10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi merupakan aspek yang paling fundamental berkenaan dengan keberlangsungan hubungan kehidupan antar manusia. Dalam kehidupan sosial yang lebih kompleks, bentuk komunikasi yang berlangsung memerlukan media sebagai penyalur pesan yang ingin disampaikan kepada khalayal luas. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunkasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang ( mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people ).1 Komunikasi massa,
umumnya
dipandang
sebagai
sumber
untuk
menyampaikan pesan melalui saluran misalnya surat, memo, rekaman, atau televisi. Gerbner mendefinisikan komunikasi massa adalah produksi dan distribudi secara institusional dan teknologis dari sebagian besar aliran pesan yang dimiliki bersama secara berkelanjutan dalam masyarakat-masyarakat industrial.2 Dari definisi Gerbner menggambarkan bahwa komunkasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarluaskan, 1
Siti Karlinah, Betty Soemirat, dan Lukiati Komala Lukiati Erdiaya. Komunikasi Massa. Jakarta. Universitas Terbuka 1999. 2
Heru Puji Winarso. Sosiologi Komunikasi Massa. Prestasi Pustaka. Jakarta. 2005 hal 20
10
11
didistribusikan kepada khalayak luas secara terus-menerus dalam jangka waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak bisa dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu tehnologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.3 Bahwa sebuah ciri penting mengenai komunikasi massa adalah hal itu ditujukan atau sengaja diarahkaan, dari titik pandangan pengirim pesan melalui media tertentu kepada penerima yang berpartisipasi dalam kegiatan komunikasi dengan bersifat reseptif terhadap penerimaan pesan. Karena sifat penghantaran pesan menggunakan media untuk penyampaian kepada khalayak, maka efek yang terjadi bersifat tertunda.
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Bentuk komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi yang berbeda dengan bentuk komunikasi lainnya, seperi komunikasi antar personal, maupun bentuk komunikasi antar kelompok. Komunikasi massa memiliki komponen-komponen yang mencirikan komunikasi massa itu sendiri, sehingga menjadikan komunikasi massa memliki karakterisitik seperti dibawah ini; a. Komunikator yang terlembagakan Komunikasi massa merupakan satu bentuk komunikasi yang menggunakan media. Pada penelitian kali ini, media massa yang digunakan adalah televisi. Televisi disini berfungsi sebagai media 3
Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Komala, Lukiati. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2005
12
penghantar pesan dari komunikator kepada khalayak. Seperti yang dikatakan oleh Wright, komunikasi massa itu melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. 4 b. Pesan bersifat umum Sebuah cirri penting dari komunikasi massa bahwa komunikasi merupakan satu bentuk komunikasi dengan pola pesan yang bersifat terbuka dan umum. Bahasa yang digunakanpun menggunakan bahasa umum yang mudah dipahami oleh khalayak luas. Pengirim pesan, dalam hal ini adalah media yaitu televisi; memiliki maksud dalam setiap pesan yang memprakasai tindakan komunikatif. Meski menggunakan bahasa yang umum dan baku dalam penyampaian pesannya, namun televisi sebagai media komunikasi haruslah mengemas sajian yang akan ditayangkan menjadi menarik dan mudah dipahami semua kalangan. c. Komunikasi bersifat satu arah Karena komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan media sebagai penyampai pesan kepada khalayak, maka pesan yang diterima dari khalayak bersifat tertunda ( feedback-nya).5 Karena bentuk feedback nya yang bersifat tertunda inilah, maka arus informasi yang terjadi merupakan bentuk komunikasi yang bersifat satu arah. Dimana stasiun televisi sebagai komunikator yang mengirimkan 4
5
Burton Graeme. Membincangkan Televisi. Jalasutra. Jakarta. 2000
Joseph A de Vito. The Interpersonal Comunication Books; First Edition. Harper & Row Publisher. New York 1989
13
pesan kepada khalayak, tidak dapat menerma feedback dari pemirsa secara langsung, melainkan bersifat tertunda untuk beberapa waktu. Namun dewasa ini, stasiun televisi berupaya mengeliminir bentuk komunikasi yang bersifat satu arah ini. Bentuk komunikasi dengan pemirsa dirmuah sebagai penerima pesan dirumah, sudah mulai dilakukan melalui telepon dan memungkinkan terjadinya dialog interaktif. Sehingga pada bentuk yang demikian ini, komunikasi sudah bersifat dua arah, dimana komunikan dan komunikator saling berinteraksi dan saling menerima feedback. d. Komunikan Anonim dan Heterogen Televisi dan mereka yang mengoperasikan sistem adalah bagian terpisah dari masyarakat budaya, meski demikian pengelola dan pelaku pertelevisian ditempatkan pada posisi khusus dalam masyakakat karena akses mereka terhadap produksi televisi. Budaya dan masyarakat sebagian besar tidak bisa dipisahkan satu sama lain; struktur dan hubungan sosial yang digerakkan oleh nilai-nilai budaya yang merupakan ekspresi dari kekhas-an suatu tempat tertentu. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman dari masyarakat sebagai penerima pesan. Maka komunikan bersifat heterogen. Dan karena jumlahnya yang begitu banyak dan beragam, maka komunikan bersifat anonim pula.
14
e. Komunikasi mengutamakan unsur “isi” daripada “hubungan” Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antar personal, unsur “hubungan” sangat penting. Sebaliknya pada komunikasi massa unsur “isi” lah yang penting. 6 Pada komuniasi massa pesan yang berbentuk program yang ditayangkan di televisi setiap harinya adalah suatu pesan yang disusun sedemikian rupa dengan mengutamakan unsur isi sesuai karakteristik media dan jenis program yang akan ditayangkan. Dalam komunikasi massa pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu yang disesuaikan dengan karakteristik media massa yang digunakan , dalam hal ini televisi.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Dengan datangnya teknologi yang memungkinkan berkembangnya komunikasi massa, banyak perubahan yang dilakukan oleh media massa yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perkembangan bentuk serta fungsi komunikasi. Perubahan-perubahan ini merupakan suatu fenomena sosial yang pengaruh terhadap publik sebagai penerima pesan dari media.7
Berikut ini merupakan beberapa fungsi komunikasi massa bagi masyarakat;
6
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Remaja Karya. Badung 1985
7
Joseph R Dominick. The Dynamics of Mass Communication
15
a. Pengawasan (Surveillance) Fungsi pengawasan merujuk kepada apa yang secara populer diberitakan kepada masyarakat dengan bentuk sajian yang informative dan juga menarik. Fungsi pengawasan juga merupakan fungsi yang penting karena merupakan derajat ketergantungan khalayak terhadap media.8 Secara garis besar fungsi pengawasan memberikan rasa nyaman bagi masyarakat dengan konten tayangan televsi yang baik dan memiliki nilai moral disetiap isi tayangannya. Fungsi pengawasan ini pula memberikan informasi lebih bagi masyarakat terkait dengan informasiinformasi terbaru yang ditayangkan di televisi. Fungsi pengawasan merupakan sebuah publikasi yang lebih khusus seperti tayangan yang menginformasikan mengenai berita banjir waspada1 misalnya. Namun tidak semua tayangan televisi yang bersifat informatif seperti tayangan berita yang seperti biasa kita tonton, disajikan dengan gaya dan cara yang monoton. Dengan perkembangan zaman yang sudah modern ini, televisi berusaha menyajikan tayangan berita dengan menyisipkan unsur hiburan dan variasi menarik lainnya agar berita yang ditayangkan dan ditonton oleh pemirsa jadi lebih luwes dan enak ditonton.
b. Penafsiran (Interpretation) 8
Heru Puji Winarso. Sosiologi Komunikasi Massa. Prestasi Pustaka. Jakarta. 2005
16
Berhubungan dengan fungsi pengawasan yakni fungsi penafsiran. Dimana media tidak hanya menyediakan fakta dan data, tapi juga memberikan informasi mengenai arti dan makna dari tayangan berita atau tayangan informative yang senada. Salah satu bentuk penafsiran yang sangat jelas adalah bahwa pada awal penayangan tayangan informative, maka bentuk narasinya berupa narasi deskriptif. Dimana masyarakat sudah bisa mengetahui makna dari suatu berita langsung diawal ketika berita disajikan kepada khalayak umum. Contoh penafsiran yang paling nyata pada tayangan Mario Teguh Golden Ways, terletak pada bagaimana cara Mario Teguh menafsirkan betuk-bentuk pertanyaan dari para audiens yang hadir di studio, begitu pula sebaliknya, bagaimana audiens menafsirkan makna yang ada dalam setiap kata yang diutarakan Mario Teguh dengan bantuan visualisasi dari LCD yang tersambung dengan notepad yang ditulis langsung oleh Mario Teguh. c. Penghubung (Linkage) Media massa sesungguhnya berhubungan dengan masyarakat dengan unsur-unsur yang berbeda disetiap daerah dalam satu wilayah tertentu. Fungsi penghubung juga nampak jelas pada keadaan geografis Indonesia. Dimana wilayah geografis yang terdiri atas pulau-pulau, dibutuhkan suatu saluran informasi dari untuk saling menghubungkan wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Dalam hal ini, media lah yang memiliki andil besar dalam memberikan informasi dengan porsi yang sama dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
17
Pada
tayangan
Mario
Teguh
Golde
Ways,
Mario
coba
menjembatani perbedaan berbagai latar belakang audiens dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan diucapkan dengan intonasi sedikit lambat namun tetap bersahaja. Ketika media melakukan hal ini pada masyarakat, salah satu akibat yang jelas adalah bahwa kelompok-kelompok sosial masyarakat dapat bermobilisasi dengan cepat. Namun demikian, fungsi penghubung juga mempunyai efek negatif. Penggiringan media terhadap satu pihak atau satu sisi tertentu, mungkin mendorong satu kelompok atau bahkan audiens dalam jumlah besar untuk bergerak dan berpihak pada sisi yang sama. Dalam hal ini tidak cover both side. 9 d. Penerusan nilai-nilai (Transmission of Value) Penerusan nilai merupakan satu fungsi media yang halus tetapi walau demikian sangatlah penting. Fungsi ini disebut juga fungsi sosialisasi. Sosialisasi merujuk pada cara-cara dimana seorang individu mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu tayangan yang disajikan media (dalam hal ini Televisi) kepada khalayak. Media mennghadirkan gambaran masyarakat kita, dan dengan mengamati, mendengar, dan membaca, kita mempelajari bagaimana orang didorong untuk bertindak dan mengetahui nilai-nilai penting yang tersimpan dalam satu tayangan. Media massa juga memberi kita pelajaran mengenai orang, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana orang pada umumnya bertindak 9
Ibid.
18
dan apa yang diharapkan dari mereka. Dengan kata lain, media menyuguhkan kepada kita model-model peran yang dapat kita amati atau bahkan yang dapat kita tiru. Kadang-kadang media secara sadar mencoba memaksakan nilainilai dan pola-pola perilaku kepada khalayak. Sebagai contoh pada tahun 1990-an ketika tayangan “Batman” adalah serial favorit kala itu, produser tayangan ini coba untuk selalu meyakinkan pemirsa dengan cerita-cerita yang selalu menegangkan. Dalam setiap aksi menegangkan tersebut, tokoh Batman maupun Robin selalu memakai sabuk pengaman saat mengendarai mobilnya. Juga tak lupa memakai helm saat Robin mengendarai motornya. Hal ini merupakan satu contoh positif dari media dalam fungsi selalu tampil nyentrik dengan gaya hidup serba mewah, seolah mengusung pola hidup anak muda modern yang serba konsumtif. Demi mengejar gaya dan agar selalu up to date, bentuk informasi seperti ini kadang lebih sering diterapkan langsung tanpa proses pemilahan informasi terlebih dahulu.10
e. Hiburan
10
Ibid.
19
Hal yag paling jelas dalam fungsi media massa adalah hiburan. Bahkan saat ini salah satu dari akibat merebaknya penggunaan media untuk hiburan kini anda akan benar-benar mudah menemukan saluran televisi yang menyajikan tayangan yang mampu menghibur anda setiap saat. Anda hanya perlu memegang remote televisi dan mencari tayangan dengan bentuk hiburan yang sesuai dengan selera anda.
2.2 Televisi 2.2.1 Pengertian Televisi Menurut catatan Agee, et al, siaran percobaan televisi di Amerika Serikat dimulai pada tahun 1980-an. Para ilmuan terus-menerus mengembangkan teknologi komunkasi dalam bentuk televisi ini. Kata televisi sendiri berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Dengan televisi kita bias mendapatkan banyak informasi baik politik, sosial, budaya, agama, ekonomi dan lain sebagainya. Dengan begitu televisi setiap hari telah mengajak kita untuk berkomunikasi secara searah. Kita mendapatkan informasi dari televisi, artinya televisi bertindak sebagai komunikator, informasi sebagai pesanya, dan pemirsanya adalah komunikan. Maka dengan demikian televisi ini telah berfungsi sebagai media komunikasi. Karena ternyata komunikannya bukan hanya terdiri dari sekelompok atau organisasi saja melainkan dilihat oleh khalayak
20
maka televisi digolongkan masuk ke dalam media yang memerantai antara narasumber dengan massa yang disebut dengan media komunikasi massa.11 Dari sekian banyak media komunikasi massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi ,internet dan film , ternyata televisilah yang menduduki tingkat teratas yang diminati banyak khalayak. Karena kelebihan televisi yang menampilkan informasi secara menarik melalui audio visual hal inilah yang memudahkan khalayak untuk menerima informasi secara cepat dan mudah. Setiap media massa pastilah memiliki satu komunitas khalayak tertentu. Setiap stasiun televisi haruslah memahami perilaku khalayaknya. Tidak adanya pemahaman terhadap motivasi, kebutuhan, dan kesukaan/preferensi khalayak merupakan kesalahan terbesar dalam mendapatkan audiens. Ukuran keberhasilan upaya media massa dalam menyampaikan pesannya kepada khalayak adalah apabila pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh khalayak dan mendapat tanggapan positif, dalam arti sesuai harapan media massa tersebut.
2.2.2 Karakteristik Televisi Tidak semua informasi yang diterima oleh khalayak akan diserap sepenuhnya. Ada bagian-bagian atau sisi lain yang tidak masuk dalam kerangka penerimaan pesan oleh audiens. Beberapa hal yang disajikan oleh media yang tidak terserap oleh audiens adalah bagian dari informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Maka pada posisi ini karakteristik televisi bertindak sebagai penggarap informasi yang masuk dalam kerangka pengetahuan dan kerangka 11
Agge, et. Al. 2001: 279
21
kebutuhan pemirsa. Dalam kaitannya dengan apa yang dibutuhkan oleh khalayak, yaitu suatu dorongan dari dalam diri si audiens untuk memperoleh seberapa besar informasi yang ia inginkan. Jika sudah berhadapan dengan masyarakat media yang terbuka seperti ini, maka dengan sendirinya dari sisi media akan mengekspouse kepada masyarakat, sedangkan masyarakat dapat menentukan paradigma yang cukup penting yaitu yang lebih melihat apa kebutuhannya yang menentukan fungsional tidaknya suatu media dan pesan. (Blumler dan Katz, 1974). Dalam pesan yang diterima oleh khalayak, ditinjau dari stimulus indra dalam siaran televisi yang diterima, terdapat karakteristik televisi yang terdiri atas: a. Audiovisual Televisi merupakan salah satu media yang mampu menyampaikan pesan kepada khalayak banyak tidak saja dengan suara, tetapi juga dilengkapi dengan gambar yang berjalan satu sama lain dengan sinergis dan berkesinambungan. Jadi khalayak selain melihat gambar yang ada di televisi, sekaligus juga mendengar suara yang dikeluarkan oleh televisi, baik itu informasi yang disampaikan melalui suara, maupun hanya sekedar suara latar yang mengiringi informasi maupun pesan yang disampaikan oleh gambar. Karena sifatnya yang audiovisual itu juga, dalam menampilkan berbagai tayangan televisi sebuah tayangan
tidak
saja
dituntut
menampilkan gambar saja, tetapi juga kualitas suara yang baik serta
22
nyaman untuk di tonton. Demikian pula sebaliknya, informasi untuk ditayangkan tidak saja hanya dengan suara, tetapi juga harus didukung oleh data berupa gambar yang dapat merepresentasikan informasi maupun pesan yang hendak disampaikan. Jadi, penayangan berbagai program televisi, selain dengan memanfaatkan karakteristik televisi, juga agar penonton memperoleh gambaran yang lengkap tentang tayangan yang disiarkan serta terpenuhi keingintahuannya terhadap informasi yang mereka terima. Terlebih lagi apabila kualitas pesan yang mereka terima merupakan informasi yang begitu penting bagi setiap individu. b. Berpikir Dalam Gambar Dalam televisi, acuan dalam membuat suatu susunan sebuah tayangan
televisi
adalah
kelancaran
pembuatan
naskah
dan
pengaplikasiannya yang tepat pada tayangan tersebut. Dalam pembuatan naskah sebuah tayangan televisi, dibutuhkan seolah-olah berpikir dalam gambar. Yang akan menyampaikan pesan yang terepresentasikan dalam gambar dan tervisualisasikan pada tayangan. Ada 2 tahap yang dilakukan pada berpiki dalam gambar. Yakni: 1. Visualisasi Yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan ysng menjadi gambaran secara individual. Dalam proses visualisasi, objekobjek tertentu yang menjadi gambar harus disajikan secara jelas dan
23
sedemikian rupa, sehingga mengandung unsur makna yang maknanya sendiri dapat diterima oleh pemirsa. 2. Penggambaran Yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan berbagai bentuk gambar dengan berbagai ukuran dan bentuk yang disampaikan secara apik dan terintegrasi. c. Pengoperasian Lebih Kompleks Sistem penyiaran televisi lebih komples jika dibandingkan dengan sistem siaran media massa lain. Tidak seperti radio yang hanya menyampaikan pesan kepada khalayak dengan menggunakan media suara, televisi menyampaikan pesan kepada khalayak dengan menggunakan suara dan juga gambar. Peralatan yang digunakanpun lebih banyak dan lebih kompleks. Dengan pengoperasian yang lebih rumit dan harus dilakukan oleh orangorang yang terampil dan terlatih. Inilah yang kemudian membedakan industri televisi dengan industri media massa lainnya, diamana pengoperasian televisi memakan biaya lebih mahal dibanding dengan pengoperasiam media massa lainnya.
24
2.2.3 Fungsi Televisi Televisi sebagai media komunikasi Massa selain sebagai penyampai informasi ternyata memiliki banyak fungsi, Jay Black dan Frederick C Whitney (1988) menjelaskan ada 4 Fungsi komunikasi Massa, yaitu: a. To inform Yakni menginformasikan berbagai pesan yang cukup penting kepada khalayak luas pada waktu yang relatif dekat dengan waktu kejadian dan cukup penting untk diketahui oleh masyarakat luas. b. To entertain Memberikan hiburan kepada pemirsa berupa tayangan-tayangan yang menarik serta ringan, namun tetap terfokus pada tujuan awal penyampaian pesan kepada khalayak itu sendiri. c. To persuade Selain berfungsi sebagai hiburan, televisi juga berfungsi untuk mebujuk. Bukan hanya iklan saja yang bias membujuk, ternyata kejadian ataupun
peristiwa
yang
ditayangkan
dalam
televisi
juga
bisa
membangkitkan sikap-sikap tertentu. Misalnya berita mengenai bencana alam, ini menggugah hati para pemirsa untuk ikut membantu para korban dengan cara-cara tertentu. Kemudian misalnya pada saat pemilu, masyarakat bisa memilih pemimpin mana yang akan dipilih selain iklan, citra yang diberikan oleh jurnalistikpun bisa jadi pertimbangan.
25
d. Transmission culture Yakni suatu factor yang memberikan petunjuk yang mengelilingi media massa itu sendiri, yang secara serempak mengukuhkan status quo dan memunculkan perubahan. Ada dua tingkatan dalam transmisi budaya. Dimana keduanya terjalin konstan. Yaitu tingkatan kontemporer dan historis. Pada tingkatan kontemporer bisa kita lihat pada peran dari televisi. Televisi bukan hanya sebagai cermin , tapi juga sebagai pengikat waktu. Dimana darimasa kemasa selalu memberikan perkembangan, tentunya perkembangan itu memberikan suatu perubahan dalam struktur sosial yang mana perubahan itu menjadi tanggung jawab dari televisi. Kita misalkan tayangan ataupun acara musik yang sekarang disiarkan sangat gencar dalam televisi swasta, tanpa sadar music pop ataupun rock yang sering ditampilkan tersebut telah melunturkan kebudayaan dari daerah sendiri. Misalnya lagu daerah ataupun lagu kebangsaan sendiri. Kemudian tingkatan historis , yaitu dengan mendapatkan informasi dari televisi para pemirsa bisa mengambil beberapa pengalaman untuk membimbing masa depannya.
26
2.2.4 Jenis-Jenis Tayangan Televisi Berbagai jenis tayangan televisi banyak sekali yang mewarnai layar kaca televisi kita dirumah. Tidak saja hanya di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, talkshow, dll. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news" yang mengangkat berita bersifat ringan. Berdasarkan format teknis, jenis-jenis program televisi dibagi menjadi: 1. Dokumenter Jenis tayangan seperti ini adalah bentuk tayangan yang pengemasannya dalam bentuk pendokumentasian sebuah tayangan.Seperti dikutip oleh Prof. Sosuke Yasuma : To show audience what has never been seen (mengungkapkan segala sesuatu yang sangat menakjubkan, yang tidak pernah dilihat oleh pemirsa televisi dalam suatu paket/program televisi). Biasanya tayangan ini di bentuk untuk menyajikan sejarah, asal-usul, cerita, latar belakang baik masalah maupun histori, dan lain-lain yang menuntut penayangan sebuah tayangan yang lebih mendalam mengupas tentang sebuah informasi.
27
2. Film Dalam pertelevisian Indonesia film pertama kali muncul pada era tahun 1930-an. Dimana era itu masih berdominasi terhadap film-film yang sarat dengan muatan pesan. Karena pada zaman itu belum ditemukan teknoogi terkini, kualitas audiovisual-pun masih minim. Namun pada era masa kini, dimana film mewarnai layar kaca televisi kita saat ini, bukan saja film yang sarat dengan makna dan pesan, tetapi juga film-film ringan yang memiliki jalan cerita yang juga ringan tanpa memiliki jalan cerita yang terlalu rumit. 3. Musik Salah satu bentuk tayangan televisi yang paling populer pada kurun waktu satu desawarsa terakhir ini, salah satunya adalah music. Dimana musik pertama kali muncul di media massa adalah melalui media radio. Karena musik sifatnya hanyalah audio saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan dari pemirsa televisi, maka penayangan jenis tayangan musik ini, kini semakin fenomenal. Tidak hanya saja menampilkan audionya, namun pengemasan lebih menarik dengan menayangkan visualisasi yang harmonis dengan alunan musik, maka acara musik saat ini menjadi salah satu tayangan yang digemari oleh khalayak. 4. Talkshow
28
2.3 Talk Show 2.3.1 Pengertian Talk Show Salah satu format yang sering digunakan televisi dalam menampilkan wacana ”serius” adalah talk show. Talk show merupakan wacana broadcast yang bisa dilihat sebagai produk media maupun sebagai talk oriented terus-menerus. Sebagai produk media, talk show dapat menjadi ‘teks’ budaya yang berinteraksi dengan pemirsanya dalam produksi dan pertukaran makna.Talk show sendiri berasal dari ungkapan bahasa Inggris yang berasal dari dua kata: show dan talk. Show artinya tontonan, pertunjukan atau pameran, sedangkan talk artinya omongomong, ngobrol-ngobrol. Dengan begitu talk show berarti pertunjukan orang-orang yang sedang ngobrol. Pengertian Talkshow sendiri adalah sebuah program televisi atau radio dimana seseorang ataupun group berkumpul bersama-sama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tapi serius, yang dipandu oleh seorang moderator. Sejak era reformasi, di Indonesia talk show tiba-tiba menjadi acara yang sangat populer di media televisi dan radio. Kadang-kadang juga off air, berupa seminar-seminar, saresehan, diskusi atau debat yang mengambil tempat di hotel atau di kafe dan tentu saja dengan menjual tiket yang tidak murah. Yang ditampilkan dalam talk show itu biasanya pembicarapembicara yang dianggap sedang hangat dibicarakan di muka publik.
29
Di luar negeri juga ada talk show. Salah satu di antaranya yang sangat popular adalah wawancara oleh Larry King di CNN. Acara itu mengupas berbagai isyu yang menarik dengan menghadirkan pakar-pakar yang sangat handal di bidangnya, dan yang terpenting adalah dengan olahan dan pancingan-pancingan pertanyaan yang jitu oleh Larry King sendiri. Show itu menjadi begitu menarik karena sangat memenuhi kebutuhan intelektual para pemirsanya.
2.3.2 Karakteristik Talk Show Talk show mempunyai ciri tipikal: menggunakan percakapan sederhana atau casual conversation dengan bahasa yang universal, untuk menghadapi heterogenitas khalayak. Tema yang diangkat haruslah benarbenar penting (atau dianggap penting) untuk diketahui khalayak atau setidaknya menarik bagi pemirsanya. Salah satu kunci utama keberhasilan talk show adalah pada Host/Pembawa Acara yang sesuai dengan tone dan warna Talk Show. Adapun talkshow memiliki karakteristik sebagaimana program televisi lain pada umumnya, yaitu: a. Timeless Talkshow merupakan sebuah progam televisi penayangannya kepada khalayak tidak terlalu terikat dengan waktu, tidak seperti berita yang penayangannya haruslah up to date atau timeliness.
30
b. Proximity Biasanya sesuatu kejadian bisa menjadi pembicaraan hangat apabila terjadi di seputar Anda daripada peristiwa yang jaraknya lebih dari 1000 km dari Anda sendiri. Karena itulah hal ini menarik untuk diperbincangkan. c. Prominence Nama tidak selalu mebuat berita. Pertunjukkan rodeo dan lomba memotong batang kayu mungkin kurang menarik perhatian orang. Namun jika Ronald Reagan melakukannya maka itu menjadi berita. Ia masih berusia 70 tahun dan menjadi presiden AS. d. Unusualness Hal
tidak
biasa
membuat
berita
dan
juga
menarik
untuk
diperbincangkan. Pada abad ke-19 ada ungkapan “anjing menggigit manusia bukan berita tetapi manusia menggigit anjing, itulah berita. Saat ini resep lama tersebut masih bertuah. e. Impact Seberapa banyak orang yang terpengaruh terhadap sebuah kabar atau informasi dan seberapa serius mereka terpengaruh akan menentukan pentingnya hal itu untuk diperbincangkan. f. Audience Seperti halnya kepingan salju, tidak ada dua pendengar/pembaca yang benar-benar sama. Oleh karena itu sebuah sebuah informasi mungkin lebih berarti bagi seseorang daripada yang lainnya. Oleh karena itu
31
perlu dipikirkan ketika menulis siapa yang akan membaca atau mendengar apa yang kita tulis. Di sini seyogyanya penulis mempertimbangkan aspek kultural, sosial dan ekonomi sebuah masyarakat pembaca.
2.3.3 Kategori Talk Show Talk show sebagai salah satu format acara televisi yang belakangan sering tampil di layar kaca memiliki 2 kategori berdasarkan sifatnya yakni: a. Talk Show Menghibur Talk Show jenis ini sifatnya ringan dan dominasi isi tayangannya adalah bentuk hiburan yang menggunakan bahasa sebagai media penyampainya yang mudah dicerna masyarakat umum. Talk Show jenis ini biasanya hanya terdiri dari obrolan ringan yang biasa diperbincangkan sehari-hari, seperti make-up, fashion, film, serta bahasan ringan lainnya. Presenter yang membawakan acara juga biasanya menggunakan gaya bahasa dan bahasa tubuh yang lebih luwes dan friendly, sehingga talk show jenis ini dikemas dengan tampilan yang lebih santai lebih dekat dengan pemirsa dan lingkungannya. b. Talk Show Formal Talk Show jenis ini merupakan bentuk talk show yang sifatnya serius dan formal. Biasanya talk show ini berisi informasi yang cukup penting dan dikemas dengan gaya yang formal. Umumnya talk show
32
jenis ini dikemas untuk menyampaikan pembicaraan mengenai politik, berita, maupun obrolan lain yang berbobot. Gaya bahasa dan bahasa tubuh yang digunakanpun penuh dengan kesan formal, mulai dari busana, sampai latar dari lokasi talk show itu sendiri.
2.4 Analisis Semiotika 2.4.1 Pengertian Analisis Semiotika Untuk memahami mengenai analisis semiotika, maka harus dipahami dulu pengertian semiotika sesungguhnya. Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan seluruh perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika sendiri adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika, atau istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. 12 Dengan semiotika kita lalu berurusan dengan tanda. Semiotik sendiri berasal dari kata Yunani, yakni “semeion” yang berarti “tanda”, atau “seme” yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik 12
Kurniawan. Semiologi Roland Barthes. Yayasan Indonesiatera. Magelang, 2001. Hal 53
33
atas seni logika, retorika, dan poetika.
13
“Tanda” pada masa itu masih
bermakna sesuatu hal yang menunjukan pada adanya hal lain. Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, makna huruf, kata, kalimat, tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakannya (signifie) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Sebuah teks yang mungkin menjadi “tanda” bisa dilihat dalam aktivitas penanda, yakni suatu proses signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan interpretasi. Semiotika murni berkenaan dengan desain metabahasa, yang seharusnya mampu membicarakan setiap bahasa yang menjadi objek semiotika.
2.4.2 Semiotika dan Teori Informasi Teori komunikasi atau juga disebut teori informasi sejak awal tahun 1950-an berpengaruh besar terhadap sejumlah ilmu pengetahuan yang berbeda-beda, termasuk linguistik. Asas-asas dasarnya dapat diringkas sebagai berikut: 1. Semua
komunikasi
berdasarkan
kemungkinan
memilih,
menyeleksi dari sekumpulan alternatif 2. Isi informasi secara terbalik berbeda dengan probabilitas.
13
Ibid. Hal 49
atau
34
Jika sebuah satuan semakin dapat diramalkan, semakin kuranglah maknanya. Asas ini sesuai dengan pandangan yang umum dinyatakan oleh penulis-penulis tentang gaya, bahasa klise atau ungkapan yang sering di ulang-ulang dan metafora, yaitu kurang efektif jika dibandingkan dengan gaya ungkapan “asli”. 3. Kemubaziran
dalam
realitas
substansi
satuan
bahasa
atau
pengkodeannya. Adalah perbedaan antara jumlah perbedaan substansi yang diperlukan untuk
mengidentifikasikannya
dan
isi
informasinya.
Derajat
kemubaziran tertentu penting sekali untuk melawan gangguan. 4. Bahasa akan jadi lebih efisien (menurut pengertian teori informasi) jika panjang sintagmatis satuan-satuan secara terbalik berhubungan dengan probabilitas.14 Sesungguhnya, informasi adalah sebuah konsep yang benar-benar khas bagi pembahasan komunikasi manusia, meksi juga tidaklah unik. Dalam konteks komunikasi, informasi bukanlah konsep yang artinya tergantung pada perspektif yang dipakai untuk mengkaji seluruh proses komunikasi. Namun perlu berbagai fenomena
yang berlainan, yang akan menyebabkan
keberagaman makna konseptual. Fisher menandaskan bahwa keragaman makna konseptual tersebut bukan merupakan pencerminan dari perspektif yang berbeda. Dalam kenyataannya, istilah informasi dapat dipakai untuk menunjukan variasi yang dibahas dalam 14
Alex Sobur. Analisis Teks Media. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2001. Hal. 20
35
perspektif yang sama. Karena itu, makna informasi tidaklah beragam karena perbedaan perspektif. Akan tetapi, informasi lebih merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan berbagai konsep yang berbeda yang tidak mesti mencerminkan perspektif manapun. 15
2.4.3 Konsep Makna Menurut DeVito, makna ada dalam diri manusia. Makna, menurutnya, tidak terletak pada kata-kata melainkan pada diri kita sebagai manusia, yang menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata yang kita keluarkan tidak sempurna dalam menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk mereproduksi, di benak pendengar apa yang ada di dalam benak kita.16 Bahasa dan makna merupakan suatu kerja yang kolektif, dimana bahasa dan makna merupakan dua unsur yang tidak bisa dilepaskan dan keduanya saling berkaitan erat. Bahasa bukan hanya diterima secara apa adanya, tetapi ditanggapi sebagai perantara bagi pengungkapan-pengungkapan maksud dan makna-makna tertentu. Upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan salah satu konsep yang menarik. Menurut Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss, “komunikasi
15
Ibid. Hal 24
16
Ibid. Hal. 20
36
adalah proses pembentukan makna diantara 2 orang atau lebih. Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.” 17 Ada tiga hal yang coba dijelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut yakni; 1. Menjelaskan makna kata secara alamiah, 2. Mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan 3. Menjelaskan makna dalam proses komunikasi. 18 Dalam hal ini akan dibahas mengenai pemaknaan itu sendiri secara lebih tajam tentang istilah-istilah yang nyaris berimpit antara apa yang disebut terjemahan, tafsir atau intepretasi, ekstrapolasi, dan makna. Membuat terjemahan. Adalah upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda. Media tersebut mungtif mungkin berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar, dan sebaginya. Pada penafsiran atau intepretasi, kita tetap berpegang pada materi yang ada. Dicari latar belakangnya serta konteksnya, agar dikemukakan konsep atau gagasannya lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan kepada kemampuan daya pikir manusia untuk mengungkap hal dibalik yang tersajikan. Materi yang tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu yang lebih jauh lagi.
17
Deddy Mulyana. Human Communication. Konteks-Konteks Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2000 18
Opcit. Hal 256
37
Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran, dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integraif manusia; iderawinya, daya pikirnya, dan akal budinya. Materi yang tersajkan, seperti juga ekstrapolasi, dilihat tidak lebih dari tandatanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Dibalik bagi yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam arti empirik logik, sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangksau yang etik maupun yang transendantal.19
2.4.4 Hakikat Makna Menurut Ferdinand de Saussure setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen yaitu signifian “yang mengartikan” dan signifie “yang diartikan” Jadi makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada tanda linguistik. Tanda linguistik bisa berupa kata atau leksem maupun morfem. Banyak pakar juga menyebutkan bahwa makna sebuah kata dapat ditentukan apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya, wacananya dan situasinya. Karena bahasa itu bersifat arbitrer (tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut kuda kenapa tidak daku). Maka hubungan makna dan kata juga bersifat arbitrer.
19
Noeng Muhadjir. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi III. Rake Sarasin. Yogyakarta. 1996. Hal 138
38
Terdapat jenis-jenis makna, antara lain: 1. Makna Leksikal, Gramatikal, dan Kontekstual Makna leksikal adalah makna sebenarnya makna yang sesuai dengan hasil observasi kita, maka apa adanya atau makna yang ada dalam kamus. Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afikasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya dalam proses gramatikal seperti afikasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya dalam proses afikasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal “memakai baju”. Makna kontekstual adalah makna sebuak leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Contoh: Rambut di kepala nenek belum ada yang putih Sebagai kepala sekolah dia sudah berwibawa Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa itu. 2. Makna Referensial dan Non-referensial Sebuah kata disebut bermakna referensial kalau ada referensi-nya atau acuannya. Misal kuda, gambar, merah. Kata-kata yang tidak mempunyai referens, misal dan, atau, karena adalah kata-kata yang tidak bermakna referensial. Berkenaan dengan acuan, kata-kata deiktik adalah kata yang acuannya tidak menetap pada satu maujud. Yang termasuk kata-kata
39
deiktik ini adalah kata-kata yang termasuk pronomina, seperti dia, saya, dan kamu; kata-kata yang menyatakan ruang, seperti di sini dan di situ. 3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif Makna denotatif adalah makna asli, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif tadi yang berhubungan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Konetasi sebuah kata bisa berbeda antara seseorang dengan orang lain, daerah satu dengan yang lain. 4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata atau leksem berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misal, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci. 5. Makna Kata dan Makna Istilah Dalam penggunaannya makna kata baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, maka yang disebut istilah mempunyai makna yang pasti yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.
40
6. Makna Idiom dan Peribahasa Idiom adalah satu ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Contoh: membanting tulang dengan makna bekerja keras. Ada dua macam idion, yaitu idion penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan. Misal: membanting tulang, meja hijau. Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal sendiri. Misal: daftar hitam, buku putih. Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa.20
2.4.5 Teori Tanda Ferdinand de Saussure Saussure memang terkenal dengan teori tandanya. Ia sebetulnya tidak pernah mencetak pemikirannya menjadi buku. Catatan-catatannya dikumpulkan oleh murid-muridnya menjadi sebuah outline. Bahasa dimata Saussure tidak ubahnya sebuah karya musik. Untuk memahami sebuah simponi, kita harus memperhatikan keutuhan karya musik secara keseluruhan dan bukan kepada permainan individual dari setiap pemain 20
Jos. Daniel Parera. Teori Semantik. Erlangga. Bandung. 2004
41
musik. Untuk memahami bahasa, kita harus melihatnya secara sinkronis, sebagai sebuah jariangan hubungan antara bunyi dan makna. Baginya, bahasa adalah sebuah keutuhan yang berdiri sendiri. Pendekatan inilah yang disebut-sebut “ilmu linguistik struktural”. Pemahaman struktural menjadi dasar bagi pemikiran postmoderisme yang diwariskan Saussure. Para ahli linguistik sebelum ia melihat bahasa sebagai fenomena alamiah yang berkembang sesuai hukum-hukum yang baku. Mereka mengatakan bahwa struktur bahasa mencerminkan proses logika berpikir. Misalnya kategori dalam logika mengatakan “substansi” dan “kualitas”. Kategori dalam bahasa menterjemahkannya menjadi kata benda dan kata sifat. Kata-kata ini merupakan label bagi benda-benda yang bisa dikenali sehingga bahasa adalah klasifikasi. Tapi Saussure mengatakan sebaliknya, bahwa bahasa adalah fenomena.21 Jika bahasa itu adalah sebuah fenomena sosial, maka setiap sistem bahasa ditentukan oleh kebiasaan sosial. Bahasa itu bersifat otonom, yang merupakan struktur bahasa bukan merupakan cerminan dari struktur pikiran atau cerminan dari fakta-fakta. Struktur bahasa adalah milik bahasa itu sendiri. Saussure kemudian membagi pandangannya menjadi 5 pandangan, yang kemudian pandangan ini menjadi peletak dasar dari Strukturalisme Levi-Stauss, yaitu pandangan tentang: 1. Signifier (penanda) dan signified (petanda) 2. Form (bentuk) dan content (isi) 21
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. Hal. 45
42
3. Langue (bahasa) dan parole (ujaran) 4. Synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik) 5. Syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paradigmatik)
2.4.4.1 Signifier dan Signified Prinsip bahasa dalam teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurutnya, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Suara-suara baik manusia, binatang, atau bunyi-bunyian, hanya bisa dikatakan sebagai bahasa atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara atau bunyi tersebut mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan ide-ide atau pengertian-pengertian tertentu. Untuk itu suara-suara tersebut harus merupakan bagian dari sebuah sistem tanda. Tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa, yakni apa yang dikatakan atau didengar, atau apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Petanda adalah aspek mental dari bahasa. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa, karena hal itu bukan merupakan tanda. Jadi, meskipun antara penanda dan petanda merupakan dua unsur yang tampak sebagai entitas yang terpisah-pisah, namun keduanya menjadi satu sebagai komponen tanda.
43
Setiap tanda kebahasaan pada dasarnya menyatukan sebuah konsep (concept) dan suatu citra suara (sound image)., bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah kata yang diucapkan merupakan penanda (signifier), sedangkan konsepnya adalah petanda (signified). Dua unsur ini tidak bisa dipisahkan sama sekali. Pemisahan hanya akan menghancurkan kata tersebut.
2.4.4.2 Form dan Content Oleh Gleason istilah form dan content diistilahkan dengan expression dan content, dimana yang satu berwujud bunyi dan yang satu lagi berwujud ide. Disini fungsi bahasa tidak dibatasi. Bahasa berisi sistem nilai, bukan unsur-unsur yang ditentukan oleh materi tapi sistem itu ditentukan oleh pembedanya. Dalam form dan content, kata dapat mempunyai bentuk khasnya sendiri. Dimana satu kata akan memiliki arti atau makna yang berbeda meski digunakan dalam kondisi dan tempat yang sama, di waktu yang berbeda. Hal yang mempengaruhinya tidak lain adalah diferensiasi sistematis yang ada antara setiap kata dengan kata-kata yang lain. Perbedaan yang memisahkan makna suatu kata dengan kata-kata yang lain, terutama dengan kata-kata yang paling berdekatan maknanya (baik menurut suara maupun menurut konsepnya), itulah yang memberikan identitas pada kata tersebut.
44
2.4.4.3 Langue dan Parole Language adalah suatu kemampuan untuk berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Dalam pandangan Barthes apa yang disebut langue adalah langue dikurangi polare. Itu adalah satu institusi sosial dan sekaligus juga suatu sistem nilai. Sebagai suatu sistem sosial langue sama sekali bukan tindakan, tidak direncanakan sendiri, itulah sisi sosial dari langue. Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan polare adalah ekspresi bahasa pada tingkat individu.22 Langue adalah totalitas dari kumpulan fakta atau bahasa. Langue adalah sesuatu yang berkadar individu dan juga sosial universal yang menaruh perhatian pada tanda-tanda (signs) bahasa, atau ada juga yang menyebutnya kode-kode (codes) bahasa. Yang termasuk dalam tanda bahasa atau kode disini adalah apa yang disebut fonem, yaitu satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras makna, atau satuan bunyi terkecil yang berfungsi untuk membedakan arti. Misalnya, kata “harus” dan “arus”, adalah dua fonem yang berbeda maknanya. Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetis-nya tergantung beberapa faktor, terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. Ada pula yang disebut morfem, yaitu satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.
22
Komaruddin Hidayat. Memahami Bahasa Agama. Sebuah Kajian Heemeneutik. Paramadina. Jakarta. 1996.
45
Parole disebut juga living speech, yakni bahasa yang hidup atau bahasa yang sebagai mana terlihat dalam penggunaannya. Kalau langue bersifat kolektif dalam pemakaiannya, tidak disadari oleh penggunanya, maka parole lebih memperhatikan faktor pribadi pengguna bahasa. Kalau unit dasar langue adalah kata, maka unit dasar parole adalah kalimat. Kalau langue bersifat sinkronis dalam arti tanda atau kode itu dianggap baku sehingga mudah disusun sebagai suatu sistem, maka parole dianggap sebagai diakronik dalam arti sangat terikat oleh dimensi waktu pada saat terjadi pembicaraan. Parole dapat dipandang sebagai kombinasi yang memungkinkan subjek sanggup menggunakan kode bahasa untuk mengungkapkan pikiran pribadinya. Aspek parole tersusun dari tanda-tanda yang identik dan senantiasa berulang. Karena adanya keberulangan inilah setiap tanda bisa menjadi elemen dari langue, dan parole juga terkait dengan tindakan individual dan bukan semata-mata sebentuk kreasi.
2.4.4.4 Synchronic dan Diachronic Kedua istilah ini berasal dari kata Yunani, yakni khronos (waktu) dan 2 awalannya syn- dan dia-, masing-masing berarti “bersama” dan “melalui”. Yang dimaksud dengan studi sinkronis sebuah bahasa adalah dekripsi tentang keadaan tertentu bahasa tersebut (pada masa tertentu). Dengan demikian studi sinkronis mempelajari bahasa tanpa mempersoalkan urutan waktu. Sedangkan studi diakronis adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah (melalui waktu), yakni
46
subdisiplin linguistik yang menyelidiki perkembangan suatu bahasa dari masa ke masa. Kita dapat menyelidiki bahasa sebagai sistem yang berfungsi pada saat tertentu (tidak memperhatikan bagaimana bahasa itu telah berkembang sampai keadaan saat itu) dan kita bisa menyoroti perkembangan suatu bahasa sepanjang waktu. Menurut Saussure penyelidikan sinkronis harus mendahului penyelidikan diakronis. Linguistik komparatif-hisoris harus membandingkan bahasa-bahasa sebagai sistem. Oleh sebab itu, sistem terlebih dahulu musti dilukiskan tersendiri menurut konsep sinkronis.
2.4.4.5 Syntagmatic dan Associative Hubungan kedua unsur ini terletak pada kata-kata sebagai rangkaia bunyibunyi maupun kata-kata sebagai konsep. Hubungan paradigmatik harus selalu sesuai dengan aturan sintagmatiknya, sebagaimana garis x dan garis y dalam sebuah sistem koordinat.
2.5 Inspirasional Inspirasi merupakan sesuatu yang menjadi dasar atas tindakan seseorang yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu hal yang diinginkan. Seseorang yang sedang terinspirasi oleh suatu hal, baik berupa benda, tempat, maupun dari orang lain, akan melakukan hal-hal yang ada di pikirannya hasil olahan dari inspirasi yang diperoleh. Dalam skala kecil, inspirasi dapat mempengaruhi cara
47
pikir atau cara pandang seseorang yang kemudian tergerak untuk melakukan sesuatu. Contoh, dalam tayangan Mario Teguh Golden Ways. Tayangan yang memberikan berbagai kalimat yang memang bertujuan untuk memberikan inspirasi kepada penonton bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik. Pada tayangan tersebut banyak penonton yang kemudian terinspirasi, baik pemirsa yang menyaksikan dari rumah, maupun pentonton yang hadir disitu. Pengertian dari kalimat maupun makna yang diserap oleh pemirsa mungkin saja akan variatif dan sangat berbeda satu sama lain. Tetapi sudut pandang masing-masing indivisu lah yang menentukan kualitas pikiran untuk mencapai pengertian inspiratif yang sebenarnya. Di awal tahun 1950-an merupakan periode subur dalam pengembangan berbagai konsep mengenai motivasi. Tiga teori motivasi yang spesifik dirumuskan selama periode ini, yaitu:Teori Hierarki Kebutuhan (Hierarchy of needs Theory) dari Abraham Maslow,
Teori X dan Y
dari Douglas McGregor dan Teori
Kesehatan – Motivasi dari Frederick Herzberg. Ketiga teori ini merupakan berbagai teori dasar yang menjabarkan berbagai motif atau alasan dari bagaimana audiens menentukan sikap dalam pemilihan suatu media atau suatu tayangan sebelum akhirnya memutuskan untuk tidak hanya sekedar menonton, tapi juga menyimak suatu tayangan di media. a. Teori Hiearkri Kebutuhan Teori ini diperkenalkan oleh Abraham Maslow yang dikenal sebagai aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia
48
tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hierarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi. Lima (5) kebutuhan dasar Maslow, disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial : 1. Kebutuhan Fisiologis Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya. 2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya. 3. Kebutuhan Sosial Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain. 4. Kebutuhan Penghargaan
49
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.
b. Teori X dan Y Teori ini dicetuskan oleh Douglas McGregor. Gregor berpendapat bahwa pada dasarnya manusia terdiri atas 2 pandangan, yaitu manusia yang pada dasarnya negatif, diberi tanda X dan manusia yang pada dasarnya positif, diberi tanda Y. Karena pada dasarnya manusia terdiri atas 2 sifat, dimana sifat X yaitu orang-orang yang hidup dalam pikiran dan perasaan yang negatif. Orang dengan sifat negatif, memandang segala sesuatu dalam hidupnya adalah sesuatu yang buruk dan tidak seimbang. Misalnya: Karyawan yang selalu mengeluh setiap kali mendapat pekerjaan yang berat dan banyak sementara gajinya tidak pernah naik. Jadi dalam setiap kali ia bekerja harus selalu mendapat pengawasan dari atasannya, dan tidak berinisiatif mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan orang yang memiliki sifat Y adalah orang-orang yang memiliki pandangan dalam setiap pemikirannya. Orang dengan type ini selalu memiliki ide serta inisiatif yang akan membuatnya mampu mengendalikan hidupnya sendiri. Menurut Gregor, pada dasarnya manusia merupakan mahkluk yang memiliki sisi positif dalam diri mereka. Sisi positif ini bisa
50
diperoleh dengan memperhatikan beberapa sifat-sifat seperti; bagaimana cara memandang sesuatu, bagaimana cara mengarahkan dan mengawasi diri sendiri, belajar untuk menerima bahkan mencari tanggungjawab, dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan inovasi.
c. Teori Motivasi Kesehatan (Motivation Hygiene Theory) Frederick Herzberg merupakan penggagas teori ini. Ia berpendapat bahwa hubungan individu dengan pekerjaannya adalah suatu dasar dan sikap terhadap pekerjaannya sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan individu tersebut. Faktor-faktor yang mengarah pada kepuasan kerja adalah terpisah dan berbeda dari faktor-faktor yang mengarah pada ketidakpuasan kerja. Karakter-karakter seperti; kebijakan dan administrasi perusahaan, supervisi, hubungan-hubungan antar persona, kondisi-kondisi kerja dan gaji telah dikarakteristikkan sebagai faktor-faktor kesehatan (hygiene factors). Ketika faktor-faktor tersebut mencukupi, orang tidak akan tidak begitu saja puas. Apabila ingin memotivasi orang-orang tentang pekerjaannya, Herzberg menyarankan untuk menekankan pada prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan pertumbuhan. Semua faktor tersebut merupakan imbalan intrinsik terhadap loyalitas karyawan.23
23
Munandar, Sunyoto, Ashar. Psikologi Industri dan Organisasi. UI-Press. Jakarta. 2001.
51
2.6 Komunikasi Persuasif Komunikasi ada dalam segala aktivitas hidup kita. Bentuknya bisa berupa tulisan, lisan, gambar, isyarat, kata-kata yang dicetak, simbol visual, audio visual, rabaan, suara, kimiawi, komunikasi dengan diri sendiri, kelompok, organisasi, antarpersona, dialogis, dan lain-lain. Istilah komunikasi berasal dari perkataan Latin communicare, yang berarti berpartisipasi, memberitahukan, atau menjadi milik bersama.
2.6.1 Pengertian Komunikasi Persuasif Dalam definisi komunikasi yang dikemukakan beberapa ahli, walaupun pengungkapannya beragam, namun terdapat kesamaan telaah atas fenomena komunikasi. Kesamaan tersebut nampak dalam isi yang tercakup di dalamnya, yaitu adanya komunikator, komunikan, pesan, media/saluran, umpan balik, efek, dampak serta adanya tujuan dan terbentuknya pengertian bersama. Untuk memahami komunikasi, dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif umum dan perspektif paradigmatik. Perspektif secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengertian secara etimologis, dan pengertian secara terminologis. Istilah persuasi bersumber dari perkataan Latin, persuasio, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Persuasi bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal
52
yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah. 24 Dari beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, tampak bahwa persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal.
2.6.2 Tujuan Komunikasi Persuasif Tujuan komunikasi persuasif secara bertingkat ada dua yaitu: 1. Membentuk tanggapan (belive) 2. Mengubah atau menguatkan keyakinan dan sikap (attitude) audiens 3. Mendorong audiens melakukan sesuatu/memiliki tingkah laku (behaviour) tertentu yang diharapkan.25 Komponen-komponen dalam persuasi meliputi bentuk dari proses komunikasi yang dapat menimbulkan perubahan, dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan
secara
verbal
dipertimbangkan dalam
maupun
nonverbal.
Faktor-faktor
yang
komunikasi persuasi meliputi kejelasan
harus tujuan,
memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi, serta memilih strategi yang tepat.
24
Effendi. Dinamika Komunikasi. Bandung. Remadja Karya. 1986
25
Ibid
53
Ruang lingkup kajian ilmu komunikasi persuasif meliputi sumber, pesan, saluran/media, penerima, efek, umpan balik, dan konteks situasional. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam komunikasi persuasif adalah pendekatan psikologis. Tiga fungsi utama komunikasi persuasif adalah control function, consumer protection function, dan knowledge function. Komunikasi Persuasif adalah bentuk komunikasi yang mempunyai tujuan k dan terarah untuk mengubah perilaku komunikan sebagai sasaran komunikasi.
2.6.3 Prinsip Komunikasi Persuasif Ada empat prinsip dasar dalam komunikasi persuasif yang dapat menentukan efektivitas dan keberhasilan komunikasinya, yakni sebagai berikut: 1. Prinsip Pemaparan yang Selektif (The Selective Exposure Principle) Prinsip ini menyatakan bahwa pada dasarnya audiens akan mengikuti hukum pemaparan selektif (the law of selective exposure), yang menegaskan bahwa audiens atau pemirsa akan secara aktif mencari informasi yang sesuai dan mendukung opini, keyakinan, nilai, keputusan dan perilaku mereka, dan sebaliknya audiens akan menolak atau menghindari
informasi-informasi
yang
berlawanan
dengan
opini,
kepercayaan, sikap, nilai, dan perilaku mereka. 2. Partisipasi Audiens (The Audience Participation Principle) Prinsip ini menyatakan bahwa daya persuasif suatu komunikasi akan semakin besar manakala audiens berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi tersebut. Bentuk partisipasi bisa dalam berbagai bentuk
54
dan aktivitas, seperti dalam menentukan tema, dalam presentasi, membuat slogan, dan lain-lain. 3. Prinsip Suntikan (The Inoculation Principle) Audiens telah memiliki pendapat dan keyakinan tertentu, maka pembicaraan komunikasi persuasif biasanya dimulai dengan memberi pembenaran dan dukungan atas keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki audiens. 4. Prinsip Perubahan yang Besar (The Magnitude of Change Principle) Prinsip ini menyatakan bahwa semakin besar, semakin cepat dan semakin penting perubahan yang ingin dicapai, maka seorang da’i mempunyai tugas dan kerja yang lebih besar, serta komunikasi yang dilakukan membutuhkan perjuangan yang lebih besar.26 Didalam menulis pesan-pesan yang bersifat persuasif harus dibuat untuk meyakinkan dari pihak-pihak yang berhubungan dengan organisasi. Pesan-pesan persuasif yang efektif haruslah dirancang sedemikian rupa, antara lain dengan fokus pada penerima, sehingga pesan dapat sesuai dengan tujuan. Menulis pesan persuasif sangat penting dalam organisasi bisnis, karena setiap hari organisasi harus mengirimkan pesan-pesan dengan nada yang meyakinkan, baik kepada konsumen, pemasok, mitra bisnis, maupun pihak-pihak lainnya yang berhubungan dengan organisasi.
26
Dedy Djamaludin Malik. Komunikasi Persuasif. Bandung. Remadja Rosdakarya. 1994
55
Dengan demikian pengiriman pesan persuasif menjadi salah satu faktor penentu dalam pencapaian tujuan perusahaan. Meyakinkan dan mempengaruhi pihak-pihak lain yang terkait, baik secara tertulis maupun lisan dalam bentuk presentasi bisnis menjadi aktifitas yang harus dilakukan perusahaan secara terencana dan matang. Misalnya meyakinkan pemilik proyek mengenai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan proyek yang dipercayakan, atau surat persuasif kepada debitur mengenai pentingnya melakukan pembayaran dengan tepat waktu. Secara internal pesan persuasif dapat dilakukan seorang bawahan untuk meminta persetujuan manajemen perusahan tentang proposal yang diajukannya. Kegagalan dalam membuat pesan persuasif merupakan kegagalan buat organisasi, karena bisa jadi itu berarti kehilangan kesempatan menjual, kehilangan konsumen potensial, kehilangan mitra bisnis potensial, atau kehilangan kesempatan memenangkan tender atau proyek. 27
27
Ibid