BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah konsumen rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang terjual dan dibeli konsumen akan dipakai dan dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kembali (Godam, 2008). Dewasa ini banyak ditemukan produk konsumen yang mengandung bahan toksik. Bahan toksik adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian. Bahan toksik ini dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, pencernaan atau masuk melalui pori-pori kulit, lalu beredar keseluruh tubuh. Zat-zat yang bersifat toksik dapat langsung menggangu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya. Salah satu bahan toksik yang terdapat pada produk konsumen adalah Logam Berat ( Nur et al., 2010). 2.2 Logam Berat Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S, dan bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Purnama, 2009). Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn,
7 Universitas Sumatera Utara
8
Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahuimanfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (Darmono, 1995). Toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu (Darmono, 1995) : a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn b. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co c. Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe 2.3 Timbal (Pb) 2.3.1 Pengertian Timbal (Pb) Timbal atau plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 328 oC (6620F), titik didih 1.740 oC (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20 (Widowati, 2008). Timbal (Pb) termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2004). Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di
Universitas Sumatera Utara
9
lingkungan dan seluruh sistem biologis (Suhendrayatna, 2001). Walaupun bersifat lentur, timbal sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat. Bentuk oksidasi yang
paling umum adalah timbal (II) dan senyawa
organometalik yang terpenting adalah timbal tetra etil (TEL: tetra ethyl lead), timbal tetra metil (TML : tetra methyl lead) dan timbal stearat. Merupakan logam yang tahan terhadap korosi atau karat, sehingga sering digunakan sebagai bahan coating (Saryan, 1994). Penggunaan timbal terbesar lainnya adalah dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil. Selain itu timbal juga digunakan untuk produk- produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna (Fardiaz, 2005). Timbal juga digunakan sebagai pigmen timbal dalam cat (Lu, 2006). 2.3.2 Sifat Timbal (Pb) Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut: a. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah. b. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating. c. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327, 5°C. d. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam, kecuali emas dan merkuri.
Universitas Sumatera Utara
10
e. Merupakan pengantar listrik yang baik. 2.3.3 Sumber Pencemaran Timbal (Pb) 1. Sumber Alami Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 µg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 µg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung timbal (Pb) sekitar 0,07 µg/liter. 2. Sumber Industri Timbal (Pb) dapat berasal dari industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb). Selain itu timbal juga digunakan di berbagai industri seperti industri baterai, paduan logam (alloy), sarung kabel, amunisi, tinta cetak, zat warna/pigmen, stabilisator pada plastik polivinil klorida, keramik dan gelas kristal yang menggunakan timbal oksida dan silikat (Fardiaz,1992). 2.3.4 Kegunaan timbal (Pb) Penggunaan timbal dalam kehidupan sehari-hari antara lain ( Fardiaz, 1992 ): 1. Dalam bentuk Timbal oksida pada produksi baterai penyimpanan untuk mobi
Universitas Sumatera Utara
11
2. Dalam produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder, bahan kimia, dan pewarna ( cat). 3. Timbal (Pb) digunakan dalam bentuk alloy, seperti pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan bahan kimia yang korosif karena Timbal merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi. 4. Digunakan sebagai campuran dalam pelapis keramik yang disebut glaze, dalam bentuk PbO untuk membentuk sifat mengkilap pada keramik 5. Digunakan sebagai bahan aditif pada bahan bakar bensin dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL), Pb (C2H5)4 untuk mengurangi letupan pada proses pembakaran oleh mesin kendaraan. 2.3.5 Dampak Timbal (Pb) bagi kesehatan masyarakat Timbal (Pb) adalah salah satu jenis logam berat yang mengalami peningkatan penggunaan pada industri akhir-akhir ini. Timbal berasal dari kerak bumi, karena proses alam dan penambangan menyebabkan timbal dapat dijumpai pada ekosistem makhluk hidup. Logam timbal banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, dari kosmetik sampai bahan bakar kendaraan bermotor (Kurniawan, 2008).
Jalur
masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui saluran pencernaan lewat makanan dan minuman, hirupan asap kendaraan bermotor serta hasil industri dan melalui penyerapan dikulit dari kosmetik atau mainan. Toksisitas timbal pada kesehatan manusia mempunyai pengaruh yang luas, dari gangguan syaraf, gangguan metabolisme tulang sampai kerusakan ginjal dan gangguan fungsi hati (Sakkir, 2008) Bahkan penelitian terakhir menunjukkan bahwa logam timbal memiliki sifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker pada manusia. Organ-organ
Universitas Sumatera Utara
12
tubuh yang menjadi tempat akumulasi timbal adalah liver, ginjal dan otak. Anak-anak dan balita memiliki resiko yang lebih tinggi terkena pencemaran bahan-bahan toksik. Menurut Widowati (2008), mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah: a. Sistem haemopoietik: dimana Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin, sehingga menyebabkan anemia. b. Sistem saraf: dimana Pb menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium. c. Sistem urinaria: dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, loop of henle, serta menyebabkan aminosiduria. d. Sistem gastro-intestinal: dimana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi. e. Sistem kardiovaskuler: dimana Pb dapat menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah. f. Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitas atau janin belum lahir menjadi peka terhadap Pb. Ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia, dan teratospermia pada pria. g. Sistem endokrin: dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal. h. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi. 2.3.6 Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Timbal (Pb) pada mainan dapat berasal dari zat warna yang digunakan dan bahan baku pada proses pembuatan mainan (Sanusi et al., 2007). Penelitian lain juga
Universitas Sumatera Utara
13
mengatakan bahwa pada mainan timbal (Pb) digunakan sebagai pengikat warna dalam cat mainan, sehingga warna yang dihasilkan lebih cerah dan mengkilat. Selain itu timbal (Pb) juga digunakan dalam bahan baku plastik pada proses pembuatan mainan. Secara alami PVC merupakan bahan yang keras, karena itu bahan kimia berbahaya seperti Timbal (Pb) biasanya ditambahkan untuk mengubah karakteristik alami ini. Zat aditif dapat sebagai “stabilizer” atau “plasticizer”. “Stabilizer” digunakan untuk mempertahankan kekakuan plastik agar tetap tahan lama, sedangkan “plasticizer” dibutuhkan agar plastik lentur dan lembut sehingga mudah dibentuk (Shnews, 2004) Beberapa penelitian telah dilakukan untun mengetahui kandungan logam berat Timbal (Pb) pada mainan edukatif. Salah satunya adalah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pada bulan Maret 2011 melakukan pengujian beberapa macam mainan edukatif yang dibeli di beberapa tempat penjualan mainan, seperti pasar mainan, ITC dan mal/pusat perbelanjaan di 5 wilayah DKI Jakarta. Dari hasil pengujian, ditemukan produk mainan edukatif yang mengandung Timbal (Pb). Adapun hasil Timbal (Pb) yang diperoleh pada mainan edukatif sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
14
Tabel 2.1 Hasil Uji Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Oleh YLKI Jenis Produsen Hasil Tempat Mainan Pb Pembelian (ppm)
Balok Ukur Warna Color Briks Brain bricks Puzzle Ikan Three Branded Maze Ronce Mozaic Blocks Wooden Counting House
Puzzle Bentuk Sempoa Kecil Geometri Plan Toys Balancing cactus
China China China Made in Israel Made in China, Early Learning Centre, Walford WD24 6SH, England. -
<0,01 <0,01 7,57 0,90 2,63 <0,01 2,5 1,8
Pejanten Village Plaza Semanggi ITC Kuningan ITC Kuningan Ambasador ITC Cempaka Mas Senayan City Senayan City
<0,01
Mall Taman Anggrek Pasar Gembrong Pasar Gembrong Pejanten Village
1,0 <0,01 Made in <0,01 Thailand Kotak Pos 0,4 Ciputra Mall City Block A <0,01 Ciputra Mall Puzzle Kupu-kupu <0,01 Ciputra Mall Puzzle Kucing 8,4 Pasaraya Manggarai Dinosaurus 8,83 Kelapa Gading (Sumber : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2012) Selain kandungan zat kimia ini, tampilan fisik mainan edukasi ini pun tidak aman untuk anak-anak, cat yang mudah terkelupas, bau dan warna cat yang sangat menyolok serta kurangnya informasi yang jelas dalam kemasan mainan edukasi ini. Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen berhak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur; berhak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang. Dari
Universitas Sumatera Utara
15
berbagai produk mainan edukatif yang mengandung Timbal (Pb), sebagian besar berasal dari Negara Cina (YLKI, 2012). 2.4 Mainan Edukatif Balita 2.4.1 Pengertian Mainan Edukatif Mainan edukatif adalah mainan yang melatih kemampuan fisik, merangsang kemampuan berfikir, dan mengajari anak tentang nilai kemanusiaan seperti keikhlasan, berbagi, sikap sabar dan kesadaran akan pentingnya kerja sama (Effiana, 2009). Mainan edukatif dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk : 1. Perkembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang oertumbuhan fisik anak. 2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar. 3. Perkembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna dan lain-lain 4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat 2.4.2 Ciri Mainan Edukatif Balita Menurut Padmono s ciri alat permainan untuk anak balita antara lain: 1. 0-12 bulan Tujuan : 1. Melatih reflex-refleks untuk anak berumur 1 tahun 2. Melatih kerja sama mata dan tangan
Universitas Sumatera Utara
16
3. Melatih kerja sama mata dan telinga 4. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan 5. Melatih mengenal sumber asal suara 6. Melatih kepekaan perabaan 7. Melatih keterampilan dan gerakan yang berulang-ulang Contoh : Boneka orang atau binatang, permainan alat musik. 2. 12-24 bulan Tujuan : 1. Mencari sumber suara / mengikuti sumber suara 2. Memperkenalkan sumber suara 3. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik 4. Melatih imajinasi 5. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik Contoh : Bola, mainan alat dapur, balok warna dan alat mewarnai. 3. 25-36 bulan Tujuan : 1. Menyalurkan emosi/perasaan anak 2. Mengembangkan keterampilan berbahasa 3. Melatih motorik halus dan kasar 4. Mengembangkan kecerdasan 5. Melatih kerja sama mata dan tangan 6. Melatih daya imajinasi
Universitas Sumatera Utara
17
7. Kemampan membedakan permukaan dan warna benda Contoh : Alat menggambar, puzzle, dan lilin mainan yang dapat dibentuk. 4. 32-72 bulan Tujuan : 1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan 2. Mengembangkan kemampuan berbahasa 3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah dan mengurangi 4. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura 5. Membedakan benda dengan perabaan 6. Menumbuhkan sportivitas 7. Mengembangkan kepercayaan diri 8. Mengembangkan kreativitas 9. Mengembangkan koordinasi motorik ( melompat, memanjat, lari dll) 10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar Contoh : Berbagai alat gambar dan tulis dan kertas untuk melipat. 2.4.3 Jenis-Jenis Mainan Edukatif Balita 1. Puzzle Menurut Patmonodewo kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle
Universitas Sumatera Utara
18
merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Jenis Puzzle terdiri dari Puzzle angka/Huruf, Puzzle batang, Puzzle Geometri, Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan dan Puzzle Logika (Misbach, 2010). Media puzzle merupakan permainan menyusun kepingan gambar sehingga menjadi sebuah gambar yang utuh. Media puzzle sangat sering digunakan di Taman Kanak-kanak karena media puzzle adalah salah satu bentuk permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif. Dalam bermain puzzle membutuhkan ketelitian, anak akan dilatih untuk memusatkan pikiran, karena anak harus berkonsentrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Pada usia Taman Kanakkanak, kemampuan balita untuk memegang dan mengambil benda sudah berkembang, mereka juga bisa memasang kepingan-kepingan puzzle. Dengan puzzle, anak belajar memahami konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah (Pramudiati, 2011). Pada umumnya, sisi edukasi mainan jenis ini berfungsi untuk : (Nani, 2008). 1. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran 2. Memperkuat daya ingat 3. Mengenalkan anak pada konsep ‘hubungan’ 4. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir matematis (menggunakan otak kiri)
Universitas Sumatera Utara
19
Gambar 1 : Puzzle Geometri (Sumber : http://mainaneduka.com)
Gambar 2 : Puzzle yang terbuat dari kertas (Sumber : http://mainaneduka.com) 2. Building Block ( Balok ) Building Block dapat dibuat dari kayu ataupun plastik. Biasanya permainan ini membangun rumah, istana, ada jembatan dan banyak pilihan
Universitas Sumatera Utara
20
bangunan lainnya. Pada prinsipnya permainan ini ialah membangun atau mendirikan suatu bangunan Pada umumnya, sisi edukasi mainan jenis ini berfungsi untuk : 1. Melatih kesabaran & kemandirian anak 2. Melatih anak untuk kreatif & imajinatif (anak akan dipandu untuk menggunakan otak kanan dengan lebih dominan) 3. Mengenalkan anak pada bentuk atau elemen yang terdapat balok tsb. Membiasakan anak menghadapi tantangan 4. Mengenalkan anak pada konsep bangunan dan sebab-akibat.
Gambar 3 : Building Block (Sumber : http://mainaneduka.com)
3. Role and music toys Mainan yang tergolong dalam Role (bermain peran) misalnya Tool Set (alat bertukang), Kitchen Set (perangkat dapur), Fruit Set, Doll House (rumah boneka), dan lain-lain. Sedangkan yang tergolong dalam Music Toys adalah semua mainan kayu yang mengandung unsur auditory atau yang berupa
Universitas Sumatera Utara
21
miniatur alat musik sesungguhnya, misalnya Guitar (gitar), Piano, Terompet dan lain-lain. Pada umumnya, sisi edukasi mainan jenis ini berfungsi untuk : 1. Memperkaya imajinasi Berlatih keterampilan hidup dasar 2. Memperbanyak kosakata / melatih bicara anak 3. Melatih kemampuan membedakan bunyi (music toys) 4. Menambah kepercayaan diri anak.
Gambar 4 : Kitchen Set (Sumber : http://mainaneduka.com) 4. Activity and strategy game Mainan yang tergolong dalam Activity & Strategy Game misalnya permainan Dough (lilin mainan), Molding (mencetak), Crayon, Domino, Tic Tac Toe dan lain-lain. Pada umumnya, sisi edukasi mainan jenis ini berfungsi untuk : 1. Melatih gerak otot & motorik kasar Melatih keterampilan 2. Melatih Koodinasi otak kanan-kiri
Universitas Sumatera Utara
22
3. Mengenalkan bentuk, gambar, atau elemen lain yang melekat pada mainan yang bersangkutan. 4. Memperkuat kemampuan strategi anak / dapat melatih untuk menyelesaikan masalah dengan cepat & tepat 5. Melatih konsentrasi
Gambar 5 : Lilin mainan (Sumber : http://mainaneduka.com)
Gambar 6 : Crayon (Sumber : http://mainaneduka.com)
Universitas Sumatera Utara
23
6. Lego Lego adalah mainan edukatif bongkar pasang yang berfungsi mengenal desain konstruktif untuk anak agar mengenal aspek keteknikan (Hidayat, 2007).
Gambar 7: Lego (Sumber : http://forum.detik.com/mainan-edukatif) 2.5 Balita 2.5.1 Pengertian Balita Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas ( Sutomo dan Anggraeni, 2010)
Universitas Sumatera Utara
24
Balita merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan, dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan, dan perkembangan fisik contohnya koordinasi motorik halus dan motorik kasar juga kecerdasan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan, dan perkembangan yang dilalui oleh anak. Usia balita dibagi dalam 3 tahap yaitu masa sebelum lahir, masa bayi, dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahap tersebut banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun psikologis yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat bergantung pada factor social yaitu tuntutan, dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui anak dari lingkungannya (Septiari, 2012). Masa tumbuh kembang di usia balita merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang. Dengan demikian itu disebut golden age atau masa keemasan. 2.4.2 Karakteristik Balita Karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu : 1. Anak usia 1-3 tahun 2. Anak usia prasekolah atau usia 3-5 tahun Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relativ besar. Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup. Pada fase ini anak mencapai fase gemar memprotes ( Uripi, 2004 ).
Universitas Sumatera Utara
25
2.5.3 Tumbuh Kembang Balita 2.5.3.1 Pertumbuhan Pertumbuhan adalah perkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat badan (Kg/ gr/ pound) atau diukur dengan panjang (Meter/ sentimeter) umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995). Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh (Maryunami, 2010). 2.5.3.2 Perkembangan Menurut
Whaley
dan
Wong
perkembangan
menitikberatkan
pada
pertumbuhan yang terjadi secara bertahap dari tingakat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Maryunami, 2010). Perkembangan adalah pertambahan kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).
Universitas Sumatera Utara
26
2.6 Stimulasi Pada Balita Stimulasi dini adalah rangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru lahir dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kasih saying setiap hari untuk merangsang semua system indera. Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus. Rangasangan yang dilakukan dengan susasana bermain, kasih saying sejak lahir, dan bervariasi akan merangsang pembentukan cabang-cabang sel-sel otak. Hal ini dapat melipatgandakan jumlah hubungan antar sel otak sehingga membentuk sikuit otak yang lebih kompleks, canggih dan kuat sehingga kecerdasan anak semakin tinggi. Istilah masa emas ( golden age ) atau fase tumbuh kembang otak anak digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya masa tersebut. Pada masa emas, otak mengalami tumbuh kembang paling cepat dan paling kritis. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan, stimulus motorik, dan psikis untuk perkembangan harus dipenuhi. Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni : a. Kebutuhan akan gizi (asuh); b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi dini (asah) (PN dan Djamaludin, 2010). Asah merupakan Faktor lingkungan yang berperan dalam memberikan stimulasi pada otak untuk membangun hubungan antar syaraf agar syaraf terhubung dengan baik. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang dapat membangun psikologis balita, sebagai contoh temuan di Baylor College of Medicine di Houston bahwa balita yang tidak banyak bermain atau jarang mendapat sentuhan, pengembangan otaknya 20-30 persen lebih kecil dibanding dengan otak balita yang seumur.
Universitas Sumatera Utara
27
2.7 Pengetahuan Orang Tua dan guru Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Orang tua dan guru adalah orang yang berperan penting daam menentukan mainan yang aman dan sesuai bagi balita dan mengawasi cara bermain balita.Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Notoadmojo (2007) yaitu : 1. Usia Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). 2. Pendidikan Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam suatu lembaga. 3. Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara salam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan.
Universitas Sumatera Utara
28
Memenuhi syarat ≤ 90 ppm
2.8 Kerangka Konsep ADA
Kandungan Timbal
SNI ISO 8124-3:
(Pb) pada mainan
2010 yaitu 90
edukatif balita
ppm
Tidak Memenuhi syarat > 90 ppm TIDAK ADA ‘TIDA
Tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang Timbal (Pb) pada mainan eduktif balita
Universitas Sumatera Utara