BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan 1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui melalui proses pembelajaran. 1.2. Tingkat Pengetahuan Bloom dalam Notoatmodjo (1997) mengklasifikasikan perilaku kognitif dalam uraian hirarki. Perilaku yang paling sederhana adalah mendapatkan pengetahuan, sedangkan yang paling kompleks adalah evaluasi. Klasifikasi perilaku kognitif ada enam tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003). 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
Universitas Sumatera Utara
sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (Comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5. Sintesis (synthesis) Sintesis
menunjukkan pada suatu
kemampuan untuk
meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoadmodjo, 2003). Faktor internal meliputi :
Universitas Sumatera Utara
1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu. 2. Persepsi Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 3. Motivasi Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal yang
dianggap kurang
bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan
munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuh kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan). Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan. 4. Pengalaman
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indra manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang
dapat menyebabkan terbentuknya
pengetahuan. Pengalaman masalalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain meliputi lingkungan, sesuai ekonomi kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003) Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2. Mahasiswa D-III Keperawatan Orang yang belajar di perguruan tinggi yang akan memperoleh surat keterangan resmi
yang mengatakan telah tamat sekolah dibidang keperawatan
(Depdiknas, 2003). Mahasiswa D-III Keperawatan yang akan menyelesaikan pendidikan mengikuti praktek belajar klinik/lapangan di ruang perinatologi hendaknya mempunyai persiapan pengetahuan tentang perawatan BBLR dalam inkubator seperti standar suhu inkubator
yang direkomendasikan, perawatan BBLR di dalam
inkubator, dan lain-lain. Melalui pengalaman belajar klinik/lapangan diharapkan dapat
terbentuk
kemampuan akademik
dan
profesional
serta kemampuan
mengembangkan keterampilan dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan profesional ( Nursalam, 2008).
3. Penatalaksanaan Perawatan Bayi Baru Lahir Rendah dalam Inkubator Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram (Asrining, 2003). BBLR dapat dikelompokkan menjadi prematuritas dan dismaturitas. Prematuritas yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan, Dismaturitas yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan (Asrining, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Perawatan bayi baru lahir rendah dimulai saat kelahiran ketika dilakukan pemeriksaan bayi secara lengkap. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pertama setelah kelahiran yang digunakan untuk menemukan adanya abnormalitas sedini mungkin. Pemantauan abnormalitas bayi dapat dilakukan secara teliti selama perawatan dalam persalinan juga dapat mendeteksi secara dini masalah-masalah yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut (Henderson, 2005). Perawatan bayi baru lahir rendah dalam inkubator merupakan cara perawatan pada bayi dengan memasukkan bayi ke dalam alat (inkubator) yang berfungsi untuk menciptakan lingkungan dengan suhu yang cukup hangat untuk bayi (Hidayat, 2008). Kriteria bayi yang dirawat dalam inkubator (Syaifuddin, 2008) : 1. Asfiksia kelahiran Asfiksia atau kekurangan oksigen kadangkala menyerang bayi sebelum atau selama kelahiran karena gangguan terhadap ari – ari atau tali pusat. Asfiksia berat dapat mempengaruhi semua sistem tubuh. 2. Cedera lahir Bayi mungkin cedera selama kelahiran yang sulit sehingga ia membutuhkan pengawasan sejenak dalam unit perawatan khusus atau inkubator. 3. Berat bayi lahir rendah Sebagian bayi berat lahir rendah betul – betul sehat ketika lahir, akan tetapi pada umumnya mereka lebih rentan dari pada bayi yang mempunyai berat rata–rata.
Universitas Sumatera Utara
Bayi yang lebih kecil biasanya memerlukan perawatan intensif. Kesukaran bernafas adalah masalah yang paling biasa pada bayi yang lebih kecil. 4. Perawatan Bayi Baru Lahir Rendah di dalam Inkubator Pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan BBLR, tidak jauh berbeda dengan perawatan pada bayi baru lahir normal. Cara melakukan pengkajian dan perencanaan adalah sama, perbedaannya terletak pada tehnik-tehnik pelaksanaan tindakan keperawatan. Begitu pula dalam melakukan evaluasi, kriteria hasil yang ditetapkan dari tiap tahap perencanaan tidak dapat sekaligus mengharapkan dalam batas normal, namun dilihat dari peluang untuk seberapa jauh perubahan ke arah normal dapat dicapai (Doengoes, 2001). Berdasarkan penjelasan diatas terkait kriteria bayi yang dirawat di dalam inkubator dapat diidentifikasi beberapa masalah keperawatan berikut intervensi yang mungkin pada BBLR selama perawatan dalam inkubator (Martin, 1987) : 1.Pertukaran gas yang terganggu yang berhubungan dengan kurangnya surfactant. a. Perencanaan/Intervensi : •
Amati dan laporkan tanda-tanda dan gejala-gejala tekanan aspirasi : Tachypnea, sianosis, gerak cuping hidung.
•
mempertahankan saluran pernafasan terbuka dengan penyedotan bila diperlukan.
•
Memberikan oksigen bersama dengan pemonitoran gas darah yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
•
Memonitor fungsi dan pengaturan ventilator
•
Periksa konsentrasi oksigen setiap jam
b. Evaluasi : Bayi bernafas secara normal atau ringan dengan ventilator. 2. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan air yang tidak dapat dirasakan dan intake cairan yang tidak adekuat a.Perencanaan/Intervensi : •
Mempertahankan jalur intravena dan memonitor infiltrasi
•
Memberikan cairan yang tepat dan jumlah yang tepat per jam
•
Amati tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit, output urin, membran mukus, karakter fontanel.
•
Timbang secara harian pada waktu yang sama
b.Evaluasi : Bayi kehilangan berat badan minimal dan bertambah terus. 3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan lebih kecil dari kebutuhan kalori. a.Perencanaan/Intervensi : •
Berikan asupan kalori yang adekuat
•
Ukur lingkaran abdomen bila diperlukan
•
Biarkan orangtua berpartisipasi dalam rencana pemberian makan
b.Evaluasi : •
Bayi disesuaikan dengan metode pemberian makan
Universitas Sumatera Utara
•
Bayi mempertahankan pergerakan bowel normal
4.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tape dan material abrasif lainnya yang digunakan sebagai alat-alat pemonitoran. a.Perencanaan/Intervensi : •
Pasang sedikit mungkin tape pada kulit
•
Gunakan opsite untuk alat-alat kulit lainnya
•
Pertahankan lotion yang memiliki kontak kulit langsung dengan minimum
•
Tempatkan bayi pada water bed atau sheepskin
•
Putar dan atur kembali posisi secara sering
b.Evaluasi : Bayi mempertahankan kesehatan kulit
5.Potensial untuk injuri (tekanan hawa dingin) berhubungan dengan mekanisme pengaturan temperatur immature. a.Perencanaan/Intervensi : •
Mempertahankan lingkungan termis normal
•
Memonitor temperatur kulit dengan cara memeriksa temperatur unit inkubator
•
Menghindari bayi pada kehilangan panas melalui penguapan, konveksi, konduksi, dan radiasi.
b.Evaluasi : •
Bayi tidak mengalami tekanan hawa dingin
Universitas Sumatera Utara
•
Bayi mempertahankan temperatur yang stabil
6.Resiko infeksi, potensial berhubungan dengan sistem kekebalan immature. a.Perencanaan/Intervensi : •
Batasi kontak dengan bayi secara tepat yaitu pantau petugas, orangtua, dan pengunjung terhadap infeksi, lesi kulit, demam atau herpes.
•
Pelihara peralatan individu dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi
•
Inspeksi kulit setiap hari terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit
b.Evaluasi : Bayi bebas dari tanda-tanda infeksi. 7.Defisit pengetahuan orangtua berhubungan dengan perawatan bayi prematur. a.Perencanaan/Intervensi : •
Berikan informasi yang adekuat dan realistis kepada orangtua mengenai kondisi bayi
•
Anjurkan orangtua untuk berkunjung dan melakukan tugas pengasuhan pada bayi
b.Evaluasi : •
Orangtua mengindikasikan pengetahuan dan keahlian dengan melaksanakan tugas-tugas pengasuhan.
•
Orangtua mengunjungi NICU secara reguler
Universitas Sumatera Utara
5. Prosedur Perawatan Bayi Baru Lahir Rendah Dalam Inkubator a. Tentukan suhu yang tepat untuk inkubator berdasarkan usia dan berat badan bayi. Suhu inkubator yang direkomendasikan seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 1.1. Suhu Inkubator Sesuai Usia
Berat Badan Bayi 35°C
34°C
33°C
32°C
Usia 1-10 hari
Usia 11 hari3 minggu
Usia 3-5 minggu
Usia lebih dari 5 minggu
1,5-2,0 kg
Usia 1-20 hari
Usia 11 hari – 4 minggu
Usia lebih dari 4 minggu
2,1-2,5 kg
Usia 1-2 bulan
Usia 3 hari3 minggu
Usia lebih dari 3 minggu
Usia 1-2 hari
Usia lebih dari 2 hari
Kurang dari 1,5 kg
Lebih dari 2,5 kg
Jika inkubator berdinding tunggal, tingkatkan suhu inkubator 1°C setiap perbedaan suhu 7°C antara ruangan dan inkubator (WHO, 2008).
b. Hangatkan inkubator sampai suhu yang diinginkan sebelum meletakkan bayi di dalamnya. c. Bersihkan kasur dan tutupi dengan lembaran seprei bersih. d. Pastikan bahwa reservoir air inkubator kosong; bakteri yang berbahaya dapat berkembang dalam air dan menginfeksi bayi. Membiarkan reservoir kering tidak akan mempengaruhi fungsi inkubator.
Universitas Sumatera Utara
e. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan bayi diberi baju atau tertutup kecuali jika bayi perlu telanjang atau dilepaskan bajunya sebagian untuk pengamatan atau prosedur. f. Letakkan hanya satu bayi dalam tiap inkubator. g. Tutup kap, secepat mungkin setelah meletakkan bayi di dalamnya, dan pertahankan jendela inkubator tetap tertutup setiap saat guna mempertahankan kehangatan inkubator. h. Periksa suhu inkubator setiap jam selama delapan jam pertama kemudian setiap 3 jam. i.
Ukur suhu bayi setiap jam selama delapan jam pertama kemudian setiap 3 jam, jika suhu bayi kurang dari 36,5°C atau lebih dari 37,5°C, sesuaikan suhu inkubator berdasarkan suhu tersebut.
j.
Berikan
bayi kepada ibu segera setelah bayi tidak lagi membutuhkan
perawatan khusus dan prosedur serta terapi yang sering
Universitas Sumatera Utara