BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2007) Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni : indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007) b. Pentingnya Pengetahuan (Notoatmodjo, 2007) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour).Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni: 1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kehendaki oleh stimulus. 5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. (Notoatmodjo, 2007) c. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik, dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, "tahu" ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kanker leher rahim. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam penghitunganpenghitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan menggambarkan
(membuat
bagan),
kata-kata kerja : dapat membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2007) d. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu
sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Blum (1986) menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku. (Notoatmodjo, 2007) Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut: 1) Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat. 2) Faktor pendukung (Enabling factor) antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia. 3) Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Pengalaman Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. 2) Ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih lebih tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kedalam kebutuhan sekunder. 3) Lingkungan sosial ekonomi Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar ia terpapar informasi.
4) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan. 5) Paparan media massa atau informasi Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang
yang lebih sering
terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lain- lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media massa.
6) Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan Mudah atau sulitnya dalam mengakses kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo,2007). 2. Penyuluhan a. Pengertian Menurut Azrul Azwar dalam (Effendy, 1998: 232) penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu atau mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Menurut Wood (dalam Effendy, 1998: 233) pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan seseorang, masyarakat dan bangsa. Dari pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan
bahwa
penyuluhan
kesehatan
adalah
kegiatan
menyebarkan pesan atau pengetahuan sehingga masyarakat menjadi lebih tahu dan mengerti serta mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. b. Tujuan Penyuluhan Kesehatan Menurut Effendy (1998: 233-234) tujuan penyuluhan kesehatan yaitu :
1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3) Menurut WHO adalah untuk merubah perilaku perseoranganan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. c. Proses Pendidikan Kesehatan Menurut Effendy (1998: 48) di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni: 1) Masukan (input) Persoalan masuk menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. 2) Proses Persediaan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari. 3) Keluaran (output) Keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar.
d. Sasaran Penyuluhan Kesehatan Menurut Effendy (1998: 234) sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 1) Individu Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan.
2) Keluarga Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan yang tergolong dalam keluarga risiko tinggi, diantaranya adalah : a) Anggota keluarga yang menderita penyakit menular b) Keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. c) Keluarga-keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk. d) Keluarga-keluarga dengan keadaan gizi yang buruk. e) Keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga. 3) Kelompok Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat, salah satunya adalah kelompok ibu nifas. 4) Masyarakat a) Masyarakat binaan puskesmas
b) Masyarakat nelayan c) Masyarakat pedesaan d) Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal.
e) Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF, muntah berak dan sebagainya. e. Materi Menurut Effendy (1998: 236) pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya : 1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa kesehariannya. 2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran. 3) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran. 4) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. f. Metode penyuluhan kesehatan.
Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metode yang dapat digunakan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat dapat dikelompokkan dalam dua macam metode, yaitu : 1) Metode Didaktik Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan apapun. Proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method), yang termasuk dalam metode ini adalah : a) Secara langsung : ceramah b) Secara tidak langsung : poster, media cetak (majalah, buletin, surat kabar), media elektronik (radio, televisi) 2) Metode Sokratik Menurut Effendy (1998: 236-237) pada metode ini sasaran diberikan kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar, dengan demikian terbinalah komunikasi dua arah antara yang menyampaikan pesan disatu pihak dengan yang menerima
pesan di lain pihak (two way mehtod). Yang termasuk dalam metode ini adalah : a) Langsung: diskusi, curah pendapat, demonstrasi, simulasi, bermain peran (role playing), sosiodrama, simposium, seminar, studi kasus, dan sebagainya. b) Tidak langsung: penyuluhan kesehatan melalui telepon, satelit komunikasi (Effendy, 1998: 236-237). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003: 57) metode pendidikan kesehatan dikelompokkan menjadi 3, yaitu : 1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan) Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan-perubahan perilaku atau inovasi. 2) Metode Pendidikan Kelompok Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain dengan kelompok yang lebih kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidiakan. 3) Metode Pendidikan Massa Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. g. Alat Bantu Penyuluhan Kesehatan 1) Pengertian Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan/pengajaran. 2) Manfaat a) Menimbulkan minat sasaran pendidikan b) Mencapai sasaran yang lebih banyak c) Membantu dan mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman. d) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima pada orang lain. e) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan. f) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. g) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya medapat pengertian yang lebih baik. h) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
3) Macam-macam alat bantu pendidikan Menurut Notoatmodjo (2003: 62-67) pada garis besar hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga) yaitu : a) Alat bantu lihat (visual aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. b) Alat-alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita suara, dan sebagainya. c) Alat bantu lihat dengar, seperti televisi, radio cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA). Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatannya dan penggunaannya, yaitu: a) Alat peraga yang complicated (rumit) seperti film-film strip slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor. b) Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri, dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, bekas koran dan sebagainya. 4) Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan a) Yang perlu diketahui tentang sasaran, antara lain : (1). Individu atau kelompok. (2). Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan,
pekerjaan dan sebagainya. (3). Bahasa yang mereka gunakan. (4). Adat istiadat serta kebiasaan. (5). Minat dan perhatian. (6). Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima. b) Tempat memasang (menggunakan) alat-alat bantu/peraga : (1). Di dalam keluarga, antara lain di dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu menolong persalinan dan merawat bayi, atau menolong orang sakit, dan sebagainya. (2). Di masyarakat misalnya pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-arisan, pengajian dan sebagainya serta juga dipasang di tempat-tempat umum yang strategis. (3). Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantorkantor, sekolah-sekolah dan sebagainya. c) Alat-alat bantu/peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh: (1). Petugas-petugas puskesmas/kesehatan. (2). Kader kesehatan. (3). Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. (4). Pamong desa. h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Penyuluhan
Menurut Effendy (1998: 247) banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat, apakah itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri. 1) Faktor penyuluh a) Kurang persiapan b) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah-istilah asing. e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar. f) Penyampaian
materi
penyuluhan
terlalu
monoton
sehingga
membosankan. 2) Faktor Sasaran a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan. b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah c) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah. d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.
3) Faktor Proses dalam Penyuluhan a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan
sasaran. b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan tempat keramaian. c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak sehingga
sulit
untuk
menarik
perhatian
dalam
memberikan
penyuluhan. d) Alat
peraga
dalam
memberikan
penyuluhan
kurang
dapat
mempermudah pemahaman sasaran. e) Metode yang digunakan kurang tepat. f) Bahasa yang dipergunakan kurang dimengerti oleh sasaran.
2. Tali Pusat a. Pengertian Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. (Wibowo, 2008) Letak funiculus umbilicalis yaitu terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbilicalis secara normal berinsersi dibagian tengah plasenta.(Wibowo, 2008) Tali pusat berhubungan dengan plasenta. Tali pusat membentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin atau fetal, panjangnya rata –
rata 50 – 55 cm, sebesar jari ( diameter 1 – 2,5 cm ). (Wiknjosastro, 2005). b. Pengikatan Tali Pusat Pengikatan tali pusat menurut Wiknjosastro (2005) dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti: 1) Alat penjepit plastik yang khusus dibuat untuk tali pusat dan dapat dibuang kemudian (disposable) dipasang 1 cm dibawah alat penjepit yang sudah dipasang lebih dahulu. Alat penjepit plastik ini tetap memberikan tekanan pada tali pusat, walaupun selai wharton (wharton’s jelly) mengkerut dan kemudian dibuang bersamaan dengan lepasnya tali pusat 2) Pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus plastik steril diikat rangkap pada tali pusat seerat-eratnya sehingga tidak mudah lepas dan terus menekan tali pusat walaupun selai wharton sudah kering pita ini dibuang bersamaan dengan lepasnya tali pusat 3) Benang diikat kuat dengan ikatan rangkap pada tali pusat. Pengikatan pada benang katun steril ini tidak menjamin penekanan yang terus menerus pada tali pusat. Walaupun permulaan pada ikatannya sudah baik, tetapi karena tali pusat mengkerut, ikatan bisa menjadi longgar sehingga memungkinkan terjadi perdarahan. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan haruslah dilakukan observasi yang berulang-ulang pada waktu tertentu selama 48 jam. Perdarahan tidak mungkin terjadi pada pemakaian alat penjepit plastik dan pita dari nilon oleh karena
terjadi penekanan yang terus menerus pada tali pusat. c. Pemotongan Tali Pusat Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal yaitu setelah bayi lahir segera keringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat, menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama, memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. ( JNPKR, Depkes RI, 2008). d. Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat merupakan salah satu perawatan neonatus terutama pada dua minggu pertama kehidupan. Ibu harus menjaga tali pusat tetap bersih dan kering sampai akhirnya terlepas. (Shelov, 2004). Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan pemisahan tali pusat dari perut bayi (Rahmawati,2007) Perawatan tali pusat akan lebih efektif bila dilakukan setelah mandi, setelah itu tali pusat harus di bersihkan dan dikeringkan. 1. Menurut Wiknjoksastro (2005) ada beberapa hal dan cara dalam merawat tali pusat yang harus di perhatikan oleh ibu yaitu: a) merawat tali pusat setelah bayi dimandikan, cuci tangan
sebelum dan
sesudah merawat tali pusat, yang penting adalah membersihkan lipatan tali pusat dan perut b)
Lipatan tali pusat dengan perut dapat dibersihkan dengan menarik sedikit
tali pusat keatas, samping dan depan ke bawah kulit 2,5 cm sekitar tali pusat kemudian pangkal tali pusat dan tali pusat di tutup dengan kain kassa steril dan bersih c) Untuk mengurangi insiden infeksi perumbilikus seluruh kulit dan tali pusat harus dibersihkan dengan kapas yang di celupkan ke air disinfektan d) Jangan membubuhkan apapun pada luka tali pusat e) Gunakan batang kapas (dicelupkan dalam air kemudian diperas) untuk membersihkan bahan yang basah dan lengket yang kadang mengumpul di tempat dasar tali pusat yang bertemu dengan kulit agar tali pusat terpapar udara ( Shelov, 2004 ) 2.
Menurut Saifudin (2002), ada beberapa perawatan tali pusat yaitu a) Pertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara longgar. b) Lipatlah popok di bawah sisa tali pusat. c) Jika terkena kotoran / tinja cuci dengan sabun dan air bersih, dan keringkan betul-betul.
3. Menurut Maerzyda (2008), cara merawat tali pusat yaitu: a) cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan tali pusat b) bersihkan tali pusat dengan air disinfektan c) tutupi dengan kassa steril dan menggantinya setiap selesai mandi, berkeringat, terkena kotor dan basah. e. Lepasnya Tali Pusat Tali pusat biasanya lepas atau puput dalam waktu 5 hari, 7 hari, bahkan
2 minggu. Apabila dalam waktu itu tali pusat belum lepas maka segera memeriksakannya ke tenaga kesehatan ( Fitriati, 2007 ). Menurut Rahmawati ( 2007) faktor-faktor yang mempengaruhi lama lepasnya tali pusat yaitu : 1). Timbulnya infeksi pada tali pusat Disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya. 2). Cara merawat tali pusat Cara perawatan yang tidak benar misalnya kassa tidak pernah diganti, membersihkan tali pusat dengan tidak menggunakan air. 3). Kelembaban tali pusat Tali pusat ditutup rapat karena akan membuat tali pusat lembab. Apabila tali pusat sudah puput, bersihkan selalu tali pusat saat mandi dan keringkan dengan baik, lalu bersihkan kembali dengan air sampai pusat menjadi kering. Usahakan tali pusat tidak terkena air seni karena menjadi basah dan mudah terkena infeksi (Huliana, 2003). Menurut Pusdiknakes ( 2003 ) orang tua perlu menghubungi dokter apabila: (a) tali pusat dan area sekitarnya terlihat merah dan ada cairannya, (b) bila tali pusat belum lepas atau puput setelah dua minggu, (c) bila bayi mengalami demam tanpa alasan dan tampak tidak sehat,
(d) bila tampak pembenjolan di sekitar tali pusat ( hernia umbilikus), (e) bila ada sesuatu yang ingin di tanyakan perihal tali pusat bayi, (f) jika timbul pendarahan, pembengkakan, keluar nanah pada dasar tali pusat dan bayi
menangis ketika tersentuh tali pusat atau kulit di
sampingnya. f. Tanda-tanda Infeksi Infeksi adalah kolonial yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang dan bersifat membahayakan inang (Rahmawati, 2008). Menurut Depkes ( 2000 ) tanda – tanda infeksi tali pusat yaitu 1) ada pus atau nanah 2) berbau busuk 3) kulit sekitarnya berwarna merah g. Tanda-tanda Tetanus Neonatorum Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh clostridium tetani ( Sudoyo, 2006). Tetanus Neonatorum terjadi pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang tidak diimunisasi secara adekuat, terutama setelah perawatan bekas potongan tali pusat yang tidak steril (Sudoyo. 2006) Menurut Depkes ( 2000 ) tanda – tanda Tetanus Neonatorum yaitu 1) Bayi tiba – tiba panas dan tidak mau atau tidak bisa menetek, sebelumnya bisa menetek seperti biasanya 2) Mulut mecucu seperti ikan
3) Mudah sekali dan sering kejang – kejang, terutama bila ada rangsangan seperti suara keras atau sinar terang Penanganan dan perawatan Tetanus Neonatorum menurut Mariaconsita, 2009 yaitu: (1). Mengatasi kejang dengan injeksi anti kejang (2). Menjaga jalan nafas tetap bebas dan pasang spatel lidah agar tidak tergigit (3). Mencari tempat masuknya kuman tetanus, biasanya di tali pusat atau di telinga (4). Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum dan antibotik (5). Perawatan adekuat : kebutuhan O2, makanan, cairan dan elektrolit (6). Tempatkan di ruang yang tenang dan sedikit sinar. B. KERANGKA TEORI Perilaku
Proses Perubahan Presdisposing Factor: - Pengetahuan - Sikap - Nilai - Kepercayaan
Komunikasi (Penyuluhan, Pelatihan)
Enabling Factor Kesediaan sumbersumber fasilitas
Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Sosial
Pendidikan Kesehatan (Promosi kesehatan)
Reinforcing Factor (sikap dan perilaku petugas kesehatan
Training
Gambar 2.2 Sumber
Kerangka Teori Penelitian Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Bayi : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2003
C. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas
Penyuluhan Tentang Perawatan Tali Pusat Bayi Gambar 2.2
Variabel Terikat
Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Bayi
Kerangka Konsep Penelitian Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Bayi
D. HIPOTESIS Ada perbedaan yang signifikan rata-rata pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat bayi sebelum dan sesudah penyuluhan.