8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Sikap Demokratis Nilai memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena merupakan alat ukur yang dapat mengukur berbagai hal yang ada dalam kehidupan manusia. Menurut Fraenkel (1977:6) “a value is an idea-a concept-about what someone thinks is important in life.” Berdasarkan pengertian di atas, nilai dapat diartikan sebagai alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur sikap manusia dalam kehidupan bersosial. Nilai yang dijadikan patokan ialah nilai keluhuran, kemuliaan, kejujuran, dan religius. Norma adalah aturan yang berlaku di suatu daerah atau suatu masyarakat untuk ditaati dan dijalankan. Norma bertujuan untuk mengontrol kehidupan manusia agar selalu seimbang, dan selaras sesuai dengan nilai-nilai yang mulia. Norma terdiri dari beberapa jenis yaitu norma agama, norma sosial, norma hukum, dan norma kebiasaan. Menurut Muslich (2011:19) norma berkaitan dengan sanksi, seseorang yang melanggar norma akan mendapat sanksi. Moral memiliki kaitan erat dengan nilai dan norma karena seseorang yang memiliki nilai dan menaati norma akan memiliki moral yang baik. Muslich (2011:19) mengatakan moral memberikan petunjuk,
8 Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
9
pertimbangan, dan tuntunan untuk berbuat dengan tanggung jawab sesuai dengan nilai dan norma yang dipilih. Jadi, dasar dari moral seseorang ialah jika ia telah mengikuti nilai dan norma yang berlaku. Seseorang yang tidak dapat menaati nilai dan norma di tempat tinggalnya tidak dianggap bermoral. Menurut Gutman‟s dalam Benninga. (1991:4) “moral education is a conscious effort shared by parent, society, and professional educators to help „shape the character of less well educated people.” Maksudnya yaitu pendidikan moral merupakan usaha yang dilakukan oleh orang tua, masyarakat, dan pendidik professional untuk membantu pembentukan karakter seseorang. Setiap orang dikenal karena watak atau karakternya dan yang membedakan antara satu orang dan lainnya ialah karakternya, yang dapat dilihat dari tingkah laku, kebiasaan, pola pikir, dan cara seseorang dalam menanggapi suatu peristiwa. Simon Plilips dalam Mu‟in (2011:160) menyatakan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.
Karakter
merupakan
pondasi
dalam
bersikap
dan
berperilaku. Dalam karakter terdapat nilai positif maupun nilai negatif yang akan menjadi cerminan orang tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Samani dan Hariyanto (2012:42) dijelaskan bahwa karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Penanaman pendidikan agama penting untuk membentuk
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
10
akhlak atau karakter seseorang supaya dapat menjadi manusia yang religius dan menjadi seseorang yang berkarakter. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang ada dalam diri setiap individu baik pola pikir, sikap, perilaku, budi pekerti atau dalam
agama Islam disebut akhlak yang
membedakan antara individu, akhlak terdiri dari dua jenis yaitu akhlak terpuji maupun akhlak tercela. Karakter yang dimiliki oleh siswa di kelas VB SD Negeri 1 Karangduren masih jauh dari harapan. Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti laksanakan dan berdasarkan wawancara dengan wali kelas kelas VB diketahui bahwa siswa kelas VB memiliki sikap demokratis yang jauh dari harapan. Siswa belum mampu menghormati hak dan kewajiban kepada diri sendiri dan orang lain. Membentuk karakter seseorang harus dilakukan sejak dini, dan dapat dilakukan di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter wajib diberikan pada anak, khususnya di Sekolah. Pendidikan karakter diperlukan guna membentuk watak seseorang menjadi manusia yang berakhlak mulia. Menurut Aunillah (2011:18) menyatakan definisinya mengenai pendidikan karakter sebagai: Sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
11
Melalui pendidikan karakter, maka diharapkan hal-hal di atas dapat terwujud, sehingga akan lahir manusia-manusia yang dapat memajukan dan memimpin lingkungan dengan bijak dan adil, baik dalam memimpin diri sendiri, keluarga hingga memimpin masyarakat.
Selain itu juga
terdapat definisi dari Fakry Gaffar dalam Kesuma, dkk (2012:5) yang menyatakan pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilainilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Jadi, dengan pendidikan karakter, seseorang akan diarahkan pada kesadaran terhadap nilai-nilai ketuhanan yang harus ditaati supaya tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Winton (2008:4) mengatakan “character education is the intentional effort by educators to teach values to students.” Nilai-nilai yang diajarkan kepada siswa ialah nilai moral, yang akan membentuk watak
dan kepribadian siswa sehingga diharapkan akan melahirkan
generasi penerus yang memiliki pegangan hidup dan mampu merespon peristiwa dengan baik. Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan akhlak terpuji yang diberikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat menjadi manusia yang bijak, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia. Pendidikan karakter harus ditanamkan kepada anak sejak dini supaya tertanam dalam
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
12
diri anak karakter yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan buruk yang ada di masyarakat sekitarnya. Pendidikan karakter sangat penting diajarkan di sekolah, khususnya pada siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren. Permasalahan yang dimiliki oleh siswa kelas VB yang berupa minimnya sikap demokratis siswa yang harus diubah. Cara mengubah karakter siswa yang buruk dapat dilakukan dengan diterapkannya pendidikan karakter. Sikap merupakan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang, namun tidak semua tingkah laku merupakan sikap. Menurut Thurstone, Likert, dan Osgood dalam Azwar (2012:5) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi dari perasaan. Jadi sikap itu berasal dari perasaan baik positif maupu negatif yang ada dalam diri manusia dengan didasarkan pada watak atau karakter setiap orang. Sikap ialah bentuk respon yang ditunjukkan jika terjadi stimulus, yang dapat menghasilkan respon baik positif maupun negatif, sesuai dengan karaker yang dimiliki oleh orang tersebut. Kata demokrasi memang sudah tidak asing terdengar di telinga kita, karena negara kita adalah negara demokrasi. Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata Yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan cratein atau cratos, yang berarti “kekuasaan” atau “kedaulatan” (Suparyanto,2009:2). Jadi demokrasi memiliki arti kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, maksudnya yaitu kekuasaan sepenuhnya berada di tangan rakyat.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
13
Suparyanto (2009:1) menyatakan demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Rakyat memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahan untuk mengatur dan membuat Undang-Undang demi kesejahteraan masyarakat melalui wakil-wakil rakyat. Menanamkan sikap demokratis dapat dimulai dari lingkungan sekolah, karena sekolah merupakan tempat untuk mengenyam pendidikan sehingga diharapkan dapat menciptakan generasi bangsa yang memiliki jiwa Pancasila. Thakkar (2012:2) mengatakan “the school should provide the environment and atmosphere of democracy in school”. Sekolah harus dapat memfasilitasi siswanya supaya siswa dapat terlatih dan terbiasa untuk bersikap demokratis sehingga akan tertanam sikap demokratis dalam jiwa siswa. Menurut John Dewey dalam Naim (2012:168) sekolah merupakan sebuah miniatur masyarakat demokratis. Siswa memiliki kepribadian dan perilaku yang berbeda-beda. Kepribadian yang mereka miliki belum tentu sesuai dengan nilai demokratis. Oleh sebab itu, untuk mencapai individu yang demokratis, perlu ditanamkan nilai demokratis sejak dini di semua lingkungan, salah satunya dapat dilakukan di lingkungan
sekolah.
Nilai-nilai
demokrasi
diantaranya
yakni
berkomunikasi, berdiskusi, membentuk kesepakatan bersama, dan menyelesaikan segala permasalahan dengan kepala dingin dengan jalan damai dan tertib. Di dalam menyelesaikan suatu permasalahan, siswa
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
14
dibiasakan untuk menyelesaikannya dengan kepala dingin, bukan dengan pertengkaran karena pertengkaran justru akan membuat masalah semakin besar dan rumit untuk diselesaikan. Mustari (2011:167) menjelaskan demokratis adalah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sebagai warga negara yang hidup di negara demokrasi, penting sekali menanamkan sikap demokratis kepada siswa khususnya Sekolah Dasar, karena semakin dini menanakan sikap demokratis akan semakin mudah dan membangkitkan kesadaran siswa untuk bersikap demokratis. Menanamkan sikap demokratis dapat diakukan melalui kegiatan belajar mengajar, siswa dibiasakan untuk tidak memaksakan pendapatnya yang paling benar, berusaha untuk berprasangka baik terhadap orang lain, dan bertindak adil dalam memutuskan suatu peristiwa. Kelebihan
demokrasi
menurut
Naim
(2012:165)
adalah
mempersatukan masyarakat dalam perbedaan, karena rakyat bisa bersatu sebab mempunyai dasar dan tujuan yang sama. Bangsa Indonesia yang memiliki beragam suku, ras, budaya, dan agama dapat bersatu karena tujuan bangsa Indonesia satu, yaitu membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indikator keberhasilan kelas dalam pengembangan pendidikan karakter demokratis menurut Fitri (2012: 41), dan Wibowo (2012:101) yaitu:
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
15
a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain b. Sistem pemilihan ketua kelas dan pengurus kelas secara demokratis c. Mendasarkan setiap keputusan pada musyawarah mufakat d. Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif. Berdasarkan indikator di atas, maka peneliti menyatakan bahwa sikap demokratis siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren masih kurang karena belum mencapai indikator-indikator tersebut sehingga sikap demokratis di kelas VB perlu ditingkatkan. Sikap demokratis dalam proses pembelajaran berdasarkan materi yang digunakan yaitu Mengenal Bentuk Keputusan Bersama lebih cocok menggunakan
metode
Simulasi.
Pada
kegiatan
simulasi,
cara
meningkatkan sikap demokratis yaitu ketika siswa memerankan peranannya dalam simulasi, siswa diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya sesuai dengan kehendaknya. Dalam memilih siswa dituntut untuk berpikir logis, dapat menyampaikan pendapatnya secara cerdas sesuai dengan kenyataan, bukan dengan alasan yang tidak masuk akal, dan siswa mampu menyampaikan alasan-alasannya tersebut di dalam lingkup diskusi. Selain siswa bebas menyampaikan pendapatnya, siswa juga harus mampu untuk menyampaikan pendapatnya dengan sopan dan santun, mampu menghargai pendapat peserta lain yang tidak sependapat dengannya. Di dalam kegiatan simulasi pengambilan keputusan bersama, siswa dilatih untuk dapat menghargai peserta lain, mampu menahan
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
16
emosi, dan tidak berbicara semaunya sendiri. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat menerima hasil keputusan bersama dengan lapang dada. Di sekolah, siswa dilatih untuk bersikap demokratis melalui kegiatan simulasi seperti penjabaran di atas. Melalui kegiatan belajar di kelas, guru memfasilitasi siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan secara bermusyawarah. “The children to have a forum where they can raise and discus issues in the school that are troublesome and work together to find solutions to the problems” (Benninga,1991:85). Benninga menjelaskan untuk menanamkan sikap demokratis di Sekolah Dasar di mulai dengan diskusi kelas, siswa saling bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang terjadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan suatu persoalan lebih baik diselesaikan dengan cara musyawarah. Berikut adalah indikator sikap demokratis yang dikembangkan dari Fitri dan Wibowo, dan telah disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran melalui metode Simulasi, yaitu: a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan Simulasi b. Menyampaikan pendapat dengan santun c. Memberikan masukan dengan alasan yang cerdas d. Tidak memaksakan kehendak orang lain e. Melaksanakan hak dan kewajiban dengan tanggung jawab f. Menghargai hak dan kewajiban orang lain g. Mentolerir kesalahan yang dilakukan peserta lain.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
17
Indikator di atas yang dijadikan patokan untuk menerapkan karakter sikap demokratis siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren melalui kegiatan belajar dengan metode Simulasi. Melalui Simulasi dengan tema “Mengenal Bentuk Keputusan Bersama, siswa belajar untuk aktif mengikuti kegiatan simulasi, berpartisipasi mengikuti kegiatan simulasi dengan menyampaikan pendapatnya pada simulasi dalam menentukan sebuah keputusan dengan disertai dengan alasan-alasan yang masuk akal, siswa juga berlatih untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri dengan menganggap siswa lain memiliki hak yang sama dan memperlakukan siswa lain sebagaimana memperlakukan diri sendiri dengan tidak memaksakan kehendak siswa lain, siswa dilatih untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dan menghormati hak dan kewajiban siswa lain serta memiliki sikap lapang dada dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi sehingga diharapkan siswa akan mampu bersikap demokratis ketika siswa telah terjun dalam masyarakat. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan hak dan kewajiban setiap manusia. Belajar dapat dilakukan di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Pada proses belajar, manusia akan memperoleh keahlian atau pengetahuan baru yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
18
Djamarah dan Zain (2010:10) dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Hal tersebut menyiratkan bahwa belajar itu tidak hanya dilakukan sekali saja, namun dilakukan secara berulang-ulang dan berkesinambungan dan dapat dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Smith dan Sarason (1986:197) juga mengatakan hal yang sama “… learning as a change in behavior or in potential behavior that occurs as result of experience.” Smith dan Sarason menjelaskan bahwa belajar ialah perubahan perilaku yang terjadi pada manusia yang diperoleh dari peristiwa yang pernah dialami, sehingga dapat di ambil pelajaran yang baik dan meninggalkan keburukan dari peristiwa supaya tidak terulang lagi. Kemudian Bhatia (1977:216) juga pendapat yang sejalan dengan Smith dan Djamarah, ia mengatakan “learning is behaviour change which result from experience, the ability to learn to respond differently to a situation because of past response to that situation” Bhatia menambahkan melalui belajar dari pengalaman, manusia akan mampu merespon peristiwa yang sama dengan sikap yang berbeda, karena situasi di masa lalu belum tentu sama dengan situasi di masa sekarang. Pada intinya mereka sama-sama menegaskan bahwa belajar yang paling baik ialah melalui pengalaman. Maksud dari pengalaman yaitu belajar dapat melalui pengalaman dari diri sendiri maupun dari
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
19
pengalaman
orang lain.
Setelah
melakukan
kegiatan
belajar,
diharapkan manusia akan berubah kearah yang lebih baik. Melalui belajar, maka manusia akan memiliki suatu kepribadian atau keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya, dan memiliki wawasan yang luas sebagai pembentuk kepribadiannya. Sagala (2010:16) sendiri mengartikan belajar sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Belajar akan membuat manusia memiliki perbedaan sikap kearah yang lebih baik dan mampu memililah-milah antara hal yang baik hal yang buruk. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan belajar adalah segala usaha yang dilakukan dengan tujuan terjadinya perubahan pada individu kearah yang lebih baik, yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Meskipun guru sudah berusaha keras untuk mengajar dengan baik, namun masalah-masalah dalam belajar pasti tetap ada dan merupakan tantangan bagi setiap guru. Masalah tersebut dapat berasal dari dalam internal siswa atau berasal dari eksternal siswa. Oleh sebab itu, guru perlu untuk memahami
pribadi
masing-masing
siswanya
sehingga
dapat
diambilkan keputusan dalam penanganannya serta mampu menyikapi pribadi siswa yang berbeda tersebut. b. Pengertian Prestasi Belajar Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestige. Dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” berarti “hasil usaha”
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
20
(Arifin, 2011:12), yaitu hasil usaha yang telah diraih seseorang setelah melakukan pekerjaan. Prestasi terdiri dari dua jenis, yakni prestasi akademik dan prestasi belajar.Prestasi belajar menurut Arifin, (2011:12) merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Manusia tercipta sebagai makhluk yang tidak akan pernah merasa puas, setelah belajar ia akan terus berusaha untuk unggul dan mendapatkan prestasi yang lebih tinggi sesuai dengan minat dan bakatnya. Syamsuddin dalam Gunawan (2012:153) menjelaskan: Prestasi belajar adalah kecakapan nyata atau aktual yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji karena merupakan hasil usaha yang bersangkutan dengan bahan dan dalam hal-hal tertentu yang dialaminya. Siswa yang berprestasi ialah siswa yang memiliki kecakapan dalam bidang pelajaran tertentu atau pada semua mata pelajaran, dan dapat diuji oleh pendidik atau pihak lain guna membuktikan dan menunjukkan kelebihannya tersebut. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan prestasi belajar adalah hasil yang didapatkan setelah melakukan kegiatan, dan hasilnya mengalami
peningkatan
atau
mencapai
batas
minimal
yang
diharapkan. Dalam mengukur tingkat pemahaman siswa khususnya prestasi belajar, maka digunakan tes prestasi belajar. Menurut Azwar
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
21
(2009:9) “Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.”
Tes ini dilakukan
setelah proses belajar dilaksanakan. Dalam menyusun soal evasuasi harus benar-benar diperhatikan aspek-aspek yang akan diukur. Morris (1978:10) mengatakan “the summative evaluator must pay close attention to the program's announced and apparent achievement objective”.Seorang evaluator yang akan menyusun soal evaluasi atau menyusun suatu pernyataan harus memperhatikan objek yang akan diukur, materi yang akan dijadikan patokan untuk mengukur prestasi, fungsi dari penyusunan evaluasi dan tujuan dari evaluasi tersebut. c. Fungsi Prestasi Belajar Menurut Arifin (2011:12) prestasi belajar memiliki fungsi, diantaranya: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.” 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
22
3. Metode Simulasi Secara etimologis, kata “simulasi” berasal dari kata “simulate” yang artinya “berpura-pura” atau “berbuat seakan-akan” (Gunawan, 2012:179). Metode Simulasi ialah metode belajar dengan sajian materi melalui peristiwa buatan atau tiruan yang diperankan oleh siswa supaya siswa mampu memahami konsep dan isi dari materi, serta merasakan sebagai tokoh dari yang diperankannya. Biasanya simulasi digunakan untuk menyampaikan materi yang tidak dapat disajikan secara nyata, sehingga dibuat miniatur peristiwanya. Menurut Savage and Armstrong (1996:215) “simulations simplify reality to highlight certain key ideas.” Simulasi digunakan untuk menyederhanakan kejadian nyata yang rumit, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami pokok-pokok pelajaran yang harus di pahami sehingga dapat menjadi pelajaran bagi siswa. Melalui metode simulasi, siswa akan merasakan sendiri menjadi tokoh dalam peran yang dia mainkan, dan belajar menentukan sikap yang harus dilakukan untuk menanggapi atau untuk menyelesaikan suatu kejadian. Tujuan dari simulasi untuk melatih kepekaan siswa dalam menghadapi peristiwa sehari-hari yang ada di lingkungannya, membantu siswa untuk memahami konsep, dan melatih siswa dalam memecahkan suatu
permasalahan.
Sanjaya
dalam
Gunawan
(2012:180)
mengungkapkan metode Simulasi terdiri dari tiga jenis yaitu sosiodrama, psikodrama, dan role playing, dan Sudjana (2010:90) menambahkan simulasi game. Sosiodrama biasanya digunakan untuk memecahkan
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
23
permasalahan peristiwa sosial, sehingga siswa dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Psikodrama merupakan metode belajar berkaitan dengan permasalahan psikolgis, dengan berperan langsung, diharapkan dapat menjadi terapi bagi siswa sehingga lebih mudah untuk memahami permasalahan. Role playing biasanya digunakan untuk mengkreasi peristiwa sejarah atau peristiwa yang mungkin akan muncul di masa mendatang. Sedangkan, Simulasi game melatih siswa untuk berkompetisi dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan materi pelajaran yang akan diteliti, yakni mengenai Mengenal Bentuk Keputusan Bersama, siswa akan belajar untuk membuat keputusan secara otoriter, suara terbanyak, dan secara musyawarah. Joyce, Weil, dan Calhoun (2009:435) menyatakan dalam simulasi, siswa belajar dari konsekuensi tindakan yang mereka ambil. Siswa yang telah memutuskan untuk memilih sesuatu atau telah bersepakat untuk mengambil suatu keputusan, harus mau untuk menerima dampak positif dan negatif dari keputusan yang diambil tersebut, karena merupakan tanggungjawabnya. Siswa tidak boleh mencela pihak mayoritas apabila ia berada di pihak minoritas yang membuat pemikirannya tidak dapat terealisasikan. Mereka belajar untuk saling menghargai orang lain dan menghormati keputusan yang telah disepakati, serta mau menjalankan dan menaati segala konsekuensinya.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
24
Tahapan-tahapan
dari
metode
simulasi
dalam
kegiatan
pembelajaran menurut Gunawan (2012:181) yaitu: a. Persiapan simulasi 1) Guru terlebih dahulu menentukan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai 2) Guru terlebih dahulu memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan 3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang disediakan 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam peranan simulasi. b. Pelaksanaan simulasi 1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian 3) Memberikan bantuan kepada pemeran yang mengalami kesulitan 4) Hentikan simulasi pada saat-saat puncak. Hal ini untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan c. Mengakhiri simulasi 1) Lakukan diskusi kecil tentang jalannya simulasi. Apakah telah sesuai dengan keinginan atau belum 2) Lakukan kritik terhadap beberapa kesalahan dalam melakukan simulasi 3) Berikan respon positif terhadap siswa yang melakukan simulasi dengan bagus 4) Rumuskan kesimpulan dari apa yang telah disimpulkan. Setiap metode memiliki kelebihan masing-masing. Menurut Gunawan (2012:197) kelebihan metode ini yaitu: a. Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat; b. Dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peran yang sesuai dengan topik yang disimulasikan; c. Dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa; d. Dapat memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis; e. Dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
25
Selain kelebihan di atas, metode Simulasi juga memiliki kekurangan, diantaranya: a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan; b. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan; c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, maka peneliti akan
berusaha
untuk
membimbing
kegiatan
simulasi,
peneliti
memoderatori proses jalannya kegiatan simulasi supaya wawasan siswa tidak hanya terpatok pada pengetahuan yang ada saja sehingga siswa diharapkan mampu mengembangkan pola pikirnya secara lebih luas.Dalam kegiatan Simulasi, mungkin siswa tidak sadar bahwa mereka sedang belajar, supaya siswa serius mengikuti kegiatan tersebut, peneliti akan memberikan penghargaan bagi siswa yang aktif mengikuti kegiatan simulasi sehingga mereka tidak menganggap remeh kegiatan simulasi. Penghargaan juga dapat digunakan untuk menarik minat siswa untuk percaya diri dan berperan aktif mengungkapkan pemikirannya, selain itu rasa malu dapat diatasi dengan memberikan motivasi terlebih dahulu sebelum kegiatan simulasi dimulai. Dengan motivasi dan penghargaan, diharapkan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode Simulasi.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
26
4. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mendidik generasi penerus bangsa menjadi warga negara yang cerdas, memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, memiliki jiwa nasionalisme, dan mempersiapkan generasi penerus dalam menghadapi
kemajuan
global.
Mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan di ajarkan di Sekolah Dasar dalam waktu 2 x 35 menit per minggu atau satu kali pertemuan tiap minggunya. a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Undang-Undang diatur mengenai keanggotaan sebagai Kewarganegaraan Indonesia yaitu UUD No. 12 tahun 2006 Pasal 2 yang berbunyi “…yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan Undang-Undang sebagai warga negara” (Sapriya, dkk, 2008:18). Penduduk yang merupakan keturunan dari warga Indonesia asli, lahir di Indonesia dan menetap di Indonesia sudah dipastikan menjadi warga negara Indonesia, warga negara Indonesia yang tinggal di negara lain dan mengikuti aturan yang dibuat di negaranya juga warga negara Indonesia. Warga negara asing yang telah menetap di Indonesia selama minimal 5 tahun dapat menjadi warga negara Indonesia apabila ia mengkuti peraturan dalam Undang-Undang tentang kependudukan Indonesia.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
27
Teori di atas juga didukung oleh Winarno (2010:47) yang menyatakan warga negara artinya “anggota” atau “warga dari suatu negara.” Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kewarganegaraan adalah anggota masyarakat yang memiliki identitas disuatu negara sehingga ia menjadi warga negara di tempat tersebut.Untuk menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan kepada warga negara maka pemerintah menetapkan agar tiap sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga jenjang Universitas untuk memasukkan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Azra (2003: xxi; Taniredja, 2009:2) adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari Pendidikan Demokrasi dan Pendidikan HAM. Jadi, didalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan juga membahas mengenai Undang-Undang Dasar Negara RI, tata cara memutuskan suatu perkara, dan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia mengenai kenegaraan. Undang-Undang juga menjelaskan yakni: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. (Penjelasan pasal 39 Undang-Undang No.2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional; Taniredja, dkk. 2009:3)
Dalam pernyataan tersebut tersirat bahwa warga negara Indonesia diharapkan mampu untuk berprestasi dan berbuat untuk mengharumkan nama baik bangsa Indonesia melalui berbagai
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
28
kegiatan dalam berbagai bidang baik pendidikan, kompetisi, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Indonesia memiliki potensi untuk maju dan berkembang, asalkan sumber daya manusianya mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia dengan baik dan benar dan diharapkan sumber daya manusia di Indonesia berkualitas dan berbobot. Jadi,
Pendidikan
Kewarganegaraan
adalah
pengetahuan
mengenai kewarganegaraan yang diajarkan dengan tujuan untuk menciptakan generasi yang nasionalisme dan berkarakter. b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan
usaha
untuk
menanamkan nilai-nilai nasionalisme dalam diri siswa. Winataputra (2003) dalam Taniredja(2009:17) menyatakan bahwa PKn bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia. Tujuan
lain
dari
Pendidikan
Kewarganegaraan
yaitu
untuk
menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam diri siswa agar mampu menjadi warga negara yang dapat diandalkan demi kelangsungan dan kemajuan kehidupan bangsa c. Standar Kompetensi dan Kopetensi Dasar Materi yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu dengan Standar Kompetensi “Menghargai Keputusan Bersama” dengan Kompetensi Dasar “Mengenal Bentuk Keputusan Bersama”.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
29
d. Materi Pelajaran Materi yang akan diajarkankan ketika penelitian ialah tentang Mengenal Bentuk-Bentuk Keputusan Bersama. Keputusan bersama ialah kesepakatan yang dibuat oleh anggota atau kelompok berdasarkan kesadaran dan pemahaman secara rasional. Bentukbentuk dari keputusan bersama yaitu keputusan mutlak para pemimpin atau orang yang lebih tua, keputusan melalui suara terbanyak, dan keputusan musyawarah untuk mufakat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Peneliti mengambil hasil penelitian relevan dari Miftahurrohmah, mahasiswa Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah angkatan 2010 dengan judul “Penerapan metode simulasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran PKn Di SDI AL-YASINI Ngabar Kraton Pasuruan”. Penelitian
yang
digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pengambilan data secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Dari penelitian yang telah
dilaksanakan, dapat dibuktikan bahwa metode Simulasi
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra pembelajaran diketahui persentase hasil belajar sebesar 32%, pada siklus I terjadi peningkatan tingkat ketuntasan nilai hasil menjadi 48%, dan siklus II juga terjadi kenaikan menjadi 88%. Jadi, terbukti metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
30
C. Kerangka Berpikir Kondisi siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren pada awal sebelum penelitian memiliki sikap demokratis yang rendah, prestasi belajar siswa juga rendah, khususnya pada materi “Mengenal bentuk keputusan bersama.” Nilai evaluasi siswa sebagian masih di bawah KKM, oleh sebab itu peneliti dan guru memilih metode Simulasi dengan harapan siswa memiliki kesadaran demokratis dengan saling menghargai sesama serta dapat lebih memahami materi pelajaran yang dipelajari saat proses belajar mengajar. Dengan begitu diduga dapat meningkatkan sikap demokratis dan prestasi belajar siswa.
Kondisi Awal
Tindakan I
Tindakan II
Metode Simulasi
Evaluasi
Sikap Demokratis siswa meningkat
Prestasi belajar siswa meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir PenelitianBAB III
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013