BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Harga Saham Pasar modal pada dasarnya merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) dengan cara melakukan investasi dalam surat berharga yang diturunkan oleh perusahaan dan pihak yang membutuhkan dana (entities) dengan cara menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai perusahaan. Harga saham adalah realisasi harga saham penutupan tahunan, harga saham ini dipandang layak untuk mewakili pencerminan kinerja perusahaan dalam satu periode laporan tahuanan. Harga
pasar
saham
adalah
nilai
saham
yang
terjadi
akibat
diperjualbelikannya saham tersebut. Adapun penentuan harga jual saham yang diperdagangkan di pasar perdana ditentukan oleh emiten (issuing firm) dan penjamin emisi (underwriter). Jadi harga jual merupakan kesepakatan kedua belah pihak (harga yang terbentuk merupakan (negotiated price). Selain metode tersebut, terdapat cara lain untuk menentukan harga jual saham di pasar perdana, yaitu melalui competitive bidding. Dalam hal ini penerbit saham akan memilih underwriter yang menawarkan harga tertinggi atau membebankan biaya terendah, cateris paribus.
Universitas Sumatera Utara
Nilai dari suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas 3 (tiga) jenis yaitu (Ang, 1997) : 1. Par Value (Nilai Nominal) Par value disebut juga stated value atau face value, bahasa Indonesianya disebut nilai nominal atau nilai pari. Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. 2. Base Price (Harga Dasar) Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten. 3. Market Price (Harga Pasar) Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupnya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.
2.1.2 Teori Random Walk Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruhan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi gerakan di masa akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1959) menyatakan bahwa perubahan harga saham tidak tergantung satu sama lain dan mempunyai distribusi probabilitas yang sama. Dengan kata lain, teori ini
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan tidak dapat diperkirakan. Jadi tidak mungkin seorang investor dapat memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung risiko lebih. Hal ini juga memberikan arti bahwa selisih antara harga pada periode tertentu dengan harga pada periode yang lainnya bersifat acak. Selisih tersebut merupakan price return saham, yang dalam jangka waktu tertentu memenuhi persyaratan bahwa rata-ratanya adalah nol. Artinya volatilitas saham tidak akan mempunyai trend yang signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama.
2.1.3 Analisis Saham Perkiraan harga saham perusahaan di masa yang akan datang dalam penentuan keputusan investasi terdapat 2 (dua) macam analisis yaitu (Astuti, 2006): 1. Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi pada masa yang lalu. Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Informasi yang digunakan adalah kondisi perdagangan saham, fluktuasi kurs, volume transaksi perdagangan yang terjadi di pasar modal. 2. Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan mengharapkan hubungan-hubungan variabel tersebut sehingga memperoleh taksiran harga saham.
2.1.4 Pengertian Dividen Dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Menurut Halim (2007:16) ”dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang diperoleh perusahaan”. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen maka semua pemegang saham biasa mendapatkan hak yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen (Jogiyanto,1998:58). Widoadmodjo (1996) juga menyatakan bahwa dividen adalah saham secara tunai untuk setiap lembarnya (dividend per share). Sedangkan dividen saham (stock dividend) merupakan dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk saham, yang diperhitungkan untuk setiap lembar sahamnya. Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dapat dibagi dalam beberapa jenis deviden. Dividen yang paling disukai oleh para pemegang saham adalah dividen tunai atau dividen kas.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Jenis-Jenis Dividen Menurut (Darmadji, 2006) dividen dapat terbagi dalam beberapa jenis yaitu: 1. Dividen tunai (cash dividen), yaitu dividen tunai yang mengacu pada deviden yang diberikan emiten kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. 2. Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah. 3. Dividen property (property dividen), yaitu pembagian kepada pemegang saham yang dapat dibayar dengan aktiva selain kas. 4. Dividen likuidasi (liquidation dividen), yaitu dividen yang diberikan kepada
pemegang saham sebagai dilikuidasikannya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi asset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya. 5. Dividen Utang/Scrip Dividends, yaitu timbul apabila laba tidak dibagi itu
saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Oleh karena itu pimpinan dalam suatu perusahaan akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu diwaktu yang akan datang (Baridwan, 2004).
2.1.6 Kebijakan Deviden Menurut Sartono (2001: 281) ”kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di
Universitas Sumatera Utara
masa datang”. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Kebijakan dividen adalah suatu kebijakan perusahaan sehubungan dengan membayar pendapatan sebagai dividen dibandingkan mempertahankan mereka untuk reinvestasi di perusahaan (Mgbame, 2011). Ini adalah pembagian keuntungan antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali dalam perusahaan. Dengan demikian kebijakan deviden merupakan bagian penting dari jangka panjang strategi perusahaan pembiayaan.
2.1.6.1 Teori Kebijakan Deviden Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2001) : 1. Teori irelevansi dividen (dividend irrelevance theory) Bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dan resiko bisnisnya. Dengan kata lain, bahwa nilai dari sebuah perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya, bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi dividen dan saldo laba ditahan. Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen
Universitas Sumatera Utara
sebuah perusahaan tidak memiliki pengaruh baik terhadap harga saham maupun biaya modalnya. 2. Teori burung di tangan (bird-in-the-hand theory) Menurut Keown (2000;611) kepercayaan bahwa pendapatan dividen mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor dari pada pendapatan modal. Sedangkan menurut (Litner, 1962) mengemukakan bahwa para pemegang saham lebih suka kalau keuntungan dibagikan dalam bentuk dividen dari pada retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran dividen merupakan penerimaan yang pasti dibanding dengan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Teori inilah yang kemudian disebut sebagai bird in the hand theory. 3. Tax preference theory Apabila dividen dikenai pajak dengan jumlah yang lebih tinggi dari pada pajak atas capital gains, pemodal menginginkan agar dividen tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Menurut (Atmaja, 1994) faktor yang mempengaruhi dalam menentukan kebijakan dividen, antara lain : 1.
Perjanjian Hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen.
2.
Pembatasan dari Saham Preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
3.
Tersedianya Kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
4.
Pengendalian, Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibatnya dividen yang dibayarkan kecil.
5.
Kebutuhan Dana untuk Investasi, Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan.
6.
Fluktuasi Laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga.
2.1.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Kebijakan dividen yang diambil perusahaan, sangat bergantung pada berbagai faktor yang terjadi, baik itu yang terjadi di dalam perusahaan maupun yang terjadi di luar perusahaan. Menurut Sartono (2001:292-295), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen ada lima yaitu: 1.
Kebutuhan dana perusahaan Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.
2.
Likuiditas perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 3.
Kemampuan meminjam Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula.
4.
Keadaan pemegang saham Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.
5.
Stabilitas dividen Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi. Menurut (Twaijry, 2008) faktor penentu paling penting dalam strategi
dividen adalah : (1). Pola dividen masa lalu, (2). Stabilitas pendapatan, (3). Laba saat ini dan masa yang akan datang.
2.1.7 Politik Dividen yang Stabil Menurut Riyanto (1980:211) banyak perusahaan yang menjalankan politik dividen yang stabil, artinya jumlah dividend per share yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar setiap tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang atau untuk beberapa tahun kemudian apabila
Universitas Sumatera Utara
pendapatan perusahaan meningkat dan relatif permanen, barulah besarnya dividen per share saham dinaikkan. Menurut
(Horne
dan
Wachowicz,
2007)
ada
tiga
faktor
yang
mempengaruhi perusahaan melakukan pembayaran dividen yang stabil : 1. Kandungan Informasi. Ketika laba jatuh dan perusahaan tidak memotong dividennya pasar mungkin akan lebih yakin pada saham perusahaan daripada jika dividen tiba-tiba dikurangi. 2. Keinginan untuk mendapatkan penghasilan. Pada investor yang menginginkan penghasilan periodik tertentu lebih menyukai perusahaan yang dimiliki dividen stabil, walaupun kedua perusahaan tersebut mungkin memiliki pola laba dan pembayaran dividen jangka panjang yang sama. 3. Pertimbangan Institusional. Dividen yang stabil mungkin menguntungkan dari sisi hukum untuk memungkinkan para investor institusi tertentu membeli saham biasa.
2.1.8 Prosedur Pembayaran Dividen Menurut (Birgham dan Houston, 2001) prosedur pembagian dividen adalah sebagai berikut : 1. Tanggal pengumuman (declaration date), adalah tanggal pada saaat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen. 2. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder-of-record date), adalah jika perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, pemegang saham tersebut berhak menerima dividen.
Universitas Sumatera Utara
3. Tanggal ex-dividen (ex-dividend date), adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham. 4. Tanggal pembayaran (payment date), adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen.
2.1.9 Manfaat Analisis Laporan Keuangan Menurut (David, 2009) Manfaat analisis laporan keuangan yaitu : 1. Keputusan Investasi, adalah alokasi dan realokasi modal dan sumber daya untuk berbagai proyek, produk, asset, dan divisi sebuah organisasi. 2. Keputusan Pembiayaan, adalah menentukan struktur modal terbaik untuk perusahaan dan meliputi usaha mencermati berbagai metode yang biasa digunakan perusahaan untuk mengumpulkan modal. 3. Keputusan Dividen, adalah menentukan jumlah dana yang ditahan perusahaan dibandingan dengan jumlah yang dibayarkan kepada pemegang saham.
2.1.10 Analisis Rasio Keuangan Kinerja keuangan emiten berpengaruh terhadap kinerja pasar modal. Dalam hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor terhadap saham suatu perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik perusahaan sehingga sangat berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan pengembangan usaha perusahaan. Pemegang saham
Universitas Sumatera Utara
menginginkan dana yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan. Akan tetapi pemegang saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pihak investor membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan apakah mereka akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Dalam menentukan apakah seorang investor akan melakukan transaksi di pasar modal, maka ia akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang dimilikinya, termasuk di antaranya informasi akuntansi (Hijriah, 2007) Dalam mengadakan interpretasi dan analisis dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa keuangan memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio” (Riyanto,1980). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan (Munawir, 2004) Menurut (Ang, 1997), rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
No.
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Rasio Keuangan Jenis-Jenis Rasio Current Ratio (CR)
1
Likuidity Ratio
Quick Ratio/ Acid Test Ratio (QR) Net Working Capital (NWC) Debt Ratio (DR) Debt to Equity Ratio (DER)
2
Leverage
Times Interest Earned (TIE) Long Term Debt to Equity Ratio Cash Flow Ratio Inventory Turnover (IT) Average Collection Period (ACP)
3
Activity Ratio
Fixed Assets Turnover (FAT) Total Assets Turnover (TAT) Day Sales in Inventory Account Receivable Turnover Gross Profit Margin (GPM) Operating Return on Assets (OROA)
4
Profitability Ratio
Net Profit Margin (NPM) Return on Assets (ROA) Return on Equity (ROE) Operating Ratio (OR) Price to Earning Ratio (PER) Earning Per Share (EPS) Dividend Yeield (DY)
5
Market Ratio
Dividend Payout Ratio (DPR) Dividend Per Share (DPS) Book Value Per Share (BVS) Price to Book Value (PBV)
Sumber : Ang, (1997)
Universitas Sumatera Utara
Rasio keuangan yang akan digunakan untuk mepredikasi saham dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR), Return on Equity (ROE), Dividend Payout Ratio (DPR), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM),dan Devidend Per Share (DPS). 2.2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Harga Saham 2.2.1 Current Ratio (CR) Current ratio merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas (liquidity ratio) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (curent assets) dengan hutang/ kewajiban lancar (current liability). Current ratio yan tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban financial jangka pendeknya. Akan tetapi current ratio yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba (rentabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran. Semakin besar current ratio yang dimiliki perusahaan dapat meningkatkan harga saham karena menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga kinerja perusahaan. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut (Prihantini, 2009).
2.2.2 Return on Equity (ROE) ROE merupakan rasio profitabilitas atau yang lebih dikenal dengan rentabilitas modal sendiri, yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba ditahan dan
Universitas Sumatera Utara
cadangan lain yang dikumpulkan perusahaan. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin
efisien
perusahaan
dalam
menggunakan
modal
sendiri
untuk
menghasilkan laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Keterkaitan antara return on equity (ROE) dengan harga saham dikemukakan oleh Higgins (1990: 59) menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positif antara ROE dan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan nilai buku (book value) saham perusahaan. Jadi antara ROE dengan harga saham mempunyai hubungan positif, dimana ROE yang tinggi cenderung meningkatkan harga saham.
2.2.3 Devidend Payout Ratio (DPR) Dividend Payout Ratio adalah rasio yang berkaitan dengan jumlah dividen yang dibagikan terhadap laba setelah pajak. Terdapat dua pendapat yaitu pertama bahwa semakin banyak dividen yang dibayarkan maka akan mengakibatkan Dividen Payout Ratio akan meningkat, dengan meningkatnya dividen maka akan meningkatnya harga saham perusahaan. Kedua semakin banyak dividen yang dibayarkan maka akan mengakibatkan Dividend Payout Ratio akan meningkat, dengan meningkatnya dividen maka akan menurunkan harga saham perusahaan (Deitiana, 2011). Litzenberger dan Ramaswamy
(1979) berpendapat bahwa
semakin kecil dividen yang dibayarkan maka akan memaksimumkan nilai perusahaan. Dengan demikian ada pengaruh antara Deviden Payout Ratio dengan Harga Saham.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Earning Per Share (EPS) Pendapatan per lembar saham (earning per share) merupakan total keuntungan yang diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya. Total keuntungan tersebut diukur dari rasio antar laba bersih setelah pajak (earning taxEAT) terhadap jumlah lembar saham yang beredar. Laba bersih yang diperhitungkan tersebut setelah dikurangi dengan dividen untuk para pemegang saham minoritas (preffered stock). Apabila Earnings per Share (EPS) perusahaan tinggi maka akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Dharmastuti, 2004).
2.2.5. Debt to Equity Ratio (DER) Kemampuan perusahaan didalam membayar utang yang didanai oleh modal sendiri dapat diukur dengan menggunakan DER. DER merupakan bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Riyanto,1980). Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen), juga menyebabkan berkurangnya minat investor terhadap saham perusahaan karena tingkat pengembaliannya semakin kecil. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik saham yang ditawarkan di Pasar Modal. Semakin baik kinerja perusahaan, maka daya tarik saham perusahaan tersebut semakin tinggi, karena saham tersebut memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
Jika permintaan investor terhadap saham perusahaan cukup besar, maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan harga saham (Hijriah, 2007).
2.2.6 Net Profit Margin (NPM) Menurut Darsono (2005) Net Profit Margin adalah Laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besar laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Nathanael (2008) menyatakan bahwa Net Profit Margin (NPM) perusahaan yang meningkat akan menyebabkan harga saham meningkat pula.
2.2.7. Pertumbuhan Penjualan Peningkatan penjualan menghasilkan peningkatan kebutuhan modal kerja, yang dapat mempengaruhi pembayaran dividen (Sujata dkk, 2010). Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Pertumbuhan penjualan yang tinggi, maka akan mencerminkan
Universitas Sumatera Utara
pendapatan meningkat sehingga harga saham cenderung meningkat (Deitiana, 2011). 2.2.8. Ukuran Perusahaan Suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal maka berarti fleksibilitas lebih besar dan kemampuan untuk mendapatkan dana dalam jangka pendek. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan. Makin besar ukuran sebuah perusahaan yang dapat dilihat dari total assets perusahaan maka harga saham perusahaan akan semakin tinggi, sedangkan jika ukuran perusahaan kecil maka harga saham perusahaan tersebut akan semakin rendah (Solfida, 2008). 2.2.9 Dividend Per Share (DPS) Dividend Per Share
adalah perbandingan antara total dividen dengan
jumlah saham yang beredar. Dividen per share perusahaan ditentukan oleh kemampuan dalam memenuhi seluruh kewajibannya (Tranggono, 2007). Pada umumnya perusahaan tidak bersedia mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan dan meningkatkan dividen apabila peningkatan itu dapat dipertahankan untuk tahun-tahun selanjutnya. Dividen yang stabil akan memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Semakin besar DPS diharapkan harga saham semakin meningkat.
2.3 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian Deitiana (2011) dengan judul Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan Dividen terhadap Harga Saham dengan hasil penelitiannya adalah secara simultan Return on Equity berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan Current Ratio, Pertumbuhan Penjualan, Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian Sofilda (2008) dengan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Karakteristik Kepemilikan Terhadap Harga Saham LQ-45 Pada Bursa Efek Jakarta dengan hasil penelitiannya adalah secara simultan ketujuh variabel tersebut yaitu Ukuran Perusahaan, Price Earning Ratio,Sales Growth, Dividend Yield, Earning Per Share, Return on Equity, Return on Asset berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian
Nainggolan
(2008)
dengan
judul
Pengaruh
Variabel
Fundamental terhadap Harga Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitiannya adalah secara parsial hanya BVS yang berpengaruh terhadap harga saham sedangkan secara simultan variabel ROA, ROE, DER, BVS tidak berpengaruh harga saham. Sedangkan penelitian Rinati (2008) dengan judul Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang tercantum dalam Indeks LQ45 dengan
hasil
penelitiannya adalah secara parsial hanya Return on Assets (ROA) yang berpengaruh terhadap harga saham dan secara simultan Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham. Berikut Tabel 2.2 mengenai Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) No 1.
Nama Peneliti Deitiana (2011)
Judul Penelitian Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan Dividen terhadap Harga Saham
Variabel Variabel Dependen: Harga Saham Variabel Independen: Return on Equity, Current Ratio, Pertumbuhan Penjualan, Dividend Payout Ratio
Variabel Dependen: Harga Saham Independen: Ukuran Perusahaan, Price Earning Ratio,Sales Growth, Dividend Yield, Earning Per Share,Return on Equity,Return on Assets Variabel Dependen: Harga Saham Variabel Independen: Return on Asset, Return on Equity, Debt Equity Ratio, Book Value.
2.
Sofilda (2008)
Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Karakteristik Kepemilikan Terhadap Harga Saham LQ-45 Pada Bursa Efek Indonesia
3.
Nainggolan (2008)
Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.
Rinati (2008)
Pengaruh Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercantum LQ45 Sumber : Hasil Penelitian Terdahulu
Variabel Dependen: Harga Saham Variabel Independen: Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity
Hasil Penelitian Secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap harga saham, Secara parsial ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Namun Current Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan Pertumbuhan Penjualan dan Dividend Payout Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Secara simultan ketujuh variabel tersebut yaitu Price Earning Ratio,Sales Growth, Dividend Yield, Earning Per Share,Return on Equity,Return on Asset berpengaruh terhadap harga saham. Secara parsial hanya BVS yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham sedangkan DER dan ROE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Secara Simultan tidak ada variabel yang berpengaruh terhadap harga saham. Secara parsial Return on Assets mempengaruhi harga saham. Secara Simultan Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity mempengaruhi harga saham.
Universitas Sumatera Utara