perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transformasi
Transformasi berarti sebuah proses suatu perubahan secara berangsurangsur, perubahan yang dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipat gandakan (Antoniades, 1990 dalam Andiningsari, 2009). Sedangkan menurut Laseau (1980) dalam Sembiring (2006) terdapat beberapa kategori dalam Transformasi, yaitu: 1. Transformasi bersifat Tipologikal (geometri) bentuk geometri yang berubah dengan komponen pembentuk dan fungsi ruang yang sama. 2. Transformasi bersifat gramatikal hiyasan (ornamental) dilakukan dengan menggeser, memutar, mencerminkan, menjungkir balikkan, melipat dll. 3. Transformasi bersifat refersal (kebalikan) pembalikan citra pada figur objek yang akan ditransformasi dimana citra objek dirubah menjadi citra sebaliknya. 4. Transformasi
bersifat
distortion
perancang dalam beraktifitas. commit to user
8
(merancukan)
kebebasan
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adanya Transformasi juga melalui beberapa proses, diantaranya yaitu: 1. Perubahan terjadi secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit 2. Tidak dapat diduga kapan dimulainya dan sampai kapan proses tersebut
akan
berakhir,
tergantung
dari
faktor
yang
mempengruhinya. 3. Komprehensif dan berkesinambungan 4. Perubahan yang terjadi mempunyai keterkaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada dalam masyarakat. Suriasumantri dalam Ismawati (2012) menyatakan, transformasi diperlukan dalam rangka menuju modernisasi, yang merupakan serangkaian perubahan nilai-nilai dasar yang meliputi nilai teori, nilai sosial, nilai ekonomi, nilai politik (kuasa), nilai estetika, dan nilai agama. Nilai teori yang tercermin dalam cara berpikir non-analitik, intuitif, bergeser ke analitik, kebiasaan bergeser ke nilai yang sangat meninggikan, rasionalitas dan efisiensi. Nilai sosial dari orientasi status bergeser ke prestasi kerja. Nilai ekonomi, dari pola konsuntif bergeser ke pola produktif. Nilai politik bergeser dalam karakteristik pengambilan keputusan, dari pertimbangan orang lain bergeser ke pertimbangan diri sendiri. Nilai agama, bergeser dari prespektif lama yang fatalistik ke arah motifasi hidup yang lebih baik. Dan nilai estetika bergeser dari paradigma lama ke arah paradigma baru yang mengacu pada pandangan hidup dan kepribadian bangsa. Alexander (1987) dalam Pakilaran (2006) Proses transformasi mengandung dimensi waktu dan perubahan sosial budaya masyarakat yang commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menempatinya muncul melalui proses panjang yang selalu terkait dengan aktifitas-aktifitas yang terjadi pada saat itu. Ada
beberapa
faktor-faktor
yang
menyebabkan
transformasi,
diantaranya: 1. Kebutuhan identitas diri (identification). Pada dasarnya orang ingin dikenal ingin memperkenalkan diri terhadap lingkungan. 2. Perubahan gaya hidup (life style). Perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh kontak dengan budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia dan lingkungannya. 3. Penggunaan teknologi baru. 4. Perubahan sosial. Faktor lingkungan fisik, perubahan penduduk, isolasi dan kontak, struktur masyarakat, sikap dan nilai-nilai, kebutuhan yang dianggap perlu dan dasar budaya masyarakat. 5. Perubahan budaya. 6. Perubahan ekonomi. Kekuatan yang paling dominan dalam menentukan perubahan lingkungan fisik adalah kekuatan ekonomi. 7. Perubahan politik. Sementara itu, Soedjatmoko dalam Ismawati (2012), Persoalan utama bagi
kita
bukanlah
menggalakkan
pertumbuhan
ekonomi
melainkan
transformasi sosial seluruh masyarakat, yang akan membawa serta transformasi dalam
semua
sektor
kehidupan
anggota
masyarakat.Artinya
bahwa
transformasi dalam hal ini tidak hanya mengarah pada perubahan budaya itu sendiri namun lebih kepada perubahan sosial seluruh masyarakat yang dapat commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membawa kehidupan manusia lebih baik. Namun perubahan juga tidak selalu mengarah kepada hal-hal yang baik tapi dapat mengarah kepada hal-hal yang buruk, dan itu tentunya di pengaruhi oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian bahwa transformasi merupakan suatu hal yang mengarah pada berbagai perubahan dalam semua sektor kehidupan seperti kebudayaan, politik, dan ekonomi. Di bidang kebudayaan, transformasi akan membuat anggota masyarakat sanggup melakukan penyesuain diri secara kretif terhadap perubahan-perubahan sosial
yang di akibatkan
oleh
modernisasi, kemajuan teknologi, ancaman nuklir, dan penyesuain terhadap hasil modernisasi. Di bidang politik, transformasi akan menghasilkan sistem politik yang di satu pihak dapat menjadi sistem rekonsiliasi, yang sanggup mengakomodasi konflik-konflik kepentingan dari berbagai kelompok politik dengan menggunakan paksaan minimum, dan di lain pihak sanggup menghadapi masalah-masalah praktis yang dibawa oleh modernisasi. Sedangkan di bidang ekonomi, transformasi akan mengakibatkan perubahan stuktural, yang harus membebaskan masyarakat dari ketimpangan dan keluar dari kemiskinan, karena struktur yang ada secara ekonomis selalu merugikan mereka. Sehingga dilakukannya transformasi mata pencaharian dari sektor pertanian ke industri mebel atau pengrajin kayu, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena upah yang diterima dari pekerjaan sebagai petani tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
2.2 Kelembagaan Kelembagaan atau institusi lebih menjurus ke arah suatu organisasi, wadah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai tempat atau bisa juga disebut sebagai lembaga yaitu mencakup etika, kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi (Nasdian, 2003). Pola yang menghubungkan antara tatanan anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi, yang dapat menentukan bentuk hubungan antara manusia atau antara organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik, aturan formal dan non formal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan. Cabang ilmu yang menekankan pentingnya kelembagaan dalam sistem ekonomi dan sosial dalam bekerja disebut ekonomi kelembagaan. Ekonomi kelembagaan (institutional Economics) adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari pengaruh dan peranan institusi formal dan non formal terhadap kinerja ekonomi, baik pada tatanan makro maupun mikro. Terdapat dua macam Ekonomi Kelembagaan yaitu Ekonomi Kelembagaan Lama (Old Instituttional Economics) dan Ekonomi Kelembagaan Baru (New Institutional Economics). Ekonomi Kelembagaan Lama muncul sebagai kritik terhadap aliran neoklasik. Para tokoh kelembagaan Lama mengkritik keras aliran neoklasik karena : 1. Neoklasik mengabaikan institusi dan mengabaikan relevansi dan arti penting dari kendala non anggaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
2. Konsentrasi yang berlebihan terhadap keseimbangan serta bersifat statis. 3. Penolakan neoklasik terhadap preferensi yang dapat berubah atau perilaku adalah pengulangan dan kebiasaan. 4. Penekanan yang berlebihan kepada rasionalitas pengambilan keputusan. Kemudian Ekonomi kelembagaan Baru mencoba memberikan ekonomi lengkap dengan teori dan institusinya. Menekan pentingnya institusi dalam ekonomi kelembagaan tetapi masih menggunakan analisis neoklasik. Menurut Ekonomi kelembagaan Baru, institusi digunakan sebagai pendorong bekerjanya sistem pasar. Beberapa arti penting dari Ekonomi Kelembagaan Baru adalah: 1. Ekonomi Kelembagaan Baru merupakan seperangkat teori yang dibangun di atas landasan ekonomi neoklasik, tetapi Ekonomi Kelembagaan Baru mampu menjawab bahkan mengungkapkan permasalahan yang selama ini tidak mampu dijawab oleh ekonomi neoklasik. salah satu permasalahan tersebut adalah eksistensi sebuah perusahaan sebagai sebuah organisasi administratif dan keuangan. Ekonomi Kelembagaan Baru merupakan sebuah paradigma baru di dalam mempelajari, memahami, mengkaji atau bahkan menelaah ilmu ekonomi. 2. Ekonomi Kelembagaan Baru begitu penting dan bermakna di dalam konteks kebijakan ekonomi sejak dekade 1990-an, karena Ekonomi commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelembagaan Baru berhasil mematahkan dominasi superioritas mekanisme
pasar.
Ekonomi
Kelembagaan
Baru
telah
memposisikan dirinya sebagai pembangun teori kelembagaan nonpasar (non-market institutions). Ekonomi Kelembagaan Baru telah mengeksplorasi faktor –
faktor non-ekonomi,
seperti hak
kepemilikan, hukum kontrak dan lain sebagainya sebagai satu jalan untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure). Menurut Ekonomi Kelembagaan Baru, adanya informasi yang tidak sempurna, eksternalitas dan fenomena free-riders di dalam barang – barang publik dinilai sebagai sumber utama kegagalan pasar, sehingga kehadiran institusi non-pasar mutlak diperlukan. 3. Ketika studi – studi pembangunan memerlukan satu landasa teoritis, Ekonomi Kelembagaan Baru mampu memberikan solusinya. Hodgson (1998:179) dalam Yustika (2006) definisi kelembagaan yang luas memasukkan beberapa karakteristik umum, yaitu : 1. Seluruh kelembagaan memasukkan seluruh interaksi pelaku (interaction of agents) dengan adanya umpan balik (feedbacks) yang penting. 2. Seluruh kelembagaan memiliki satuan karakteristik, serta konsepsi dan rutinitas umum. 3. Kelembagaan berlanjut, dan dilanjutkan oleh, ekspektasi dan konsepsi yang terbagi. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Meskipun
kelembagaan
tidak
abadi,
namun
mempunyai
kemampuan relatif untuk bertahan (durable), memaksakan diri (self-encorcing), dan kualitas kegigihan. 5. Kelembagaan
memasukkan
nilai-nilai
dan
proses
evaluasi
normatif. Secara khusus, kelembagaan memaksakan kembali legitimasi moral yang dimiliki: bahwa daya tahan sering kali (benar atau salah) merupakan soal apakah secara moral diterima atau tidak. Bagian penting lain yang menyangkut ekonomi kelembagaan adalah biaya transaksi. Pendekatan lain atau sisi lain dalam menjelaskan ekonomi kelembagaan yaitu biaya transaksi. Biaya transaksi mempertimbangkan manfaat dalam melakukan transaksi di salam organisasi dan antara aktor (organisasi) yang berbeda dengan menggunakan mekanisme pasar. Mburu (2002) dalam Yustika (2006) Ada tiga kategori dalam biaya transaksi, yaitu: 1) biaya pencarian dan informasi, 2) biaya negosiasi (bergaining) dan keputusan
atau
mengeksekusi
kontrak,
dan
3)
biaya
pengawasan
(monitoring), pemaksaan, dan pemenuhan/pelaksanaan (compliance). Forubotn dan Ritcher (seperti yang dikutip oleh Benham dan Benham, 200:368) dalam Yustika (2006) menunjukan bahwa biaya transaksi adalah ongkos untuk menggunakan pasar (market transaction) dan biaya melakukan hak untuk memberikan pesanan (orders) di dalam perusahaan (managerial transaction cost). commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan beberapa teori diatas, ekonomi kelembagaan adalah ekonomi
yang
menekankan
pada
hak
kepemilikan.
Perekonomian
dikembangkan oleh individu atau kelompok yang memiliki saran atau faktor produksi. Sehingga memiliki keleluasaan atau wewenang untuk mengatur dan berperan dalam sektor perekonomian serta pengembangannya. Suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi, yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi dengan ditentukan oleh faktor - faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal
dan
nonformal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang
diinginkan.
2.3 Produksi Produksi dalam arti umum didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditunjukan untuk menciptakan atau menambah nila guna atas suatu benda untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Proses untuk menghasilakn barang dan jasa dinamakan proses produksi. Produksi dalam arti lain adalah suatu proses dimana satu atau beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang dan jasa yang disebut output. Menurut
Fathorrozi (2003)
produksi merupakan pemanfaatan
beberapa masukan atau input dalam proses serta aktivitas ekonomi sehingga menjadi hasil akhir (output). Putong (2002) menambahkan kegiatan menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang di sebut produksi atau commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memproduksi. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifiknya lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum. Menurut Salvatore (2001) produksi yaitu merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumber daya menjadi output beberapa barang atau jasa. Dengan pengertian ini dapat dipahami kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah atau memproses input (Sukirno, 2002). Gaspersz (1997) juga menambahkan, secara umum input dalam sistem produksi terdiri atas tenaga kerja, modal atau kapital, bahan-bahan material atau bahan baku, sumber energi, tanah, informasi dan aspek manajerial atau kemampuan kewirausahaan. Keseluruhan unsur-unsur dalam elemen input tadi selanjutnya dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara tertentu, diolah atau diproses sedemikian rupa untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut di atas. Dengan demikian produksi tidak terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Namun komoditi bukan hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
2.4 Modal Sosial a. Pengertian Modal Sosial Modal sosial adalah bentukan dari hubungan yang lebih menekankan pada nilai-nilai kebersamaan dan kepercayaan baik dalam suatu komunitas maupun antar komunitas. Menurut Birdsall dalam Kartasasmita (1997) modal sosial merupakan sumber kekuatan yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Secara etimologis modal social (social capital) mempunyai pengertian modal yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. Modal ini merupakan perpaduan antara sesuatu yang bersifat material dan non material. Material mempunyai makna tentang kepemilikan berkaitan dengan aset-aset finansial yang dimiliki. Sedangkan non material berwujud adanya mutual trust (kepercayaan) dan gathering system (sistem kebersamaan) dalam suatu masyarakat. Cohen dan Prusak dalam Ancok (2007) juga menambahkan, modal sosial adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia; rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama. Sedangkan menurut Fukuyama dalam Ancok (2007) menyatakan bahwa serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka disebut modal sosial. Pendapat Fukuyama ini sejalan dengan pendapat Coleman dalam Arifin commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2003) bahwa modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk bekerja sama dengan mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi. Dari beberapa definisi di atas, maka yang dimaksud dengan modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-normainformal, seperti rasa saling percaya, saling pengertian, kesamaan nilai dan perilaku, yang dimiliki bersama di antara para anggota
suatu kelompok masyarakat yang
memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka dan akhirnya mencapai tujuan bersama. b. Unsur Modal Sosial 1. Partisipasi Modal sosial sangat bergantung pada kapasitas yang ada didalam sebuah kelompok masyarakat dalam membangun sebuah asosiasi dan membangun jaringannya. Modal sosial tidak dapat dibangun hanya oleh satu individu, tidak hanya terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisai sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang ada. 2. Resiprocity Modal sosial selalu cenderung dalam pertukaran kebaikan antar individu maupun dalam suatu kelompok. Dalam hal ini pertukaran tidak dilakukan seperti dalam proses jual beli, melainkan melalui kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam balutan altruism (semangat untuk membantu dan commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mementingkan kepentingan orang lain). Artinya, seseorang atau beberapa orang dari sesuatu kelompok akan memiliki semangat membantu yang lain tanpa mengharapkan imbalan. 3. Trust Menurut Fukuyama (2002), trust merupakan sikap saling mempercayai yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan konstribusi pada peningkatan modal sosial. Sedangkan menurut Robert (2002), dalam mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial didasari oleh perasaan yakin bahwa akan sesuai tindakan yang diharapkan saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri sendiri dan kelompoknya. 4. Norma Sosial Pengertian norma adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma sosial bertujuan untuk mengontrol perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Norma-norma ini biasanya terinstitusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang
dapat
mencegah
individu
menyimpang.
commit to user
berbuat
sesuatu
yang
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Nilai-nilai Suatu yang dianggap benar dan penting oleh anggota masyarakat. Misalnya prestasi, kerja keras, kompetisi dan lainnya. Nilai senantiasa memiliki kandungan konsekuensi yang ambivalen. c. Dimensi Modal Sosial Tipe atau bentuk jaringan sosial pada modal sosial oleh Putnam diperkenalkan perbedaan dua bentuk dasar modal sosial, yang mengikat (bonding) dan menjembatani (briding). Sedangkan Woolcock (2003) dalam Cahyani (2014), membedakan modal sosial dalam tiga bentuk yaitu social bonding, social briding dan social linking. Social Bonding merupakan tipe modal sosial dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan.
Misalnya,
kebanyakan
dalam
keluarga
mempunyai
hubungan kekerabatan dengan keluarga yang lain, yang mungkin masih berada dalam satu etnis, Hubungan kekerabatan ini bisa menumbuhkan : 1. Rasa kebersamaan yang diwujudkan melalui rasa empati 2. Rasa simpati 3. Rasa berkewajiban 4. Rasa percaya 5. Resiprositas 6. Pengakuan timbal balik 7. Nilai kebudayaan yang mereka percaya commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Social Bonding menurut Hasbullah (2006) dalam Cahyani (2014) dibagi lagi dalam beberapa bentuk dengan karakter pembeda seperti penerapan alternatif pilihan untuk melakukan sesuatu. Bentuk-bentuk tersebut berupa spektrum uang terdiri dari tiga bentuk yaitu Sacred society, Heterodoxy, dan Orthodoxy. a. Sacred society terdapat pada masyarakat yang benar-benar tertutup dan ini terjadi sebagai akibat dari dogma yagn sudah tertanam dan menominasi struktur masyarakat tersebut. Pada masyarakt seperti ini, Hasbullah (2006) dalam Cahyani (2014) mengatakan
biasanya
memiliki
keterkaitan
kuat
dalam
kelompok, tetapi resistensi terhadap perubahan juga tinggi. Dalam kondisi ini masyarakat terikat oleh seperangkat asumsi yang tidak pernah mereka sadari dan tidak pernah dipertanyakan oleh mereka. Pilihan atau alternatif-alternatif yang sebenarnya ada dikesampingkan dan dianggap tidak ada, dan hanya terdapat satu pilihan yang ada pada kelompok. b. Heterodoxy sebagai suatu kesadaran dari suatu kelompok atas adanya dua atau lebih perilaku, aturan dan pengertianpengertian. Dalam hal ini menggambarkan situasi dalam beberapa pilihan baik berupa aturan, pengertian, dan lain-lain yang dapat dijadikan arahan dalam melakukan sesuatu. Ini merupakan kondisi yang terbuka dengan ragam pilihan untuk mengerjakan sesuatu, menginterpretasikan, atau menguak commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyabab dari sesuatu perilaku. Kelompok masyarakat ini biasanya pola kehidupan baru dari kelompok lain, dan juga memberikan timbal balik yang serupa kepada kelompok lain. c. Orthodoxy,
Hasbullah
(2006)
dalam
Cahyani
(2014)
menyampaikan bahwa kondisi ini tercipta ketika suatu keterkaitan dan kebersamaan serta interaksi suatu kelompok masyarakat menjadi kuat dan intens dan dipengaruhi oleh hirarki sosial diatasnya. Dalam hal ini, situasi yang dihadapi sangat sulit karena terpengaruh oleh kelompok masyarakat yang hirarkinya lebih tinggi. Secara keseluruhan, social bonding tercipta ketika suatu kelompok masyarakat memiliki hubungan keterkaitan yang kuat, tetapi dalam hal ini kemampuan masyarakat tersebut belum bisa mewakili kondisi modal sosial yang kuat. Kekuatan yang tumbuh di dalamnya hanya sebatas kelompok tertentu dan dalam keadaan tertentu. Kondisi ini juga terbalas terutama jika tumbuh pasa suatu masyarakat yang didominasi dengan struktur sosial yang hirarkis, dengan keterikatan yang bersifat mengikat. Tetapi hal ini pun mampu memberikan dampak peningkatan kesejahteraan bersama dan saling membantu kepada anggota yang berbeda dalam kemiskinan. Social Bonding dalam penelitian ini berupa hubungan keluarga yang mengikat antar pengrajin satu denga pengrajin lainnya. Hubungan keluarga yang terjadi menjadi dasar kegiatan ekonomi yang berlangsung di Desa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
Bulakan. Adanya hubungan kekeluargaan ini seharusnya menjadi perekat hubungan antara sesama pengrajin, dalam tujuannya meraih keuntungan. Social Briding (jembatan sosial) merupakan suatu ikatan sosial yang itmbul sebagai reaksi atas berbagai macam perbedaan karakteristik dalam kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada disekitarnya sehingga akan memberikan pilihan untuk membangun kekuatan baru dari kelemahan yang ada. Hasbullah (2006) dalam Cahyani (2014) mengatakan ada tiga prinsip yang dianut dalam social bridging yang didasari pada prinsip universal mengenai persamaan, kebebasan serta nilai-nilai kemajemukan dan kemanusian. Prinsip pertama yaitu persamaan, bahwa setiap anggota dalam suatu kelompok memiliki hak dan kewajiban yang sama. Setiap keputusan kelompok berdasarkan kesepakatan yang egaliter dari setiap anggota kelompok. Ini sangat berbeda dengan kelompok-kelompok tradisional yang pola hubungan antar anggotanya berbentuk pola vertikal. Mereka yang berada di piramida atas memiliki kewenangan dan hak-hak yang lebih besar baik dalam pengambilan keputusan dan keuntungan-keuntungan ekonomi. Prinsip kedua yaitu kebebasan, bahwa setiap anggota kelompok bebas berbicara, mengemukakan pendapat dan ide yang dapat mengembangkan kelompok tersebut. Kebebasan merupakan jati diri kelompok dan anggota kelompok. Dengan iklim kebebasan yang tercipta memungkinkan ide-ide kreatif muncul dari dakam yaitu dari beragam pikiran anggotanya yang kelak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
akan memperkaya ide-ide kolektif yang tumbuh dalam kelompok tersebut. Iklim inilah yang memilik dan memungkinkan munulnya kontribusi besar terhadap perkembangan organisasi. Prinsip ketiga adalah kemajemukan dan humanitarian. Bahwa nilainilai kemanusian, penghormatan terhadap hak asasi setiap anggota dan orang lain merupakan prinsip-prinsip dasar dalam mengambangkan asosiasi, group, kelompok atau suatu masyarkat tertentu. Kehendak kuat untuk membantu orang lain, merasakan penderitaan orang lain, berempati terhadap situasi yang dihadapi oleh orang lain merupakan beberapa dasar ide humanitarian. Pada dimensi kemajemukan, terbangunnya suatu kesadaran kuat bahwa hidup yang berwarna-warni, dengan beragam suku, warna kulit, dan cara hidup merupakan bagian dari kekayaan manusia. Pada spektrum ini, kkebencian terhadap suku, ras, udaya dan cara berpikir yang berbeda berada pada titik minimal. Kelompok ini memiliki sikap dan pandangan yang terbuka dan senantiasa mengikuti perkembangan dunia luar kelompoknya. Kelompok ini memiliki sikap dari pandangan yang terbuka dan senatiasa mengikuti perkembangan dunia luar kelompoknya. Prinsip kemandirian biasanya merupakan salah satu siakp dan pandangan kelompok dengan kuat. Kemandirian bukan berarti mengisolasi diri, melainkan merujuk pada sikap hidup yang tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Pola interaksi dan jaringan terbentuk dengan pihak diluar merka ditegaskan dengan semangat saling menguntungkan, bukan yang satu menyandarkan diri kepada orang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Social Briding yang ada pada penelitian ini meliputi pola hubungan antra sesama pengrajin kayu. Dalam hal ini, peneliti akan mengkaji bagaimana pengrajin kayu ini melakukan interaksi terhadap pengrajin kayu lainnya yang jelas memiliki perbedaan sistem dalam proses produksinya, Woolcock (1998) dalam Cahyani (2014) mengatkan pengetian terhadap social linking (hubungan/jaringan) sebagai suatu hubungan sosial yang dikarakteristikan dengan adanya hubungan antara beberapa jenjang sosial, yang muncul daari kekuatan sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat. Namun dalam hal ini, masing-masing kelompok tersebut saling membutuhkan dan atau memiliki kepentingan tertentu, sehingga terbentuk hubungan antar kelompok buruh unutk melakukan produksi, sedangkan kelompok buruh membutuhkan pekerjaan untuk kesejahteraan mereka. Pada dasarnya ketiga tipe modal sosial tersebut merupakan bentukan dari kehidupan masyarakat yang saling berkelompk dengan prinsip yang berbeda-beda. Antara kelompok tersebut tidak saling mempengaruhi, bisa saling menguntungkan dan bahkan saling merugikan. Hal ini tergantung dari kemampuan masyarakat itu sendiri dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.
2.5 Interaksi Sosial Hubungan antara satu individu dengan individu lain dalam organisasi, adalah merupakan serangkaian proses penyesuaian nilai-nilai diri dengan commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anggota lain dan lingkungan organisasi secara menyeluruh. Hal ini berhubungan dengan kepribadian, kemampuan bercakap dan jenis kegiatan, yang merupakan gambaran dari nilai-nilai individu yang sebenarnya. Untuk itu seseorang harus aktif mempengaruhi, mengubah ataupun menyesuaikan dengan nilai-nilai individu lain dalam batas-batas yang memungkinkan (Ahmadi, 1999). Interaksi adalah serangkaian hubungan antara dua atau lebih individu, yang berorientasi pada saling mempengaruhi, mengubah, menyesuaikan atau memperbaiki dan melengkapi perilaku diantara mereka. Dengan demikian dua fungsi individu dalam kehidupan organisasi, akan berjalan dengan seimbang baik sebagai obyek maupun sebagai subyek. a. Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggotanya. Interaksi sosial antar kelompok manusia terjadi dalam masyarakat, interaksi tersebut mencolok ketika terjadinya benturan antar kepentingan. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berlangsungnya suatu proses interaksi dalam kehidupan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya : 1) Imitasi Merupakan cara seseorang untuk meniru atau melakukan hal yang sama dengan orang lain dan mendorong sesorang untuk mematuhi nilai-nilai yang berlaku. 2) Sugesti Membrikan suatu masukan atau pandangan dari dirinya ke pihak lain dan dapat diterima oleh pihak lain tersebut. 3) Identifikasi Identifikasi hampir sama dengan imitasi namun agak sedikit berbeda,
sifatnya
lebih
mendalam
karena
merupakan
kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama. 4) Proses Simpati Tertarik terhadap orang lain, dimana dalam hal ini perasaan memegang peranan penting sehingga timbul keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerjasama dengannya.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Bentuk interaksi sosial Bentuk dari interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertikaian (conflict). 1. Kerjasama (cooperation) Merupakan suatu usaha bersama antara orang-perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk kerjasa tersebut dapat berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada suatu yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Kemudian keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerjasa supaya rencana kerjasamanya dapat terlaksanakan dengan baik. 2. Persaingan (competition) Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
3. Pertikaian (conflict) Adanya perbedaan, seperti emosi, kebudayaan, pola perilaku dan lain-lain. Hal tersebut mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
2.6 Kinerja Karyawan Kinerja merupakan hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Menurut Hasibuan (2006), menjelaskan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu. Sedangkan menurut Prawirosentono (2008), hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Oleh karena itu disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Jika dikaitkan dengan kinerja sebagai kata commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
benda dimana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang oleh suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar secara hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kemampuan mencapai suatu tujuan pekerjaan, dimana suatu pekerjaan diselesaikan dengan waktu yang tepat dan tidak melampaui batas waktu yang telah ditentukan. Dengan demikian kinerja karyawan dapat memberikan kontribusi yang yang sangat penting dalam suatu perusahaan. 2.6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Davis dalam Mangkunegara (2010) yang merumuskan bahwa : Human Performance = Ability x Motivation Motivation = Attitude x Situation Ability
= Knowledge x Skill
Penjelasan : a. Faktor Kemampuan (Ability) Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pimpinandan karyawan yang memiliki IQ di atas rata–rata (IQ 110-120) commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yangdiharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaanyang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the rightman on the right job). b. Faktor Motivasi (Motivation) Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut Timple dalam Mangkunegara (2010) faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang yang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upayaupaya untuk memperbaiki kemampuannya. b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakantindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama Okkie Prita Cahyani
Mariyatul Qibtiyah
Judul
Tahun
Pola Interaksi Pengrajin Batu Nisan Dengan Pelaku Pasar dan Non Pasar
2014
Metode
Hasil
Kualitatif, Perlu dibentuk pendekatan sebuah organisasi fenomenologi atau paguyuban pengrajin batu nisan, agar mereka memeliki kesepakatan harga secara langsung antar sesama pengrajin batu nisan. Selain itu, pemerintah juga harus turun tangan secara langsung untul mendukung keberlangsungan usaha pengrajin batu nisan dan menindak tegas oknum-oknum yang bermain dalam usaha bisnis batu nisan. Pengembangan 2008 Deskriptif Dalam Usaha Sentra Kualitatif pengembangannya Pengrajin Batik usaha sentra Tulis Gedog di pengrajin batik Desa Jarorejo tulis gedog telah Kecamatan ditemukan faktor Kerek pendukung dalam Kabupaten strategi Tuban pengembangan pasar terhadap peminat batik dan juga adanya pembinaan dan pendampingan commit to user yang di berikan
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Arif Murtadlo
Upaya pengembangan usaha pengrajin batik malangan
2013
Rizki Verina Simorangkir
Strategi Industri 2011 Kecil Mengembangkan Usaha di Era Perdagangan Bebas
Edi Suandi dan Y. Sri Susilo
Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Mengah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
2011
Penelitian Kualitatif Deskriptif
Pendekatan Deskriptif
commit to user
pemerintah serta Koperasi Usaha Kecil Menengah Pemanfaatan modal dengan maksimal yaitu modal fisik, modal keuangan, modal manusia dan modal sosial Strategi produksi yang digunakan para pengrajin lebih difokuskan pada ketersedian modal, membentuk jaringan yang luas sebagai pemasaran dan menjalin hubunganyang baik terhadap sesama pedagang Pengembangan UMKM di DIY merupakan percepatan transformasi UMKM dari fase formasi menuju fase stabilisasi.
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pemikiran
PETANI
UPAH MINIM DAN LAHAN YANG TERBATAS
MODAL
SKILL
PENGRAJIN KAYU
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari kerangka pikir tersebut, menjelaskan bahwa : Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa, Desa Bulakan adalah salah satu dari banyaknya daerah yang tidak mendapatkan perhatian khusus. Desa Bulakan dahulu merupakan Desa yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, namun harus beralih profesi sebagai pengrajin kayu karena adanya faktorfaktor yang membuat masyarakat Desa Bulakan harus bertransformasi mata pencaharian. 1. Upah Upah merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat Desa Bulakan harus mencari alternatif selain dari sektor pertanian. Upah yang sedikit atau tidak mencukupi membuat mayarakat Desa Bulakan harus beralih/transformasi ke pengrajin kayu. Dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 2. Lahan Lahan yang semakin sempit akibat adanya pembangunan di Desa bulakan yang semakin meningkat, juga salah satu faktor yang membuat masyarakat Bulakan bertransformasi ke pengrajin kayu. Akibatnya lahan yang digarap sebagai mata pencaharian selama ini semakin berkurang. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Skill Skill atau kemampuan masyarakat Desa Bulakan sebagai pengrajin kayu didapat dari desa sebelah (desa serenan), pada awalnya masyarakat bulakan belajar/bekerja sebagai buruh kayu pada pengrajin kayu serenan. Butuh waktu lama untuk mereka bisa ahli dalam hal ini. Setelah mereka mampu barulah mereka lepas dari pengrajin kayu serenan dan mulai mecoba untuk memulai di Desa Sendiri. 4. Modal Untuk memulai usahanya sebagai pengrajin kayu masyarakat Desa Bulakan memiliki keragaman untuk modal awal usaha. Baik itu modal dari orang tua, tabungan sendiri maupun pinjaman instansi terkait. 5. Pengrajin Kayu Dari beberapa faktor-faktor di atas inilah yang membuat Desa Bulakan beralih mata pencaharian menjadi Desa pengrajin kayu hingga sekarang.
commit to user