BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap
perusahaan
perlu
menyediakan
modal
kerja
untuk
membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya. Sejumlah dana yang dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang dagangan tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian uang atau dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidupnya perusahaan ( Djarwanto, 2001: 85). Defenisi mengenai modal kerja yaitu : 1) Modal kerja adalah selisih lebih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar 2) Modal kerja adalah aktiva lancar (Tunggal, 2000: 90) Sedangkan pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja dibagi menjadi tiga macam yaitu ( Kasmir, 2008 : 250) :
Universitas Sumatera Utara
a)
b)
c)
Konsep kuantitatif, Konsep kantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital ). Kelemahan konsep ini adalah pertama, tidak mencerminkan tingkat likuditas perusahaan dan kedua, konsep ini tidak mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh hutang jangka panjang atau hutang jangka pendek atau pemilik modal. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menjamin margin of safety bagi perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan belum terjamin. Konsep kualitatif Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar (net working capital ). Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditor kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor. Konsep fungsional Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian. Efisiensi menurut
Drucker dalam Trisnawati (2005:7) “
mengerjakan pekerjaan yang benar (doing things right)”. Efisiensi bertujuan untuk meminimalkan biaya-biaya dalam proses operasional perusahaan. Efisiensi modal kerja berarti ukuran seberapa baik suatu perusahaan menggunakan modal kerja yang dimilikinya dengan meminimalkan biaya-biaya yang digunakan dalam operasional prusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Jenis – Jenis Modal Kerja Taylor dalam Sawir (2005 : 132) menyatakan modal kerja dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1) Modal kerja permanen (permanent working capital) Modal kerja permanen merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja harus terus menerus dierlukan untuk kelancaran usaha 2) Modal kerja variabel (variable working capital) Modal kerja variable merupakan jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. 2.1.3 Sumber – Sumber Modal Kerja Kebutuhan akan modal kerja mutlak disediakan perusahaan dalam bentuk apapun. Oleh itu, untuk memenuhi bebutuhan tersebut diperlukan sumber-sumber modal kerja yang dapat dicari dari berbagai sumber yang tersedia. Namun, dalam pemilihan sumber modal perlu diperhatikan untung ruginya sumber modal tersebut. Pertimbangan ini perlu dilakukan agar tidak menjadi beban perusahaan ke depan atau akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Sumber modal kerja menurut Tunggal (2000:104) meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Operasi rutin perusahaan 2) Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga 3) Penjualan aktiva tetap, penanaman jangka panjang / aktiva tak lancar dan lain-lain 4) Pengembalian pajak dan keuntungan luar biasa lainnya 5) Penerimaan yang diperoleh dari penjualan obligasi saham dan penyetoran dana oleh para pemilik perusahaan 6) Penerimaan pinjaman jangka panjang dan jangka pendek yang diperoleh dari bank atau pihak lain 7) Pinjaman yang dijamin dengan hipotek atas aktiva tetap atau aktiva tak lancar
Universitas Sumatera Utara
8) Penjualan piutang dengan jalan penjualan biasa/dengan factoring (penjualan dengan cara penjualan faktur, pemberian kredit, diserahkan pada lembaga keuangan) 9) Kredit perdagangan (kredit biasa, promes,wesel) 2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja harus segera memperhatikan faktor-faktor tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja yaitu (Djarwanto, 2001:89): 1) Sifat umum atau tipe perusahaan, modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa relative rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Proporsi modal kerja dari total aktiva pada perusahaan jasa relatif kecil. Berbeda dengan perusahaan industri, investasi dalam aktiva lancar cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relatif rendah. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. 2) Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos perunit/ harga beli per unit barang itu. Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai dengan barang-barang tersebut dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja. 3) Syarat pembelian dan penjualan
Universitas Sumatera Utara
Syarat kredit pembelian barang dagangan akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat pembelian kredit yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan. Sebaliknya jika pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan akan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar. Disamping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang dagangan. Semakin lunak kredit yang diberikan kepada pelanggan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang. 4) Tingkat perputaran persediaan Semakin sering persediaan diganti, maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. 5) Tingkat perputaran piutang Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Bila piutang terkumpul daln jangka waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah. 6) Pengaruh konjungtur (business cycle) Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan cenderung membeli barang-barang lebih banyak memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Memperbesar tingkat persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak 7) Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek.Menurunnya nilai riil dibanding harga buku dari suratsurat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja. Bila resiko ini semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi hutang jangka pendek. 8) Pengaruh musim Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulanbulan menjelang puncak penjualan 9) Credit rating dari perusahaan Jumlah kredit modal kerja dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas yang tergantung pada credit rating dari perusahaan, perputaran persediaan dan piutang serta kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Penggunaan Modal Kerja Penggunaan dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari kenaikan aktiva dan penurunan pasiva. Secara umum dikatakan bahwa penggunaan modal kerja biasa digunakan untuk : a) Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya, untuk menunjang penjualan. b) Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan yang akan digunakan untuk proses produksi atau untuk dijual kembali. c) Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga d) Pembentukan dana yang merupakan pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya pembentukan dana pensiun, dana ekspansi, atau dana pelunasan obligasi. Pembentukan dana ini akan mengubah bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap. e) Pembelian aktiva tetap ( tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-lain) f) Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang) g) Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi h) Penggunaan lainnya (Kasmir, 2008 : 258) Untuk
menguji
efisiensi
penggunaan
modal
kerja
dapat
menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni rasio antara penjualan dengan modal kerja (Djarwanto, 2001: 140). Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Tunggal (2000:165) yang menyebutkan bahwa “ untuk menguji efisiensi dari pemanfaatan modal kerja, perputaran modal kerja ditetapkan berdasarkan perbandingan yang terdapat antara jumlah penjualan dengan jumlah modal kerja”. Rasio perputaran modal kerja (working capital turnover) menunjukkan jumlah penjualan yang dapat diperoleh dari setiap rupiah modal kerja. Formulasi dari working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang atau dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran piutang yang tinggi. Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan banyaknya hutang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan piutang dapat diubah menjadi uang kas . 2.2 Likuiditas Perusahaan Analisis
keuangan
yang
berkaitan
dengan
kemampuan
perusahaan untuk membayar utang atau kewajiban dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan peusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun didalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannnya pada saat ditagih ( Sawir, 2001 : 31). Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menilai posisi likuiditas perusahaan yang paling umum yaitu rasio
Universitas Sumatera Utara
lancar (Current Ratio). Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Ketepatan current ratio menurut tunggal (2000:155) tergantung dari banyak faktor, yaitu sebagai berikut : a. Syarat kredit yang diterima dari pemasok disbanding dengan syarat kredit yang diberika oleh perusahaan pada para pembeli b. Waktu yang diperlukan untuk menagih piutang c. Perputaran persediaan d. Ciri-ciri program keuangan perusahaan e. Musim tahun yang bersangkutan f. Situasi konjungtur g. Lamanya siklus modal kerja h. Apakah perusahaan itu sedang diperluaskan/ diperkecilkan. Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat digunakan sebagai berikut: x 100% Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio rendah, dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik. Artinya dengan hasil rasio tersebut, perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Profitabilitas Secara umum, profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan/ rasio profiabilitas. Menurut
Kasmir (2008:196) “ rasio
profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan komponen yang ada pada laporan keuangan. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi manajemen. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu: a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri e. Untuk menilai produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan dengan modal sendiri f. Untuk tujuan lain (Kasmir, 2008:197) Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan yaitu: 1.
Profit margin (profit margin on sales)
2.
Return on investment (ROI)
3.
Return on equity (ROE)
4.
Laba per lembar saham
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, jenis rasio yang digunakan yaitu return on nvestment (ROI). Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Return On Investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Sebutan lain untuk ROI adalah “Net Operating profit Rate Of Return” atau “Operating Earning Power” (Munawir, 2004: 89). Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya
posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikian pula sebaliknya. Formulasi return on investment (ROI) yaitu : x 100% Semakin besar nilai Return On Invesment maka akan semakin baik, karena dengan demikian berarti perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi dengan menggunakan total asset yang dimilikinya. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan pengaruh variable modal kerja terhadap variable tingkat likuiditas, adapun tinjauan terdahulu tersebut dapat diuraikan melalui table berikut ini :
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti
1
Indri Yuliafitri (2005)
2
Natalia Sonata (2009)
3
Nurhayati (2010)
Judul Pengaruh efektifitas Modal Kerja dan Operating Asset Turnover Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Tecatat Di Bursa Efek Jakarta
Variable Yang Digunakan Variabel independen : modal kerja dan operating asset turnover Variable dependen : Rentabilitas
Hasil Penelitian
Efektifitas modal kerja dan operating asset tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas pada sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di bursa efek Jakarta Analisis Pengaruh Variabel Secara parsial, Efektifivitas Modal Independen : efektivitas modal Kerja Dan Operating Modal Kerja kerja tidak Asset Terhadap Tingkat dan berpengaruh Rentabilitas Pada Operating terhadap tingkat Perusahaan Manufaktur Asset rentabilitas Sektor Industri Barang Variabel sedangkan Konsumsi Yang Dependen: operating asset Terdaftar di Bursa Efek Rentabilitas berpengaruh Indonesia terhadap tingkat rentabilitas. Secara simultan kedua variable tersebut berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas Pengaruh Perputaran Variabel Perputaran Modal Kerja Terhadap Independen: modal kerja Profitabilitas Pada Perputaran berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
modal kerja Variabel Dependen : profitabilitas
terhadap profitabilitas
C. Kerangka Konseptual Modal kerja dapat terus berputar sejalan dengan aktivitas operasi perusahaan sehari-hari, oleh karena itu diperlukan adanya suatu pengendalian terhadap sumber dan penggunaan modal kerja yang dibuat dalam bentuk suatu laporan perubahan modal kerja. Pengawasan terhadap sumber dan penggunaan modal kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan yang ingin mempertahankan kontinuitas perusahaan. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid” artinya perusahaan tersebut memiliki alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Perusahaan yang hanya mencari keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas pada akhirnya perusahaan tersebut akan mengalami “illukuid” apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Menurut Van Horn (1997: 224) “ jika perusahaan mengetahui dengan pasti permintaan penjualan dimasa depan, penagihan piutang dan jadwal produksinya, maka perusahaan dapat mengatur jadwal maturitas hutangnya sehingga berhubungan dengan jadwal arus kas bersih di masa yang akan datang, akibatnya laba akan maksimal, dikarenakan tidak ada kebutuhan untuk menyimpan aktiva lancar ataupun pendanaan jangka panjang diluar kebutuhan” Berdasarkan uraian latar belakang masalah perumusan masalah serta tinjauan teoritis
yang telah dikemukakan
sebelumnya,
maka dapat
digambarkan kerangka konseptual dimana efisiensi modal kerja sebagai
Universitas Sumatera Utara
variabel independen (X1) dan likuiditas (X2) serta tingkat
profitabilitas
sebagai variabel dependen (Y) yaitu sebagai berikut :
Efisiensi Modal Kerja (perputaran modal kerja (X1))
H1 H2
likuiditas (current ratio (X2))
Profitabilitas ( return on investment (Y))
H3
Gambar 2.1 Kerangka konseptual D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah penyataan yang didefenisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu hipotesis nol yang merupakan hipotesis yang diterima kecuali bahwa data yang kita kumpulkan salah dan hipotesis alternatif yang merupakan hipotesis yang diterima hanya jika data yang kita kumpulkan mendukungnya ( Rochaety, 2007 : 108). Berdasarkan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: H1 : efisiensi modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas H2 : likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas H3 : efisiensi modal kerja dan likuiditas berpengaruh
terhadap
profitabilitas
Universitas Sumatera Utara