, kekayaan sendiri dan kewajiban. Ciri-ciri Reksadana PT antara lain: 1)
Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT)
2)
Pengelola kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk.
3)
Penyimpanan kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan kustodian.
2. Kontrak Investasi Kolektif Resadana KIK pada prinsipnya bukanlah badan hokum tersendiri. Reksadana melakukan kegiatannya berdasarkan kontrak yang dibuat oleh manajer investasi dan bank kustodian. Investor secara kolektif mempercayakan dananya kepada manajer investasi 20 Universitas Sumatera Utara
untuk dikelola. Dana yang terhimpun tersebut disimpan dan diadministrasikan pada bank kustodian. Selanjutnya secara bersamasama dikelola oleh manajer investasi dalam bentuk portofolio adalah milik investor secara bersama- sama dan proporsional. Hal ini sangat berbeda dengan pembentukan Reksadana perseroan, dimana pendiri harus terlebih dahulu mendirikan PT kemudian menunjuk manajer investasi dan bank kustodian, Reksadana KIK pembentukannya lebih sederhana. Perusahaan efek atau pihak lain yang telah memperoleh izin investasi mengajukan pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum Reksadana KIK kepada Bapepam dengan menyampaikan dokumen sebagai berikut, kontrak investasi kolektif yang dibuat oleh manajer investasi dengan bank Kustodian secara notarial, prospektus, pendapat konsultan hokum dan laporan keuangan awal. Ciri-ciri Reksadana KIK, antara lain: 1.
Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
2.
Pengelolaan Reksadana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan kontrak.
3.
Penyimpanan kekayaan kolektif dilaksanakan oleh bank kustodian berdasarkan kontrak.
4.
Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli.
5.
Unit penyertaan tidak dicatat di bursa.
21 Universitas Sumatera Utara
6.
Investor dapat menjual kembali (redemption) unit penyertaan yang dimilikinya kepada manajer investasi yang mengelola.
7.
Hasil penjualan atau pembayaran kembali unit penyertaan akan dibebankan kepada Reksadana.
8.
Harga jual atau beli unit penyertaan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit dihitung oleh Bank Kustodian secara harian.
2.1.4 Kelebihan Reksadana Syariah Pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur, yaitu return (keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan dalam berinvestasi melalui Reksadana, yaitu: 1. Diversifikasi Investasi Diversifikasi yang berwujud dalam bentuk portofolio akan menurunkan tingkat risiko. Reksadana melakukan diversifikasi dalam berbagai instrument efek, sehingga dapat menyebarkan risiko atau memperkecil risiko. Investor walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek sehingga dapat memperkecil risiko. Hal ini berbeda dengan pemodal individual yang misalnya hanya dapat membeli satu atau dua jenis efek saja. 2. Kemudahan Investasi Reksadana mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Kemudahan investasi tercermin dari kemudahan
22 Universitas Sumatera Utara
pelayanan administrasi dalam pembelian maupun penjualan kembali unit penyertaan.
Kemudahan
juga
diperoleh
investor
dalam
melakukan reinvestasi pendapatan yang diperolehnya sehingga unit penyertaannya dapat terus bertambah. 3. Efisiensi biaya dan waktu Reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor, maka biaya investasinya akan lebih murah bila dibandingkan dengan investor melakukan transaksi secara individual di bursa. Pengelolaan yang dilakukan manajer investasi secara professional, tidak perlu bagi
investor untuk memantau sendiri kinerja
investasinya tersebut. 4. Tingkat likuiditas yang baik Artinya kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar dari Reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah Reksadana untuk saham-sahamyang telah dicatatkan dibursa di mana transaksi terjadi setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito berjangka periode tertentu. Selain itu, pemodal dapat mencairkan kembali saham atau unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang di buat masing-masing Reksadana sehingga memudahkan investor untuk mengelola kasnya. 5. Manajer Profesional Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal, ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk Reksadana
23 Universitas Sumatera Utara
tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham atau unit Reksadana. Adapun pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh tujuan investasi dari Reksadana tersebut. 6. Pelayanan bagi pemegang saham Reksadana biasanya menawarkan daya tarik kepada pemegang sahamnya
misalnya
dengan
menjanjikan untuk melakukan
reinvestasi terhadap deviden dan capital again secara otomatis yang seharusnya diterima oleh nasabah. 2.1.5 Risiko Reksadana Syariah Di samping keuntungan-keuntungn yang akan mereka dapatkan, terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi melalui Reksadana, antara lain: 1. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik. Sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia
sangat
rentan terhadap perubahan ekonomi internasional. Perubahan kondisi perekonomian dan politik di dalam maupun di luar negeri atau peraturan khususnya di bidang Pasar Uang dan Pasar Modal merupakan factor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaanperusahaan yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja portofolio Reksadana. 2. Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Nilai Unit Penyertaan Reksadana data berfluktuasi akibat
24 Universitas Sumatera Utara
kenaikan atau penurunan
Nilai
Aktiva
Bersih
Reksadana.
Penurunan dapat disebabkan oleh, antara lain: a. Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya. b. Biaya-biaya yang dikenakan setiap hari pemodal melakukan pembelian dan penjualan. 3. Risiko Wanprestasi oleh Pihak-pihak Terkait. Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rean usaha dapat termasuk tetapi tidak terbatas pada emiten, pialang, bank custodian dan agen penjualan. 4. Risiko Likuiditas. Penjualan kembali (pelunasan) tergantung kepada likuiditas dari portofolio atau kemampuan dari manajer investasi untuk membeli kembali (melunasi) dengan menyediakan uang tunai. 5. Risiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada saat Pengajuan Klaim Asuransi. Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat berharga dan asset Reksadana yang disimpan di bank kustodian, Bank Kustodian dilindungi oleh asuransi yang akan menanggung biaya penggantian surat- surat tenggang waktu penggantian
berharga
tersebut.
Selama
tersebut, manajer investasi tidak
dapat melakukan transaksi investasi atas surat- surat berharga tersebut, kehilangan kesempatan melakukan transaksi investasi ini
25 Universitas Sumatera Utara
dapat berpengaruhi terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) per Unit penyertaan. 6. Risiko Pasar Hal ini terjadi karena nilai sekuritas di pasar efek memang berfluktuatif sesuai dengan kondisi ekonomi secara umum. Terjadinya fluktuasi di pasar efek akan berpengaruh langsung pada nilai bersih portofolio, terutama jika terjadi korelasi atau pergerakan negative. 7. Risiko Inflasi. Terjadinya inflasi akan menyebabkan menurunnya total real return investasi pendapatan yang diterima dari investasi dalam Reksadana bias jadi tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing power). 8. Risiko Nilai Tukar Risiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri daam portofolio yang dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas yang termasu Foreign Invesment setelah dilakukan konversi dalam mata uang domestik. 9. Risiko Spesifik. Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki. Di samping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat menurun nilainya jika kinerja perusahaannya sedang tidak bagus atau juga
26 Universitas Sumatera Utara
adanya kemungkinan mengalami default, tidak dapat membayar kewajibannya.
2.2 Inflasi Inflasi adalah peningkatan dalam seluruh tingkat harga (Mankiw, 2005). Kadang-kadang
kenaikan
harga
ini
berlangsung
terus-menerus
dan
berkepanjangan. Menurut Mankiw (2005), inflasi adalah suatu fenomena moneter yang terjadi dimanapun. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau menyebabkan kenaikan) kepada barang lainnya. Adapun indikator yang sering digunakan dalam mengukur tingkat inflasi adalah sebagai berikut: 1. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. 2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang menggambarkan pergerakkan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah. 3. Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi didalam suatu ekonomi (negara). Deflator PBD dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas harga konstan. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-
27 Universitas Sumatera Utara
menerus. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatan inflasi
juga menurun. Tingkat
adalah perubahan atau naik turunnya angka inflasi yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dihitung tiap bulan dalam satuan persen (%). Indikator inflasi Konsumen
yang digunakan adalah
Indeks Harga
(IHK) Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan
daya beli Rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan. Rumus perhitungan inflasi adalah sebagai berikut:
INF = (IHKt – IHKt-1) x 100 % IHKt-1
Keterangan: INF
= Inflasi
IHKt
= Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1
= Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t
2.3 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sesuai dengan PBI Nomor 10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam bentuk mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Adapun karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah: 1)
Menggunakan akad Ju’alah;
28 Universitas Sumatera Utara
2)
Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
3)
Berjangka jangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan; Diterbitkan tanpa warkat (scripless);
4)
Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan
5)
Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder. Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui
lelang yang melibatkan: 1.
Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan
2.
BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia. SBIS merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi
kesulitan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS bagi bank syariah difungsikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia di Bank Konvensional. Dalam prakteknya, SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrument operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dan akad yang digunakan adalah akad jualah.
2.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Peningkatan atau penurunan harga saham yang direflesikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bukan hanya mencerminkan pekembangan
29 Universitas Sumatera Utara
perusahaan atau industry suatu negara. Perubahan IHSG bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara. Artinya maju mundurnya suatu negara bias dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan suatu negara tersebut. Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan dengan naik-turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada naik turunnya indeks ini. Secara intuitif, sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan indeks. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variabel-vaiabel makro seperti suku bunga bebas risiko, kurs mata uang,surplus neraca perdagangan, cadangan devisa dan inflasi. Jika kondisi surplus neraca membaik, modal asing akan lebih banyak masuk atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya akan menyebabkan mata uang rupiah menguat atau kurs USD dalam rupiah menurun. Sebagian modal asing itu akan ditanamkan dalam portofolio saham sehingga memberikan efek positif untuk pasar saham dan indeksnya. Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga
dapat
dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisanya berupa perubahan harga saham, dari waktu ke waktu. IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan pasar efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham. Untuk perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini, kita harus
30 Universitas Sumatera Utara
menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut:
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 =
∑ 𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑥𝑥 100% ∑ 𝐻𝐻𝐻𝐻
dimana: ∑ 𝐻𝐻𝐻𝐻 = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku ∑ 𝐻𝐻𝐻𝐻 = Total harga semua saham pada tahun dasar
IHSG dihitung setiap hari sesudah penutupan perdagangan. Angka
positif yang menyertai perubahan IHSG mnunjukkan kenaikan dari IHSG sebelumnya. Angka negative menunjukkan IHSG turun dibanding IHSG sebelumnya. Jika Indeks Harga Saham tidak berubah menunjukkan bahwa kondisi stabil. Indeks menggambarkan trend pergerakan pasar dan menjadi indicator yang sangat penting bagi pelaku di pasar modal khususnya pasar saham.
2.5 Nilai Tukar Rupiah Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs mata uang Indonesia saat ini biasanya dinyatakan terhadap USD. Sehingga ketika USD menguat terhadap Rupiah maka nilai tukar mata uang rupiah menurun (depreciated) ataupun sebaliknya. Perubahan ini 31 Universitas Sumatera Utara
besarnya tidak proporsional untuk setiap mata uang asing sebab banyak faktor yang bepengaruh terhadap kuat lemahnya mata uang suatu negara. Turunnya nilai rupiah terhadap USD membuat para investor ragu akan kinerja emiten dapat berkembang dengan baik. Selain itu, sulitnya untuk mengantisipasi gerak fluktuasi rupiah membuat para investor bimbang. Hal tersebut dapat menyebabkan indeks-indeks di bursa efek Jakarta yang terus menerus berfuktuasi tersebut cenderung turun dengan tajam. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap mata uang negara lain. besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut. Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) sistem nilai tukar, yaitu: pertama, sistem nilai tukar tetap (Fixed Exchanged Rate), kedua, sistem nilai tukar mengambang (Floating Exchanged Rate), ketiga, sistem nilai tukar mengambang terkendali (Managed Floatig Exchanged Rate).
32 Universitas Sumatera Utara
2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian – penelitian
tentang
Pengaruh
Inflasi,
Sertifikat
Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah telah banyak dilakukan sebelumnya. Berikut merupakan uraian dari beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Reksadana syariah: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis
1.
Rahmi Hifdzia (2012)
Variabel Penelitian Variabel Independen: BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar
Kesimpulan
Terdapat pengaruh negatif antara BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB reksadana syariah, sedangkan Inflasi Variabel Dependen: NAB dan Jumlah Uang Beredar tidak Reksadana memiliki Syariah pengaruh terhadap NAB reksadana syariah.
Perbedaan
Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode 2011-2014.
33 Universitas Sumatera Utara
2.
Layaly Rahmah (2011)
3.
Annisa Sholihah (2008)
Variabel Independen: SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah
Secara bersamasama ada pengaruh yang signifikan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah Variabel Dependen: NAB (SBIS), Indeks Harga Saham Reksadana Gabungan Syariah (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah/USD terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang Periode 31 Januari – 31 Oktober 2010. Variabel Variabel JII dan Inflasi Independen: berpengaruh JII, SWBI, secara signifikan IHSG, dan terhadap kinerja Inflasi reksa dana Variabel syariah. Dan Dependen : Inflasi menjadi Kinerja variabel yang Reksa Dana paling dominan Syariah dalam SWBI dan IHSG tidak memiliki pengaruh. mempengaruhi kinerja reksa dana syariah. Sedangkan SWBI dan IHSG tidak memiliki pengaruh.
Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode 2011-2014.
Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode 20112014.
34 Universitas Sumatera Utara
4.
Audry S Timisela (2010)
Variabel Independen: JII
Hasil penelitian terdapat hubungan linear Variabel antara Indeks JII Dependen: NAB dengan tingkat Reksadana pertumbuhan Syariah Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang. RSquare = 84,7% dipengaruhi oleh indeks JII, dan 15.3% dipengaruhi oleh factor lain di luar variabel JII.
Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode 20112014.
5.
Prantik Ray dan Vina Vani (2005)
Variabel Independen: Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang beredar, Inflasi dan Pasar Ekuitas
Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode 20112014.
Variabel Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Pasar Ekuitas memiliki pengaruh yang cukup besar Variabel Dependen: NAB dalam pergerakan NAB Reksadana pada periode Syariah 1999-2004, sedangkan Output Nasional yang dicerminkan dalam Indeks Produksi Industri memiliki pengaruh yang sangat diabaikan pada return reksadana.
35 Universitas Sumatera Utara
6
Putratama (2007)
Variabel Independen: Jumlah Uang yang Beredar, Real Exchange Rate, inflasi dan JII
Variabel jumlah uang beredar, Real Exchange Rate, inflasi, dan JII berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun Variabel Dependen: NAB jangka panjang terhadap NAB Reksadana reksa dana Syariah syariah
Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode 2011-2014.
7
Arisandi (2009)
Variabel Independen: Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, JII dan Jumlah unit reksadana syariah
Penulis menggunakan variabel independen : Inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan variabel dependen yaitu : Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah. Tempat penelitian: seluruh Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam periode 2011-2014..
Hasil penelitian mengindikasikan variabel nilai tukar rupiah, inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan jumlah unit reksadana Variabel Dependen: NAB syariah memiliki hubungan positif Reksadana dengan NAB reksa Syariah dana syariah. Sedangkan variabel SWBI memiliki hubungan negatif dengan NAB reksa dana syariah.
Sumber : Kumpulan penelitian terdahulu
36 Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Konseptual Menurut Iskandar (2008 : 54) kerangka konseptual yaitu “menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel - variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori - teori yang berhubungan dengan variabel variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat”. Beberapa faktor yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah diantaranya Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah. Setiap variabel memiliki pengaruh atau tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Situasi ekonomi seperti kondisi ekonomi makro yang mempengaruhi NAB
Reksadana Syariah
kenaikan
adalah
inflasi. inflasi
adalah
gejala
harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus.
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi dari pada harga periode sebelumnya. Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Menurut Ali dan Beik (2012), inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek dengan korelasi positif terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini terjadi karena ketika inflasi
37 Universitas Sumatera Utara
mengalami peningkatan, maka bank sentral akan merespon dengan menaikkan suku bunga dan bonus SBIS untuk mengurangi jumlah uang beredar. Kenaikan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif bagi para investor yang menginginkan return yang tinggi, untuk berinvestasi pada reksadana
syariah,
sehingga
NAB
reksadana
syariah
mengalami
peningkatan. Inflasi berpengaruh secara negatif apabila dilihat dari dampak inflasi yaitu ketika inflasi mengalami peningkatan maka akan mengurangi konsumsi dan daya beli masyrakat yang mengakibatkan berkurangnya minat masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada reksadana syariah. Umumnya suku bunga SBIS berhubungan negatif dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Bila pemerintah mengumumkan suku bunga SBIS akan naik maka investor akan menjual unit penyertaannya dan memilih untuk berinvestasi melalui SBIS. Menurut Virlandana dan Hermana (2005), hubungan NAB dengan SBIS menunjukkan korelasi kuat negatif. Jadi jika SBIS menurun maka NAB meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NAB merupakan alternatif investasi yang lebih menarik pada saat tingkat suku bunga bank syariah menurun. Jika tingkat SBIS menurun akan mempengaruhi iklim investasi di pasar modal dan pasar uang syariah. Dengan turunnya SBIS, maka investasi akan berpindah ke instrumen-instrumen yang memberikan tingkat keuntungan/bagi hasil yang lebih tinggi di pasar modal, misalnya reksadana syariah. IHSG menjadi barometer kesehatan pasar modal
yang dapat
menggambarkan kondisi bursa efek. Umumnya IHSG berhubungan negatif
38 Universitas Sumatera Utara
dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah . Peningkatan IHSG mencerminkan kinerja perusahaan di pasar modal konvensional yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan kenaikan return bagi para pemegang saham. oleh karena itu masyarakat akan menarik dananya dari reksadana syariah dan menginvestasikan dananya melalui perusahaan yang tercatat di dalam IHSG dengan harapan memperoleh return yang lebih besar, sehingga NAB reksadana syariah akan menurun. Menurut Layaly Rahmah (2011), Setelah dilakukan penelitian terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang menunjukkan bahwa variabel IHSG menjadi variabel yang paling dominan dan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah, hal ini dikarenakan banyaknya para pemodal yang portofolio investasinya juga menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi dengan ditunjukkan oleh meningkatnya IHSG. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sangat berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS sehingga terjadi aliran modal masuk (capital inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan akan rupiah. Capital Inflow kemudian akan meningkatkan NAB reksa dana syariah. Menurut Suta (2000) dalam Rahmi Hifdzia (2012:8), fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil sangat mempengaruhi
39 Universitas Sumatera Utara
iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap
dollar
misalnya
akan memberikan
dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor, sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran Negara akan berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal. Dalam hal ini menyebabkan menurunnya NAB reksadana syariah karena pengelolaan dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada saham mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan dananya pada reksadana syariah akan melakukan penarikan modal sehingga NAB reksadana syariah pun mengalami penurunan. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat kerangka konseptual pada penelitian ini, yaitu:
40 Universitas Sumatera Utara
Inflasi (X1) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X2)
Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Y)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (X3) Nilaai Tukar Rupiah (X4) Sumber : Telaah Peneliti Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan : Y
= Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
X1
= Inflasi
X2
= Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
X3
= Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
X4
= Nilai Tukar Rupiah
Kerangka konseptual diatas menjelaskan bahwa yang akan diuji di dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh variabel Inflasi (X1) terhadap NAB Reksadana Syariah, variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X2) terhadap NAB Reksadana Syariah, variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (X3) terhadap NAB Reksadana Syariah dan variabel Nilai Tukar Rupiah (X4) terhadap NAB Reksadana Syariah Serta secara bersama-sama apakah ada pengaruh keempat variabel tersebut terhadap NAB Reksadana Syariah.
41 Universitas Sumatera Utara
2.8 Hipotesis Menurut Indriantoro, Bambang (1999 : 73) hipotesis menyatakan “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat di uji secara empiris”. Dari penjelasan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1
: Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.
H2
: Sertifikat Bank Indonesia Syariah berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.
H3
: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.
H4
: Nilai Tukar Rupiah berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.
H5
: Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh secara simultan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.
.
42 Universitas Sumatera Utara