perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teori 1.
Definisi Dispepsia Dispepsia umumnya terjadi akibat adanya masalah pada bagian
lambung dan duodenum. Penyakit yang memiliki sindroma dispepsia seperti gastroesophageal reflux disease dan irritable bowel syndrome yang melibatkan esophagus dan bagian dan bagian saluran cerna lainnya tidak dimasukkan ke dalam bagian dispepsia (Djojodiningrat, 2001). Dispepsia adalah sebuah turunan kata bahasa Yunani dan artinya indigestion
atau
kesulitan
dalam
mencerna.Semua
gejala-gejala
gastrointestinal yang berhubungan dengan masuknya makanan disebut dispepsia, contohnya mual, heartburn, nyeri epigastrium, rasa tidak nyaman, atau distensi (Davidson, 1975). Prevalensi dispepsia bervariasi antara 3% hingga 40%.Variasi dalam angka prevalensi ini berkaitan dengan perbedaan dalam definisi dispepsia pada penelitian-penelitian tersebut (Yasser, 2004). Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sendawa.Keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu (Djojodiningrat, 2001).
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Dispepsia dapat muncul meskipun tidak ada perubahan struktural pada saluran cerna, yang biasanya dikenal sebagai ‘fungsional’ dan gejalanya dapat berasal dari psikologis ataupun akibat dari intoleransi terhadap makanan tertentu. Di sisi lain, dispepsia dapat merupakan gejala dari gangguan organik pada saluran cerna, dan dapat juga disebabkan oleh gangguan di sekitar dari saluran cerna, misalnya pankreas, kandung empedu, dan sebagainya (Davidson, 1975).
2.
Sekresi Asam Lambung Lambung melaksanakan 3 fungsi utama lambung yang paling penting
adalah penyimpanan makanan yang telah dicerna hingga makanan tersebut dapat dikosongkan kedalam usus halus dalam kecepatan normal untuk proses cerna dan absorpsi. Lambung akan mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim untuk pencernaan protein. Lambung memiliki motilitas khusus untuk gerakan pencampuran antara makanan yang dicerna dan cairan lambung untuk membentuk cairan padat yang dinamakan kimus.Seluruh isi lambung harus diubah menjadi kimus sebelum dikosongkan ke duodenum (Sheerwood, 2007). Sel-sel lambung mensekresikan sekitar 2500 ml cairan lambung setiap hari.Cairan lambung ini mengandung bermacam-macam zat diantaranya adalah HCl dan pepsinogen.HCl yang disekresikan oleh kelenjar di korpus lambung membunuh sebagian besar bakteri yang masuk, membantu pencernaan protein, menghasilkan pH yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta meransang aliran empedu dan cairan pankreas.Asam ini cukup pekat untuk dapat menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada orang normal muksa commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lambung tidak mengalami iritasi atau tercerna karena sebagian cairan lambung juga mengandung mukus (Ganong, 2003).
Gambar 2.1 Sekresi Asam Lmabung Sumber : Color Atlas of Phatophysiology, 2000
Lambung memiliki mekanisme protektif sendiri, diantaranya adalah mukus yang melapisi permukaan mukosa lambung.Mukus ini berperan sebagai pelindung dari berbagai macam kerusakan petensial pada mukosa lambung
dengan
sifat
lubrikasinya
untuk
mencegah
kerusakan
mekanis.Mukus juga membantu melindungi mukosa lambung agar tidak mencerna dirinya sendiri dengan menginhibisi pepsin saat bersentuhan dengan
lapisannya.Sebagai substansi alkali, mucus
juga membantu
mekanisme perlindungan mukusa dari kerusakan akibat asam dengan menetralisir HCl di sekitarnya tanpa mempengaruhi HCl pada lumen (Sheerwood, 2007). Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persyarafan dan humoral.Komponen syaraf adalah otonom lokal yang melibatkan neuronneuron
kolinergik
to user dancommit impuls-impuls
dari
SSP
melalui
nervus
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
vagus.Pengaturan fisiologik sekresi lambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak (sefalik), lambung, dan usus.(Ganong, 2003). Pengaruh sefalik adalah respon yang dipengaruhi oleh nervus vagus dan diinduksi oleh aktivitas di SSP. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan meransang sekresi lambung. Serat-serat eferen untuk refleks ini adalah nervus vagus. Pada manusia, melihat, mencium, dan memikirkan makanan akan meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ini diakibatkan oleh refleks bersyarat saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan.Rangsang hipotalamus anterior dan bagian-bagian korteks frontalis orbital disekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi lambung.Pengaruh otak menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yang disekresikan sebagai respon terhadap makanan normal (Ganong, 2003). Pengaruh lambung terutama adalah respon-respon refleks lokal dan respon terhadap gastrin.Adanya makanan dalam lambung mempercepat sekresi lambung yang disebabkan oleh penghilatan, bau makanan, dan adanya makanan di mulut. Reseptor di dinding lambung dan mukosa berespon terhadap peregangan dan rangsang kimia, terutama asam-asam amino dan produk pencernaan terkait lain. Produk-produk pencernaan protein juga menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam (Ganong, 2003). Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal dan refleks pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus. Walaupun di mukosa usus halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian
asam
amino langsung commit to user
ke
dalam
duodenum
tidak
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akanmeningkatkan kadar gastrin dalam darah. Sekresi asam lambung meningkat bisa sebagian besar usus halus diangkat, sehingga sumber hormonhormon yang menghambat sekresi asam menghilang (Ganong, 2003). Sekresi lambung akan menurun secara bertahap ketika makanan mulai masuk dari lambung menuju usus halus. Mekanisme penurunan sekresi asam lambung ada 3 jenis.Saat makanan mulai dikosongkan ke duodenum secara bertahap, stimulus utama yang merangsang sekresi lambung, yaitu protein, telah ditarik. Setelah makanan meninggalkan lambung, cairan lambung akan terus terakumulasi hingga pH lambung akan menurun sangat rendah dan akhirnya akan merangsang somatostatin sebagai pemberi respon balik negative untuk menghambat sekresi lambung. Penurunan motilitas lambung juga akan menurunkan sekresi asam lambung (Sheerwood, 2007).
3. Etiologi Dispepsia Sebagai suatu gejala ataupun sindrom, dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, baik yang bersifat organic, maupun yang fungsional, berdasarkan konsensus terakhir (kriteria Roma) gejala heartburn atau pirosis, yang diduga karena penyakit reflaks gastroesofagial, tidak dimasukkan dalam sindrom dispepsia (Djojodiningrat, 2001).
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1 Penyebab Dispepsia Dalam Lumen Saluran Cerna
Obat-obatan
Hepato-bilier
Pankreas
Keadaan sistemik
Gangguan Fungsional
-
Tukak peptic
-
Gastritis
-
Keganasan
-
Gastropareses
-
Anti inflamasi non steroid
-
Teofilin
-
Digitalis
-
Antibiotik
-
Hepatitis
-
Kolesistitis
-
Kolelitiasis
-
Keganasan
-
Disfungsi sphincter Odli
-
Pankreatritis
-
Keganasan
-
Diabetes militus
-
Penyakit tiroid
-
Gagal ginjal
-
Kehamilan
-
Penyakit jantung iskemik
-
Dispepsia fungsional
-
Sindrom kolon iritatif
Sumber :Buku AjarIlmu Penyakit Dalam, 2001
Berdasarkan hasil pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi pada 591 kasus dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, ditemukan adanya lesi pada esophagus, gastritis, gaster, duodeni, dan lain-lain. Sebagian besar ditemukan kasus dispepsia dengan hasil esofagogastroduodenoskopi yang normal (Djojodiningrat, 2001). commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi pada 591 kasus Dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Lesi Jumlah Kasus Prosentase (%) Normal
168
28,43
Esofagitis
35
5,91
Gastritis
295
49,91
Ulkus Gaster
13
2,20
Ulkus Duodeni
21
3,55
Tumor Esofagus
1
0,16
Tumor Gaster
6
1,01
Lain-lain
52
8,83
Keterangan : Data Subbagian Gantroenterologi RSCM tahun 1994 Sumber : Buku AjarIlmu Penyakit Dalam, 2001
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.Berdasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi akut dan kronis, tetapi keduanya tidak saling berhubungan (Djojodiningrat, 2001). Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya.Kira-kira 8090% pasien yang dirawat di ruang intensif menderita gastritis akut erosive yang sering disebut gastritis akut stress.Penyebab ini adalah obat-obatan.Obat yang sering dihubungkan dengan gastritis erosive adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (NSAID) (Hirlan, 2001). Ulkus peptikum ialah suatu istilah untuk menunjuk kepada suatu kelompok penyakit ulserative saluran makanan bagian atas yang melibatkan terutama bagian proksimal duodenum dan lambung yang mempunyai patogenesis yang sama-sama melibatkan asam pepsin.Bentuk utama ulkus commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peptikum adalah ulkus duodeni dan ulkus lambung.Ulkus peptikum terjadi bila efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak daripada efek protektif pertahanan mukosa lambung atau mukosa duodenum (McGuigan, 1995). Dispepsia dengan temuan penyebab organik ataupun adanya kelainan sistemik yang jelas akan berdampak pada pengobatan yang defenitif berdasarkan parogenesis yang ada. Dalam kenyataan sehari-hari didapatkan keluhan dispepsia yang tidak ada kelaninan sistemik yang mendasarinya, pemeriksaan radiologi dalam batas normal dan pada pemeriksaan endoskopi tidak dijumpai lesi mukosa.Hal inilah yang melahirkan istilah dispepsia nonulkus atau dispepsia fungsional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2 Mekanisme Pembentukkan Ulkus Gaster (Luka Lambung) Sumber : Color Atlas of Phatophysiology, 2000 commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Diagnosa Dispepsia Berdasarkan kriteria diagnosa Roma III, sindroma dispepsia didiagnosa dengan gejala rasa penuh yang mengganggu, cepat kenyang, rasa tidak enak atau nyeri epigastrium, dan rasa terbakar pada epigastrium.Pada kriteria tersebut juga dinyatakan bahwa dispepsia ditandai dengan adanya satu atau lebih dari gejala dispepsia yang diperkirakanberasal dari daerah gastroduodenal (Chang, 2006). Kriteria dispepsia memiliki utilitas terbatas dan dibagi atas 2 kelompok berdasarkan
bukti yang tersedia, yaitu
kelompok yang
berhubungan dengan makanan, dan kelompok yang berhubungan dengan nyeri.Pada klinis, pengelompokan ini tidak dipergunakan, dan kriteria dispepsia tetap diaplikasikan. Mual dan muntah juga memiliki kriteria sendiri dalam kelompok yang lain yang berbeda diluar dari dispepsia (Chang, 2006). Untuk menegakkan diagnosa, diperlukan data dan pemeriksaan penunjang untuk melihat adanya kelainan organik/struktural, ataupun mengesklusinya untuk menegakkan diagnosa dispepsia fungsional.Adapun keluhan tambahan yang mengancam seperti penurunan berat badan, anemia, kesulitan menelan, perdarahan, dan lain-lain mengindikasikan agar dilakukan eksplorasi diagnostic secepatnya.Selain radiologi, pemeriksaan yang bisa dilakukan diantaranya adalah laboratorium, endoskopi, manometri esofagogastro-duodenum, dan waktu pengosongan lambung (Djojodiningrat, 2001).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
5. Pola MakanSehat Ada 2 hal yang terkandung dalam pola makan yang sehat, yaitu makanan yang sehat dan pola makannya.Makanan yang sehat yaitu makanan yang di dalamnya terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Hardani, 2002).Zat-zat yang dibutuhkan untuk tubuh, khususnya untuk remaja telah dibahas pada tinjauan sebelumnya. Pada pedoman Umum Gizi Seimbang dari Direktorat Gizi masyarakat RI, terdapat 13 pesan dasar, yaitu : 1.
Makanlah aneka ragam makanan
2.
Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi
3.
Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
4.
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi
5.
Gunakan garam beryodium
6.
Makanlah makanan sumber zat besi
7.
Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan
8.
Biasakan makan pagi
9.
Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur 11. Hindari minum minuman beralkohol 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas Sedangkan pada masyarakat Jepang ada beberapa anjuran kesehatan oleh Departemen Kesehatan Jepang yang tidak jauh berbeda dengan yang commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
telah dikemukakan diatas.Hal yang penting diantaranya adalah memakan makanan tiga kali sehari dengan porsi yang seimbang, makan jangan berlebihan, jangan lupa makan pagi, dan setelah makan jangan langsung tidur (Hardani, 2002).
6. Pola Makan Remaja Pertumbuhan yang pesat, perubahan psikologis yang dramatis serta peningkatan aktivitas yang menjadi karakteristik masa remaja, menyebabkan peningkatan kebutuhan zat gizi, dan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan mempengaruhi status gizi (Sayogo, 2006). Pada remaja awal, konsep diri remaja ditandai dengan adanya peningkatan kesadaran diri secara eksponen dalam tanggapannya terhadap transformasi somatik pubertas. Kesadaran pada usia ini cenderung berpusat pada karakteristik luar yang berbeda dengan instropeksi pada remaja akhir. Normal pada remaja awal untuk memperhatikan dengan teliti penampilannya dan merasakan bahwa orang lain sedang memandangi mereka juga. Gangguan citra tingkat ringan pada usia ini bersifat universal. Gangguan citra tubuh yang serius seperti anoreksia nervosa, juga cenderung muncul pada usia dini (Nelson, 2000). Saat mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan legih sering dan lebih banyak. Sesudah masa growth spurt biasanya mereka akan lebih memperhatikan penampilan dirinya, terutama remaja putri. Mereka sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi (Sayogo, 2006). Pengembangan
sebuah
gambaran
tentang
fisik
pibadi
yang
menyangkut bentuk tubuh dewasa adalah suatu gabungan antara kerja intelektual dan emosional yang berkaitan dengan isu nutrisi.Remaja umumnya merasa tidak nyaman dengan perubahan yang pesat pada bentuk tubuh mereka.Pada waktu yang bersamaan, mereka sangat dipengaruhi oleh dunia luar, seperti kesempurnaan yang dimiliki teman sebaya ataupun idola mereka.Remaja bisa menginginkan satu bagian tubuh yang lebih kecil ataupun lebih besar, ingin tumbuh lebih cepat ataupun lebih lambat.Perasaanperasaan seperti ini dapat mengarahkan mereka kepada percobaan untuk merubah bentuk tubuh dengan memanipulasi pola makan mereka (Robert, 2000).
7. Hubungan keteraturan makan terhadap dispepsia Setiap fungsi tubuh mempunyai irama biologis (circadian rhythm) yang jam kerjanya tetap dan sistematis dalam siklus 24 jam per hari. Meskipun sistem pencernaan sendiri memiliki 3 siklus yang secara simultan aktif, namun pada waktu-waktu tertentu masing-masing siklus akan lebih intensif dibandingkan siklus-siklus lainnya. Jika aktivitas salah satu siklus terhambat, aktivitas siklus berikutnya juga ikut terhambat. Hambatan ini besar pengaruhnya terhadap proses metabolisme (Soehardi, 2004).
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Annisa (2009, dikutip dari Iping, 2004), jeda waktu makan yang baik berkisar 4-5 jam.Jeda waktu makan yang lama dapat mengakibatkan sindroma dispepsia. Salah satu faktor yang berperan pada kejadian dispepsia dintaranya adalah pola makan dan sekresi cairan asam lambung (Djojodiningrat, 2001).Selain jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk, tergesa-gesa, dan jadwal tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia (Eschleman, 1984). Penyebab timbulnya dispepsia diantarnya adalah faktor diet dan lingkungan, serta sekresi cairan asam lambung (Djojodiningrat, 2001).Asam lambung adalah cairan yang dihasilkan lambung yang bersifat iritatif dengan fungsi utama untuk pencernaan dan membunuh kuman yang masuk bersama makanan (Redaksi, 2009). Selain faktor asam, efek proteolitik pepsin sesuai dengan sifat korotif asam lambung yang disekresikan merupakan komponen integral yang menyebabkan cedera jaringan.Kebanyakan agen yang merangsang sekresi asam lambung juga meningkatkan sekresi pepsinogen.Walaupun sekresi asam lambung dihambat, sekretin tetap merangsang sekresi pepsinogen (Horrison, 2000). Makanan yang sulit dicerna dapat memperlambat pengosongan lambung.Hal ini menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung.Makanan yang secara langsung merusak dinding lambung yaitu makan yang mengandung cuka dan pedas, commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merica, dan bumbu yang merangsang dapat menyebabkan dispepsia (Firman, 2011). Produksi asam lambung berlangsung secara terus-menerus sepanjang hari (Redaksi, 2009).Penghasilan asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adapun makanan dalam mulut secara reflek akan merangsang sekresi lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong, 2003).Selain pengaruh sefalik sekresi asam lambung interdigestif atau basal dapat dipertimbangkan untuk menjadi tahapan sekresi.Tahap ini tidak berhubungan dengan makan, mencapai puncaknya sekitar tengah malam dan titik terendahnya kira-kira pukul 7 pagi (Harrison, 2000). Peningkatan sekresi asam lambung yang melampaui akan mengiritasi mukosa lambung, dimana efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak dari pada efek protektif pertahanan mukosa (McGuigan, 1995). Karena itu, tindakan remaja melaparkan diri salah satunya dapat mencetuskan sekresi asam lambung, dimana bila dilakukan berulang-ulang akan dapat mengiritasi mukosa lambung sendiri. Hal-hal demikian dapat menyebabkan terjadinya rasa tidak nyaman yang berakhir pada sindroma dispepsia. Sindroma dispepsia: sindroma dispepsia merupakan kumpulan yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang dan sendawa. Pengukuran dilakukan dengan metode angket sesuai keluhan spesifik yang terpapar pada kriteria diagnose dispepsia fungsional berdasarkan Room Criteria III. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penilaian sindroma dispepsia posistif adalah: terdapatnya jawaban (tidak teratur) pada 1 atau lebih dari pertanyaan 4-10 ataupun 2 atau lebih dari seluruh pertanyaan.
8. Konsentrasi Belajar Konsentrasi adalah suatu kemampuan atau kondisi dimana seseorang dapat mengarahkan pikirannya pada hal-hal yang sedang dihadapi, misalnya dalam hal mempelajari suatu materi pelajaran (Suhadi, 2010). Semakin banyak informasi yang harus diserap oleh siswa maka kemampuan berkonsentrasi mutlak dimiliki dalam mengikuti proses belajar, banyak cara yang ditawarkan oleh beberapa ahli bagaimana meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar misalnya dengan cara membangkitkan gelombang Alfa agar setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan santai (DePorter, dkk, 2000). Mengatur posisi tubuh pada saat belajar dan mempelajari materi atau informasi sesuai dengan kecenderungan modalitas belajar siswa itu sendiri.Kemampuan konsentrasi siswa dipengaruhi oleh modalitas belajar siswa (Yoenanto, 2003). Sebenarnya, setiap orang mampu berkonsentrasi, hanya kadangkadang kemampuan itu hilang atau menurun, karena lupa waktu, dan kehilangan kontrol terhadap apa saja yang terjadi di sekeliling anda pada saat sedang melakukan sesuatu, lalu tiba-tiba anda tersadar, bahwa anda telah begitu terfokus pada suatu hal dan mengabaikan yang lainnya (Suhadi, 2010). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Suhadi, 2010 juga mengatakan : Sebaliknya, anda pernah pula mencoba memusatkan perhatian dan pikiran anda pada suatu hal, tapi pada kenyataannya, pikiran dan perhatian anda mengembara ke mana-mana. Ini adalah contoh dan juga bukti bahwa anda dapat kehilangan konsentrasi. Hal ini juga sering terjadi pada siswa, itulah mengapa sebabnya kita perlu melatih dan memfasilitasi konsentrasi untuk mereka sehingga proses belajar mereka menjadi lebih efekti. Kemampuan siswa dalam berkonsentrasi sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya (Suhadi, 2010); a. Komitmen b. Antusiasme terhadap tugas c. Keterampilan atau pengetahuan yang dimiliki untuk mengerjakan tugas d. Keadaan fisik dan emosional siswa e. Keadaan psikologis siswa f. Lingkungan belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan “Prestasi” adalah yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Mengenai prestasi belajar, Suryabrata membagi ke dalam dua bagian, yaitu pertama, hasil belajar siswa adalah penguasaan kecakapan yang diusahakan secara sengaja dalam suatu waktu dan satuan bahan tertentu. Kedua, hasil belajar perbedaan antara kecakapan pada awal dan akhir proses belajar (Suryabrata, 1975). Di sekolah hasil belajar dinyatakan dalam angka-angka (nilai) dalam semua mata pelajaran yang diberikan.Jadi bentuk angka (nilai) ini merupakan commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lambing untuk prestasi (hasil belajar siswa).Adapun yang dimaksud dengan hasil belajar siswa menurut Nana Sudjana adalah “Seperangkat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik setelah melalui evaluasi yang didapat yaitu hasil belajar tingkat kognitif” (Sujana, 1988). Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan prestasi belajar atau hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengikuti suatu proses belajar, hasil belajar merupakan umpan balik yang diberikan oleh peserta didik. Hasil belajar yang diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan juga dapat berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa. Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar.Dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting dalam rangka mendidik anaknya, karena pandangan hidup, sifat dan tabiat seorang anak, sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya. Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.Sifat dan tabi’at anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga lain (Hasbullah, 1996). Yang termasuk faktor ini antara lain adalah : 1. Bimbingan dan didikan orang tua Orang tua yang tidak tahu atau kurang memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan
menjadi penyebab
kesulitan
belajar, anak-anak
memerlukan bimbingan orang tua agar bersikap dewasa dan tanggung jawab commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua yang bekerja dapat mengakibatkan anak tidak memperolah bimbingan atau pengawasan dari orang tuanya, sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar. 2. Hubungan orang tua dan anak Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak.Kasih saying dari orang tua menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih saying akan menimbulkan emosional insecurity. Seorang anak akan mengalami kesulitan belajar apabila tidak ada atau kurangnya ksih saying dari orang tua. 3. Suasana rumah atau keluarga Suasana rumah yang sangat ramai atau gaduh, mengakibatkan anak tidak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar belajar.
9. Lingkungan Belajar Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural (Dalynono, 2007). Menurut Hamalik (2004),Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di alam
sekitar
yang
memiliki
makna
atau
pengaruh
tertentu
kepada
individu.Lingkungan adalah segala sesuatu yang disekeliling manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati.Kehidupan manusia selalu commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berhubungan dengan lingkungan yang didalamnya diperlukan suatu interaksi antara sesama manusia (Imam Supardi, 2003). Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga siswa krasan di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan (Muhammad Saroni, 2006). Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan belajar, oleh karena itu lingkungan belajar perlu ditata semestinya (Djati Sidi, 2005). Slameto (2003), mengemukakan bahwa lingkungan belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.Lingkungan yang pertama yaitu lingkungan keluarga.Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama pra sekolah
yang
dikenal
anak
pertama
kali
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangannya. Lingkungan keluarga adalah segenap stimulus interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perilaku ataupun karya orang lain yang berada di sekitar sekelompok orang yang terikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh siswa karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi perkembangan seorang anak. Di dalam keluarga seorang anak mengalami proses sosialisasi untuk pertama kalinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
Lingkungan keluarga terdiri dari : 1. Cara orang tua mendidik Peran orang tua dapat dilihat dari bagaimana orang tua tersebut dalam mendidik anaknya, kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan agar mendorong semangat anak untuk belajar. 2. Relasi antara anggota keluarga Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara anak dengan seluruh anggota keluarga terutama orang tua dengan anaknya atau dengan anak anggota yang lain. 3. Suasana rumah Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik maka perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana tersebut dapat tercipta apabila dalam keluarga tercipta hubungan yang harmonis antara orang tua dengan anak atau anak dengan anggota keuarga yang lain. 4. Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.Anak yang sedang beelajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. 5. Perhatian orang tua Anak perlu mendapat dorongan dan perhatian orang tua.Kadangkadang anak menjadi lemah semanga, maka orang tua wajib memberi perhatian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak sekolah. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lingkungan belajar kedua adalah lingkungan sekolah.Menurut Yusuf (2001),sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mangembangkan potensinya, baik yang menyangkut
aspek
moral,
spiritual,
intelektual,
emosional,
maupun
sosial.Lingkungan sekolah jumlah semua benda mati serta seluruh kondisi yang ada didalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya. Menurut Slameto (2003), faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Menurut Munib (2004), secara umum lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan mahluk hidup, termaksut manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perilaku kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan pendidikan menurut Purwanto (2004), digolongkan menjadi tiga, yaitu : 1. Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama. 2. Lingkungan sekolah, yang disebut lingkungan kedua. 3. Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga. Hamalik (2004), lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan belajar/pembelajaran/ pendidikanterdiri dari sebagai berikut : 1. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil. 2. Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya. 3. Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar. 4. Lingkungan kultur mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan. Hamalik (2004), juga mengemukakan bahwa suatu lingkunganpendidikan / pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi psikologis Stimulus bersumber atau berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan
terhadap
individu
sehingga
terjadi
respon
yang
menunjukkan tingkah laku tertentu. 2. Fungsi pedagogis Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembaga-lembaga sosial. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Fungsi Instruksional Program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan tingkah laku siswa. Lingkungan yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terdiri dari lingkungan
keluarga,
lingkungan
sekolah,
dan
lingkungan
masyarakat.Lingkungan keluarga terdiri dari orang tua, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga. Lingkungan sekolah terdiri dari cara penyajian yg tidak menarik, hubungan guru dengan murid, hubungan anak dengan anak, bahan pelajaran yang terlalu tinggi, alat-alat belajar di sekolah, jam-jam pelajaran yang kurang baik. Lingkungan masyarakat yang terdiri dari mass media, teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan corak kehidupan tetangga(Aqib, 2002). Menurut Syah (2006), lingkungan belajar sebagai faktor eksternal siswa yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut : 1. Lingkungan sosial Lingkungan sosial di sekolah adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, dan semua dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial siswa di rumah antara lain masyarakat, tetangga, dan juga temanteman bergaul siswa di rumah yang mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga itu sendiri.Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
keluargaakan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian setiap manusia. 2. Lingkungan non sosial Lingkungan non sosial siswa yang mempengaruhi terhadap belajar diantaranya adalah gedung sekolah dan letaknya, ruang tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan belajar dan waktu belajar siswa, serta mass media. Adapun yang termaksut dalam mass media adalah bioskop, radio, televise, surat kabar, majalah, buku-buku, dan sebagainya. Diantara mass media tersebut yang berpengaruh besar terhadap belajar anak adalah televisi. Lingkungan belajar dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada disekitar siswa baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Lingkungan sosial terdiri dari cara orang tua mendidik anak, keadaan ekonomi keluarga, masyarakat disekitar tempat tinggal siswa, teman bergaul siswa, dan hubungan siswa dengan siswa, sedangkan yang termaksut dalam lingkungan non sosial adalah suasana rumah, siaran televise, serta keadaan gedung dan suasana rumah. Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu dilahirkan sampai meninggalnya, sehingga antara lingkungan dan manusia terdapat hubungan timbal balik dalam artian lingkungan mempengaruhi manusia dan manusia mempengaruhi lingkungan. Begitu pula dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh dalam proses belajar maupun perkembangan anak. Kondisi lingkungan yang kondusif baik commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingkungan rumah, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan bagi siswa dalam belajar, sehingga akan dapat mendukung kegiatan belajar dan siswa akan lebih mudah untuk mencapai prestasi maksimal.
B. Penelitian yang Relevan 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 449 siswa usia 14-17 tahun, tahun 2001 Rashetnikov menyatakan bahwa remaja perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan remaja laki-laki, yaitu 27% dan 16%. Berdasarkan penelitian tentang gejala gastrointestinal yang dilakukan oleh Reshetnikov kepada 1562 orang dewasa, jeda antara jadwal yang lama dan ketidakteraturan makan berkaitan dengan gejala dispepsia. Pada penelitian ini juga ditemukan perbedaan antara pola makan dan pengaruhnya terhadap gejala gastrointestinal pada pria dan wanita (Reshetnikov, 2007). 2. Mendukung hasil penelitian diatas, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ervianti pada 48 0rang subyek tentang facktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia, didapatkan salah satu faktor yang berhubungan dengan sidroma dispepsia adalah keteraturan makan (Ervianti, 2008). 3. Remaja putri sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi. Tindakan remaja ini mencakup manipulasi jadwal makan dan menyebabkan terjadi jeda waktu yang panjang antara jadwal makan (Sayogo, 2006). commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Selain itu, pola diet banyak dilaporkan secara konsisten pada remaja wanita yang mencoba untuk melakukan diet. Pada survey nasional di sebuah sekolah menengah atas, 44% remaja perempuan dan 15% remaja laki-laki mencoba untuk menurunkan berat badan. Sebagai tambahan, 26% remaja perempuan dan 15% remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak bertambah (Robert, 2000).
C. Kerangka Pemikiran Ketidakteraturan makan
Jenis Makanan
Dispepsia
Lingkungan belajar Di rumah
Konsentrasi Belajar
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa ketidakteraturan makan akan berpengaruh terhadap dispepsia dimana dispepsia juga akan dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi. Dispepsia sendiri kemungkinan akan mempengaruhi konsentrasi belajar pada siswa. Dimana konsentrasi belajar pada siswa selain dipengaruhi oleh dispesia commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga akan dipengaruhi oleh lingkungan belajar siswa di rumah dan ketidakteraturan pola makan.
D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara keteraturan makan dengan dispepsia pada siswa.Siswa yang makannya tidak teratur lebih besar kemungkinan dispepsia. 2. Ada hubungan antara dispepsia dengan konsentrasi belajar pada siswa.Siswa dengan dispepsia lebih besar kemungkinan mengalami gangguan konsentrasi belajar dari pada tanpa dispepsia. 3. Ada hubungan ketidakteraturan makan dengan konsentrasi belajar pada siswa.Siswa dengan tidak teratur makan lebih besar kemungkinan mengalami gangguan konsentrasi belajar dari pada siswa dengan keteraturan makan.
commit to user