BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori
2.1.1
Kewiraushaan Kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku wirausaha (Sudjana, 2004).
Wirausaha ialah orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil risiko, dan berorientasi laba. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2005) wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Dalam hubungan dengan bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah prionir dalam bisnis, inovator, penanggung risiko, yang memiliki visi kedepan, dan keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha. Menurut Meredith wirausaha adalah individu yang berorientasi kepada tindakan dan bermotivasi tinggi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya. Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses, pola sikap, perilaku, dan pandangan mampu menghasilkan gagasan cemerlang dan mewujudkan dalam usaha yang nyata. Mereka yang tidak memilki kepercayaan diri, tidak memilki gagasan baru, tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada serta hanya memandang sukses dan kejayaan yang telah lalu, tidak memiliki peluang untuk menjadi wirausaha yang berhasil (Widjajanta dkk, 2007:94). Ini berarti
kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, mengambil resiko dan berorientasi laba. Winarto (2004) menjelaskan kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi nilai tambah pada masyarakat.Menurut Mulyasa (2011: 189) kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan karakteristik yang melekat pada setiap indivu yang memilki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan yang produktif. Pengertian ini memberikan arti bahwa setiap orang bisa memiliki karakter kewirausahaan asalkan ia mau bekerja keras serta berpikir kreatif dan inovatif. Kewirausahaan
adalah
proses dinamis dari visi, perubahan dan
penciptaan yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat terhadap penciptaan dan implementasi dari ide baru dan solusi kreatif
(Kuratko,2009:21). Tidak
semua orang memiliki kapabilitas kewirausahaan. Hanya orang yang memiliki jiwa kewirausahaan dapat mendirikan dan mengelola usaha secara profesional (Echdar, 2013:19).Menurut Suryana (2006: 3) ciri-ciri orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan adalah: 1. Penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, dan bertanggung jawab 2. Memilki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif
3. Memilki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawsan kedepan 4. Memilki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak, dan 5. Berani menggambil risiko dengan penuh perhitungan. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Kreatifitas (creativity) adalah kemampuan mengembang ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang. Inovasi (innovation) adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang (doing new things) (Suryana, 2006: 2). 2.1.2
Orientasi Kewirausahaan Orientasi kewirausahaan disebut-sebut sebagai
spearhead
(pelopor)
untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi perusahaan berkelanjutan, berdaya saing
tinggi, berperan dalam pencapaian kesuksesan, meningkatkan kinerja
usaha, dan pendekatan baru dalam pembaruan kinerja (Suryanita, 2006). Seorang pemilik atau pengelola usaha harus menentukan usaha apa yang akan dilakukan, dimana usaha akan dilakukan, kapan modal
digunakan,
bagaimana pembelanjaan dilakukan, dan siapa saja yang terkait dengan usaha tersebut termasuk karyawan dan konsumen yang menjadi sasaran . Pada
proses
kewirausahaan
dibutuhkan
orientasi kewirausahaan
karena
orientasi kewirausahaan menentukan arah gerak usaha yang telah dirintis (Knight, 2000:14).Porter (2008) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai
strategi benefit perusahaan untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif di dalam market place yang sama. Orientasi Kewirausahaan merupakan suatu fenomena organisasi yang mencerminkan memulai
untuk
kemampuan
manajerial mereka,
berinisiatif dan
mengubah
sebagaimana
tindakan
perusahaan
kompetitif
mereka
sehingga dapat menguntungkan bisnis yang dijalaninya (Avlontis & Salavou, 2007).Orientasi kewirausahaan menciptakan keterampilan komplek, tak berwujud, tak diucapkan, yang memungkinkan perusahaan menghasilkan gagasan baru untuk penciptaan produk baru, inovatif, dan memiliki keberanian untuk menghadapi risiko (Frishammar dan Horte 2007; Becherer dan Maurer, 1997). Menurut Miller (1983) orientasi kewirausahaan merupakan suatu orientasi untuk berusaha menjadi yang pertama dalam inovasi produk pasar, berani mengambil risiko dan melakukan tindakan proaktif untuk mengalahkan pesaing. Peranan orientasi kewirausahaan adalah metode, praktik, dan pengambilan keputusan manajer dalam berwirausaha dan sebagai orientasi strategis perusahaan untuk bersaing. Orientasi kewirausahaan terbagi dalam lima dimensi (Lumpkin dan Dess, 1996), yaitu : 1. Inovatif Inovatif mencerminkan
kecenderungan seorang entrepreneur untuk
memunculkan dan merealisasikan ide–ide baru, mencoba cara – cara baru yang berbeda dari yang ada sebelumnya serta antusiasme untuk mengadopsi ide–ide baru atau metode baru untuk bisnis mereka, lalu
menerapkan inovasi tersebut dalam operasional bisnis mereka (Lumpkin & Dess, 2001; Wiklund & Shepherd, 2005). 2. Proaktif Sikap
Proaktif
mencari
peluang
seorang baru
pengusaha yang
mencerminkan
muncul
proses dalam
dengan mengembangkan,
memperkenalkan, serta membuat perbaikan terhadap produk ataupun jasa yang dipasarkannya (Lumpkin & Dess, 2001; Kobia & Sikalich, 2010; Kreiser et al, 2002). Sikap Proaktif juga menyangkut sebagaimana pentingnya inisiatif dalam proses kewirausahaan. Dalam usaha menjadi sebuah bisnis yang Proaktif, di perlukan beberapa faktor penunjang sebagai
indikator, bahwa
bisnis tersebut
telah memiliki dimensi
Proaktif dalam Orientasi Kewirausahaan. 3. Risk Taking Risk Taking atau pengambilan resiko merupakan suatu tindakan seorang entrepreneur yang memiliki kesediaan atau kemauan untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk dapat menjalankan suatu
pekerjaan
walaupun
tanpa adanya kepastian hasil yang akan
didapat. (Lumpkin & Dess, 2001; Kobia & Sikalich, 2010). 4. Keagresifan bersaing (Competitive Aggressiveness) Keagresifan bersaing adalah harapan-harapan dari perusahaan untuk menantang dan mengungguli pesaing dan ditandai oleh sikap atau tanggapan atau respon agresif terhadap tindakan-tindakan pesaing dalam
upaya menetrasi pasar dan memperbaiki posisi dipasar (Lumpkin dan Dess, 1996). 5. Otonomi (Autonomy) Otonomi merupakan kegiatan independent individual (mandiri) atau tim dalam menjabarkan ide-ide atau visi, membuat keputusan dan mengambil tindakan
yang
membawanya
bertujuan pada
untuk
penyelesaian.
memajukan Secara
konsep
umum
bisnis
otonomi
dan
berarti
kemampuan berinisiatif dalam mengeksploitasi peluang (Lumpkin dan Dess, 1996). Pada literatur lain, sebuah model orientasi kewirausahaan yang diambil dari faktor psikologi dipresentasikan oleh Lee dan Tsang (dalam Sinarasri, 2013). Faktor psikologi yang dimaksud adalah: 1. Need for Achievement (Kebutuhan Berprestasi) Kebutuhan berprestasi adalah faktor psikologi yang kuat memicu seseorang melakukan aktivitas sepanjang tujuannya belum tercapai (Lee dan Tsang, 2000). Need for Achievement mengacu pada dorongan yang kuat pada seseorang untuk mencapai suatu keberhasilan. Individu yang memilki Need for Achievement yang tinggi umumnya selalu ingin menghadapi tantangan baru. Individu dengan kebutuhan ini akan cenderung lebih mengejar prestasi pribadi dibandingkan reward terhadap keberhasilan. Ciri-ciri seseorang yang memiliki Need for Achievement adalah berusaha melakukan sesuatu dengan kreatif dan inovatif dan menggambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya.
2. Internal locus of control (Keyakinan Diri) Internal locus of control merupakan keyakinan bahwa keberhasilan itu adalah karena usaha dari diri sendiri. Individu yang mempunyai internal locus of control menunjukkan motivasi yang lebih besar, menyukai hal-hal yang bersifat kompetitif, suka bekerja keras, merasa dikejar waktu dan ingin selalu berusaha lebih baik dari kondisi sebelumnya, sehingga mengarah pada pencapaian pretasi yang lebih tinggi (Falikhatun,2003). 3. Self Reliance (Kepercayaan Diri) Kepercayaan diri adaah modal utama gerakan. Tanpa kepercayaan diri suatu gerakkan akan kehilangan daya hidup dan dinamikanya. 4. Extroversion (Keterbukaan) Kecenderungan orang untuk bersosialisasi, suka berteman, suka berbicara, aktif, dan memilki interaksi sosial yang tinggi. Berbagai literatur diatas sangat menekankan bahwa seorang wirausaha yang memiliki orientasi kewirausahaan yang baik yang akan memperbaiki sistemsistem mereka hingga produktif. 2.1.3
Keunggulan Bersaing Berkelanjutan Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan
yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang
terus
menerus
pasar
agar
(Prakosa,2005:53).
perusahaan
dapat
terus
menjadi
pemimpin
Perusahaan mengalami keunggulan bersaing ketika tindakan-tindakan dalam suatu industri atau pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika beberapa
perusahaan
yang
(Barney,2010:9). Keunggulan
bersaing bersaing
terlibat
dalam
dianggap
tindakan
sebagai
serupa
keuntungan
dibanding kompetitor yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding penawaran kompetitor (Kotler et al., 2005:461). Keunggulan bersaing diharapkan mampu untuk mencapai laba sesuai rencana, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta melanjutkan
kelangsungan
hidup
suatu
usaha
(Saiman,2014:128).Untuk
mempertahakan kelangsungan hidupnya dari situasi persaingan yang tidak dinginkan seperti berikut ini : 1. Banyaknya usaha yang bersaing 2. Ukuran serupa dari usaha yang bersaing 3. Kapabilitas yang serupa dari usaha yang bersaing 4. Penurunan permintaan produk industri 5. Turunnya harga produk/ jasa di industri 6. Ketika konsumen dapat beralih merek dengan mudah 7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi 8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah 9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing 10. Saat produk dapat dihancurkan 11. Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas 12. Ketika permintaan konsumen turun 13. Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan 14. Ketika saingan menjual produk / jasa serupa, dan 15. Ketika merger menjadi hal umum di industri (David, 2011:108).
Untuk kelangsungan keberadaannya, keunggulan bersaing perusahaan tersebut juga harus berkelanjutan (sustainable) karena pada dasarnya perusahaan ingin melanggengkan keberadaannya. Keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan akhirnya, untuk mengasilkan
keuntungan
(profit)
tinggi.
Artinya,
keunggulan
bersaing
berkelanjutan bukanlah akhir, tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir perusahaan. Keunggulan bersaing berkelanjutan didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kemampuan yang memungkinkan secara berkelanjutan usaha kecil sektor perdagangan untuk dapat menghasilkan tingkat penjualan dan laba yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya. Menurut Day & Wensley (1988) keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan bentuk-bentuk strategi untuk membantu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan jika perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai yang tidak dimiliki kompetitor dan perusahaan-perusahaan lain tidak mampu meniru kelebihan strategi ini. Keunggulan bersaing berkelanjutan diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan berdasarkan pendapat Barney (1991) yang terdiri dari: 1. Nilai-nilai dari perusahaan yang langka 2. Imitability, sulit ditiru 3. Durability, yaitu daya tahan perusahaan terhadap persaingan 4. Transferability, yaitu tingkat kemudahaan untuk menyalurkan.
2.1.4
Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan
jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil 20-99 orang tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebihh digolongkan sebagai usaha besar (Wismiarsi, 2008:6). Sementara menurut Kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan, bahwa usaha kecil adalah milik Warga Negara Indonesia baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih sebanyak-banyaknya Rp. 200.000.000 dan mempunyai omzet atau nilai output penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri sendiri. 1. Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Karakteristik yang melekat pada UMKM merupakan kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri.beberapa kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri. Beberapa kelebihan yang dimiliki UMKM adalah sebagai berikut: 1. Daya Tahan Motivasi pengusaha kecil sangat kuat dalam mepertahunkan kelangsungan usahanya karena usaha tersebut merupakan satu-satunya sumper penghasilan keluarga.Oleh karena itu pengusaha kecil sangat adaptif dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usaha. 2. Padat Karya Pada umumnya UMKM yang ada di Indonesia merupakan usaha yang bersifat padat karya. Dalam proses produksinya, usaha kecil lebih
memanfaatkan kemampuan tenaga kerja yang dimiliki dari pada penggunaan mesin-mesin sebagai alat produksi. 3. Keahlian Khusus UMKM di Indonesia banyak membuat produk sederhana yang membutuhkan keahlian khusus namun tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal.Keahlian khusus tersebut biasanya dimiliki secara turun-menurun.Selain itu, produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia mumpanyai kandungan teknologi yang sederhana dan murah. 4. Jenis Produk Produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia pada umumnya bernuansa kultur ,yang pada dasarnya merupakan keahlian tersendiri dari masyarakat di masing-masing daerah. Contohnya seperti kerajinan tangan dari bambu atau rotan, dan ukir-ukiran kayu. 5. Keterkaitan Dengan Sektor Pertanian UMKM di Indonesia pada umumnya masih bersifat agricultural based karena banyak komoditas pertanian yang dapat diolah dalam skali kecil tanpa harus mengakibatkan biaya produksi yang tinggi. 6. Permodalan Pada umumnya, pengusaha kecil menggatungkan diri pada uang (tabungan) sendiri atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal untuk kebutuhan modal kerja (Tambunan, 2002:166). Kelemahan-kelemahan UMKM tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha tersebut. Kendala yang umumnya dialami oleh UMKM adalah adanya
keterbatasan modal, kesulitan dalam pemasaran dan penyediaan bahan baku, pengetahuan yang minim tentang dunia bisnis, keterbatasan penguasaan teknologi, kualitas SDM (pendidikan formal) yang rendah, manajemen keuangan yang belum baik, tidak adanya pembagian tugas yang jelas serta sering mengandalkan anggoa keluarha sebagai pekerja tidak dibayar (Tambunan,2002:169). 2. Krieteria UMKM Adapun kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UKM berdasarkan aset dan omset adalah sebagai berikut: -
Usaha Mikro memiliki aset maksimal Rp. 50 juta dan omset maksimal Rp. 300 juta per tahun.
-
Usaha Kecil memiliki aset maksimal > Rp. 50 juta-Rp. 500 juta dan omset maksimal > Rp. 300 juta-Rp. 2,5 Milyar per tahun.
-
Usaha Menengah memiliki aset maksimal > Rp. 500 juta- Rp. 10 Milyar dan omset maksimal > Rp 2,5 Milyar- Rp. 50 Milyar per tahun.
2.2
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Cynthia Vanessa Djodjobo dan Hendra N. Tawas (2014)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Penelitian Penelitian
Pengaruh Orientasi Kewirausahaan , Inovasi Produk dan Keunggulan Bersaing terhadap
1. Orientasi kewirausahaan 2. Inovasi Produk 3. Keunggulan Bersaing 4. Kinerja Pemasaran
Teknik Analisis
Analisis Jalur
Hasil Penelitian
Orientasi kewirausahaa n dan inovasi produk secara simultan berpengaruh positif terhadap
Kinerja Pemasaran Usaha Nasi Kuning di Kota Manado The Impact of 1. Orientasi Analisis Entrepreneuria Kewirausahaan Deskriptif l Orientation 2. Kinerja Bisnis on Business Performance: A Study of TechnologyBased SMEs in Malaysia
keunggulan bersaing pada usaha nasi kuning di Manado Dimensi orientasi kewirausahaa n : inovasi, Azlin proaktif, Shafina pengambilan Arsyad, et risiko dan al agresifitas (2014) kompetitif yang berpengaruh pada kinerja bisnis Analisis 1. Kompetensi Confirmat Orientasi Kompetensi Kewirausahaan ory Factor kewirausahaa Kewirausahaan 2. Orientasi Analysis n , Orientasi Kewirausahaan (CFA) berpengaruh Kewirausahaan 3. Kinerja positif dan , dan Kinerja signifikan Industri Mebel terhadap kinerja,dan variabel Muzakar Isa orientasi (2013) kewirausahaa n terbukti memediasi hubungan antara kompetensi kewirausahaa n dan kinerja usaha mebel di Klaten Pengaruh 1. Orientasi Analisa Orientasi Orientasi Wirausaha Cross Tab Wirausaha Wirausaha 2. Keunggulan dan berpengaruh Arasy Terhadap Bersaing Analisis signifikan Alimudin Keunggulan Berkelanjutan Jalur terhadap (2011) Bersaing 3. Kinerja keunggulan Berkelanjutan Pemasaran Bersaing dan Kinerja Berkelanjuta
Pemasaran Usaha Kecil Sektor Perdagangan di Kota Surabaya
Perminas Pangeran (2011)
Rudi Hartono Soegianto, Enny Noegraheni (2011)
Andreas Rauch, Johan Wiklund, and G.T Lumpkin (2004)
n Sdan Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Sektor Perdagangan di Surabaya Pengaruh 1. Orientasi Analisis Keproaktifan Orientasi Kewirausahaan Regresi dan Kewirausahaan 2. Kinerja Berganda Pengambilan dan Kinerja Keuangan Resiko Keuangan 3. Pengembangan berpengaruh Terhadap Produk Baru terhadap Pengembangan kinerja Produk Baru pengembanga Usaha Mikro n produk dan Kecil baru dan mengindikasi kan adanya peningkatan kecepatan pengembanga n produk baru. Analisis 1. Modal Sosial Analasis Modal sosial Pengaruh 2. Orientasi deskriptif dan orientasi Modal Sosial Kewirausahaan dan kewirausahaa dan Orientasi 3. Kinerja Analisis n memilki Kewirausahaan Perusahaan Kuantitatif pengaruh Terhadap secara Kinerja simultan dan Kewirausahaan signifikan Pada PT. terhadap Mentari Esa kinerja Cipta kewirausahaa n
Entrepreneuria 1. Orientasi Meta l Orientation Kewirausahaan Analysis and Business 2. Kinerja Bisnis Performance : an Assessment of Past Research and
Orientasi kewirausahaa n dan kinerja bisnis memilki pengaruh positif dan
Suggestions for the Future
cukup besar.
2.3 Kerangka Konseptual Menurut Alimudin (2011) orientasi kewirausahaan menempati posisi strategis dalam mengembangkan keunggulan bersaing berkelanjutan usaha kecil sektor perdagangan (consumer goods) menjadi lebih baik, perlunya pemilik usaha kecil sektor perdagangan untuk berkomitmen terhadap inovatif, proaktif, risk taking. Menurut Metekohy (2013) orientasi kewirausahaan dalam hal sikap inovatif, proaktif pengambilan resiko dapat meningkatkan daya saing usaha kecil dan mikro. Orientasi kewirausahaan berpengaruh langsung, positif, dan signifikan terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan (Reswanda, 2011). Menurut Yulius dan Kusumadmo (2012) membukti bahwa intensitas inovasi
organisasi
berpengaruh
positif
terhadap
keunggulan
bersaing
berkelanjutan. Sesuai dengan penelitian Weerawardena (2003) peningkatan pada intensitas inovasi pada UKM kerajinan gerabah dan kulit dapat meningkatkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan dalam usahanya. Selain itu, hasil hasil penelitian Djodjobo dan Tawas (2014) berlawanan dengan hasil penelitian diatas dimana orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan dikarenakan pengelola usaha belum sepenuhnya memahami bagaimana cara menggunakan tahapan atau proses orientasi kewirausahaan. Rusman (2008) upaya UKM dalam membangun keunggulan bersaing pada UKM sektor pertambangan batubara di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan
menemukan bahwa untuk membangun keunggulan bersaing berkelanjutan perusahaan perlu menerapkan strategi yang tepat secara konsisten dan berkesinambungan dan menciptakan strategi yang sukar ditiru. Pada
intinya
seorang
wirausahawan
apabila
menerapkanorientasi
kewirausahaan, maka wirausahawan tersebutmengarahkan untuk dapat meraih tujuan yaitu keunggulan bersaing berkelanjutan. Karena orientasi kewirausahaan memilki hubungan positif dan signifikan terhadap keungulan bersaing berkelanjutan. Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Medan. Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Orientasi Kewirausahaan
Keunggulan Bersaing Berkelanjutaning Berkelanjutan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah: Orientasi
Kewirausahaan Berpengaruh
Positif
Keunggulan Bersaing Berkelanjutan pada UMKM.
dan
Signifikan Terhadap