BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga merupakan alat utama manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Munawir, 2001:2). Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, skedul dan informasi tambahan lainnya yang berkaitan laporan tersebut (IAI, 2002:2). Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002:4), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian
Universitas Sumatera Utara
besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusankeputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship). Selain itu juga disebutkan empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu: dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat dibandingkan. 1. Dapat dipahami Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian pengguna. 2. Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. 3. Andal Informasi memiliki kualitas andal (reliable) adalah jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithful representation). 4. Dapat dibandingkan Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang sama.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yaitu proses pengkomunikasian laporan. Laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan pihak investor luar, yaitu investor publik diluar lingkup manajemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan. Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Chariri dan Ghozali, 2003:235). Ada dua jenis pengungkapan laporan keuangan, yaitu: pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). 1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. 2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Menurut Belkaouli (2000:219) tujuan pengungkapan antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, b. untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan returnnya, c. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang. Menurut Hendriksen (2002:432) ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu : pengungkapan cukup (adequate disclosure), pengungkapan wajar (fair disclosure), dan pengungkapan penuh (full disclosure). 1. Pengungkapan cukup (Adequate disclosure) Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor, 2. Pengungkapan wajar (Fair disclosure) Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung menyiratkan suatu etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan, 3. Pengungkapan penuh (Full disclosure) Pengungkapan penuh menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan penuh berarti penyajian informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut mereka, terlalu banyak informasi akan membahayakan. Karena penyajian rinci dan yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan membuat laporan keuangan sulit ditafsir. Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar modal di Indonesia mengeluarkan peraturan tentang pengungkapan informasi laporan keuangan yang harus dilakukan oleh perusahaan publik. Peraturan ini tertera dalam Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kelengkapan Pengungkapan Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat bergantung kepada standar yang diberlakukan di suatu negara. Negara maju dengan regulasi yang lebih ketat relatif lebih tinggi pengungkapan laporan keuangannya jika dibandingkan dengan perusahaan di negara
berkembang.
Kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan tidak bersifat statis, tetapi meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal dan sosial di negara bersangkutan. Hendriksen
(2002:425)
mengatakan
penetapan
tingkat
kelengkapan
pengungkapan yang tepat idealnya tergantung pada tingkat kesejahteraan sosial yang dihasilkan oleh pengungkapan. Jika tidak ada suatu teori etika yang memungkinkan pengukuran kesejahteraan sosial, maka para regulator akuntansi berkewajiban untuk mengandalkan kriteria seperti relevansi dan keandalan. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah suatu bentuk kualitas untuk menilai manfaat dari laporan keuangan tersebut. Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat diukur dengan menggunakan index of disclosure methodology, seperti Rumus Wallace.
Dimana: n : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
Universitas Sumatera Utara
k : jumlah item yang seharusnya diungkap 2.1.4 Rasio Aktivitas Menurut Kasmir (2009:172), rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Dapat dikatakan pula rasio aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran, dapat terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Selain itu, juga dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga manajemen dapat mengukur kinerja mereka selama ini. Dari hasil pengukuran ini terlihat bahwa perusahaan periode ini mampu atau tidak mampu untuk mencapai target yang telah ditentukan. Apabila tidak mampu untuk mencapai target, maka pihak manajemen harus mampu mencari sebabsebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan tersebut. Kemudian, dicari upaya perbaikan yang diperlukan. Namun, apabila mampu mencapai target yang telah ditentukan, maka hendaknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan untuk periode berikutnya. Beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas antara lain (Kasmir, 2009:173):
Universitas Sumatera Utara
a. untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode, b. untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivables), dimana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih, c. untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang, d. untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turnover), e. untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode, f. untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan. Dua rasio aktivitas yang sering digunakan adalah: perputaran persediaan (inventory turnover) dan perputaran piutang (account receivable turnover). 1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode (Kasmir, 2009:180). Perputaran persediaan (inventory turnover) dapat dihitung dengan rumus:
2. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover) Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana
Universitas Sumatera Utara
yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode (Kasmir, 2009:176). Perputaran piutang (Account Receivable Turnover) dapat dihitung dengan rumus:
2.1.5 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari rasio ini dapat diperoleh pandangan tentang keadaan solvabilitas kas pada saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan solvabilitasnya. Dapat dipahami bahwa rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Beberapa tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas adalah (Kasmir, 2009:132): a. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban
Universitas Sumatera Utara
b.
c.
d. e. f. g.
h.
i.
yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu), untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingka dengan total aktiva lancar, untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah, untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan, untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang, sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang, untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan mambandingkannya untuk beberapa periode, untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar, menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Dua rasio likuiditas yang sering digunakan adalah: rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). 1. Rasio lancar (Current ratio) Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2009:134). Rasio lancar
Universitas Sumatera Utara
dihitung dengan membagi total aktiva lancar dengan total kewajiban lancar (Skousen, et.al, 2004:790).
2. Rasio cepat (Quick Ratio) Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory) (Kasmir, 2009:137). Rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban lancar.
2.1.6 Rasio Profitabilitas Menurut Hanafi dan Halim (2000:83) rasio profitabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas adalah (Kasmir, 2009:197):
Universitas Sumatera Utara
a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu, b. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, c. untuk menilai perkembangan laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, d. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, e. untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri, f. untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri, g. dan tujuan lainnya. Adapun rasio profitabilitas yang sering dijumpai, yaitu: return on assets (ROA) dan return on equity (ROE). 1. Return on Assets (ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan total aktiva perusahaan
2. Return on Equity (ROE) Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Hanafi dan Halim (2000:85) mengatakan bahwa ROE mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan total ekuitas pemegang saham.
2.1.7 Porsi Saham Publik Porsi saham publik diukur dengan rasio jumlah saham yang dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham. Rasio ini menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh publik. Perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan imbalan (deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going concern). 2.1.8 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan dan struktur kepemilikan yang lebih besar. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran sebuah perusahaan, yaitu melalui ukuran total aktiva, hasil penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar (market capitalized). Dengan demikian dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau total penjualan yang diperolehnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti/Tahun Simanjuntak dan Widiastuti (2004)
Hasil Secara simultan, DER, CR, ROA, dan porsi saham publik, dan umur perusahaan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan secara parsial, DER, CR, ROA, dan porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Hertanti (2005)
Secara simultan DER, CR, ROE, porsi saham publik, dan ukuran perusahaanberpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, DER, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, CR berpengaruh negatif, dan ROE tidak berpengaruh. Irawan Secara simultan, DER, CR, ROA, porsi saham publik, ukuran (2006) perusahaan, umur perusahaan, OPM, NPM, ROE, dan status perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik, dan status perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. DER, CR, ROA, OPM, NPM, ROE tidak berpengaruh. Johan dan Secara simultan, CR, DAR, ukuran perusahaan, porsi saham Lekok publik, umur perusahaan, NPM, status perusahaan, jenis kantor akuntan publik, dan struktur modal berpengaruh positif terhadap (2006) tingkat pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, CR, ukuran perusahaan, dan jenis kantor akuntan publik berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. DAR, porsi saham publik, umur perusahaan, NPM, status perusahaan, dan struktur modal tidak berpengaruh. Sumber: Peneliti, 2011 Peneliti terdahulu pernah dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004) yang
melakukan penelitian
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel leverage, likuiditas, profitabilitas,
Universitas Sumatera Utara
porsi saham publik, dan umur perusahaan secara simultan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, leverage, likuiditas, profitabilitas, dan porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hertanti
(2005)
meneliti
pengaruh
faktor-faktor
fundamental
terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, rasio leverage, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Rasio likuiditas berpengaruh secara negatif, sedangkan rasio profitabilitas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Irawan (2006)
melakukan penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa Debt-to-Equity, Current Ratio, Return on Asset, Porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Equity, dan status perusahaan secara simultan berpengaruh secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik, dan status perusahaan berpengaruh secara positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, dan Debt-to-Equity, Current Ratio, Return on Asset,
Universitas Sumatera Utara
Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Equity tidak berpengaruh secara signifikan. Johan dan Lekok (2006) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa Current Ratio, Debt-toAsset Ratio, ukuran perusahaan, porsi saham publik, umur perusahaan, Net Profit Margin, status perusahaan, jenis kantor akuntan publik, dan struktur modal secara simultan berpengaruh positif terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, Current Ratio, ukuran perusahaan, dan jenis kantor akuntan publik berpengaruh positif terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dan Debt-to-Asset Ratio, porsi saham publik, umur perusahaan, Net Profit Margin, status perusahaan, dan struktur modal tidak berpengaruh. 2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Rasio Aktivitas Account Receivable Turnover ( ) Kelengkapan Rasio Likuiditas Current Ratio ( )
Pengungkapan Laporan
Rasio Profitabilitas Return on Equity ( )
Keuangan (Y)
Porsi Saham Publik ( ) Ukuran Perusahaan ( )
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Peneliti, 2011 Perusahaan yang memiliki rasio aktivitas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat efisiensi atau efektivitas yang tinggi dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mencapai target yang hendak dicapai oleh perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio aktivitas sebuah perusahaan, maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan tersebut. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang tinggi akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi dari perusahaan itu juga akan menambah minat para investor.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Dapat dikatakan perusahaan tersebut dalam kondisi yang sehat. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa kuatnya finansial suatu perusahaan akan cenderung memberi pengungkapan yang lebih untuk memberikan informasi yang lebih luas dari pada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah. Selain itu perusahaan dengan kondisi finansial yang kuat diangggap mampu menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya pengungkapan yang lebih luas. Semakin tingginya rasio profitabilitas perusahaan, menunjukkan semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan semakin baik kinerja perusahaannya. Dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan dan mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif. Oleh karena itu perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih berani mengungkapkan laporan. Dengan demikian semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Adanya perbedaan dalam porsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan semakin lengkap. Semakin besar porsi saham yang dimiliki oleh umum menyebabkan perusahaan lebih serius dalam memberikan informasi perusahaan kepada umum, artinya semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih banyak mengungkapkan butir-butir laporan keuangannya karena mereka memiliki lebih banyak informasi yang dapat diungkapkan. 2.3.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual dan tinjauan pustaka
yang
telah
dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan
baik
secara
simultan
maupun
secara
parsial.
Universitas Sumatera Utara