BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Notoatmodjo menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam dimain kognitif terdapat enam tingkatan. 1.
Tahu/Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima.
2.
Memahami (Comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Sama halnya pada pengetahuan seks bebas, menurut Zainun fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak mengetahui dampak dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan. Seperti remaja hamil diluar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll.Dari beberapa kanyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagian akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.
6
Universitas Sumatera Utara
3.
Aplikasi (Application) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi rill (sebelumnya). 4.
Analisa (Analysis) Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis (Sintesis) Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.
Evaluasi (evaluation) Suatu kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau menggunakan cerita-cerita yang telah ada. Pengetahuan tentang seks bebas mencakup pada faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku seks bebas ataupun alasan seseorang untuk melakukan seks di luar nikah dan dampak dari perilaku seks bebas itu sendiri. 2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut (Sarwono, 1994) adalah : a. Perubahan-perubahan hormonal pada usia remaja yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.
7
Universitas Sumatera Utara
b. Penyaluran tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut
persyaratan
yang
terus
meningkat
untuk
perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan, mental, dll). c. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecendrungan untuk melanggar hal-hal tersebut. d. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran perempuan dengan pria. Menurut (Dianawati, 2006) alasan seorang remaja melakukan hubungan seks diluar nikah terbagi dalam beberapa faktor, diantaranya adalah : a. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya Pada umumnya, remaja tersebut melakukannya hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya seperti yang diinginkan. b. Adanya tekanan dari pacarnya Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang nanti dihadapinya.
8
Universitas Sumatera Utara
c. Adanya kebutuhan badaniah Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Wajar saja jika semua orang, tidak tekecuali remaja menggiginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan resiko yang akan mereka hadapi. d. Rasa Penasaran Pada masa remaja, rasa keingintahuan begitu besar terhadap seks. Apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya. e. Pelampiasan Diri Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri.Misalnya, karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya. Maka dengan pikirannya tersebut, ia akan merasa putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas. Pembahasan tentang pengetahuan diatas berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, dimana akan di ketahui sejauh mana pengetahuan remaja tentang seks bebas.
9
Universitas Sumatera Utara
2.2 Sikap Sikap adalah keadaan kesiapan mental yang dibentuk melalui pengalaman, mempunyai pengaruh yang langsung dan dinamis atas respon individu-individu terhadap semua objek dan situasi yang berhubungan (Azwar,2005). Sikap adalah perasaan-perasaan umum yang positif dan negative tentang orang-orang, objek-objek atau masalah-masalah. Sebenarnya pengertian sikap menjadi sangat banyak dan berbeda yang mungkin diterima oleh satu peneliti tetapi ditolak peneliti lain. ( Azwar, 2005). Pada umumnya rumusan mengenai sikap mempunyai persamaan unsur ,yaitu adanya kesediaan untuk berespon terhadap suatu situasi. Triandis (1971) mendefenisikannya sebagai berikut : “ An attitude is an idea charged with emotion whicn predis poses a class of actions to a class of social situations.” Rumusan di atas menyatakan bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap tehadap objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap dapat bermacam – macam. Sekalipun demikian, orang hanya dapat mempunyai sikap terhadap hal – hal yang di ketahuinya. Jadi harus ada sekedar informasi pada seseorang untuk dapat bersikap
10
Universitas Sumatera Utara
terhadap suatu objek. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Bila berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif atau negatif terhadap objek dan menimbulkan kecenderungan untuk bertingkah laku tertentu, terjadilah sikap ( Slameto 2003). Sikap terbentuk melalui bermacam – macam cara, antara lain (Slameto, 2003) : 1. Melalui pengalaman yang berulang- ulang, atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang mendalam. 2. Melalui imitasi : peniruan yang dapat terjadi tanpa disengaja,dapat pula dengan sengaja. 3. Melalui sugesti, dimana seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata – mata karena pengaruh yang datang dari seseorang. Berkaitan dengan hal tersebut sama halnya pada remaja yang menunjukan sikap yang negatif atau positif atas perilaku seks bebas. Mereka mempunyai alasan tersendiri atas sikap yang mereka tunjukan. Sikap sangat berpengaruh pada perilaku, dan sikap berkaitan erat dengan perilaku seseorang. (Green,2005) pada teorinya mengenai perilaku mengatakan bahwa faktor perilaku sendiri di tentukan oleh 3 faktor utama yaitu: 1. Faktor-faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan
terjadinya
perilaku
seseorang
antara
lain
pengetahuan, sikap, tradisi, dll.
11
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor-faktor pemungkin yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.Yang di maksud dengan pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku, misalnya majalah atau internet yang dapat di gunakan siswa sebagai sarana untuk mengetahui tentang kesehatan reproduksi. 3. Faktor penguat yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu tentang kesehatan reproduksi tetapi, tidak melakukannya. Sikap dibahas dalam hal diatas untuk mengetahui bagaimana kaitan sikap terhadap perilaku seksual remja ( Notoadmodjo, 2005). Menurut Slameto (2003) merangsang perubahan sikap pada diri seseorang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, karena ada kecenderungan sikap – sikap untuk bertahan. Ada banyak hal yang menyebabkan sulitnya mengubah suatu sikap, antara lain : 1. Adanya dukungan dari lingkungan terhadap sikap yang bersangkutan; manusia selalu ingin mendapatkan respon dan penerimaan dari lingkungan, dan karena itu akan berusaha menampilkan sikap – sikap yang di benarkan oleh lingkungannya; keadaan semacam ini membuat orang tidak cepat mengubah sikapnya. 2. Adanya peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang. 3. Bekerjanya azas selektivitas; Seseorang cenderung
untuk tidak
mempersepsi data – data baru yang mengandung informasi yang bertentangan dengan pandangan – pandangan dan sikap – sikapnya yang
12
Universitas Sumatera Utara
telah ada; kalaupun sampai di persepsi, biasanya tidak bertahan lama, yang bertahan lama adalah informasi yang sejalan dengan pandangan atau sikapnya yang sudah ada. 4. Bekerjanya prinsip mempertahankan keseimbangan ; Bila kepada seseorang di sajikan informasi yang dapat membawa suatu perubahan dalam duna psikologinya, maka informasi itu akan dipersepsi sedemikian rupa, sehingga hanya akan menyebabkan perubahan – perubahan yang seperlunya saja. 5. Adanya kecenderungan seseorang untuk menghindari kontak dengan data yang bertentangan dengan sikap – sikapnya yang telah ada ( misalnya tidak mau menghadiri ceramah mengenai hal yang tidak disetujuinya ) 6. Adanya sikap yang tidak kaku pada sementara oarang untuk mempertahan kan pendapat – pendapatnya sendiri. Ada beberapa metode yang dipergunakan untuk mengubah sikap, antara lain : 1. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan. Cara nya dengan memberi informasi baru mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas. Hal ini akhirnya diharapkan akan merangsang komponen afektif dan komponen tingkah lakunya. 2. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap. Cara ini paling sedikit akan merangsang orang yang bersikap anti untuk berfikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak mereka senangi.
13
Universitas Sumatera Utara
3. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku baru yang tidak konsisten dengan sikap yang sudah ada.
2.3 Informasi Informasi adalah segala sesuatu yang di kenal oleh seseorang. Informasi dapat di peroleh secara langsung dengan jalan pengindraan terhadap objek – objek dan peristiwa – peristiwa. Informasi juga dapat diperoleh secara verbal dengan jalan mendengarkan apa yang di katakan oleh orang lain dan dengan cara membaca. Mass media merupakan salah satu sumber informasi bagi remaja. Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku – buku, komik,dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh negatif terhadap siswa. Sebagai contoh , siswa yang suka nonton film atau membaca cerita pergaulan bebas, percabulan, akan cenderung untuk berbuat seperti tokoh yang di kagumi dalam cerita itu, karena pengaruh jalan ceritanya. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa dengan teknologi yang canggih (VCD,Majalah,Internet). Remaja yang sedang dalam priode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.
14
Universitas Sumatera Utara
Orang tua sendiri, baik karena ketidak tahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anaknya, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini (Sarwono, 1994).
2.4 Permasalahan perilaku seksual remaja Menurut Zainun (2007) informasi masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan sejak dini, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain, sumbersumber yang tidak jelas atau bahkan keliru. Informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi, mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup megenai aktifitas seksual mereka sendiri.Hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Perlakuan yang wajar, sesuai dengan jenis kelamin anak, sangat membantu anak dalam menemukan perasaan cinta, rasa memiliki, menjadi suami atau istri yang setia, dan menjaga keharmonisan keluarga dengan pasangannya di kemudian hari. Jika salah satu dari kedua orangtua menunjukkan sikap yang tidak seharusnya, hal ini akan membuat anak tidak memiliki landasan yang kuat untuk membina kehidupan keluarganya kelak . Masalah didengar atau tidaknya penjelasan yang di berikan orangtua mengenai perbedaan fisik anggota tubuh antara laki – laki dan perempuan, ataupun asal muasal seorang bayi, merupakan hal yang kedua . Lebih penting dari
15
Universitas Sumatera Utara
semua itu adalah kemantapan pikiran dan perasaan si anak terhadap sesuatu yang dialami dalam kehidupan keluarganya. Dengan adanya kemantapan ini, keterangan – keterangan seputar seks yang di perolehnya dari luar melalui film – film porno, perbincangan dengan teman- temannya, atau dari manapun asalnya, tidak akan mampu mengubah pandanganya terhadap masalah seks itu sendiri. Kalaupun ada tidak akan banyak pengaruh yang di timbulkanya. ( Dianawati,2003)
2.5 Seks Bebas Seks bebas adalah hubungan intim yang di lakukan dengan lawan jenis dan di lakukan sebelum menikah. Dari penelitian di sebagian kota besar di Indonesia sekitar 20-30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks dan perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak jenjang perkawinan.Pakar seks mengungkapkan, dari tahun ke tahun remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Menurut Dr. Boyke dari sekitar 5% pada tahun 1980an, menjadi 20% pada tahun 2000. Dari pengamatan yang di lakukan pasien yang datang ke klinik pasutri tercatat 10% remaja pernah melakukan hubungan seksual pra nikah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh PKBI Yogyakarta di tiga propinsi terpisah menunjukan bahwa 18,2% remaja telah melakukan hubungan seksual aktif, yang dimulai pada rentang usia 15-18 tahun. Hanya 19% remaja aktif seksual yang memiliki satu pasangan, sedangkan sisanya lebih dari satu pasangan. Remaja yang tidak seksual aktif 47% nya sering melakukan masturbasi dan 20%
16
Universitas Sumatera Utara
berpacaran dengan melakukan petting. Dengan penelitian yang sama terungkap bahwa remaja perempuan mengalami tekanan budaya terbesar sebagai akibat dari perilaku seksnya. Perempuan mengambil tanggung jawab terbesar dalam kehamilan, kontrasepsi, palayanan, dll (CH.Wahyuhrini,2000). Hasil penelitian PKBI Yogyakarta memperlihatkan perilaku seksual remaja,mencakup
kegiatan
mulai
dari
berpegangan
tangan,
berpelukan,
berciuman, mecking, petting, sampai dengan hubungan seksual dengan banyak orang. Penelitian sahabat remaja tentang perilaku seksual di empat kota menunjukan 3,6% remaja di kota Surabaya, serta 31,7% remaja di kota Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian yang pernah dilakukan pusat penelitian kependudukan UGM menemukan 33,5% responden laki-laki, di kota Bali pernah berhubungan seks, sedangkan di desa Bali sebanyak 23,6% laki-laki. Di Yogyakarta kota sebanyak 15,5% sedangkan di desa 0,5% (Pusat Study Seksulitas, PKBI, 2004)
2.5.1. Bentuk – bentuk dari perilaku seks bebas Menurut Sofyan berbagai bentuk perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk di lakukan karena dianggap tidak wajar, antara lain dikenal sebagai: a. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang sering kali menimbulkan gejolak pribadi dan emosi.
17
Universitas Sumatera Utara
b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan, sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual. c. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada
dasarnya
menunjukan
tidak
berhasilnya
seseorang
dalam
mengendalikannya atau kegagalan untuk menghentikan dorongan tersebut, kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan. 2.5.2 Pendidikan seks bagi remaja Dengan melihat begitu besar perhatian seseorang terhadap kebutuhan seksual, berarti masyarakat
sudah mulai sadar arti pentingnya mendapatkan
pengetahuan seks secara jelas dan terbuka. Jadi, sebetulnya pendidikan seks ini tidak terbatas jangkauannya, dari usia anak-anak, remaja, sampai orang tua. Anggapan sebagian orangtua bahwa membicarakan masalah seks adalah sesuatu yang tabu sebaiknya dihilangkan. Anggapan seperti inilah yang menghambat penyampaian pengetahuan seks yang seharusnya sudah dapat dimulai dari segala usia. Di samping “tabu” kemungkinan besar orangtua merasa khawatir jika mengetahui lebih banyak masalah seksualitas, anak akan semakin meningkatkan rasa penasaran dan keberaniannya untuk memperaktekkan seks tersebut. Jika para orangtua dapat secara aktif dan bijaksana menyikapi permasalahan yang dialami oleh anak-anak dan lingkungan sekitarnya terhadap masalah seks ini, arti seks itu sendiri akan berubah menjadi sangat indah dan berarti bagi kelangsungan hidup manusia.
18
Universitas Sumatera Utara
Pada usia remaja, seorang anak belum dapat bertanggungjawab sepenuhnya. Ketidak jelasan pendidikan seks dari orangtua akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan
seksual
yang
sebenarnya
dengan
pasangannya.
Memberikan
pendidikan seks pada remaja, maksudnya membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Selain itu, harus memasukkan ajaran agama dan normanorma yang berlaku. Lebih baik pendidikan seks itu diketahui dari orangtua, dari pada anak mendapatkannya dari pendapat atau khayalan sendiri, teman, bukubuku, ataupun film-film porno yang kini dijual bebas. Dari khayalan itu mereka dapat saja menyalah gunakan arti dan fungsi organ seksualnya, sehingga akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan diluar nikah, aborsi, berbagai penyakit kelamin, atau kelainan seksual (Dianawati, 2006) Pada saat sekarang ini peneliti sendiri menggamati ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya seks bebas tersebut. Bebasnya penjualan VCD porno tanpa membatasi usia yang membelinya, di tambah lagi bebasnya menggunakan internet dan dari internet setiap orang bisa memperoleh informasi apa saja yang di butuhkannya. Informasi sangat berpengaruh dalam mengetahui bagaimana perilaku remaja terhadap seks bebas, dan berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.Bagaimana sikap remaja dalam memberi tanggapan tentang seks bebas apakah setuju atau tidak setuju dengan seks bebas. Pendidikan seks yang hanya berupa larangan atau berupa kata-kata “tidak boleh” tanpa adanya penjelasan lebih lanjut adalah sangat tidak efektif, karena
19
Universitas Sumatera Utara
pendidikan seperti ini tidak cukup untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi kehidupannya yang semakin sulit. Dengan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak, beban masalah yang dirasakan si anak semakin berkurang. Dengan demikian, para remaja akan lebih menghargai dan mengetahui hubungan seksual yang sebenarnya bersama seseorang yang di cintainya bila tiba saatnya nanti (Dianawati ,2006 ).
2.5.4 Dampak buruk perilaku pre marital seksual . 1.
Kehamilan Remaja Menurut Sofyan kasus remaja yang hamil diluar nikah dapat menimbulkan
dampak psikososial antara lain ketegangan mental, dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah. Belum lagi tekanan dari masyarakat mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko lain adalah tergangungnya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi, disamping itu tingkat putus sekolah juga sangat tinggi, hal ini di sebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid hamil diluar nikah. Konsekuensi
kehamilan
remaja
adalah
pernikahan
remaja
dan
pengguguran kandungan. Dari hasil peneletian PKBI beberapa waktu lalu menunjukkan di Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Manado, angka kehamilan sebelum nikah pada remaja dan yang mencari pertolongan untuk di gugurkan menigkat dari tahun ketahun. Sebuah perkiraan yang dibuat sebelum
20
Universitas Sumatera Utara
harian menunjukkan, setiap tahun, satu juta perempuan indonesia melakukan penguguran, dan 50% berstatus belum menikah 10 – 15% diantaranya remaja .
2. Penyakit menular seksual ( PMS) Jumlah penderita penyakit menular seksual (PMS), semakin meningkat tajam. Bila dilihat dari kelompok usianya, PMS banyak diderita para remaja, orang dewasa (laki laki atau perempuan ) yang sudah mengenal kegiatan seksual. PMS dapat pula di kelompokkan penyakit kelamin yang disebabkan oleh peradangan bakteri misalnya : Gonorhoe, Klamidia, kemudian yang ditimbulkan jamur contoh : kandiasis serta Trichomoniasis yang di sebabkan parasit, sedangkan HIV disebabkan oleh virus (Yuliastuti, 2005 ). Setiap tahun, tiga juta orang di laporkan terjangkit penyakit menular yang melemahkan system kekebalan tubuh ini di berbagai belahan dunia . 1. UNAIDS (program bersama PBB untuk penanggulangan HIV/AIDS) mencatat, hingga akhir 2003, jumlah penderita HIV/ AIDS berusia dewasa dan anak – anak diseluruh dunia mencapai sedikitnya 38 juta orang . Jumlah penderita yang meniggal selama 2003 tercatat 2,9 juta orang sekitar 490 ribu diantaranya adalah anak – anak berusia dari 15 tahun . 2. Nyaris tidak ada satu pun kawasan dan negara di muka bumi yang terbebas dari ancaman HIV/AIDS, dengan berbagai implikasinya, termasuk Indonesia.
21
Universitas Sumatera Utara
Tingginya kasus HIV/ AIDS, khsusunya pada kelompok umur remaja adalah satu penyebabkan akibat pergaulan bebas. Hasil peneletian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10 – 31 remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual. Di kota Denpasar dari 633 pelajar SLTA yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual, mereka terdiri atas putra 27 % dan putri 18 % . Dari statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tahan tubuh usia remaja . Berdasarkan data HIV/AIDS di Bali hingga februari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif, penderita tersebut terdiri atas usia 5- 14 tahun satu orang, usia 15 – 19 tahun 21 orang, usia 20 – 29 tahun 352 orang, usia 30 -39 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang . Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami penderitaan kehilangan harga diri (82 %), berteriak – teriak histeris ( 51%), mimpi buruk berkali kali mengenai bayi (28%), terjerat obat – obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).\
3. Aborsi Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya ( sebelum dapat lahir secara alamiah). Kehamilan yang tidak di inginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi. Banyak survey yang telah di lakukan di negara – negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60 % kehamilan pada wanita di bawah usia 20 tahun
22
Universitas Sumatera Utara
adalah kehamilan yang tidak di inginkan atau salah waktu (mistimed). Pada akhir tahun 1980 – an di Kanada, Inggris, Selandia Baru dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50 % lebih dari semua aborsi terjadi pada wanita di bawah usia 25 tahun (Wimpie Pangkahila,2007). Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan, pada tahun 1997 dari 1.563 perempuan usia subur, terdapat 50,9% melakukan aborsi secara sengaja pada usia 15-19 tahun, sekitar 11,9% melakukannya dengan cara tradisional ataupun medis.Cara tradisional yang digunakan untuk aborsi adalah meminum jamu atau ramuan tradisional, jumlah pelakunya sekitar 27,5% ( Dianawati, 2006). Informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan, aborsi beresiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikololgis . Dalam buku “ Fascts OF Life “ yang ditulis oleh Brian Clowes Phd : resiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan di hadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah: a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat . b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan d. Rahim yang sobek (Uterine Proforation). e. Kerusakan leher rahim (Cervical Laceretions) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya . f. Kanker payudara (karena ketidakseimbagan hormon esterogen wanita) g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer )
23
Universitas Sumatera Utara
h. Kanker leher rahim ( Cervical Cancer ) i. Kanker hati ( Liver cancer ) j. Kelainan pada placenta / ari – ari (Placenta Previa ) yan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya . k. Menjadi mandul / tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic/ Progarancy). l. Infeksi rongga panggul ( Pelvic Inflamator Disease ) m. Infeksi pada lapisan rahim ( Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yan memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita . Gejala ini di kenal dalam dunia psikologis sebagai “Post Abortion Syndrome “ (Sindrom paksa – aborsi ) atau PAS. Gejala – gejala ini di catat dalam “Psychological reactions reported after Abortion” di dalam penerbit The Post Abortion Review. Oleh sebab itu yang sangat penting untuk di perhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus darin orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti cara menyampaikan jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menaggung segala resikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
24
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sabirin, masyarakat (orang tua ) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal seks tersebut. Adapun penjelasan dari tinjauan pustaka di atas adalah bagian yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kebebasan pergaulan antara pria dan wanita pada saat sekarang ini juga mendukung terjadinya seks bebas, dimana karena kebebasan tersebut menambah rasa penasaran remaja tentang seks itu sendiri. Maka melalui penelitian ini peneliti ingin membuktikan apakah hal yang di sebutkan di atas ada hubungan dengan masalah seks bebas tersebut.
25
Universitas Sumatera Utara