1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Kelas
: Monocotyledone
Ordo
: Graminae
Famili
: Graminaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L
Berdasarkan klasifikasi jagung di atas, maka secara morfologi tanaman jagung dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Akar Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar yaitu akar seminal, akar adventif dan akar udara akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku paling bawah yaitu sekitar 4 cm dibawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku
2
terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah dan keadaan air tanah (Purwono dan Hartono, 2005). (2) Batang Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergatung dari varietas dan tempat penaman umumnya berkisar 60-300 cm (Purwono dan Hartono, 2005). (3) Daun Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis. Selain itu, tanaman juga mempunyai ibu tulang yang terletak tepat di tengah-tengah dan sejajar dengan ibu daun. Jumlah daun sekitar 8-48 helai setiap batangnya tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam. Panjang daun 30-45 cm dan lebarnya antara 5cm-15cm. Pada sisi sebelah atas daun terdapat sel-sel kipas. Sel-sel kipas ini pada musim kemarau sangat berguna, yaitu mampu menyerap air di bawah tekanan turgor sehingga daun menggulung atau mengerut. Pada sisi bawah terdapat stomata atau mulut daun yang jumlahnya lebih banyak (Warisno, 2009). (4) Bunga Bunga tanaman jagung kecil dan ringan dengan serbuk sari yang jumlahnya sangat banyak, sehingga penyerbukan yang tejadi sering karena bantuan angin (Rochani, 2003).
3
B. Syarat Tumbuh (1) Syarat Iklim Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan serta dalam menentukan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang tidak mendukung, misalnya banyak hujan badai dan angin ribut bahkan banjir, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan termasuk pada tanaman jagung. Walaupun tanaman jagung sangat cocok pada daerah yang beriklim sejuk dan dingin, namun jika terlalu banyak hujan juga akan mengurangi kualitas jagung. Tanaman jagung dapat berproduksi dengan baik dan berkualitas pada daerah yang berilkim sejuk yaitu 50 derajat LU samapi 40 derajat LS dengan ketinggian sampai 3000 meter dari permukaan laut. Namun untuk jenis-jenis jagung tertentu, dapat juga pada tempat yang berbeda dari kondisi tersebut dan dapat berproduksi dengan baik (Rochani, 2003). Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan sebaiknya antara 27-32 derajat celcius. Pada proses perkecambahan benih, jagung memerlukan suhu sekitar 30 derajat celsius. Panen jagung pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Purwono dan Hartono, 2005). (2) Syarat Tanah Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman berpegang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah. Meskipun ada tanaman yang diusahakan dengan media air (hydrophonic), tetapi belum banyak berarti dibandingan dengan usaha pertanian yang
4
dilakukan di atas tanah pertanian. Perubahan keadaan tubuh tanah, baik secara kimia, fisik maupun biologi akan mempengaruhi fungsi dan kekuatan akar dalam menopang pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk misalnya akan memperkaya secara kimia ketersediaan hara didalam tanah sehingga akar dapat menyerapnya untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan demikian, tanaman akan berproduksi maksimal (Purwono dan Hartono, 2005). Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak tanaman saat pertumbuhan awal, saat berbunga dan saat pengisian biji. Kekurangan air pada stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun. Kebutuhan jumlah air setiap varietas sangat beragam. Namun demikian, secara umum tanaman jagung membutuhkan 2 liter air tanaman per hari saat kondisi panas dan dingin (Purwono dan Hartono, 2005).
(3) Jagung Hibrida Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan hasil. Ditinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasai surya tinggi dengan suhu siang dan malam yang tinggi, curah hujan yang rendah dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu yang tinggi, serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Warisno (2009) mengemukakan bahwa, didorong oleh kebutuhan akan peningkatan kesejahtraan serta kesadaran akan potensi dan kemampuan yang dimilikinya para petani menghayati benar bahwa salah satu cara untuk
5
produktivitas usaha taninya adalah melalui budidaya jagung unggul hibrida. Jagung hibrida memiliki daya hasil yang cukup tinggi dan juga tahan terhadap serangan penyakit bulai (Sclerospora maydis). Menurut Rukmana (2009), pembuatan jagung hibrida unggul merupakan pekerjaan yang penuh dengan kemungkinan kegagalan dan memerlukan banyak waktu, tenaga, fasilitas dan koleksi galur murni (inbred line). Cara memproduksi jagung hibrida berbeda dengan cara memproduksi jagung bervarietas bersari bebas. Setiap kali memproduksi benih jagung hibrida harus dibuat persilangan antara kedua induk dan menggunakan biji generasi pertama (F1) sebagai benih, karena biji generasi kedua (F2) tidak akan memberikan hasil yang tinggi F1. (4) Pentingnya Pupuk Phonska pada Tanaman. Pupuk phonska adalah pupuk anorganik, keanekaragaman pupuk anorganik ini sebetulnya sangat menguntungkan petani jika dipahami betul aturan pakainya, sifat-sifat dan manfaatnya bagi tanaman. Kalau sudah dikuasai berapapun jenis pupuk yang ada kita tidak akan bingung memilihnya. Jika tidak, ragam pupuk yang terus bertambah ini akan memancing kemarahan petani karena sering gagal menggunakannya (Lingga dan Marsono, 2008). Pupuk anorganik memiliki keuntungan yaitu (1) pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2) kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan
dengan
pupuk
organik.
Pupuk
anorganik
mempunyai
6
kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000). Pupuk Phonska merupakan terbosan baru dari Petrokimia Gresik pupuk majemuk ini mengandung urea, kalium, dan fosfat. NPK merupakan pupuk majemuk (dalam satu pupuk mengandung beberapa jenis unsur hara) yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya. Phonska itu salah satu merek pupuk NPK (pupuk majemuk) selain itu juga ada Mutiara, Rustika Yellow dll. Jadi tidak ada yang lebih unggul karena phonska merupakan salah satu merek pupuk NPK (pupuk Majemuk), kecuali dibandikan dengan merek yang lain di atas tentu masalah keunggulan tergantung pada teknik budidaya maupun kondisi iklim dan tanah dimana tumbuh yang dipupuk. Kegunaan pupuk NPK seperti phonska : N (nitrogen) diperlukan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman sebelum mengalami masa produksi P (phospor) berguna untuk merangsang pembentukan bunga dan buah sedangkan K (kalium) menguatkan akar bunga dan buah. Keunggulan pupuk phonska, phonska dibuat melalui proses industri berteknologi tinggi, sehingga dihasilkan butiran yang homogen. Setiap butir pupuk phonska mengandung tiga macam unsur hara utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) yang diperkaya dengan unsur hara belerang (S) dalam bentuk larutan air, sehingga mudah diserap akar tanaman. Phonska juga dapat digunakan untuk semua jenis tanaman serta pada berbagai kondisi iklim dan lingkungan. Penggunaan pupuk phonska menjamin diterapkannya teknologi
7
pemupukan berimbang sehingga dapat meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian. Pupuk phonska dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan mudah dalam aplikasi serta memiliki sifat-sifat agronomis yang menguntungkan. Tanaman akan tumbuh dengan baik jika unsur hara dalam tanah terpenuhi, unsur hara utama yang diperlukan tanaman adalah N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium) jika satu diantaranya tidak tersedia maka akan menurunkan produksi tanaman. Pemupukan adalah cara untuk mencukupi kebutuhan akan tanaman seperti pemupukan phonska,
pupuk phonska
merupakan jenis pupuk majemuk yang memiliki kandungan unsur hara N 15% P2O5 15% dan KO2 15% yang diperkaya dengan kandungan unsur hara belerang (S) dalam bentuk larutan air sehingga mudah diresap akar tanaman (Permadi, 2007). Pupuk phonska memilki manfaat diantaranya: (1) menjadikan daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun yang penting bagi proses fotosintesis, (2) mempercepat pertumbuhan tanaman, mempercepat pencapaian tinggi tanaman maksimum dan jumlah anakan maksimum, (3) memacu pertumbuhan akar, perakaran lebih lebat sehingga tanaman menjadi sehat dan kuat, (4) menjadikan batang lebih tegak, kuat dan mengurangi resiko rebah, (5) meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama penyakit tanaman dan kekeringan, (6) Memacu pembentukan bunga mempercepat pemasakan biji sehingga panen lebih, (7) menambah kandungan protein, (8) memperlancar proses pembentukan gula dan pati, (9) memperbesar
8
jumlah buah/biji tiap tangkai, (9) memperbesar ukuran buah umbi, serta butir biji-bijian.