BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Online Media online memiliki kategori
yang membedakan dengan media
konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang ditulis “nyaris” bersamaan dengan waktu peristiwa berlangsung. Realtime, yang merupakan berita yang memiliki jeda antara kejadian atau peristiwa tidak jauh berbeda, running news, yang merupakan berita yang dilengkapi melalui link berita. Hal ini disebabkan karena berita onlie menyajikan berita yang cepat dan akurat sehingga untuk tetap menghadirkan cover both side, akan diperlukan konfirmasi pada berita-berita selanjutnya. Media berita online ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan media konvensional dalam memberitakan suatu peristiwa, salah satu kelebihan terserbut adalah aspek kecepatan pemberitaan dalam media berita online, yang dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat dengan tidak terhalang tempat dan waktu, karena media berita online dapat diakses langsung oleh penggunanya dimana pun mereka berada. Akan tetapi kelebihan ini juga dapat memberikan ruang bagi media berita online dalam hal aspek akurasi pemberitaan karena mengejar kecepetan. Media online kini menjadi alternatif media yang paling mudah dalam mendapat akses informasi atau berita.Tidak sedikit wartawan yang mencari berita dari
8
internet.Media online kini menjadi saran yang paling efektif untuk menerbitkan siaran pers (press realese) bagi pengirim berita, baik individu maupun institusi.Media online juga memiliki keunggulan-keunggulan lain seperti, adanya fasilitas hyperlink dapat dengan mudah menghubungkan dari situs lainnya sehingga pengguna dapat mencari atau memperoleh informasi lainnya. Dari sini pula, media online hadir dan makin meluas pengaruhnya.Bahkan kini hampir semua media cetak dan media elektronik pun memiliki media online sebagai penunjang
dan
basis
dokumentasi
penyajian
informasi
dan
berita
yang
dilakukannya.Setiap berita yang disajikan di media cetak atau media elektronik, kini dapat diakses melalui media online atau website masing-masing media tersebut.1 2.2. Analisis Framing Analisi Framing adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya anlisis isi dan analisis semiotic. Framing
secara sederhana adalah membingkai sebuah
peristiwa. Sobur (2001:162) mengatakan bahwa analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartwan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang perspektif itu pada akhirnya
1Kartika
Suci Lestari Parhusip, KONSTRUKSI MEDIA BERITA ONLINE TERHADAP PEMBERITAAN PEREMPUAN (Analisis Framing okezone.com dan kompas.com terhadap Pemberitaan Perempuan dalam Kasus Korupsi Impor Daging Sapi), UGM Yogyakarta 2014, Hal 27-28.
9
menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilingkan serta hedak dibawa kemana berita tersebut. Framing merupakan metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilahistilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. Dengan kata lain bagaimana realitas dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media. Ada hal penting dalam framing, ketika sesuatu diletakkan dalam frame, makan ada bagian yang terbuang ada bagian yang terlihat. Kita bisa menghadirkan analogi ketika kita memfoto suatu pemandangan, maka yang masuk dalam foto hanyalah bagian yang berada dalam “frame”, bagian lain terbuang. Mungkin contoh paling jelas adalah Rachmat.Ketika Rachmat difoto 3 X 4 untuk KTP, maka di-frame adalah dari bagian dada ke atas.Bagian bawah tidak masuk dalam frame. Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dikonstruksi dan dimaknai media denhan cara dan nilai-nilai tertentu menjadi berita yang disajikan kepada khalayak. Proses konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Dengan kata lain framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaiman perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau fakta apa
10
yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilingkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut.2 Gamson dan Mondigliani menyebut cara pandangan itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerit atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Kemasan (package) adalah gugusan ide-ide yang mengindikasikan tentang isu yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan dengan wacana yang terbentuk.3 Pada dasarnya analisis framing merupakan metode yang dikembangkan dengan paradigma konstruksionisme, digunakan untuk melihat bagaimana memaknai, memahami, dan membingkai peristiwa atau realitas. Menurut Eriyanto, analisis ini merupakan beberapa model framing, yaitu model Edelmen, Gamson Modigliani, Pan Kosicki, dan Entman. Berikut penjabaran dari keempat model framing. 1. Model Edelmen, modle ini mensejajarkan framing sebagai kategorisasi yaitu, pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula menandakan bagaiman fakta atau realitas dipahami dalam pandangan Edelmen, kategorisasi
2 3
berhubungan
dengan
Alex Sobur, op.cit., 162 Ibid 162-163
11
ideologi.
Bagaimana
realitas
dikategorisasikan, di antaranya ditandai dengan bagaimana kategorisasi tersebut dilakukan. 2. Model William A. Gamson dan Modigliani, model ini melihat framing sebagai perspektif atau cara pandangan yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package), yang menunujukan ide-ide untuk menunujukan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan. Keberadaan suatu package terlihat dari adanya gagasan sentral yang didukung oleh perangkatperangkat wacana. Dalam model ini, ada perangkat bagaiman ide sentral diterjemahkan dalam teks berita, yaitu framing device (perangkat framing) dan reasoning device (perangkat penalaran). Model Gamson Modiglani lebih menekankan penandaan dalam bentuk simbiolik, baik lewat kiasan maupun retorika yang secara tidak langsung mengarahkan perhatian khayalak. 3. Model Pan Kosicki, model ini mengasumsikan setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide dimana frame adalah ide yang dihubungkan dengan elemen berbeda dalam teks berita (kutipan sumber, latar informasi, pemakaian atau kalimat tertentu) kedalam teks berita secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini, perangkat dibagi dalam empat struktur, sintaksis (skema berita), simantik (kelengkapan berita), tematik (detail, koheransi, bentuk kalmiat, kata ganti), dan retoris (leksikon, grafis, metafora).
12
Model ini cenderung mengadaptasi pendekatan linguistik dan melihat dari sisi kelengkapan elemen berita.4 4. Model keempat sekaligus menjadi model framing yang digunakan dalam penelitian ini, model Robert N. Entman. Entman adalah salah satu seorang ahli yang meletakan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Entman mendifinisikan framing sebagai alat seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam hal ini merujuk pada penyajian secara khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian sebagaiman masalah itu digambarkan.5 Robert N. Entman mengatakan framing sebagai proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.6Pada dasarnya ada dua aspek dalam framing, Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan apa yang dipilih dan apa yang dibuang. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan into
4
Eriyanto, op.cit, 185-329. Arifatul Choiri Fauzi, Kabar-kabar Kekerasan Dari Bali, Yogyakarta LkiS Yogyakarta, 2007 hal 26. 6 Eriyanto, op.cit, 77 5
13
diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa dan sebagainya.7 Konsep Framing dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara mengungkap the power of a communication text. Entman melihat dalam dua dimensi besar, seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Framing dijalankan media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain. Konsep Entman kemudian digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas yang diliput oleh media. Framing dapat dipandang penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari isu yang lain.
7
Ibid 81
14
Tabel 2.2 Aspek Framing Robert N. Entman Seleksi Isu
Aspek ini berhubungan dengan pemiliahan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi? Dalam proses ini terkandung bagian berita mana yang dimasukan, tetapi ada juga yang dikeluarkan.
Penonjolan Aspek
Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek dari isu tertentu dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Sumber Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan politik media. Yogyakarta: LkiS, 2011 hal 222 Framing menurut Entman dapat muncul dalam dua level.Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi sebagai karakteristik dari teks berita.Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dilihat dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Menurut Entman, Framing dalam berita dilakukan dengan empat cara, yaitu:
15
Define Problems (pendefinisian masalah) yaitu, elemen yang merupakan master frame atau bingkai paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda, karena setiap individu memiliki perspektifnya masing-masing atas suatu masalah. Indetifikasi masalah adalah mengidentifikasi apa yang dilakukan agen penyebab masalah. Diagnose cause atau casual interpretation (memperkirakan penyebab masalah) yaitu, elemen kedua yang digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor dari suatu peristiwa atau mengidentifikasi kekuatan yang menyebabkan masalah. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaiman peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Dalam tahap ini, dapat terlihat bahwa ada yang dianggap sebagai pelaku dan juga ada yang dianggap sebagai korban. Make moral judgement (membuat pilihan moral) yaitu, elemen framing yang digunakan untuk membenarkan atau member argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Setelah masalah didefinisikan dan penyebab masalah sudah ditentukan dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.pada tahapan ini terjadi evaluasi si penyebab masalah dan efek yang ditimbulkan oleh masalah tersebut. Gagasan yang dikutip berdasarkan sesuatu yang familiar dan dikenaloleh khalayak.
16
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian) yaitu, elemen framing untuk melihat penyelesaian apa yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah atau isu apa yang ditawarkan dan yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah itu, menilai apa yang dikehendaki wartawan dan jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Keempat tahapan atau elemen merupakan alat atau untuk memilah dan mengetahui framing yang digunakan media untuk mengemas suatu peristiwa atau berita.Model framing Entman banyak berbicara tentang akses-akses yang suatu wacana menonjol dan mendapat perhatian lebih.Seperti misalnya, penempatan berita menjadi highlight dalam suatu pemberitaan media online. Jadi, analisis framing ini merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lain-lain) yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan
atau
member
penekanan
aspek
tertentu
sesuai
kepentingan
media.Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak8. Menurut Alex. A kenapa saya mengambil penelitian melalui detil.com dan kompas.com karena dua
8
Rachmat Kriyanto, S.sos., M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi, kencana prenada media group, Hal 253-254
17
media tersebut masuk dalam situs berita terpopular di Indonesia yang menyajikan sebuah kemasan berita yang menarik untuk di ikutin masyarakat di Indonesia. Contoh analisis framing dalam media adalah pada pemberitaan kasus suapgembong narkoba freddy budiman. Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan bagaiman pemberitaan tersebut dibingkai dan dikonstruksikan dalam media, yaitu detik.com dan kompas.com. pemberitaan kasus tersebut mengkostrusikan bahwa mereka terkesan mengintervensi aparatur Negara seperti Polri, BNN, dan TNI dalam pengakuan Haris Azhar bahwa Freddy Budiman melakukan suap kepada para petinggi tersebut. Sementara pengakuan Haris Azhar hanya seucap omongan belum membuktikan bukti yang menyakinkan publik bahwa para petinggi tersebut terlibat dalam kasus suap yang dilakukan Freddy Budiman untuk meringkan semua hukuman yang dijatuhi kepada dia.
18