BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Tidur
2.1.1. Definisi Tidur Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif terhadap rangsangan internal. Perbedaan tidur dengan keadaan tidak sadar lainnya adalah pada keadaan tidur siklusnya dapat diprediksi dan kurang respons terhadap rangsangan eksternal. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai dari input sensoric walaupun mekanisme inisiasi aktif juga mempengaruhi keadaan tidur. Faktor homeostatistik (faktor S) maupun faktor sirkardian (faktor C) juga berinteraksi untuk menentkan waktu dan kualitas tidur (Riadi dkk, 2010). 2.1.2. Fungsi Tidur Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh (Riadi dkk, 2010). Semua makhluk hidup perlu istirahat setelah melakukan aktivitas/kegiatan, karena aktivitas tersebut memerlukan jaringan hidup sehingga akan timbul kerusakan pada jaringan tersebut, karenanya manusia memerlukan tidur untuk memperbaiki kerusakan yang dimaksud (Ayas, 2004). 2.1.3. Fisiologi Tidur Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas kemauan serta kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat atau dikurangi. Tidur juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan tetapi bersifat reversibel terhadap rangsangan luar. Tidur dibagi menjadi dua tahapan secara garis besarnya yaitu: xvii
1. Fase Rapid Eye Movement (REM) disebut juga active sleep. 2. Fase Nonrapid Eye Movement (NREM) disebut juga quiet sleep (Riadi dkk, 2010). 1. REM (Rapid Eye Movement) Setelah beberapa waktu mulai terjadi perubahan besar, dimana bola mata bergerak-gerak dengan cepat dan EEG menunjukkan aktivitas yang sama seperti saat bangun. Ini adalah tanda seseorang mamasuki tahap tidur REM dan hanyut dalam mimpi. Akan tetapi tubuh tidak dapat merespon aktifitas otak karena semua tonus (tegangan) otot manghilang sama sekali (Anonim, 2006). Setelah tahapan REM selama kurang lebih 10 menit, akan kembali ke tahap 2 dan seterusnya hingga satu siklun terpenuhi. Sepanjang malam, siklus ini akan berulang-ulang dialami. Mendekati pagi hari hormon kortisol dilepaskan untuk mempersiapkan diri menghadapi hari baru dengan segar (Anonim, 2006). Saat tidur, seseorang akan melewati 4-6 siklus tidur yang lengkap dimana setiap 1 siklus terdiri dari 4 stadium NREM dan 1 tahapan REM. Siklus tidur biasanya akan meningkat dari stadium 1 sampai stadium 4 ke stadium 2 dan diakhiri dengan periode tahapan tidur REM. Dengan 1 siklus yang berurutan, stadium 3 dan stadium 4 akan memendek dan tahapan tidur REM memanjang. Siklus tidur pada setiap orang berbeda karena memiliki total waktu tidur yang berbeda pula (Potter & Perry, 2003 dalam Wahyuni, 2007). Dari satu siklus sampai tiga siklus pertama, stadium 3 dan stadium 4 mendominasi sementara pada akhir siklus ketiga stadium 2 dan tahapan tidur REM mendominasi dan stadium 4 NREM dapat tidak muncul (Craven & Hirnle, 2001). xviii
2. NREM (Non Rapid Eye Movement) Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium , lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam pada orang dewasa (Japardi, 2002). Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu: 1. Tahap Satu Merupakan tahap drowsiness, dimana seseorang masih menyadari kondisi di sekelilingnya sehingga masih merasa belum tidur (Anonim, 2006). Pikiran melayanglayang antara gambaran yang terpotong-potong dan dalam keadaan tidur dan tidak tidur tanpa disadari. Selama pada tahap ini akan dengan mudah terbangun (Nicol, 1997). 2. Tahap dua Pada tahap ini, ambang sadar semakin tinggi sehingga semakin sulit dibangunkan. Akan terbangun dengan sentuhan atau panggilan yang berulang-ulang. Tahap tidur ini adalah tahap tidur yang paling banyak dialami seseorang, kira-kira 50% dari total tidur satu malam (Sleepclinicjakarta, 2006). Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam daripada fase pertama (Japardi, 2002).
xix
3. Tahap tiga Tahap 3 dan tahap 4 disebut tidur dalam atau tidur slow wave, karena gelombang otak yang semakin lambat (slow wave) dengan frekuensi yang lebih rendah. Tahap 3 lebih merupakan masa peralihan ke tahap 4 (Anonim, 2006). Tahap 4 adalah tidur yang paling nyenyak, keadaan yang relatif tanpa mimpi dan orang yang tidur susah terbangun (Nicol, 1997). Dari tahap 4 biasanya akan kembali perlahan hingga tahap 2 (Anonim, 2006). 2.2.
Kualitas tidur Dalam sebuah penelitian menjelaskan apabila dilihat dari segi usia individu
seorang bayi normal membutuhkan waktu untuk tidur selama 16-18 jam sehari, sedangkan manusia dewasa normal rata-rata membutuhkan waktu tidur antara 7-8 jam sehari. Kebutuhan tidurnya akan berkurang antara 4-6 jam sehari. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa kualitas tidur seseorang tidak selamanya tergantung dari lamanya waktu yang dihabiskan untuk tidur, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosional. Tidur yang berkualitas tinggi adalah tidur yang nyenyak tidak terlalu sering terbangun di tengah malam, dan apabila terbangun akan mudah untuk tidur kembali serta tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti (Handayani, 2008). Tidur terdiri dari kualitas tidur dan kuantitas tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan tiap individu untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pas. Sementara kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur indivudu (Kozier, 2010).
xx
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, dan gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Aimul, 2006). Hal yang terpenting dalam tidur adalah kualitas tidur (Kompas, 2007). Kualitas tidur merupakan sumber kesegaran, tenaga, dan vitalitas yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan kebutuhan keesokan harinya. Kualitas tidur adalah kebutuhan mutlak yang sama pentingnya dengan makanan bergizi dan olah raga (Kompas, 2007). Kualitas tidur akan naik apabila ada keseimbangan antara tidur fase NREM dan fase REM (Kompas, 2003). Kualitas tidur dipengaruhi oleh berapa hal, yaitu : lelap atau tidaknya tidur, frequent arrousal (sering terbangun di malam hari), dan kadar oksigen di dalam tubuh (Tabloidnova, 2001). Kualitas tidur juga dipengaruhi oleh kedalaman tidur (Kompas, 2003). Ketika memiliki kualitas tidur baik, maka segala aktivitas tubuh dan aktivitas kehidupan sehari-hari akan berjalan lancar. Sebaliknya, jika kualitas tidur buruk, berbagai efek negatif muncul. Antibodi menjadi lemah, berdasarkan studi JAMA, mereka yang tidur kurang dari 7 jam per malam bisa 3 kali lebih rentan mengalami rasa dingin.
xxi
2.2.1. Gangguan Kualitas Tidur Gangguan kualitas tidur adalah kondisi dimana seseorang mengalami resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan (Japardi, 2002). Gangguan kualitas tidur dapat dialami semua lapisan masyarakat baik kaya, berpendidikan tinggi, dan rendah maupun orang muda, serta yang sering ditemukan usia lanjut (Japardi, 2002). Pada
orang
normal,
gangguan
tidur
yang
berkepanjangan
akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup (Japardi, 2002). Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius (Japardi, 2002). Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol (Japardi, 2002). 2.2.2. Efek Gangguan Tidur xxii
Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa gangguan tidur dapat menimbulkan beberapa efek pada manusia. Ketika kurang tidur seseorang akan berpikir dan bekerja lebih lambat, membuat banyak kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu. Hal ini mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan dapat menyebabkan kecelakaan. Selanjutnya, di Amerika kerugian akibat hal di atas diperkirakan mencapai 18 milyar dollar per tahun. Efek lainnya pada pekerja yaitu pekerja menjadi lebih cepat marah, tidak sabar, gelisah, dan depresi. Masalah ini dapat mengganggu pekerjaan dan hubungan keluarga, serta mengurangi aktivitas sosial (Nurmianto, 2004). Gangguan tidur dapat menyebabkan beberapa efek pada pekerja shift, gangguan tidur dapat mempengaruhi penurunan performance kerja, produktivitas dan kualitas kerja, serta hubungan dalam pekerjaan. Tanpa tidur yang cukup pekerja menjadi lebih sulit untuk berkonsentrasi, memahami sesuatu, dan dalam berkomunikasi. Selain itu Bell menjelaskan akibat dari gangguan tidur sebagai berikut (Bell, 2005): a. Kurang tidur pada pekerja menyebabkan penurunan yang signifikan pada performance kerja dan kewaspadaan mencapai 32%. b. Penurunan kewaspadaan dan tidur yang berlebihan berpengaruh pada kemampuan kognitif dalam berpikir dan memproses informasi. c. Pekerja shift akan mengalami gangguan dalam kehidupan keluarga. d. Tidur yang berlebihan juga meningkatkan risiko 2 kali lipat terjadinya kesakitan akibat kerja secara terus-menerus.
xxiii
Hal di atas diperkuat dengan pernyataan penelitian Klein bahwa gangguan tidur dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan keluhan kesehatan yang serius di tempat kerja. Kurang tidur pada pekerja merupakan sebab utama penurunan produktivitas, ketidakhadiran pekerja (absentisme), dan kecelakaan di tempat kerja (Klein, 2004). 2.3.
Shift Kerja
2.3.1. Definisi Shift Kerja Shift kerja dapat diartikan sebagai pembagian kerja dalam waktu jam yang meliputi kerja pagi, sore dan malam (Setyawati, 1996 dalam Wijaya dkk., 2006). Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja siang hari sebagaimana yang bisa dilakukan (Kuswadji, 1997 dalam Wijaya dkk., 2006). 2.3.2. Jenis Sistem Shift Kerja Ada dua kelompok besar kerja shift, yaitu permanen dan rotasi. Namun demikian dipandang dari sudut kesehatan yang penting ialah apakah kerja shift itu mengandung unsur kerja malam atau tidak. Pembagian berikutnya ialah sistem shift terputus dan sistem shift terus menerus. Sistem shift terputus berlangsung antara hari Senin sampai dengan Jumat atau antara hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Faktor sosial, seperti aktivitas rekreasi keluarga pada akhir pekan dalam sistem tadi tidak menjadi masalah. Sistem shift terus-menerus berlangsung selama 7 hari seminggu termasuk hari-hari libur. Pada sistem shift ini faktor rekreasi keluarga akan sangat terganggu. Dalam hal ini perlu ditambahkan pula faktor pisah keluarga pada pekerja
xxiv
sistem shift terus-menerus, yang bekerja di tempat terpencil (pekerja anjungan minyak lepas pantai, awak kapal laut, awak pesawat tenbang, eksekutif manca negara) (Kuswadji, 1997). Pembagian sistem kerja shift lainnya ialah: jumlah hari kerja malam yang berturut-turut, awal dan akhir kerja shift, jangka waktu masing-masing shift, urutan rotasi shift, jangka daur shift dan keteraturan sistem shift (Kuswadji, 1997). Pembagian menurut jumlah hari kerja malam yang berturut-turut paling sedikit ada tiga jenis (Kuswadji, 1997) : 1) Metropolitan rota Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-2 (pagi, pagi, siang, siang, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakai di Inggris. Pada sistem ini hari libur Sabtu dan Minggu hanya terjadi sekali dalam 8 minggu. Tabel 2.1. Metropolitan Rota Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin
Pagi Pagi sore Sore Malam Malam Libur Libur Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Libur
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
xxv
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin
Malam Malam Libur Libut Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Libur Libur Pagi Pagi Sore
Selasa Libur Selasa Sore Rabu Pagi Rabu Malam Kamis Pagi Kamis Malam Jumat Sore Jumat Libur Sabtu Sore Sabtu Libur Minggu Malam Minggu Pagi Minggu 4 Senin Malam Minggu 8 Senin Pagi Selasa Libur Selasa Sore Rabu Libur Rabu Sore Kamis Pagi Kamis Malam Jumat Pagi Jumat Malam Sabtu Sore Sabtu Libur Minggu Sore Minggu Libur Keterangan : Pagi pukul 6 – 14; sore pukul 14 – 22; malam pukul 22 – 6
2) Continental rota Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-3 (pagi, pagi, siang, siang, malam, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakai di negara-negara daratan Eropa. Pada sistem ini hari libur Sabtu dan Minggu akan terjadi setiap 4 minggu. Tabel 2.2. Continental Rota Minggu 1
Minggu 2
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis
Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Malam Libur Libur Pagi Pagi
Minggu 3
Minggu 4
xxvi
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis
Malam Malam Libur Libur Pagi Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam
Jumat Sore Sabtu Sore Minggu Sore Keterangan: Pagi 6-14; sore 14-22; malam 22-6
Jumat Sabtu Minggu
Libur Libur Libur
3) Sistem 4 orang siklus 32 jam Dalam sistem ini lepas jaga tidak ada dan tidak ada libur. Keuntungannya ialah setiap orang akan mengalami tidak kerja pagi sebanyak lima kali seminggu (baik buat mereka yang sekolah di pagi hari). Pergantian pada tengah malam, sehingga pekerja dapat selalu tidur pada malam hari (sebelum bekerja atau sesudah bekerja) (Kuswadji, 1997). Tabel 2.3. Sistem Empat Orang Siklus 32 Jam Shift
Hari dalam seminggu S SRKJSA S SRKJ S A ABCDABC DABCDAB Malam DABCDAB CDABCDA Pagi CDABCDA BCDABCD Sore BCDABCD ABCDABC Malam ABCDABC DABCDAB Pagi DABCDAB CDABCDA Sore Keterangan : Malam 00-08; pagi 08-16; sore 16-24
S SR KJSA CDABCDA BCDABCD ABCDABC DABCDAB CDABCDA BCDABCD
Menurut awal dan akhir jam kerja shift, lama satu shift, dan keteraturannya sistem dapat dibagi sebagai berikut: 1.
Sistem 3 shift biasa Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama selama 24
jam: dinas pagi antara pukul 6-14, dinas sore antara pukul 14-22 dan dinas malam antara pukul 22-6. Dinas pagi memungkinkan keluarga dapat makan bersama pada malam harinya, bisa mengerjakan hobby baik pada sore hari atau malamnya. Bila xxvii
dinas pagi dimulai terlalu pagi misalnya pukul 4, akan sangat melelahkan dan tidur malam menjadi lebih singkat. Dinas sore sangat tidak baik untuk kehidupan sosial, namun sebaliknya untuk tidur sangat menguntungkan. Dinas malam buruk dipandang dan berbagai segi. Makan malam bersama dan kegiatan hobby terganggu. Tidur terganggu akibat berbagai sebab: bising di siang hari, tidur terputus karena harus makan siang, tidur terus sampai sore. Akhirnya mereka mengalami kelelahan karena tidur yang tidak pulas. 2. Sistem Amerika Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 8-16, dinas sore antara pukul 16-24 dan dinas malam antara pukul 24-8. Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore. Setiap shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam sehari. 3. Sistem 12-12 Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12-12. Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal antara 7-19 dan 19-7. Satu minggu kerja siang dan satu minggu kerja malam. Pisah dengan keluarga. Setelah dinas 2 minggu, biasanya setelah dinas malam, pulang ke rumah dan tinggal dengan keluarga. Dipandang dari sudut kesehatan kerja atau ergonomi bekerja menurut cara demikian tidak baik. Namun beberapa perkecualian dapat dilakukan, misalnya bila pekerjaan im tidak terlalu berat. Bila pekerjaan shift dilakukan selama ini, masingmasing shift baik siang atau malam, harus diikuti dengan istirahat dua hari.
xxviii
2.3.3 Efek Shift Kerja Variabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalah circardian rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secara ritmik dalam siklus 24 jam. Inilah yang disebut circadian rhytm (ritme sirkadian). Selain itu disebutkan bahwa kerja shift malam akan berdampak pada respon fisiologis tubuh, efek sosial, dan efek penampilan kerja (Pulat, 2002). 1. Efek Fisiologis Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh: a. Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur siang tidaklah seefektif tidur pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam. b. Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari. Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang utama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk dan lelah. c. Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat melaporkan bahwa berkurangnya kapasitas mental mempengaruhi perilaku waspada terhadap pekerjaan seperti pengontrolan dan monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat secara bermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerja shift. d. Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara pekerja shift malam. Kehilangan waktu tidur dan efek sosial dari kerja shift juga merupakan alasan utama.
xxix
e. Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwa dari 6000 pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalami gangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, dan 30% mengalami gangguan usus. 2. Efek Sosial a. Mengganggu kehidupan keluarga. b. Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan rekan. c. Mengganggu aktivitas kelompok. 3. Efek Performansi Wyatt dan Marriott dalam mengkonfirmasikan bahwa sebagai akibat dari efek fisiologis dan sosial, performansi (penampilan) juga akan menurun pada malam hari. 2.4.
Perawat
2.4.1. Definisi Perawat Keperawatan
merupakan
suatu
bentuk
pelayanan
professional
yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan,
berbentuk
pelayanan
biopsikososial
dan
spiritual
yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Alimul, 2006). Asuhan keperawatan dilakukan
dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (primary health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang tanggung jawab serta etika profesi keperawatan, yang memungkinkan setiap penduduk / orang mencapai xxx
kemampuan hidup sehat dan produktif. Rangkaian kegiatan praktik keperawatan yang diberikan pada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dalam menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket keperawatan disekolah secara profesional dalam kontek kebutuhan asuhan keperawatan. ( Gaffar, 1999). Menurut Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki keahlian dan kualifikasi yang diberi kewenangan berdasarkan pendidikannya setelah melalui proses registrasi dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ellis dan Hartley (1984) menjelaskan pengertian perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan (Gaffar, 1999). Organisasi Keperawatan Sedunia yaitu International Council of Nurses atau ICN (1972) merumuskan fungsi unik perawat yaitu melakukan pengkajian dari individu sehat maupun sakit dimana segala aktivitas yang dilakukan berguna untuk kesehatan atau pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin (Gaffar, 1999).
xxxi
2.4.2. Tugas Perawat Tugas seorang perawat antara lain: a. Memperhatikan kebutuhan pasien. b. Merawat manusia dengan tanggung jawab, mengerti diri dan motivasi. c. Memberi pelayanan asuhan kepada orang yang menderita sakit. Perawat dalam melaksanakan tugas perawatan harus selalu mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien serta tidak mengabaikan dirinya. Menurut Abraham Maslow, bahwa kebutuhan dasar manusia yang nomor dua adalah kebutuhan rasa aman tersebut terhadap pasien yang dirawatnya. Lingkungan tempat perawatan pasien yang tertib dan aman akan membantu mempercepat penyembuhan pasien, untuk itu bila melaksanakan tugas harus memperhatikan prinsip keamanan keselamatan dan kesehatan kerja ( Tarigan dalam Sriyati, 2008). 2.5.
Kerangka Konsep
Kualitas Tidur
Perawat
Keluhan Kesehatan
xxxii