BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Keluarga Definisi keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) ibu
dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah; (2) orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; (3) sanak saudara; kaum kerabat; (4) satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masayarakat. Menurut kamus WJS.Poerwadarminta (dalam Silitonga, 1989), yang disebut keluarga adalah “orang seisi rumah; anak bini”.Kepala Keluarga berarti kepala rumah. Beberapa daerah di Indonesia, keluarga disebut: batih (Jawa), kukenan (Bali), biliku (Sumba), dan pariuk (Minang). Terbentuknya keluarga menurut UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 1 menyebutkan: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antar seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2.2
Keluarga Berencana (KB)
2.2.1
Pengertian Menurut WHO (World Health Organisation) dalam Expert Committee
1970, keluarga berencana (KB) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
Universitas Sumatera Utara
mengontrol waktu disaat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. Secara umum KB diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang bersangkutan dan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dangan aborsi (Suratun, 2008).
2.2.2
Tujuan KB KB bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 1998 dalam Riski, 2010).Gerakan Keluarga Berencana (KB) memiliki tujuan yang selanjutnya dapat dirinci sebagai berikut: a. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat seluruh lapisan masyarakat dan potensi yang ada. b. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi yang efektif dan mantap dengan pelayanan bermutu. c. Mengembangkan kesejahteraan
ibu
usaha-usaha dan
anak,
untuk
membantu
memperpanjang
meningkatkan harapan
hidup,
memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan
Universitas Sumatera Utara
anak usia lima tahun serta memperkecil kematian ibu karena risiko kehamilan dan persalinan. d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerimaan, penghayatan dan pengamalan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab. e. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria, dan generasi muda
dalam
pelaksanaan
upaya-upaya
penanggulangan
masalah
kependudukan. f. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab, dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih mampu meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing. g. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mempercepat kelembagaan nilai-nilai. h. Memeratakan penggarapan gerakan KB keseluruh wilayah dan lapisan mesyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin, dan daerah pantai. i. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan KB yang mampu memberikan pelayanan KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat di seluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan kenyamanan yang memenuhi harapan.
Tujuan filosofis: Pelembagaan norma keluarga – keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) (BKKBN, 2009 dalam Meilani dkk, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.2.3
Manfaat KB Adapun manfaat dari program KB (Mochtar,1998 dalam Riski, 2010)
adalah : a. Untuk kepentingan orang tua Orang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua haruslah sadar akan batas-batas kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya sampai menjadi orang yang berguna. Walaupun manusia dapat mengharapkan pertolongan dan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka sebagai makhluk insan diberi akal, ilmu dan pikiran sehat, karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu dan pikiran sehat tersebut untuk mendapatkan jalan dan hidup yang sehat pula supaya jangan berbuat lebih dari kemampuan yang ada. Terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia.
b. Untuk kepentingan anak-anak Anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang harus dijunjung tinggi sebagai pemberian yang tidak ternilai harganya. Mengatur kelahiran merupakan salah satu cara dalam menghargai kepentingan anak. Orang tua mempunyai persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan
Universitas Sumatera Utara
yang baik kepada anak-anaknya agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang tua dan bangsa.
c. Untuk kepentingan masyarakat Keluarga merupakan kumpulan terpadu dari satu komunitas atau masyarakat. Kepentingan masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai kepala keluarga memelihara dengan baik keluarga dan anakanaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa bantuan kesungguhan keluarga-keluarga dalam menekan pertambahan penduduk dengan cepat, pembangunan tidak akan berarti. Orang tua yang menentukan jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan kemampuannya dan tidak melupakan tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan, tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara di mana mereka hidup dan berbakti (Mochtar, 1998).
2.2.4
Sasaran KB Program KB mempunyai 2 sasaran. Sasaran langsung adalah Pasangan
Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 – 49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas (Suratun, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Sasaran tidak langsung adalah (1) kelompok remaja usia 15 – 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang berisiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat – alat reproduksinya, sehingga program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan serta aborsi. (2) Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan, serta instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS (Suratun, 2008).
2.3
Akseptor KB
2.3.1
Pengertian Akseptor Keluarga Berencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang sedang menggunakan salah satu metode atau alat kontrasepsi (BKKBN, 1995).
2.3.2
Jenis-Jenis
a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti /
Universitas Sumatera Utara
istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut – turut dan bukan karena hamil. c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus. d. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus. e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus. f. Akseptor drop out adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
2.4
Kontrasepsi
2.4.1
Pengertian Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari adanya pertemuan sel telur dengan sel sperma. Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua – duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Cunningham, 1989 dalam Suratun, 2008).
2.4.2
Metode Kontrasepsi
Universitas Sumatera Utara
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi modern (metode efektif) (Hartanto, 2010): a. Kontrasepsi Sederhana Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus (coitus interruptus) dan KB alamiah (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode simptotermal). Sedangkan kontrasepsi dengan alat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly, atau tablet berbusa (vaginal tablet).
1. Metode Kalender (Ogino – Knaus) Metode ini adalah menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6 – 12 bulan terakhir. Teknik metode kalender, seorang wanita menentukan masa suburnya dengan: 1) mengurangi 18 hari dari siklus
haid
terpendek
untuk
menentukan
awal
dari
masa
suburnya;2)mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk menentukan akhir masa suburnya. Efektivitas: angka kegagalan 15 – 47 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
2. Metode Suhu Badan Basal Adalah peninggian suhu badan basal 0,2 – 0,5°C
pada waktu
ovulasi karena peninggian kadar hormon progesteron. Tekniknya: mengukur suhu tubuh dengan menggunakan thermometer. Pengukuran
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pada saat klien benar – benar istirahat. Efektivitas: angka kegagalan 0,3 – 6,6 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
3. Metode Lendir Serviks (Billings) Adalah perubahan siklus lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen. Teknik metode lendir serviks dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari keempat setelah gejala puncak (peak symptom). Efektivitas: angka kegagalan 0,4 – 39,7 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
4. Metode Sympto-Termal Adalah kombinasi antara bermacam metode KB alamiah untuk menentukan masa subur ovulasi. Efektivitas: angka kegagalan 4,9 – 34,4 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
Keuntungan kontrasepsi KB alamiah, adalah: 1) aman, 2) murah/tanpa biaya, 3) dapat diterima oleh banyak golongan agama, 4) sangat berguna baik untuk merencanakan maupun menghindari terjadinya kehamilan, 5) tanggung jawab berdua sehingga menambah komunikasi dan kerja sama. Sedangkan kerugiannya adalah: 1) kurang begitu efektif dibandingkan metode-metode kontrasepsi lain, 2) perlu instruksi dan konseling sebelum memakai metode ini, 3) memerlukan catatan siklus haid yang cukup, 4) dapat menghambat spontanitas
Universitas Sumatera Utara
seksual, stres psikologis dan kesulitan-kesulitan dalam perkawinan, 5) bila siklus haid tidak teratur dapat mempersulit metode itu sendiri.
5. Senggama Terputus (Coitus Interruptus) Adalah suatu metode kontrasepsi di mana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita. Keuntungan: 1) tidak memerlukan alat/murah; 2) tidak menggunakan zat-zat kimiawi; 3) selalu tersedia setiap saat; 4) tidak mempunyai efek samping. Kerugian metode ini: 1) angka kegagalan cukup tinggi (16 – 23 kehamilan per 100 wanita per tahun); 2) kenikmatan seksual berkurang bagi suami – istri sehingga dapat memengaruhi kehidupan perkawinan.
6. Metode Barier pada Pria (Kondom) Adalah alat yang menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita. Keuntungan metode ini adalah: mencegah kehamilan, memberi perlindungan terhadap penyakit akibat hubungan seks, dapat diandalkan, relatif murah, tidak memerlukan pemeriksaan medis, dan pria ikut secara aktif dalam program KB. Kerugian KB Kondom adalah angka kegagalan relatif tinggi, perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom, perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama, baik untuk pasangan yang ingin menunda
kehamilan
atau
ingin
menjarangkan
anak,
jarang
Universitas Sumatera Utara
bersenggama, pasangan yang takut menularkan dan tertular penyakit kelamin, dan wanita yang kemungkinan sudah hamil.
7. Metode Barier pada Wanita (Barier Intra Vagina) Adalah alat yang menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus
genitalia
interna
wanita
dan
immobilisasi/mematikan
spermatozoa oleh spermisidnya. Keuntungan metode ini, yaitu untuk mencegah kehamilan dan mengurangi insiden penyakit akibat hubungan seks.Sedangkan kerugian metode ini adalah angka kegagalan relatif tinggi, aktivitas dan spontanitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya, perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama.
8. Spermisid Vaginal Adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna. Keuntungan spermisid vaginal: aman, sebagai kontrasepsi pengganti bagi wanita dengan kontraindikasi pemakaian KB Pil, KB IUD dan lain – lain, serta tidak memerlukan supervisi medik. Kerugian metode adalah angka kegagalan relatif tinggi karena pemakaian yang tidak konsisten, harus digunakan sebelum senggama, harus diberikan berulang kali untuk senggama yang berturut – turut dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Kontrasepsi Modern/Metode Efektif
Universitas Sumatera Utara
Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi hormonal (KB pil, KB suntik dan KB implant), KB IUD, dan kontrasepsi mantap. Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi: 1) MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis KB susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW; 2) Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah KB kondom, KB pil, KB suntik, dan metodemetode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP (Andrews, 2009).
1. KB Pil Adalah tablet yang mengandung hormon estrogen dan/atau progesteron sintetik. Pil yang mengandung hormone estrogen dan progesteron sintetik disebut Pil Kombinasi, dan yang hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestin. Cara kerja KB pil: menekan ovulasi, mengubah motilitas tuba
sehingga
transportasi
sperma
terganggu,
mengganggu
pertumbuhan endometrium sehingga menyulitkan proses implantasi, dan memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma). Efektivitas teoritis untuk KB pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas praktisnya sebesar 90 – 96%. Artinya KB pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara teratur. Keuntungan KB pil adalah mudah penggunaannya dan mudah didapat, mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid, mengurangi risiko terjadinya kehamilan
Universitas Sumatera Utara
ektopik dan kista ovarium, mengurangi risiko terjadinya kanker ovarium dan rahim, dan pemulihan kesuburan hampir 100%.
2. KB Suntik Kontrasepsi suntik adalah hormon yang diberikan secara suntikan/injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormon ini ada yang terdiri atas satu hormon (Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan Noristerat), dan terdiri atas dua hormon (Cyclofem dan Mesygna). KB Suntikan sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversibel, dan belum bersedia untuk sterilisasi. Depoprovera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2 bulan. Wanita yang mendapat KB suntik tidak mengalami ovulasi. Efektivitas KB suntik dalam teori adalah 99,75%, sedangkan dalam praktek 95 – 97%. Keuntungannya: merupakan
metode
yang telah
dikenal
oleh
masyarakat, dapat dipakai dalam waktu yang lama dan tidak mempengaruhi produksi air susu ibu.
3. KB Implant (Subdermal) Adalah 2 atau 6 kapsul kecil yang terbuat dari silikon berisi hormon levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit secara tetap yang kemudian melepaskan hormon tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah. Metode ini bekerja dengan cara mencegah ovulasi, merubah lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga menghambat
Universitas Sumatera Utara
pergerakan spermatozoa, dan mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Efektivitas dalam teori 99,7%, dalam praktek 97 – 99%. Keuntungan KB implant yaitu sekali pasang untuk 5 tahun, tidak memengaruhi produksi ASI, tidak memengaruhi tekanan darah, pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian.
4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD) AKDR atau spiral, atau Intra Uterine Devices (IUD) adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. AKDR/IUD mencegah kehamilan dengan cara: 1) mencegah terjadinya implantasi yang merupakan cara kerja utamanya; 2) mengubah cairan dalam uterus dan tuba falopii sehingga menghalangi pertemuan antara sperma dan ovum serta mencegah terjadinya pembuahan; 3) menyebabkan reaksi tubuh terhadap benda asing, dengan peningkatan kadar leukositosis dan fagositosis. Pemasangan biasanya dilakukan pada akhir periode haid ketika sebagian
serviks
lebih
dilatasi
sehingga
mempermudah
pemasangannya. IUD juga dapat dipasang kapan pun hingga hari ke-19 (jika siklus haid 28 hari). Keuntungan KB IUD adalah 1) aman dan segera dapat bekerja secara efektif, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus, tidak perlu kontrasepsi tambahan; 2) tidak ada interaksi terhadap obat (tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI); 3) daya kerja lama (10 tahun proteksi); 4) tidak mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
hubungan seksual; 5) dapat digunakan sampai menapouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). Sedangkan kelemahan dari penggunaan KB IUD yaitu efek samping yang umum terjadi, seperti menoragi dan dismenore, sedikit meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik, meningkatkan risiko terjadinya infeksi panggul, ekspulsi IUD, perforasi uterus, malposisi IUD, dan kehamilan yang diakibatkan oleh ekspulsi, perforasi, atau malposisi IUD. Pemasangan IUD tidak dianjurkan pada pasien yang dengan kontraindikasi absolut seperti: kehamilan ektopik sebelumnya pada ibu nulipara, abnormalitas uterus (uterus blkor-nuatum), infeksi panggul atau vagina. Kontrasepsi IUD dapat dikeluarkan bila ibu menginginkannya, bila ibu ingin hamil, bila terdapat efek samping yang menetap, atau masalah kesehatan lainnya, atau pada akhir masa efektif dari IUD, misalnya TCu 380A harus
dikeluarkan
sesudah
10
tahun
terpasang.
Untuk
mengeluarkan/mencabut IUD ibu harus kembali ke klinik. Kesuburan atau fertilitas normal segera kembali sesudah IUD dicabut.
5. Kontrasepsi Mantap (Kontap) Adalah pemotongan/pengikatan kedua saluran telur wanita (disebut tubektomi) atau kedua saluran sperma laki-laki (disebut vasektomi) dengan efektivitas 99,9%. Keuntungan kontrasepsi kontap adalah paling efektif mengakhiri kesuburan selamanya, dan tidak perlu perawatan khusus. Akan tetapi pelepasan ikatan pada saluran yang diikat
untuk
mengembalikan
kesuburan
tidak
bisa
dijamin
Universitas Sumatera Utara
keberhasilannya, sehingga untuk mengikuti metode ini harus dengan keputusan yang matang.
2.4.3
Syarat – Syarat Kontrasepsi Jasin (2000) mengungkapkan bahwa tidak ada satu pun metode
kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua akseptor karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut: a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan. b. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan. c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. d. Terjangkau harganya oleh masyarakat. e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.
2.5
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keluarga Tidak Menjadi Akseptor KB
2.5.1
Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Universitas Sumatera Utara
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa, dan indra peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (indra penglihatan dan pendengaran). Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, antara lain: 1) tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah diterima sebelumnya; 2) memahami (omprehension), diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasi materi tersebut secara benar; 3) aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi pada situasi atau kondisi real; 4) analisis (analysis), adalah kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen – komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5) sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan 6) evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Berdasarkan teori tersebut maka tingkat pengetahuan memiliki peranan penting terhadap sikap keluarga dalam memutuskan untuk menjadi akseptor KB ataupun tidak.
2.5.2
Budaya Goodenough, dalam Manalu, (2012), mengemukakan bahwa kebudayaan
adalah suatu sistem kognitif, yaitu suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang berada dalam pikiran anggota-anggota individual masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah hasil penelitian terkait kesehatan ibu dan anak dengan etnografi salah satu daerah di pulau Nias oleh Manalu (2012), menunjukkan masyarakat menganggap kehamilan adalah berkah bagi keluarga mereka. Jumlah anak yang diinginkan tidak mereka batasi karena menurut mereka memiliki jumlah anak banyak akan semakin menguntungkan bagi perkembangan kampung. Nilai anak yang tinggi bisa menjadi penghambat penggunaan alat kontrasepsi. Berikut kutipan penuturan informan penelitian tersebut tentang anak. “Kalau jumlah anak tidak pernah dibatasi tergantung pasangan itu, semakin banyak maka semakin bagus karna kampungnya semakin besar (ituguebuambanua) dan semakin maju.”(Manalu, 2012). Tentang upaya mencegah atau mengatur kehamilan berikutnya, masih ada pandangan dalam masyarakat bahwa anak laki – laki lebih bernilai daripada anak perempuan sehingga para ibu terus hamil sampai akhirnya berhasil mendapatkan anak laki – laki. Keadaan tersebut terungkap dari hasil wawancara dengan seorang ibu di desa penelitian (Manalu, 2012). “Jumlah anak yang dikehendaki tergantung mertua, tetapi paling tidak anak laki – laki minimal dua orang, tapi tergantung kesanggupan kami dan juga berkat dari Tuhan. Mungkin kalau anak laki – laki sudah lahir satu lagi mungkin kami akan ikut KB atau dikusuk biar dikunci tempat anak atau rahim.”(Manalu, 2012).
Selain data di atas, berdasarkan hasil wawancara orang tua, Bapak Laoli (Usia 61 tahun), yang sudah lama tinggal di Nias dan mengetahui dengan baik seluk – beluk budaya Nias mengemukakan bahwa KB mempengaruhi kehidupan budaya di Nias. Berikut kutipan pernyataan informan pengaruh KB dalam sistem budaya Nias.
Universitas Sumatera Utara
“(1)mengurangi kesempatan mendapat keturunan, terutama anak laki – laki, yang merupakan pewaris harta dan penerus tahta keturunan/keluarga; (2)program KB menyimpang dengan filsafat yang diyakini orang Nias yaitu ‘banyak anak banyak rejeki’, karena mempunyai banyak anak akan berarti mempunyai pendapatan lebih. Keluarga akan mendapatkan uang dari böwö (jujuran) dari pernikahan anak perempuan, dan juga dari anak laki – laki yang membantu dalam mencari nafkah sebagai ‘fangalibörösisi’ (pewaris tahta keluarga); (3)keluarga akan dikucilkan/disepelekan oleh orang lain dalam kehidupan bersosial karena tidak mempunyai keturunan yang banyak atau tidak mempunyai keturunan sama sekali, terkait dengan filsafat yang dianut; (4)orang tua merasa tidak puas ketika tidak mempunyai banyak keturunan (5)berkurangnya tenaga dalam keluarga, karena anak perempuan biasanya akan dijadikan pekerja dalam keluarga, dan anak laki – laki biasanya
diharapkan
menjadi
pelindungi
keluarga
dan
membantu
mendapatkan penghasilan dari luar.” 2.5.3
Agama Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah ajaran, sistem yang
mengatur tata keimananan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisasi atau teratur, mempunyai keyakinan sentral, ritual, dan praktik, yang biasanya
berhubungan
dengan
kematian,
perkawinan,
dan
keselamatan/penyelamatan (salvation). Agama mempunyai aturan – aturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari yang memberi kepuasan bagi yang menjalankannya. Perkembangan keagamaan individu merujuk pada penerimaan keyakinan, nilai, aturan, dan ritual tertentu (Hamid, 2009). Rifai (1990) mengemukakan bahwa ada aturan – aturan dalam masing – masing agama
Universitas Sumatera Utara
yang berkaitan dengan pemakaian kontrasepsi. Dalam agama Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan program KB dapat pakai oleh umat Islam. Ada cara kontrasepsi yang dilarang yaitu IUD, vasektomi dan tubektomi. IUD dilarang karenacara pemasangannya harus dengan melihat aurat besar wanita, sedangkan sterilisasi dilarang karena mematikan fungsi reproduksi dan dilakukan dengan cara merusak organ tubuh suami atau isteri. Cara kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam adalah pil, suntik, kondom, senggama terputus, salep, diafragma, dan pantang berkala (cara-cara yang termasuk katagori jenis kontrasepsi kurang efektif menurut BKKBN). Di kalangan agama lain boleh dikatakan tidak ada larangan yang tegas dalam hal pemakaian jenis kontrasepsi yang dimasyarakatkan oleh program KB, kecuali Katolik. Agama Katolik pada dasarnya hanya membolehkan pantang berkala berdasarkan Humanaevitae yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaanya di Indonesia, MAWI memberikan kelonggaran, sehingga pemeluk Katolik dapat memakai kontrasepsi modern berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu (Rifai, 1990). Ditinjau dari segi agama, tidak ada satu agama pun di Indonesia yang secara pasti menolak program KB, meskipun pada awalnya banyak keraguan akan hukum agama dari program ini. Namun, pada saat ini beberapa agama telah mendukung program ini. Berikut pandangan empat agama besar di Indonesia tentang program KB : a. Agama Islam
Universitas Sumatera Utara
Pandangan para ulama di Indonesia tentang KB pada umumnya menyetujui atau sekurang-kurangnya tidak menentang. Bahkan pada masa Nabi Muhammad SAW telah dikenal metode kontrasepsi alamiah yang dikenal dengan nama azl atau coitus interuptus yang disebut juga dengan senggama terputus. Namun, beberapa pemikir Islam meragukan hukum ber-KB, karena menyamakan program ini dengan larangan membunuh bayi. Pembunuhan bayi sama sekali tidak sama dengan memakai alat kontrasepsi, karena pembunuhan bayi adalah pembunuhan nyata dari anak yang telah lahir sedangkan memakai alat kontrasepsi adalah mencegah terjadinya pembuahan. Oleh karena itu aborsi sebagai metode KB dilarang di Indonesia dan cara KB lainnya diperbolehkan (Ebrahim, 1997 dalam Riski, 2010).Metode kontap sebagai salah satu alat KB juga diperdebatkan oleh para ulama Islam, karena sifatnya yang permanen dan menganggap cara ini sama dengan pengebirian yang dilarang dalam hukum Islam. Namun
belakangan
metode
ini
akhirnya
diperbolehkan
dengan
pertimbangan bila metode KB lain memang tidak sesuai dan alasan kesehatan dari PUS itu sendiri (Riski, 2010). b. Agama Kristen Pandangan agama Kristen, dalam hal ini Katolik, pada dasarnya menyetujui program KB dengan batasan-batasan yang telah ditentukan di antaranya adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Masalah KB misalnya : jenis kontrasepsi yang dipakai, jumlah anak yang diinginkan, dan lain-lain ditentukan oleh suami istri sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain termasuk pemerintah. 2. Penentuan tentang keikutsertaan ber-KB harus disepakati bersama antara suami istri. 3. Dalam konsili disebutkan bahwa cara-cara KB yang dilarang adalah pengguguran (aborsi) dan pembunuhan bayi. Selain itu cara coitus interuptus dan sterilisasi baik yang permanen maupun tidak juga dilarang. 4. Cara ber-KB yang dianjurkan oleh gereja adalah pantang berkala. Mengenai cara ini ensiklik hummanae menolak semua cara ber-KB selain pantang berkala. 5. Bila cara pantang berkala telah dicoba dan mengalami kesulitan atau membahayakan kesehatan, maka suami istri dapat meminta nasehat kepadaimam sebagai Bapak rohani untuk menentukan jalan keluar yang tepat (BKKBN, 1980 dalam Riski, 2010). c. Agama Hindu Pandangan agama Hindu terhadap program KB sangat positif bahkan cenderung mendukung karena program ini dianggap sejalan dengan ajaran agama Hindu. Alat kontrasepsi tercipta dari ilmu pengetahuan, dan ilmu yang dipergunakan untuk kesejahteraan manusia, akan disetujui oleh Hindu Dharma dan tidak akan ditentang. Bahkan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan alat kontrasepsi diatur agar sesuai dengan desa/tempat, kala/waktu,dan patra/keadaan (BKKBN, 1980 dalam Riski, 2010).
d. Agama Budha Agama Budha menyetujui program KB dan penggunaan metode kontrasepsi apabila : 1. Metode kontrasepsi tidak mengandung unsur-unsur pembunuhan. 2. Kontrasepsi dilakukan atas dasar saling pengertian antara suami istri dengan maksud memberikan kesempatan mendidik, merawat, dan mempersiapkan diri buat kehidupan anak-anak yang sudah ada. 3. Tidak ada unsur-unsur melarikan diri dari tanggung jawab. 4. Semua tindakan ber-KB dilakukan atas dasar bimbingan dan pengawasan para ahli yang bersangkutan (BKKBN, 1980 dalam Riski, 2010). 2.5.4
Penghasilan Keluarga Penghasilan keluarga sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat
kontrasepsi karena salah satu yang menjadi pertimbangannya adalah biaya. Menurut Azwar (1996), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi, bagi yang berstatus ekonomi tinggi akan semakin mudah dalam memilih pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya. Sciortino (1999) dalam buku Menuju Kesehatan Madani mengemukakan bahwa pasien dari tingkat sosial – ekonomi dan pendidikan yang lebih tinggi,
Universitas Sumatera Utara
lebih mendukung tindakan biomedis. Sementara pasien dari tingkat ekonomi yang lebih rendah, lebih memilih pengobatan tradisional.
2.5.5
Pelayan Kesehatan Nurannisa (2009) dalam Meilani dkk (2010) menuliskan bahwa program
KB untuk mensejahterakan bangsa bukan tugas pemerintah saja, tetapi seluruh elemen masyarakat, akademisi, agamawan, dan lain-lain. Secara formal semua sektor sosial diharapkan ikut berpartisipasi dalam program KB, namun pada kenyataannya sektor kesehatanlah yang banyak terlibat. Pembagian kerja antara Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan staf puskesmas dibagi sedemikian rupa. Para PLKB biasanya merekrut akseptor – akseptor dan memberikan
penyuluhan
kepada
mereka,
sedangkan
tenaga
puskesmas
memberikan bantuan medis. Meskipun terdapat kebijakan bahwa puskesmas juga bertugas melaksanakan program pendidikan KB, tetapi pada prakteknya kegiatan ini jarang dilakukan dan puskesmas hanya berfungsi dalam melakukan semua tindakan teknis – medis. Lebih jauh lagi partisipasi puskesmas dalam program KB hanya terbatas pada penyediaan jam konsultasi khusus setiap minggu untuk melayani calon – calon akseptor (Sciortino, 1999). Masyarakat juga memiliki kendala dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan. Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan Pemerintah antara lain disebabkan oleh letaknya yang jauh, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsif, dan lain - lain (Notoatmodjo, 2005).
Universitas Sumatera Utara