1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komunikasi Menurut buku Desain Komunikasi Visual Terpadu karya Yongky Safanayong Kata komunikasi (communication) berasal dari bahasa Latin ”communis” yang berarti ”common” : umum: bersama. Beberapa pengertian komunikasi : - Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi antara dua pihak. - Komunikasi adalah suatu kegiatan yang terjadi antara dua pihak untuk mendapatkan Pengertian yang sama mengenai hal yang sama. - Komunikasi adalah suatu network, atau jaringan sistem-sistem pertukaran tanda, isyarat serta lambang yang punya arti, yang terjadi didalam suatu masyarakat dalam pemasaran, komunikasi sebagai suatu proses yang mana individu-individu sama mengartikan dan membentuk pemikiran secara umum (commonness) atau perorangan (oneness). - Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada yang lain. - Komunikasi adalah pertukaran informasi, ide, sikap, pikiran, atau pendapat - Komunikasi adalah kegiatan mendorong orang lain untuk menafsirkan suatu ide dengan cara yang diinginkan oleh si pengirim pesan.
2
- Komunikasi adalah penyampaian informasi atau pesan diantara dua orang atau lebih - Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih melalui suatu sistem tanda, simbol, isyarat dan perilaku yang sudah lazim. - Komunikasi adalah esensi dan dasar dari hal-hal persuasi, perubahan sikap dan tingkah laku serta sosialisasi melalui transmisi informasi.1
2.1.2. Pengertian Desain Secara Visual Menurut
buku
Desain
Komunikasi Visual
Terpadu
karya
Yongky
Safanayong. Desain adalah suatu displin atau mata pelajaran yang tidak hanya mencakup eksplorasi visual, tetapi terkait dan mencakup pula dengan aspek-aspek seperti kultural-sosial, filosofis, teknis dan bisnis.2 Aktivitasnya termasuk dalam desain grafis, desain industri, arsitektur, desain interior, desain produk dan profesi-profesi lainnya. Desain dua dimensi terutama desain grafis, bersumber pada studi antropologi kebudayaan, komunikasi, sejarah, psikologi, sosiologi bahkan ilmu pendidikan. Misalnya studi psikologi yang mempelajari bagaimana kita mengerti dan memahami bahwa pesan-pesan dapat memberi informasi yang dapat digunakan bagi masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda, informasi yang sama dapat dikomunikasikan dalam berbagai cara yang berbeda, metoda yang paling efektif adalah tergantung publik sasaran dan keterkaitannya.
1 2
Ibid Yongky Safanayong, Desain Komunikasi Visual Terpadu, 2006
3
Desain dalam pengembangan spirit kreatifitas juga mempelajari suatu yang bersifat abstrak, seperti sastra, musik dan filosofi. Hal-hal tersebut membantu kita untuk mengerti, menghadapi, atau mengungkapkan misteri kehidupan. Kegiatan desain merupakan proses pemecahan masalah, metoda kreatifitas dan evaluasi bentuk interdisplin dengan bidang-bidang lain.
2.1.3. Proses Visual Menurut buku Desain Komunikasi Visual Terpadu karya Yongky Safanayong, berkenaan dengan visual, aspek-aspek yang telah diteliti dan dilakukan oleh saintis (psikolog dan filosofer) dan praktisi (artis, desainer, dan arsitek) adalah sebagai berikut : 1. Proses visual tahapannya : - untuk merasakan - untuk menseleksi - untuk memahami Merasakan + penseleksian + pemahaman = penglihatan Proses visual menurut Aldous Huxley : 1. Tahap pertama untuk melihat dengan jelas adalah sense, sense berarti membiarkan cukup cahaya masuk ke mata agar dapat melihat obyek-obyek sekeliling. Sensing tergantung juga pada fungsi mata secara sempurna. Jelasnya, mata yang tak berfungsi akan menghambat sensing. Sensing sebagai kamera tanpa film, tak ada proses mental image dalam tahap persepsi visual ini.
4
2. Tahap kedua, Huxley menseleksi suatu unsur tertentu dari bidang visi, menseleksi berarti mengisolasikan dan melihat bagian tertentu suatu adegan dari bidang luas sensing, bahwa mengisolasi itu adalah hasil kombinasi pencahayaan dan fokus mata dengan fungsi otak dengan tingkat tinggi. Dengan kata lain, seleksi adalah suatu tindakan intelektual, seleksi berarti lebih dari melihat dan mulai proses pengelompokan obyek-obyek sebagai merusak, membantu, dikenal, tak dikenal bermakna, atau membingungkan. Seleksi mengisolasi suatu obyek dan menyorot dalam area paling tajam dimata, daerah fovea centralis di retina. Dengan menseleksi obyek secara individual, kita memakai mata untuk memfokus aktifitas mental pada satu obyek kecil yang terpisah dari yang lain. 3. Tahap akhir teori visual Huxley adalah pemahaman (to preceive), yaitu kita harus mengerti apa yang diseleksi, untuk memproses suatu image secara mental pada kesadaran yang lebih mendalam, artinya konsentrasi pada subyek dengan maksud mencari makna dan tidak sekedar observasi.3 Proses tersebut memerlukan aktifitas mental yang lebih tajam. Pengalaman yang lalu dengan pesan visual yang spesifik adalah kunci untuk melihat secara jelas dan jernih. Dengan proses mental unsur tetrtentu dapat diisolasi, menganalisa pesan visual untuk mencari makna gambar. Bila gambar menjadi bermakna, maka akan menjadi bagian dari daya ingat jangka panjang kita.
2.2. Pengertian Desain Interior 3
Ibid
5
Menurut Buku Desain Interior Untuk Arsitek dan Desainer Karya Pramuji Suptandar, Pengertian Desain Interior sangat luas, menyangkut berbagai macam aspek, teknik, ekonomi, sosial, budaya dan dalam bentuknya mencerminkan kehidupan manusia karena didalamnya terkandung pemikiran-pemikiran dan konsepsi-konsepsi dari masa lalu, saat sekarang dan masa yang akan datang. Kedudukan Interior Desain sebagai ilmu merupakan bagian dari Architectural Science, sebagai akibat dari perkembangan yang pesat dalam bidang Teknologi, Ilmu Pengetahuan dan Seni secara menyeluruh. Peranannya semakin jelas, dengan eratnya hubungan antara manusia dengan arsitektur lebih-lebih pada abad ke-20 ini yaitu dengan diciptakannya perlengkapan-perlengkapan dan peralatan-peralatan baru untuk kebutuhan hidup manusia sehingga mempengaruhi secara langsung akan arah dan perkembangan disiplin Interior Desain. Interior Desain adalah karya seni yang mengungkapkan dengan jelas dan tepat, akan tata kehidupan manusia dari suatu masa melalui media ruang.4
2.2.1 Pengertian Estetika Ruang Estetika Ruang adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan sebuah ruang. Misalnya apa arti indah ?. Apakah yang menumbuhkan rasa indah itu ? Apa yang menyebabkan barang yang satu dirasakan indah dan yang lain tidak ? Apakah yang indah itu terletak pada barang atau benda yang indah itu sendiri ? 4
Pramuji Suptandar, Desain Interior Untuk Arsitek dan Desain, 2005
6
Pertanyaan-pertanyaan yang demikian telah merangsang manusia untuk berfikir dan selanjutnya mengadakan penyelidikan dan penelitian. Makin hari makin banyak orang yang terdorong untuk memikirkan hal-hal mengenai keindahan. Ilmu estetika sebenarnya baru bisa berkembang lebih maju setelah terjadi perkembangan pesat di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18 dalam segala bidang ilmu pengetahuan(science). Ilmu estetika dapat memperoleh manfaat dari penggunaan hasil-hasil penyelidikan dari perkembangan ilmu yang ada.
2.2.2. Unsur-unsur Estetika Menurut Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain karya Dra. Artini Kusmiati, ada beberapa unsur-unsur estetika sebagai berikut :5 A. Unsur Titik (point) Pengertian Titik hendaknya tidak diartikan sebatas pada gambaran bagian yang terkecil dari suatu benda, tapi harus diberi pengertian yang lebih besar, seperti halnya bola yang kemudian diangkat menjadi kubah dalam karya arsitektur. Penerapan elemen titik dalam disain interior menjadi sangat penting, karena mampu menjelaskan bahwa sumber cahaya juga berupa titik-titik yaitu lampu. Titik juga dijadikan sebagai pusat perhatian dalam susunan tata kota, yaitu dalam bentuk tugu yang ditempatkan di persimpangan jalan. Dalam ilmu sosial, istilah titik dijadikan sebagai subyek yang lebih abstrak dan tegas, berupa pengertian akan suatu makna
5
Artini Kusmiati, Dimensi Estetika pada karya Arsitektur dan disain, 2004
7
misalnya titik pandang. Disadarkan oleh pentingnya peranan titik guna meningkatkan citra keindahan, maka lahirlah aliran Pointilisme yang dipelopori oleh Seurat. Titik adalah elemen penting dalam bahasan teori keindahan, oleh karena titik memiliki karakter yang cukup dominan diantara unsur-unsur keindahan lainnya. Unsur titik pada suatu dataran atau di alam jagad raya menunjukkan posisi atau letak suatu benda dalam konteks yang lebih luas.6 Rupa titik tidak memiliki dimensi panjang, lebar, luas, atau kedalaman, dan sebagai elemen primer, fungsinya sangat netral. Titik juga bisa terjadi dari berbagai proyeksi suatu garis lurus yang berdiri tegak. Misalnya titik-titik yang merupakan proyeksi dari kolom, tiang, obelisk atau monumen yang berdiri tegak dan berkesan sombong, anggun, atau tangguh. Titik sebagai elemen keindahan, dalam dimensi yang lebih besar bisa berupa bola, gelembung atau balon yang berkesan padat maupun hampa, sehingga sering dijadikan elemen perancangan opleh para arsitek dan desainer. Bangunan-bangunan yang mengambil elemen titik sebagai unsur keindahan sebagai dasar dari suatu bentuk, antara lain bangunan Epidouros di Yunani, menara Pisa di Italia, monumen Newton dan masih banyak lagi.7 Titik berukuran besar disebut lingkaran, memiliki titik sentral yang bisa mengikat kesatuan dan kesinambungan, sedang bentuknya sangat dinamis seolaholah dipindahkan. Aplikasi titik dalam karya disain dan arsitektur bisa untuk aksentuasi suatu susunan. Agar obyek mudah terlihat dan dinyatakan dengan teknik
6
Ibid
8
rendering akan terbentuk tekstur yang bisa memberi kesan kekasaran atau kehalusan suatu permukaan benda. Titik sebagai elemen keindahan bersifat universal karena semua kebudayaan di muka bumi ini memiliki pengertian yang sama terhadap peranan titik (universal culture). Elemen titik pada arsitektur diberi proporsi yang dominan serta dijadikan sebagai aksen, dan bila dinyatakan dengan warna akan memberi kesan tersendiri karena mengandung nila-nilai simbolis dan psikologis. Elemen titik, mengandung nilai yang mampu memberi estetik murni yang dapat menumbuhkan rasa ketenangan dan keindahan. B. Unsur Garis (line) Menurut Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain karya Dra. Artini Kusmiati, garis secara konseptual tersusun dari sederet titik-titik yang ribuan jumlahnya dan dalam wujudnya, garis memiliki potensi sebagai media gagasan dari seseorang untuk dimengerti oleh orang lain.8 Peranan unsur garis dalam perancangan arsitektur dan disain sangat menentukan keberhasilan proyek karena dimulai dari prarencana terus dikembangkan untuk menyatakan obyek yang dimaksud, lengkap dengan sifat karakter dan tujuan obyek. Dengan menyatukan berbagai macam goresan, unsur garis juga bisa menyatakan suasana gembira, tegang, ramah, kacau atau harmonis. Garis yang
8
Ibid
9
dipadukan dengan titik dapat membentuk tekstur yaitu gambaran dari sifat suatu permukaan, seperti kasar, tajam, halus, mengkilap dan mengesankan. Posisi garis bisa dibedakan menjadi garis datar, garis tegak, garis miring, garis patah-patah yang masing-masing memiliki karakter yang berbeda. Begitu pula bentuk garis bisa dibedakan menjadi busur lingkaran, garis lengkung, garis gelombang dan ikal. Dalam dimensi, unsur garis memiliki sifat 2 dan 3 dimensional yang masingmasing memiliki karakter tipis, tebal dan kuat. Aplikasi garis pada bidang bisa membentuk suasana meninggi, mendatar dan menyilang. Untuk mendapatkan efek seperti yang dikehendaki, maka Fay Jones (1997) mengklarifikasi garis dalam beberapa kategori, yaitu : 1. Garis Tegak Lurus (Vertical Lines) Garis tegak lurus cenderung memberi kesan meninggi, kuat dan tegas, yang banyak digunakan untuk bagian luar gedung berupa tiang-tiang dan kolom yang berdiri tegak agar menimbulkan kesan kuat dan kokoh, kecuali itu juga untuk lebih mempertegas kesan kesabaran dan keagungan gedung. Pada interior, garis vertikal digunakan lewat pola wallpaper atau bahan lain yang vertikal guna mempertegas fungsi tiang, atau vertical blind, yang berdiri lurus, guna mendapatkan kesan tinggi pada ruangan yang secara fisik berkesan rendah. 2. Garis Mendatar (Horizonta Lines) Garis horizontal bisa membangun citra atau kesan bersuasana rileks atau istirahat, yang penuh ketenangan, kedamaian, tetapi juga bisa menimbulkan kesan menegangkan. Sifat seperti yang terakhir sering dijumpai pada cornice ambalan
10
furniture serta bentuk bangunan yang memanjang. Seperti halnya The Falling Water karya Frank Lloyd Wright. Bangunan ini dikenal sebagai horizontal architecture yang mengesankan keheningan dan kedamaian. 3. Garis Menyilang (Diagonal Lines) Garis menyilang memberi kesan penuh gerak atau dinamis, di ibaratkan mengandung tenaga yang bisa menggetarkan karena gerakan momen yang ditimbulkan, tetapi juga bisa menimbulkan kesan kekacauan atau menghentikan sesuatu yang tengah berlangsung seperti yang kita lihat pada tanda palang lintasan kereta api. 4. Garis Lengkung (Curved Lines) Garis lengkung banyak dimanfaatkan pada karya-karya seni murni, sketsa tata ruang maupun bangunan, terutama pada kesenian timur (oriental art) untuk menimbulkan kesan keagungan dan kelembutan, seperti Taj Mahal di India, bangunan-bangunan di Timur Tengah serta kuil-kuil Jepang, Cina dan Thailand. Garis-garis tegak mendatar, menyilang dan melengkung memberi karakter psikologis dan fisik, sehingga dijadikan sebagai dasar konsep tatanan interior rumah beserta lingkungannya. Garis merupakan sarana paling efektif untuk mengabstraksi obyek, menjadi suatu rupa dasar atau suatu gambar yang mengandung beribu makna, untuk kemudian
dimanfaatkan
mengagumkan.9 C. Unsur Bidang 9
Ibid
sebaik
mungkin,
selain
obyek
dari
karya
yang
11
Menurut Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain karya Dra. Artini Kusmiati, Bidang terjadi dari sekian banyak garis yang tersusun secara berderet dalam posisi berjajar. Bentuk suatu bidang memiliki karakter yang beraneka ragam, tergantung dari letak, arah, garis, dimensi dan irama. Bidang tebal terkesan kokoh, padat dan kuat, sedangkan bidang yang tipis tampak rapuh melayang dan ringan. Elemen fisik suatu interior juga ditentukan oleh bidang-bidang yang membatasinya berupa dinding, lantai, dan langit-langit.10 Pada hakekatnya bidang memiliki dua dimensi yaitu panjang dan lebar. Apabila beberapa bidang disusun saling berpotongan melalui suatu titik atau garis, maka wujud baru yang terbentuk akan memiliki tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi, yang bisa menimbulkan kesadaran rasa ruang. Segi keindahan bidang bisa didekati melalui unsur skala, proporsi, warna, tekstur, cahaya serta bentuk yang melatarbelakanginya. Bidang tipis memanjang terkesan rapuh dan lemah. Apabila bidang tersebut diberi beban maka akan melentur, sehingga perlu diberi penyangga atau penopang. Bidang tipis bergelombang bagaikan ombak akan memberi kesan hidup, penuh gerak dinamis. Apabila bidang berukuran tebal maka akan terasa menekan dan mengandung kekuatan besar. Sifat permukaan bidang bisa bermacam-macam halus, rata, bergigi, mengkilap atau kasar. Masing-masing sifat tersebut akan menimbulkan reaksi dan visi yang berbeda-beda pula. Dalam disain interior, kehadiran unsur bidang akan
10
Ibid
12
ditemukan sebagai partisi, penutup lantai, karpet, dinding atau bentuk-bentuk lain yang berfungsi sebagai alas permukaan suatu bentuk. Rupa dasar memiliki sifat dua dan tiga dimensional, bahkan bisa empat dimensional. Dimensi empat adalah waktu, yaitu waktu (dimension) yang dibutuhkan oleh manusia dalam mengamati suatu rupa. Rupa dengan dua dimensi berupa permukaan yang bersifat datar, hanya berukuran panjang dan lebar dengan kata lain disebut ”Bidang”. Bidang dapat terjadi dari pertemuan garis dalam berbagai kondisi, bisa berbentuk geometris, organis, bersudut teratur atau tidak teratur, berbentuk bebas atau bentuk alami. Apabila bidang atau rupa dasar dari dua dimensi dipertemukan dengan bidang lain, akan terwujud rupa tiga dimensional yang disebut ”Bentuk” memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi. Pada masa itu rumus tersebut sangat diyakini keampuhannya, sehingga banyak filosofi antara lain Seising, Gustav Theodore dan Fechner meyakininya sebagai kunci yang tidak boleh diubah. Bahkan merupakan hukum alam yang berlaku untuk segala jenis bentuk alam dan kesenian (nature and art) seperti misalnya gedung, gunung, gereja, piramida, mobil, kapal, bahkan juga bentuk jendela, pintu dan buku. Bila dianalisa dengan baik, maka terlihat bahwa karya tersebut menganut hukum proporsi ”Golden Section” Kecuali pemakaian Golden Section sebagai dasar penilaian keindahan suatu bentuk, juga terdapat rumusan penilailan lain yang disebut Distorsi. Distorsi yang dimaksud adalah penyimpangan dari norma-norma yang berlaku umum atau
13
ketidaksesuaian dengan bentuk yang ada di alam semesta. Contohnya dapat dilihat pada karya-karya agung seperti Aphrodite dari Melos, Loro Jonggrang dari Prambanan, dimana wajah-wajah digambarkan dengan begitu sempurna.11 Pengertian suatu bentuk selalu berkaitan dengan volume atau isi, yang mengikuti bentuk luarnya seperti bola, piramida, kubus dan silinder. Apabila isi dari bentuk tersebut sangat padat, maka dikatakan benda padat (solid), jika terbuka di bagian atasnya disebut berongga (volid). Sedangkan semua bentuk yang padat disebut massa (mass). Bagian yang terjadi di antara dua massa disebut rongga atau bentuk ruang (space). Sebagai contoh suatu bentuk ruang bila didalamnya dipadati bendabenda, maka ruang tersebut akan menjadi lebih sempit, sehingga akan memperkecil ruang gerak (symbiotic relationship). D. Unsur Bentuk Menurut Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain karya Dra. Artini Kusmiati, yang dimaksud dengan unsur bentuk (form) adalah suatu wujud yang terjadi sebagai hasil perpaduan dari beberapa bidang (space). Bentuk suatu benda bisa didapat langsung dari alam atau dari hasil karya manusia, yaitu seniman, arsitek dan desainer melalui cita rasa visual. Dengan mengamati bentuk suatu obyek akan tampak bagian-bagian dari bentuk tersebut, baik berdiri sendiri maupun yang terdiri dari gabungan beberapa unsur yang bisa disusun secara sistematis. Secara acak, wujud
11
Ibid
14
bisa tersusun secara simetris, asimetris, dua dimensi, tiga dimensi, bahkan empat dimensi yaitu dengan dimasukkannya unsur-unsur waktu atau tempo.12 Menganalisa bentuk-bentuk simbolik, jauh lebih sukar, karena untuk menerangkan dibutuhkan hipotesa psikologis dan pengalaman emosional. Bentuk abstrak ditentukan oleh sifat garis luar (contour) yang ditunjukkan oleh bidang yang dibentuk oleh garis-garis formal. Apabila bidang yang semula berdimensi dua kemudian memiliki ketebalan, akan menjadi tiga dimensional sehingga terbentuklah dalam imajinasi suatu bentuk (massa) yang lebih konkrit. Unsur bidang yang dikembangkan menjadi wujud atau suatu bentuk dibedakan dalam 3 (tiga) kategori dasar, yaitu : 1. Bentuk-bentuk persegi sebagai bidang yang sangat dominan dalam khasanah dan disain, karena bisa menimbulkan ras ketakutan dan stabilitas, sehingga mudah disiapkan menjadi media yang bisa diolah lebih lanjut. Tetapi apabila susunannya diulang-ulang, akan sangat monoton dan membosankan. 2. Bentuk segi tiga memiliki tiga bidang sisi, seperti halnya berlian dengan sekian banyak bidang yang saling bersinggungan secara diagonal sehingga mampu mempesona. 3. Bentuk kurva bisa berupa lingkaran, kerucut, silinder, atau tabung merupakan bentuk yang banyak dijumpai alam. Bentuk badan kita juga termasuk yang menyerupai kurva; wujud dari bentuk tersebut bersifat tetap (constant) menyatu dan menyenangkan, sehingga paling banyak ditiru dan diterapkan dalam disain 12
Ibid
15
dan arsitektur. Ketiga kategori bentuk dasar yaitu segi empat, segi tiga dan kurva bila dipadukan akan mampu mewujudkan sejuta bentuk baru yang masing-masing akan memiliki karakter yang mengagumkan dan indah. Secara visual keindahan wujud dari suatu bentuk bisa dianalisa secara rasional menggunakan unsur-unsur yang ditampilkannya, antara lain sifat permukaan (texture), ukuran atau dimensi (size), warna (colour), posisi (position), orientasi (orientation), kesan penampilan (visual performances), dan sifat yang terlihat (visual properties). Kecuali unsur-unsur tersebut diatas, keindahan suatu bentuk juga tergantung pada sudut penglihatan (the angle of view), jarak penglihatan, ketajaman cahaya, kondisi lingkungan sekitar atau bidang yang melatarbelakangi (back ground).13 E. Unsur Tekstur (Texture) Menurut Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain karya Dra. Artini Kusmiati, Tekstur adalah gambaran mengenai sifat permukaan suatu benda yang dapat menimbulkan kesan-kesan tertentu, seperti kasar, halus, licin, mengkilap atau buram (dof, matte). Kesan-kesan tersebut diperoleh melalui kepekaan panca indera seseoran, terutama indera peraba yang terdapat di ujung-ujung jari, permukaan kulit serta indera penglihatan mata (the sense of touch and sight). Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dua jenis tekstur, yaitu tactile texture dan visual texture. Yang dimaksud dengan tactile texture adalah tekstur nyata yang ada di alam sekitar, seperti tekstur wol, sutra, kayu atau bulu kucing. Tekstur jenis ini dapat 13
Ibid
16
diraba atau dipandang secara fisik, serta dilihat atau diamati dengan indera penglihatan. Sedangkan visual texture cenderung merupakan tekstur buatan manusia. Tekstur jenis ini ada yang bisa diraba, ada juga yang cukup hanya dilihat saja, guna mendapatkan kesan melalui indera rasa. Sebagai contoh dapat disebutkan tekstur kain beludru (velvet) atau wallpaper. Tactile texture dapat dikategorikan sebagai visual texture juga, sehingga tekstur bisa dikata memiliki dua atau tiga dimensi.14 Adapun faktor utama yang mempengaruhi timbulnya kesan yang berbeda disebabkan oleh ukuran, tekstur, skala, jarak pandang mata terhadap permukaan benda, serta arah cahaya yang meneranginya. Semakin kecil dan lembut skalanya, maka akan semakin rata atau licin, kesan yang diperoleh dari tekstur tersebut. Pada umunya, secara visual tekstur cenderung akan mengisi ruang (space) dimana dia digunakan atau berada. F. Unsur Pola (Pattern) Menurut Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain karya Dra. Artini Kusmiati, Pola dengan tekstur merupakan elemen disain yang memiliki hubungan yang sangat erat. Pola hiasan pada permukaan yang bersifat dekoratif selalu dibuat dengan mendasarkan pada teknik pengulangan (repetition) suatu motif. Motif atau hiasan terjadi dari susunan elemen titik, garisan, bidang. Bentuk dan warna yang berdimensi dua. Adapun pengulangan motif akan membentuk susunan yang indah, lazim dikenal sebagai pola atau pattern. Fungsi pola pada permukaan karya disain ataupun arsitektur dimaksudkan untuk mendukung serta 14
Ibid
17
mempertegas keindahan. Oleh karena itu dalam menentukan pola yang akan digunakan pada suatu permukaan, perlu memperhatikan bentuk dasar dari karya yang di disain. G. Unsur Warna Menurut Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain karya Dra. Artini Kusmiati, Penerapan unsur warna pada karya arsitektur dan disain mengandung arti penting, karena dalam kehidupan manusia unsur warna sering digunakan sebagai simbol, atau media ungkapan rasa yang berhasil menyalurkan pemenuhan hakekat emosional. Warna merah secara emosional merupakan ungkapan kebenaran, semangat yang menyala dan kemarahan, sedang warna hitam, merupakan ekspresi yang meyatakan kesedihan, kesusahan atau kedukaan. Sejarah kelahiran teori warna diawali dengan teori fisika, kemudian disempurnakan secara kimiawi dengan memanfaatkan sifat-sifat alami dari bahan. Sampai saat ini belum ada rumus atau formulasi yang baku untuk penentuan kombinai warna yang bisa menjamin keindahan suatu obyek. Pemecahannya sangat intuitif, sehingga teori warna ciptaan Goethe, Runge, Bezold dan lain-lain dalam pelaksanaannya sering mengalami kegagalan.15 Dari
teori
Munsell
kita
bisa
mengenal
kombinasi
warna
seperti
monokromatik, komplementer (kontras), analogus, triadic, tetrad dan sifat-sifat warna yang disebut value, shade, tint dan chroma. Warna adalah bahasa seni dan disain. 15
Ibid
18
Penggunaannya tidak sebatas pada orientasi fungsi semata, tetapi juga perlu memperhatikan segi-segi teknik dan komunikasi. Fungsi utama dari warna dalam karya perancangan dimaksud untuk : 1. Meningkatkan kualitas atau memberi nilai tambah 2. Sebagai media komunikasi yang memiliki makna, untuk penyalur pesan, informasi 3. Untuk lebih menjelaskan suatu masalah karena warna memiliki daya tarik khusus 4. Membantu membangun citra keagungan, karena warna memiliki sifat yang kuat dalam membentuk kesan dan kewibawaan 5. Berfungsi untuk menutupi kelemahan atau kekurangan permukaan suatu bentuk atau benda yang dianggap kurang menarik. Akan menjadikan obyek tampak lebih hidup, karena tertolong oleh lapisan warna yang mempesona. H. Unsur Cahaya Menurut Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain karya Dra. Artini Kusmiati, Sumber cahaya bisa dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu pertama, cahaya yang berasal dari alam: matahari, bulan, serta bintang-bintang. Dan yang kedua, cahaya buatan manusia: berupa hasil pembakaran lilin, listrik dan api.16 Dalam teknik pencahayaan buatan dikenal 3 (tiga) sistem, yaitu penerangan umum (general atau ambient lighting), penerangan setempat (task lighting) dan penerangan aksen (accent atau mood lighting). Dua sistem yang pertama lebih bersifat fungsional, sedangkan yang terakhir bersifat menciptakan kesan dramatis.
16
Ibid
19
Penggunaan ketiga sistem tersebut dimaksud untuk mempertegas fungsi, menciptakan suasana atau citra sebagai berikut; Pertama, penerangan umum (general lighting system) akan berpengaruh pada suasana ruang. Ruang dengan pencahayaan umum yang terang benderang berkesan lebih luas, mencerminkan suasana aktif. Sedangkan pencahayaan remang-remang akan membuat ruang terkesan intim dan romantis, tetapi terasa sempit. Kedua, pemilihan bentuk dan jenis lampu (lighting fixture) menentukan aksentuasi dan citra suatu ruangan. Perlu diketahui bahwa setiap periode sejarah mempunyai lampu dengan bentuk dan gaya yang khas. Ketiga, sistem pencahayaan aksen, digunakan untuk bagian-bagian tertentu dari suatu ruangan guna lebih mempertegas suasana (mood) didalam ruang. Ketiga jenis sistem pencahayaan tersebut dalam perancangan perlu diatur secara bervariasi guna menghindari kesan monoton dan membosankan, antara lain dengan cara memilih beberapa jenis bentuk lampu (lighting fixture) yang berbeda, ada yang menyorot ke atas, ke bawah, dan juga berbagai arah. Dalam dunia perdagangan atau toko kata ”lampu” merupakan istilah untuk menyatakan ”sumber cahaya” yaitu ”lampu pijar” yang hakekatnya bisa dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu : 1. Incandescent Lamp atau lampu pijar Sumber cahaya jenis ini menghasilkan cahaya berwarna kekuning-kuningan. Warna cahaya ini bisa menampilkan warna kulit yang terkesan sehat. Cahaya lampu pijar terasa lebih panas jika dibandingkan dengan jenis lampu TL. Masa hidupnya (life
20
time) lebih pendek, tetapi daya listrik yang digunakan lebih besar. Jenis lampu ini cocok dipakai untuk ruang makan, ruang keluarga, ruang tidur, ruang berhias dan kamar mandi, mengingat warna cahaya kesannya bagus pada kulit. 2. Flourescent Lamp atau lampu TL (Tube Light) Terdapat 3 (tiga) keuntungan yang diperoleh dari lampu jenis ini, yaitu : a. Cahaya yang dihasilkan bersifat sejuk, karena cahayanya berwarna putih dan panas yang dikeluarkan relatif sedikit b. Masa hidupnya bisa sampai sepuluh kali umur lampu pijar c. Relatif lebih ekonomis, karena setiap unit menghasillkan penerangan yang 34 kali lebih banyak daripada lampu pijar. Cahaya yang dihasilkan cenderung berwarna biru-kehijauan, sehingga warna kulit menjadi terlihat pucat dan tidak wajar17
2.3.
Rancangan Ruang Display
2.3.1 Pengertian Rancangan Ruang Display Rancangan Ruang Display adalah proses pengembangan dari konsep penyelesaian perabot dan perlengkapan dalam interior sebuah bangunan dan ruang yang ditampilkan oleh subtansi. Berbeda dengan lukisan dan patung yang merupakan perwujudan pandangan dan khayalan seniman pribadi. Karya rancang memenuhi kebutuhan praktis. Sebuah karya cetak misalnya yang terpampang di depan umum, menyampaikan sebuah 17
Ibid
21
pesan. Karena itu sebuah karya rancang harus mampu memenuhi kebutuhan penggunanya.
2.3.2 Pengertian Ruang Display Ruang Display adalah ruang yang ditampilkan oleh subtansi. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung. Agar display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan Display yang baik adalah bila display tersebut menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.18
2.4.
PENGERTIAN MUSEUM
Menurut Buku Petunjuk Museum Wayang dan Sejarah, 1994 a. Kata museum berasal dari kata Yunani, museion, yang berarti tempat pemujaan muse, yaitu sembilan dewi yang dijadikan lambang sebagai ilmu pengetahuan dan kesenian
18
www.google.com
22
b. Suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, dan memamerkan untuk tujuan penelitian19
2.4.1. Pengertian Wayang Menurut Buku Petunjuk Museum Wayang dan Sejarah, 1994 kata wayang berarti pertunjukan. Wayang pada awalnya berfungsi sebagai alat yang berhubungan dengan roh leluhur atau nenek moyang. Orang yang menjadi perantara disebut Dalang.20 Sejalan dengan perputaran waktu akhirnya permainan bayang-bayang yang mempergunakan alat berupa boneka ini mengalami perkembangan makna / fungsi sebagai : hiburan, sarana pendidikan / ajaran moral / norma kehidupan beragama, dan sebagai media informasi
2.4.2. Pengertian Museum Wayang Menuru Buku Petunjuk Museum Wayang dan Sejarah Tahun 1994, Museum Wayang adalah museum yang sebelumnya bangunan gereja tua yang didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama ”de oude Hollandsche Kerk” sampai tahun 1732 yang berfungsi sebagai tempat \untuk peribadatan penduduk sipil dan tentara bangsa belanda yang tinggal di batavia.
19 20
Buku Petunjuk Museum Wayang dan Sejarah, 1994 Ibid
23
2.4.3. Pengertian Ruang Wayang Masterpiece Menuru Buku Petunjuk Museum Wayang dan Sejarah Tahun 1994, Ruang Wayang Masterpiece yaitu wayang yang dianggap masterpiece atau yang dianggap paling sejarah dan dituakan. Di ruangan ini ada beberapa display yaitu Wayang Golek Elung Bandung, Blencong, Wayang Golek (Purwa Bandung Adipati Karna), Wayang Kulit Revolusi, Wayang Kulit Tejokusuman, Wayang Kulit Purwa Ngabean, Wayang Kulit Kyai Intan, Topeng Klono Surakarta. Ukuran display ini yaitu 1,5 – 1,80 meter.21
2.4.4. Penataan dan Pencahayaan Museum 2.4.4.1. Konsep Penataan dan Pencahayaan Museum Telah diketahui museum didefinisikan sebagai suatu tempat penting bagi pelestarian benda budaya dan alam yang dijadikan koleksi, dirawat, dijaga dan disajikan bagi kepentingan umat manusia sekarang dan masa yang akan datang. Dengan demikian, salah satu tugas pengelola museum antara lain menyajikan koleksi yang dimiliki, berupa warisan budaya yang memiliki sifat unik dan tidak dapat digantikan. Agar dapat menarik pengunjung untuk 21
Ibid
24
datang, maka tidak salah jika museum dibuat semenarik mungkin sehingga tidak ada kesan bahwa museum itu gudang.
Untuk membuat penyajian yang menarik, harus memiliki konsep apa yang ingin disajikan serta pendekatan apa yang akan digunakan, karena merupakan titik awal dalam membuat alur cerita yang akan dinikmati pengunjung saat berkeliling. Selain itu dibutuhkan pula kemampuan menerjemahkan apa yang menjadi konsep untuk diterapkan di dalam ruang 3 dimensi. Sehingga konsep yang tadinya hanya ada di kepala dapat diterima oleh masyarakat luas.
Sebagai contoh adalah keadaan yang terjadi di Museum Wayang Jakarta sekarang. Museum Wayang Jakarta pada awal berdirinya merupakan gereja tua yang didirikan oleh Belanda dan sekarang menjadi tempat penyimpanan benda-benda kuno dan sistem penyajian koleksi merupakan warisan dari zaman Belanda dan belum ada perubahan yang mendasar.
Di Museum Wayang Jakarta mengoleksi berbagai macam jenis wayang dari berbagai belahan dunia. Bukan hanya wayang saja yang ditampilkan, di Museum Wayang Jakarta juga terdapat koleksi boneka dan topeng dari berbagai mancanegara. Dan karya yang paling baik yang ada di Museum Wayang Jakarta yaitu Wayang Masterpiece yang menampilkan beberapa display wayang dan topeng yang dianggap paling tua dan baik.
25
Seiring dengan perkembangan waktu pendekatan yang terlalu banyak ini ternyata tidak dapat lagi dipertahankan, karena terlalu banyak fokus yang diambil,
sehingga
tujuan
semula
yang
ingin
memberikan
informasi kepada pengunjung malah tidak sampai. Pengunjung memang memperhatikan koleksi yang dipajang, tapi nuansa yang ada di balik objek itu tidak tersampaikan, dengan kata lain koleksi tidak mampu bercerita apa sebenarnya yang ada dibelakang koleksi ini. Disamping itu pula karena koleksi di dalam museum harus menyesuaikan dengan ruangan yang ada, maka ruangan museum
terasa
penuh
dan desain
tata
pameran
juga
terlihat mengabaikan nilai-nilai estetikanya. Maka berdasarkan hal tersebut, dengan adanya pembangunan gedung baru, konsep penataan pameran tetap Museum Wayang Jakarta mulai dirubah. Hal ini karena Museum Wayang Jakarta ingin sekali pengunjung yang datang akan pulang membawa informasi yang diperoleh. Lalu diputuskan konsep penataan yang dipilih adalah konsep tematik, yaitu semua koleksi yang di display memiliki alur cerita yang sejalan dengan pendekatan yang telah disepakati. Pendekatan yang dipakai dalam hal ini adalah ekologi budaya, yaitu di dalam kehidupan masyarakat senantiasa terdapat unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal yang disebut sebagai inti budaya yang terdiri dari masyarakat sosial, kehidupan politik dan pola kepercayaan yang selalu terikat dengan kegiatan mata pencaharian dan susunan kehidupan ekonominya. Unsur-unsur yang bersifat universal tersebut akan menampakkan evolusi yang sejajar dengan berbagai
26
kebudayaan. Disamping inti budaya terdapat juga unsur-unsur sekunder seperti teknologi, sistem pengetahuan dan kesenian yang juga menampakkan perkembangan yang khas. Alur cerita dibuat sesuai dengan perkembangan yang
terjadi
pada
masyarakat. Dengan
mengikuti alur
perjalanan,
maka pengunjung seperti dituntun untuk melihat hubungan dan perkembangan tersebut selama perjalanannya mengelilingi museum.
Dengan
menata
koleksi
sedemikian
rupa, pengunjung
diajak
menjelajahi dimensi waktu masa lalu, melihat dinamika kehidupan manusia dan hasil karyanya guna memahami kehidupan sosial dan sejarahnya, serta untuk memperoleh pengetahuan dan pelajaran yang baru mengenai sejarah peradaban.22
2.4.4.2. Tata Letak Lampu Ketentuan-ketentuan yang sudah harus dimiliki sebelum merancang tata letak lampu adalah sebagai berikut: 1. jenis ruangan, misalnya ruang tamu, ruang kerja, pertokoan. 2. Denah, potongan ruangan skala 1:100, untuk detail 1:50. 3. Bahan dan warna dari plafon, dinding, lantai. 4. Bahan dan warna barang yang dikerjakan.
22
Hari Untoro, Penataan dan Pencahayaan Museum, 2004
27
Untuk ruangan pabrik harus diketahui tata letak mesin dan jalannya produksi.23 2.4.4.3. Pencahayaan Pencahayaan matahari adalah proses lengkap dalam mendesain bangunan untuk memanfaatkan cahaya alami secara maksimal. -
Penempatan bangunan yaitu, mengorientasikan bangunan untuk memperoleh cahaya matahari secara optimal.
-
Pembentukan masa bangunan yaitu, menampilkan permukaan bangunan yang secara optimum menghadap ke arah matahari.
-
Memilih bukaan bangunan yang memungkinkan jumlah cahaya yang cukup masuk ke dalam bangunan, dengan memperhitungkan siklus matahari, musim, dan cuaca.
-
Melindungi fasade dan bukaan bangunan dari radiasi matahari yang tidak diinginkan.
-
Menambahkan peralatan pelindung yang tepat dan dapat diatur, seperti kerai atau tirai, untuk memungkinkan penghuni bangunan untuk mengontrol cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan.
-
Mendesain
control
pencahayaan
lampu
listrik
yang
memungkinkan
penghematan energy dengan memanfaatkan cahaya matahari pada siang hari.24
23
Christian Darmasetiawan dan Lestari Puspakesuma, Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu, PT. Gramedia Jakarta, 1991.
28
2.4.4.4. -
Penataan Koleksi di Ruang Pamer
Setelah konsep alur cerita disepakati, langkah berikutnya adalah membuat konsep tersebut menjadi nyata, yaitu melalui penerapan tiga dimensi dalam ruang pamer. Disini dituntut peranan maksimal dari desainer penata pameran sehingga mampu membuat pegunjung terkesan dan informasi yang ingin diberikan sampai pada pengunjung. Kurator membuat bagaimana koleksi memiliki nilai sense of knowledge yang tinggi, namun desainer yang harus mampu menerjemahkan menjadi sense of visual.
-
Koleksi ditata sesuai dengan alur cerita, dapat ditempatkan di dalam vitrin atau diluar vitrin dengan memperhatikan nilai-nilai estetika dan juga faktor keamanan
koleksi
dan
konservasi
koleksi. Faktor
keamanan antara
lain menjaga agar koleksi tidak tercuri dengan menempatkan kamera di berbagai
sudut
serta
menjaga
dari
bahaya
kebakaran
dengan
menempatkan alarm, smoke detector (detektor asap) dan alat pemadam kebakaran. Pertimbangan yaitu menjaga
kondisi
kaidah
konservasi
lingkungan dengan
juga
harus
diperhatikan,
mengontrol
temperatur,
kelembaban dan cahaya dalam vitrin dan ruang pamer.25 -
Sebagai
pendukung,
disekitar
koleksi harus
diberi
label yang
menceritakan latar belakang koleksi. Pembuatan label juga bukan perkara
24 25
Mark Karlen dan James Benya, Dasar-dasar Desain Pencahayaan. Penerbit Erlangga. 2004 Dunia Konservasi Museum
29
yang mudah. Label harus dibuat ringkas dan padat, sehingga dalam waktu singkat pengunjung dapat mengambil intisari dari koleksi tersebut dan pulang dengan membawa informasi. -
Hal
penting
lain
yang
harus
diperhatikan
dalam
penataan adalah
cahaya. Karena dengan adanya cahaya yang jatuh menimpa koleksi dapat menimbulkan apresiasi bentuk dan warna koleksi yang lebih mendalam serta menjadikan koleksi lebih menarik. Disamping itu dengan adanya cahaya, label lebih mudah terbaca terutama untuk pengunjung yang berusia tua.
-
Namun perlu ditekankan, cahaya yang digunakan jangan sampai merusak koleksi. Hal ini karena dari beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan pada koleksi, kerusakan akibat cahaya adalah yang paling parah. Berdasarkan pernyataan ini, sepertinya terdapat pertentangan antara penyajian yang menarik dengan kaidah konservasi koleksi. Untuk mengatasinya harus dicari jalan tengah diantaranya sehingga keduanya dapat berjalan seiringan.26
2.5. TEORI DESAIN 2.5.1 Unsur Rupa Menurut buku Beberapa Asas Merancang Dwimatra, karya Wong Wicius. Kita menggambar pada kertas dengan menggunakan garis yang tampak, sebagai 26
Ibid
30
perwujudan konsep garis. Garis yang tampak itu tidak hanya mempunyai panjang, melainkan lebar juga. Warna dan bariknya ditentukan oleh bahan yang dipakai dan oleh cara bahan itu digunakan. Jadi jika unsur yang berupa konsep menjelma sebagai wujud yang terlihat, wujud itu mempunyai raut, ukuran, warna dan barik. Unsur rupa merupakan segi rancang yang paling utama betul-betul dapat dilihat. •
Raut : segala benda yang dapat dilihat memiliki raut sebagai penampilan diri yang paling utama dari benda itu.
•
Ukuran : semua raut memiliki ukuran. Ukuran itu nisbi jika kita berbicara tentang besar dan kecil, tetapi juga dapat diukur dengan pasti.
•
Warna : sebuah raut yang ada dalalm ruang dibedakan dari sekelilingnya oleh warna. Warna disini digunakan dalam arti yang luas, tidak hanya meliputi semua spektrum, tetapi mencakup semua warna netral( hitam, putih, dan deret kelabu), dan segala radam nada dan ronanya. •
Barik : barik ialah kaifiat permukaan raut. Permukaan dapat
polos atau berkurai, licin, atau kasap , dan dapat memukau indera raba.