BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Bank Kasmir (2012:3) menguraikan bahwa secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah: 1.
Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat.
2.
Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan
pinjaman
(kredit)
kepada
masyarakat
yang
mengajukan permohonan. 3.
Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam
Universitas Sumatera Utara
kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes, travelers cheque dan jasa lainnya.
2.1.2. Pengertian Penggabungan Usaha Pengertian penggabungan usaha secara umum adalah suatu keadaan dimana dua perusahaan atau lebih yang terpisah melakukan penyatuan menjadi satu entitas ekonomi atau mendapatkan kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Dalam beberapa kondisi kadang dinyatakan bahwa penggabungan usaha tidak lain adalah pengambilalihan. Merger dan akuisisi (M&A) merupakan suatu kegiatan penggabungan usaha yang banyak dilakukan oleh perusahaan dalam negeri maupun luar negeri. Menurut PSAK No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha, penggabungan usaha (Business combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aset dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan entitas-entitas bisnis yang sebelumnya terpisah (Beams dkk, 2006 : 2). Meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah meningkatkan profitabilitas, namun banyak perusahaan dapat menjadi lebih efisien dengan mengintegrasikan operasi secara horizontal atau vertikal atau dengan mendiversifikasikan risiko usaha melalui operasi konglomerasi.
Universitas Sumatera Utara
Penggabungan usaha merupakan istilah umum yang meliputi semua bentuk
penggabungan
entitas
bisnis
yang
sebelumnya
terpisah.
Penggabungan seperti ini disebut akuisisi (acquisition) ketika suatu perusahaan memperoleh aktiva produktif dari entitas bisnis lain dan mengintegrasikan
aktiva-aktiva
tersebut
ke
dalam
operasinya.
Penggabungan usaha juga disebut akuisisi ketika suatu perusahaan memperoleh pengendalian atas fasilitas produksi entitas lain dengan memiliki mayoritas saham berhak suara yang beredar. Perusahaan yang diakuisisi tidak perlu dibubarkan, tetapi perusahaan tersebut tidak memiliki eksistensi lagi. Merger sering digunakan sebagai sinonim dari akuisisi. Akan tetapi, legalitas dan akuntansinya berbeda. Merger memerlukan pembubaran semua entitas yang terlibat kecuali satu entitas. Merger terjadi ketika sebuah perusahaan baru dibentuk untuk mengambil alih semua operasi dari entitas bisnis lainnya dan entitas itu dibubarkan. Alasan-alasan penggabungan usaha (Beams dkk, 2006 : 2): 1. Keunggulan Biaya Sering kali lebih mudah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui pengembangan. Hal ini berlaku terutama pada periode inflasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Risiko yang Lebih Rendah Membeli lini produk dan pasar yang telah ada biasanya kurang berisiko ketimbang mengembangkan produk dan pasar baru. Risiko akan rendah apabila tujuannya adalah diversifikasi. 3. Memperkecil Keterlambatan Operasi Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah lainnya. Dalam membangun fasilitas perusahaan yang baru mungkin terjadi sejumlah penundaan dalam pembangunannya karena diperlukan persetujuan pemerintah untuk memulai operasi. 4. Menghindari Pengambilalihan (Avoidance of takeovers) Banyak perusahaan bergabung untuk menghindari pengambilalihan di antara perusahaan itu. Perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih rentan untuk diambil alih. Karena itu, banyak di antaranya memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik terhadap usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain. 5. Akuisisi Aktiva Tak Berwujud Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud. Jadi, akuisisi atas hak paten, hak penambangan mineral, riset database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha.
Universitas Sumatera Utara
6. Alasan-alasan lain Selain untuk perluasan, perusahaan dapat memilih penggabungan usaha untuk memperoleh keuntungan pajak (misalnya, tax-loss carryforward), atas pendapatan pribadi dan keuntungan pajak real estat, serta untuk alasan-alasan pribadi. Terdapat beberapa bentuk penggabungan yang dapat dipilih suatu bank. Pertimbangannya adalah tergantung dari kondisi bank dan keinginan pemilik bank lama. Masing-masing bentuk mempunyai keunggulan dan kerugian sendiri. Tentu saja pemilihan bentuk penggabungan ini didasarkan pada tujuan perbankan tersebut. Jenis-jenis penggabungan yang dapat dipilih dan yang biasa dilakukan di Indonesia adalah sebagai berikut: (Kasmir, 2012) 1. Merger Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu dari bank yang ikut merger dan membubarkan bank-bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu. Penggabungan tersebut dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh saham bank lainnya yang ikut bergabung menjadi satu dengan bank yang dipilih untuk dijadikan bank yang akan dipertahankan. Biasanya bank hasil merger memakai salah satu nama yang dipilih secara bersama.
Universitas Sumatera Utara
2. Konsolidasi Konsolidasi yaitu penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank yang ikut konsolidasi tersebut tanpa melikuidasi terlebih dahulu. 3. Akuisisi Akuisisi merupakan pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang berakibat beralihnya pengendalian terhadap bank. Dalam penggabungan dengan bentuk akuisisi biasanya nama bank yang diakuisisi tidak berubah dan yang berubah hanyalah kepemilikannya.
2.1.3. Pengertian Merger dan Akuisisi Merger menurut Sjahrial (2009 : 327) merupakan peleburan secara lengkap satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang utama mempertahankan nama dan identitasnya, dan ia memperoleh aktiva dan hutang dari perusahaan yang meleburkan diri. Sesudah suatu merger, perusahaan yang meleburkan diri tadi setuju menjadi suatu wujud bisnis yang tersendiri. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988 mendefinisikan merger sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Universitas Sumatera Utara
PSAK No.22 memberi istilah akuisisi untuk bentuk penggabungan usaha di mana salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh kendali atas perusahaan lain. Akuisisi adalah bentuk penggabungan usaha di mana salah satu perusahaan, yaitu perusahaan pengakuisisi, memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham. Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk: a. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan. b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen. c. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.
2.1.4. Klasifikasi Merger dan Akuisisi Menurut Brigham dan Houston (2001), merger dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis sebagai berikut: 1) Merger Horisontal (horizontal merger) Merger ini terjadi apabila perusahaan dalam jenis usaha yang sama saling bergabung. 2) Merger Vertikal (vertical merger) Merger vertikal adalah penggabungan antara satu perusahaan dengan salah satu pemasok atau pelanggannya.
Universitas Sumatera Utara
3) Merger Kongenerik (congeneric merger) Merger kongenerik merupakan penggabungan perusahaan yang bergerak dalam industri umum yang sama, yang berkaitan satu sama lain tetapi bukan merupakan produsen produk yang sama (horisontal) dan juga tidak mempunyai hubungan sebagai produsen-pemasok. 4) Merger Konglomerat (conglomerate merger) Merger konglomerat adalah penggabungan perusahaan dari industri yang benar-benar berbeda. Sedangkan menurut prosesnya merger dibagi menjadi dua yaitu: 1.
Friendly Merger adalah merger yang disetujui oleh kedua belah pihak, dimana kedua pihak sepakat untuk melakukan penggabungan dan percaya bahwa penggabungan ini akan membawa manfaat bagi kedua belah pihak.
2.
Hostile Merger adalah ketika kedua belah pihak tidak mencapai kata sepakat dalam penggabungan usaha dimana perusahaan target merasa
harga
yang
ditawarkan
terlalu
rendah
dan
juga
dimungkinkan dengan ketakutan para manajer akan kehilangan jabatan ketika terjadi penggabungan usaha. Bila terjadi seperti ini pihak perusahaan pembeli bisa mendekati para pemegang saham perusahaan target dan membelinya langsung dari mereka sehingga tidak diperlukan lagi persetujuan dari para manajer perusahaan target. (Kuncoro, 2014)
Universitas Sumatera Utara
Analis finansial secara khusus mengelompokkan akuisisi ke dalam tiga bentuk (Sjahrial, 2009 : 329): 1. Akuisisi Horizontal Merupakan akuisisi suatu perusahaan di dalam industry yang sama. 2. Akuisisi Vertikal Suatu akuisisi yang melibatkan perusahaan yang ada keterkaitan prosesnya dalam proses produksi atau operasionalnya. Contohnya adalah akuisisi perusahaan penerbangan dengan biro perjalanan. 3. Akuisisi Konglomerasi Bila antara perusahaan penawar dengan perusahaan target tidak ada hubungannya satu sama lain.
2.1.5. Motif Melakukan Penggabungan Usaha Menurut Brigham dan Houston (2001), motif utama dalam sebagian besar merger adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan yang bergabung. Jika Perusahaan A dan B bergabung menjadi Perusahaan C, dan jika nilai perusahaan C lebih besar daripada nilai A ditambah B, yang masing-masing berdiri sendiri, maka dalam hal ini terdapat sinergi (synergy). Pengaruh sinergi sendiri bisa timbul dari empat sumber, yaitu (1) penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi, (2) penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas, (3) perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4) peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan. Motif lainnya adalah sebagai berikut: 1. Pertimbangan Pajak Perusahaan dengan laba besar terkena tarif pajak tinggi dapat mengambil alih perusahaan dengan akumulasi kerugian yang besar sehingga akan mengurangi laba kena pajak. Sebaliknya, perusahaan mempunyai potensi untuk memperoleh penghematan pajak (tax shield) tetapi tidak dapat dimanfaatkan karena tidak memperoleh laba. Dengan demikian, perusahaan semacam ini akan bergabung dengan perusahaan yang profitable agar pajak yang dibayar oleh perusahaan profitable lebih kecil. Kelebihan kas dapat dipergunakan untuk membayar dividen ekstra, repurchases, investasi dalam marketable securities atau melakukan akuisisi. Akuisisi tidak menimbulkan konsekuensi pajak secara langsung kepada perusahaan pembeli. 2. Diversifikasi Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Tujuan diversifikasi untuk mengurangi risiko. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
Universitas Sumatera Utara
3. Mempertahankan pengendalian Pengambil alih akan menjadi pemilik atau pemegang saham dari perusahaan target dan berhak memilih dewan komisaris. Pada perusahaan besar, para pemilik saham melakukan pengendalian secara tidak langsung melalui dewan komisaris yang mereka pilih. Dewan komisaris yang dipilih akan memilih manajemen yang mengendalikan operasi perusahaan.
Kasmir (2011:56), menguraikan alasan suatu bank melakukan merger, konsolidasi, dan akuisisi yaitu: 1) Masalah Kesehatan Bank, maksudnya apabila bank sudah dinyatakan tidak sehat oleh Bank Indonesia untuk beberapa periode, maka sebaiknya bank bank tersebut melakukan merger dengan bank yang sehat atau dengan melakukan konsolidasi dengan bank yang sama-sama tidak sehat serta dapat pula diakuisisi oleh bank lain yang berminat. 2) Modal yang dimiliki relatif kecil sehingga untuk melakukan ekspansi terlalu sulit. Dengan adanya penggabungan atau usaha peleburan otomatis lebih mudah untuk mengembangkan usahanya. 3) Manajemen bank yang semrawut atau kurang profesional sehingga perusahaan terus merugi dan sulit untuk berkembang. Jenis bank ini pun sebaiknya melakukan penggabungan usaha dengan bank yang lebih profesional.
Universitas Sumatera Utara
4) Administrasi yang kurang teratur dan masih tradisional, sebaiknya bank melakukan penggabungan atau peleburan usaha sehingga diharapkan administrasinya menjadi baik. 5) Ingin menguasai pasar. Tujuannya tidak diumumkan secara jelas kepada pihak luar, biasanya hanya diketahui oleh mereka yang hendak ikut merger. Dengan adanya penggabungan dari beberapa bank, maka jumlah cabang dan jumlah nasabah yang dimiliki bertambah. Tujuan ini juga untuk menghilangkan atau melawan pesaing yang ada. Untuk mengadakan penggabungan bank baik penggabungan secara merger, konsolidasi atau akuisisi dapat dilakukan atas: 1. Inisiatif bank yang bersangkutan atau 2. Permintaan bank Indonesia 3. Inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan bank.
2.1.6. Syarat Merger Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang merger, konsolidasi, dan akuisisi bank, tertulis syarat-syarat merger, akuisisi dan konsolidasi bank, hal tersebut terdapat dalam pasal 4 yang berbunyi: 1) Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank yang dilakukan atas inisiatif Bank yang bersangkutan, wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Pimpinan Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2) Kewajiban untuk terlebih dahulu memperoleh izin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berlaku pula untuk Merger dan Konsolidasi yang dilakukan atas inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan. Selanjutnya dalam Pasal 7 dinyatakan: 1. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi hanya dapat dilakukan dengan persetujuan rapat umum pemegang saham. 2. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang dihadiri oleh pemegang saham yang dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah suara pemegang saham yang hadir. 3. Bagi Bank yang berbentuk Perseroan Terbuka, dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak tercapai, maka syarat kehadiran dan pengambilan keputusan ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal. Syarat-syarat untuk memperoleh izin merger atau konsolidasi, tercantum dalam Pasal 8:
Universitas Sumatera Utara
1. Telah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham bagi Bank yang berbentuk Perseroan Terbatas atau rapat sejenis bagi Bank yang berbentuk hukum lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. 2. Pada saat terjadinya Merger atau Konsolidasi, jumlah aktiva Bank hasil Merger atau Konsolidasi tidak melebihi 20 % (dua puluh perseratus) dari jumlah aktiva seluruh Bank di Indonesia. 3. Permodalan Bank hasil Merger atau Konsolidasi harus memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal yang ditetapkan oleh bank Indonesia. 4. Calon anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang ditunjuk tidak tercantum dalam daftar orang yang melakukan perbuatan tercela dibidang perbankan.
2.1.7. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan (Sutriayani, 2008 dalam Afriyani, 2012). Informasi kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja
Universitas Sumatera Utara
bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Kinerja keuangan dapat diukur melalui analisis rasio keuangan. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan (Kasmir, 2010:104). Dalam hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan.
2.1.8. Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Bank (Kasmir, 2010 : 216) Rasio keuangan yang digunakan oleh bank dengan perusahaan nonbank sebenarnya relatif tidak jauh berbeda. Perbedaannya terutama terletak pada jenis rasio yang digunakan untuk menilai suatu rasio yang jumlahnya lebih banyak. Hal ini karena komponen neraca dan laba rugi yang dimiliki bank berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi perusahaan nonbank. Bank merupakan perusahaan keuangan yang bergerak dalam memberikan layanan keuangan yang mengandalkan kepercayaan dari
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam mengelola dananya. Risiko yang dihadapi bank jauh lebih besar ketimbang perusahaan nonbank. Jenis-jenis rasio keuangan bank: 1. Rasio Likuiditas Bank Rasio likuiditas bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, bank dapat membayar kembali pencairan dana para deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Rasio Likuiditas Bank yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quick Ratio, Loan to Asset Ratio, dan Loan to Deposit Ratio (LDR) 2. Rasio Solvabilitas Bank Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut. Rasio Solvabilitas Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) 3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas Bank Rasio rentabilitas bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank dalam suatu periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Rasio Profitabilitas Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin, Net Profit Margin
2.2
Penelitian Terdahulu Banyak penelitian tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan yang telah dilakukan, namun hasilnya tidak selalu signifikan. Penelitian merger dan akuisisi bank di Yunani oleh Nikolaos Mylonidis dan Ioanna Kelnikola (2005) pada 9 perusahaan perbankan yang melakukan M&A dari tahun 1999-2000 membandingkan kinerja operasional yang diproksikan
dengan
rasio
profitabilitas
bank,
efisiensi
operasional,
produktivitas karyawan, likuiditas, risiko kredit, dan rasio CAR perusahaan perbankan yang melakukan M&A dengan yang tidak melakukan aktivitas M&A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja operasional tidak mengalami perkembangan setelah M&A. Namun, dibandingkan dengan bank yang tidak melakukan M&A, kinerja bank yang melakukan M&A lebih baik. Rasio likuiditas mengalami penurunan setelah M&A. Selanjutnya penelitian merger dan akuisisi bank di Yunani oleh Iordanis Eleftheriadis, dkk. (2008) pada 50 perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi dari tahun 1998-2002 menggunakan rasio likuiditas (current ratio, acid test ratio, cash ratio, working capital), rasio aktivitas (average receiveables conversion period, average payables deferral period,
Universitas Sumatera Utara
average inventory conversion period, working capital turnover ratio, asset turnover ratio, fixed asset turnover ratio, owner’s equity turnover ratio), rasio profitabilitas (gross profit margin, net profit margin, ROA, ROE), rasio struktur modal dan solvabilitas (ratio of owner’s equity to total assets, ratio of owner’s equity to total liabilities, ratio of owner’s equity to fixed assets), dan rasio ukuran pasar (earning per share, dividends per share, dividend yield on equity capital, book value per share, price to book value, price earning ratio) menunjukkan bahwa hanya cash ratio dari rasio likuiditas yang berbeda signifikan setelah M&A, rasio-rasio likuiditas lainnya tidak berbeda signifikan setelah M&A. Rasio aktivitas, struktur modal dan solvabilitas tidak berbeda signifikan setelah M&A, rasio profitabilitas mengalami peningkatan setelah M&A, sedangkan rasio ukuran pasar mengalami penurunan setelah M&A. Penelitian merger dan akuisisi bank di Pakistan oleh Qamar Abbas, dkk. (2014) pada 10 perusahaan perbankan yang melakukan aktivitas M&A tahun 2006-2011 dengan membandingkan kenaikan atau penurunan rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pertumbuhan kinerja keuangan setelah M&A. Rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage mengalami penurunan pada sebagian besar bank. Penelitian Rambe (2012) pada 14 perusahaan publik yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2006-2008 dengan pengujian menggunakan uji beda paired sample T-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk semua rasio setelah merger dan akuisisi pada semua periode
Universitas Sumatera Utara
pengamatan dan pengujian. Berdasarkan deskriptif perubahan nilai rata-rata (mean) rasio DER (Debt to Equity Ratio) mengalami peningkatan, namun hasil tersebut tidak cukup kuat untuk membuktikan adanya pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahan publik perusahaan. Selanjutnya penelitian Utami (2013) pada 14 perusahaan publik yang melakukan akuisisi pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROE, ROI, GPM, OPM, dan NPM untuk periode satu tahun sebelum dan satu tahun setelah akuisisi begitu juga untuk periode satu tahun sebelum dan dua tahun sesudah akuisisi. Hasil penelitian mengindikasikan tujuan ekonomis dilakukan akuisisi yaitu untuk mendapatkan sinergi tidak tercapai. Penelitian yang dilakukan Murdabahari (2013) pada 30 perusahaan nonkeuangan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi dari tahun 2003-2012 hasilnya menunjukkan bahwa pada pengakuisisi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan sebelum dan sesudah akuisisi. Tapi perusahaan yang telah bergabung rasio ROI, EPS dan Debt to Equity Ratio terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah merger. Alat uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Manova. Kuncoro (2014) melakukan penelitian pada 17 perusahaan publik yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2004-2013 yang hasilnya menunjukkan bahwa pada pengujian secara parsial terhadap 5 rasio keuangan, yaitu PBV, OPM, ROE, ROA dan DER menunjukan hasil yang signifikan di beberapa tahun pengamatan, bahkan variabel DER menunjukan perbedaan yang
Universitas Sumatera Utara
signifikan dalam perbandingan keseluruhan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hanya variabel ROE yang tidak menunjukan perbedaan di seluruh tahun pengamatan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Namun dalam statistik desktiptif terjadi perubahan menuju ke arah positif pada seluruh rasio keuangan setelah terjadinya merger dan akuisisi yang menunjukan adanya sinergi yang diperoleh perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Alat uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Manova. Agar lebih jelas, rangkuman dari penelitian terdahulu tentang merger dan akuisisi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Variabel Penelitian
Hasil penelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Nikolaos
Merging Activity Variabel
Hasil penelitian menunjukkan
Mylonidis,
in
bahwa
Ioanna
Banking System: yang meliputi
tidak
Kelnikola
A
perkembangan setelah M&A.
(2005)
Accounting
efisiensi operasional,
Namun, dibandingkan dengan
Perspective
produktivitas
bank yang tidak melakukan
karyawan, likuiditas,
M&A, kinerja bank yang
risiko kredit, dan rasio
melakukan M&A lebih baik.
CAR
Rasio likuiditas mengalami
The
Greek Kinerja Operasional;
Financial profitabilitas bank,
kinerja
operasional mengalami
penurunan setelah M&A.
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Iordanis
Operating
Eleftheriadis,
Performance,
Michail
Business
Pazarskis,
and
Petros
Mergers:
Christodoulou,
Greek evidence
Variabel Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel Rasio Likuiditas, Rasio
Risk
Corporate Some
George
Hasil penelitian
bahwa hanya cash ratio dari rasio
Aktivitas, Rasio
likuiditas
signifikan
Profitabilitas, Rasio
berbeda
setelah
M&A,
rasio-rasio likuiditas lainnya
Struktur Modal dan
tidak
Solvabilitas, Rasio
berbeda
signifikan
setelah M&A. Rasio aktivitas,
ukuran pasar
Drogalas
struktur modal dan solvabilitas
(2008)
tidak
berbeda
setelah
signifikan
M&A,
profitabilitas
Rasio mengalami
peningkatan setelah M&A, sedangkan rasio ukuran pasar mengalami penurunan setelah M&A. Qamar Abbas, Financial Ahmed Imran Performance
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel of Rasio
Hunjra, Rauf I banks in Pakistan (ROA,
Profitabilitas bahwa tidak ada pertumbuhan ROE,
NIM, kinerja
keuangan
setelah
Azam,
after Merger and EPS, Interest expense to M&A. Rasio profitabilitas,
Muhammad
Acquisition
Shahzad and
Ijaz Maliha
interest income), Rasio likuiditas, Likuiditas total
(Cash
asset,
dan
leverage
to mengalami penurunan pada total sebagian besar bank.
Zahid
liabilities to total asset),
(2014)
Rasio Leverage (Debt to equity ratio, Capital ratio)
Universitas Sumatera Utara
Variabel Penelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Rambe
Analisis
(2012)
Pengaruh Merger CR dan
Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan
Variabel (Current
Ratio), bahwa tidak ada perbedaan
Akuisisi DER (Debt to Equity yang signifikan untuk semua
terhadap Kinerja Ratio), TATO (Total rasio Perusahaan Publik
Asset turn Over Ratio), akuisisi yang ROA
(Return
terdaftar di Bursa Asset), Efek
setelah
dan
merger
terhadap
dan
kinerja
On keuangan perusahan publik. ROE
Indonesia (Return On Equity)
(BEI)
Syahrul
Analisis
Variabel
Syarifudin
Keuangan
Capital Adequacy Ratio yang disyaratkan oleh Bank
(2012)
Konsolidasi
(CAR), Debt to Equity Indonesia yaitu sebesar 8%
Bank
Permata Ratio (DER), Debt to sehingga
Sebelum
dan Total
Setelah
Merger (DTAR),
sebagai
CAR melebihi batas minimum
Assets
kinerja
Bank
Ratio Permata dalam kondisi sehat.
Loan
to LDR dan LAR mengalami
Bank Deposit Ratio (LDR), peningkatan setelah merger
Rekapitalisasi
Loan to Asset Ratio sementara ROA, ROE, DER, (LAR),
Return
on BOPO
Assets (ROA), Return Permata
dan
DTAR
Bank
menunjukkan
on Equity (ROE), dan penurunannya dari tahun ke Rasio
Biaya tahun setelah merger.
Operasional (BOPO)
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil penelitian
Utami
Pengaruh
(2013)
Akuisisi terhadap Return
on
Profitabilitas
(ROE),
Return
Perusahaan
Investment
Pengakuisisi
Gross Profit Margin diukur dengan ROE, ROI,
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
Equity bahwa tidak ada perbedaan on yang
signifikan
dari
(ROI,) profitabilitas perusahaan yang
(GPM),
Operating GPM, OPM, dan NPM untuk
Profit Margin (OPM), periode satu tahun sebelum Net
Profit
Margin dan satu tahun setelah akuisisi
(NPM)
begitu juga untuk periode satu tahun sebelum dan dua tahun sesudah akuisisi.
Agung
Analisis Dampak Variabel
(2014)
Merger terhadap Return
on
Profitabilitas
Return
(ROE),
Setelah melakukan merger,
pada PT Bank Investment CIMB Niaga
Equity nilai ROE yang dimiliki oleh on Bank CIMB Niaga mengalami
(ROI), penurunan. Sementara nilai
Gross Profit Margin ROI, (GPM),
Net
Margin Operating Margin (OPM)
GPM,
NPM,
OPM
Profit mengalami peningkatan yang (NPM), berarti
peningkatan
Profit profitabilitas lebih baik dari segi laba bersih, laba operasi, dan laba kotor yang di raih Bank CIMB Niaga setelah merger.
Universitas Sumatera Utara
Variabel Penelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Murdabahari
Analisis Kinerja Variabel
(2013)
Keuangan
Net
Perusahaan
(NPM),
Sebelum
dan
Hasil penelitian menunjukkan
Profit
Margin pada
Return
dan investment
Sesudah Merger Return
Hasil penelitian
pengakuisisi
On menunjukkan perbedaan yang
(ROI), signifikan
On
tidak
dibandingkan
Equity sebelum dan sesudah akuisisi.
Akuisisi (ROE), Debt to Equity Tapi perusahaan yang telah
(Studi
pada Ratio,
Perusahaan
Total
Turnover
Assets bergabung rasio ROI, EPS dan (TATO), Debt to Equity Rasio terdapat
Manufaktur yang Current Ratio (CR) and perbedaan Terdaftar
di Earning
Bursa
Per
yang
signifikan
Share sebelum dan sesudah merger.
Efek (EPS)
Indonesia Periode
2003-
2012) Kuncoro
Analisis
(2014)
Pengaruh Merger Price to Book Value bahwa pada pengujian secara dan
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel
Akuisisi (PBV),
Operating parsial
terhadap
5
rasio
terhadap Kinerja Profit Margin (OPM), keuangan, yaitu PBV, OPM, Keuangan
Return
Perusahaan
(ROE), Return On Asset menunjukan
(Studi
On
Equity ROE,
ROA
dan
DER
hasil
yang
Kasus (ROA), Debt to Equity signifikan di beberapa tahun
pada Perusahaan Rasio (DER)
pengamatan, variabel DER
yang terdaftar di
menunjukan perbedaan yang
Bursa
signifikan
Efek
Indonesia Periode 2013)
perbandingan 2004-
dalam keseluruhan
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hanya variabel ROE yang tidak menunjukan perbedaan di seluruh tahun
Universitas Sumatera Utara
pengamatan
sebelum
dan
sesudah merger dan akuisisi. Namun
dalam
statistik
desktiptif terjadi perubahan menuju ke arah positif pada seluruh rasio keuangan setelah terjadinya merger dan akuisisi yang sinergi
menunjukan yang
adanya diperoleh
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap beberapa variabel rasio keuangan, sedangkan letak perbedaannya terletak pada jenis rasio keuangan yang digunakan dan juga sampel perusahaan.
2.3
Kerangka Konseptual Merger dan akuisisi merupakan alternatif untuk melakukan ekspansi atau
perluasan usaha. Salah satu alasan utama perusahaan bergabung dengan perusahaan lain (merger), atau membeli perusahaan lain (akuisisi) adalah lebih cepat daripada harus membangun unit usaha sendiri. (Husnan, 2006) Penilaian keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat melalui kinerja keuangan perusahaan tersebut dengan menggunakan analisis rasio. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dilakukan dengan menganalisis dan membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah sebagai berikut:
Kinerja Keuangan sebelum Merger dan Akuisisi (X)
Uji beda
Kinerja Keuangan setelah Merger dan Akuisisi (Y)
Quick Ratio
H1
Quick Ratio
Loan to Asset Ratio
H2
Loan to Asset Ratio
Loan to Deposit Ratio
H3
Loan to Deposit Ratio
Capital Adequacy Ratio
H4
Capital Adequacy Ratio
Return On Asset
H5
Return On Asset
Return On Equity
H6
Return On Equity
Net Interest Margin
H7
Net Interest Margin
Net Profit Margin
H8
Net Profit Margin
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.4
Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini adalah: H1:
Terdapat perbedaan Quick Ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H2:
Terdapat perbedaan Loan to Asset Ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H3:
Terdapat perbedaan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H4:
Terdapat perbedaan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H5:
Terdapat perbedaan Return On Asset (ROA) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H6:
Terdapat perbedaan Return On Equity (ROE) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H7:
Terdapat perbedaan Net Interest Margin (NIM) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H8:
Terdapat perbedaan Net Profit Margin (NPM) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Universitas Sumatera Utara