BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya di sekolah. Masalah ini cukup kompleks, bisa dilihat dari beragamnya faktor yang terlibat. Ada kelompok siswa yang sanggup mengatasi masalah tersebut tanpa bantuan dari pihak lain, tapi tidak sedikit pula kelompok siswa yang membutuhkan bantuan dari pihak lain. Kelompok terakhir inilah yang membutuhkan bimbingan. Bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diberikan kepada siswa yang mempunyai fungsi khas yang bersumber pada corak pelayanan bimbingan sebagai bantuan yang bersifat psikis atau psikologis. Keberadaan dan fungsi bimbingan dan konseling harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin, karena dalam proses belajar mengajar sering ditemukan berbagai masalah, namun terdapat masalah-masalah yang mungkin tidak bisa diselesaikan oleh individu itu sendiri, melainkan melalui peran serta bimbingan dan konseling melalui para konselor yang profesional dan sudah terlatih dengan baik. Salah satu dari masalah yang dimiliki oleh siswa adalah memotivasi belajarnya secara maksimal. Memotivasi siswa agar belajar dengan sungguh-sungguh memang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Guru yang efektif dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berhasil menjadikan siswanya termotivasi dalam belajar.
1
Motivasi merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu dimulai dengan motivasi (niat). Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan (Walgito, 2004). Motivasi merupakan dasar untuk melakukan sesuatu kegiatan yang dalam usahanya
akan
mendapatkan
pengalaman
dan
kemampuan
tersebut
akan
menghasilkan kinerja yang akan berfungsi sebagai motivator. Dengan adanya motivasi tersebut diharapkan individu maupun kelompok akan dapat memacu serta memberikan peluang agar dapat menunjukan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Kebanyakan siswa di zaman sekarang kurang termotivasi dalam belajarnya. Disinilah peran konselor sangat diperlukan. Ahli bimbingan, khususnya penyuluh (konselor), dapat membantu mereka dalam membuat pilihan-pilihan secara bertanggung jawab, dengan demikian mereka tertolong juga dalam menjaga kesehatan mentalnya. Motivasi belajar adalah suatu dorongan atau semangat yang kuat dan luas untuk melakukan kegiatan belajar guna mendapatkan hasil belajar yang lebih baik lagi (Retno, 2005). Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah akan menyebabkan sikap malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.
2
Setelah melakukan wawancara dengan guru BK dan observasi awal di SMA N 3 Salatiga pada siswa kelas XI IPS 2 di SMA N 3 Salatiga, ditemukan gejala problematis yakni setengah dari kelas ini terdapat siswa yang memiliki tingkat motivasi rendah. Hasil ini berdasarkan penyebaran skala motivasi belajar yang disusun oleh penulis berdasarkan teori Worrel dan Stillwel (dalam Harliana, 1998) di SMA N 3 Salatiga khususnya kelas XI IPS 2. Tabel 1.1 Hasil Penyebaran Skala Motivasi Belajar Kategori
Skor
Jumlah
Persen (%)
Tinggi
80-100
6
17,65 %
Sedang
60-79
11
32,35%
Rendah
40-59
17
50 %
34
100 %
Total
Berdasarkan hasil skala motivasi belajar di atas, didapat 6 siswa (17,65 %) dengan kategori tinggi yang memiliki skor antara 80-100, 11 siswa (32,32 %) dengan kategori sedang yang memiliki skor antara 60-79, dan 17 siswa (50 %) dengan kategori rendah yang memiliki skor antara
40-59. Dari hasil penyebaran skala
motivasi belajar di atas, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan diberikan layanan bimbingan kelompok. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK, siswa yang memiliki motivasi rendah dikarenakan tidak memiliki kebiasaan bekerja keras dalam belajar. Para siswa tidak berkonsentrasi dalam pembelajaran dan tidak tertarik untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah ditentukan oleh guru. Selain 3
itu, kelompok siswa tersebut juga tidak antusias pada saat guru memberikan penjelasan mengenai tugas-tugas yang diberikan. Menurut Surya (2003), salah satu dampak jika siswa memiliki motivasi belajar yang rendah yaitu lebih senang berada di luar kelas alias bolos. Siswa menganggap belajar di kelas menjadi beban berat yang membosankan. Selain itu, jika motivasi belajar yang rendah ini dibiarkan tentu akan mempengaruhi prestasi siswa di dalam kelas. Guru yang sekaligus sebagai konselor bagi anak, perlu memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi para siswanya. Banyak yang harus dikerjakan guru untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini guru akan memberikan bimbingan dan layanan untuk mengatasi anak yang memiliki motivasi rendah. Bidang bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan melalui berbagai jenis layanan. Layanan bimbingan dan konseling meliputi layanan orientasi, layanan bimbingan belajar, layanan penempatan dan penyaluran, layanan konseling individu, layanan konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok dan layanan informasi. Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajarnya, serta berbagi aspek tujuan kegiatan belajar lainnya adalah layanan bimbingan kelompok. Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. 4
Tujuan dari layanan bimbingan kelompok adalah membantu siswa yang mengalami masalah belajar melalui prosedur kelompok. Suasana kelompok yang berkembang dapat merupakan tempat bagi siswa untuk mendapatkan informasi, tanggapan dan reaksi dari teman-temannya untuk kepentingan pemecahan masalah. Berdasarkan penelitian Siti Mualifah (2009) yang melakukan penelitian “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Menata Produk Melalui Strategi Layanan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas III Penjualan 2 SMK Negeri 1 Klaten Tahun ajaran 2008/2009” menunjukkan bahwa skor angket pada kondisi awal tertinggi 73 meningkat 27% menjadi 100 pada kondisi akhir, dan predikat ketuntasan pada awal: cukup meningkat menjadi amat baik pada kondisi akhir dan hasil belajar siswa dalam menata produk meningkat 22%, yaitu dari ratarata 66,17 pada kondisi awal menjadi 86,00 pada kondisi akhir. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Vivin Setyarini (2011) mengenai “Peningkatan Motivasi Belajar melalui Layanan Bimbingan Kelompok Sebagai Implikasi Penerapan Program Moving Class Siswa Kelas X-1 di SMA Kristen 1 Salatiga Tahun Ajaran 2009/2010” menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan motivasi belajar 9 siswa kelas X-1 SMA Kristen 1 Salatiga sebelum dilakukan bimbingan kelompok. Dari hasil analisa data terdapat koefisien Mann-Whitney U=2,500 dan koefisien sig.failed 0,261>0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok.
5
Dari uraian yang sudah penulis kemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa peran konselor sebagai pembimbing adalah terletak pada kekuatan dan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa yang dibimbingnya. Dengan demikian peran konselor dalam meningkatkan motivasi belajar akan dapat terwujud dengan cara menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Berdasarkan pada pemikiran dan penjelasan seperti tersebut diatas, maka penulis memberikan judul penelitiannya, yaitu: “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA N 3 Salatiga.”
1.2 Rumusan Masalah Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 2 SMAN 3 Salatiga.
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan
uraian
rumusan
masalah
diatas,
akhirnya
penulis
dapat
mengemukakan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 2 SMAN 3 Salatiga melalui bimbingan kelompok.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberi sumbangan teori bagi guru BK mengenai layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Apabila penelitian tentang penggunaan bimbingan kelompok berhasil untuk meningkatkan motivasi belajar melalui siswa kelas XI IPS 2 SMA N 3 Salatiga maka sejalan dengan teori dari Worrel dan Stillwel (dalam Harliana, 1998) yang mengemukakan bahwa beberapa aspek-aspek yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu tanggung jawab, tekun dalam mengerjakan tugas, waktu penyelesaian tugas, dan menetapkan tujuan yang realistis. Sedangkan apabila penelitian ini tidak berhasil maka tidak cocok dengan teori Worrel dan Stillwel (dalam Harliana, 1998).
1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini secara praktis adalah: 1. Bagi guru Memberikan masukan kepada guru BK dalam bimbingan belajar yaitu melalui bimbingan kelompok motivasi belajar, dan dapat menjadi masukan kepada sekolah untuk menyusun program BK, khususnya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui bimbingan kelompok motivasi belajar dan tambahan pemahaman bagi siswa untuk memotivasi belajar. 7
2.
Bagi siswa
a.
Membantu siswa dalam upaya meningkatkan motivasi belajarnya
b.
Membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan motivasi belajar.
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya ke dalam lima bab, yaitu: Bab I, Pendahuluan yang berisi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan. Bab II, Kajian Teori, yang berisi: motivasi belajar (pengertian, aspek-aspek, faktor-faktor, fungsi, cara guru menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah), bimbingan kelompok (pengertian bimbingan kelompok, tujuan bimbingan kelompok, teknik-teknik bimbingan kelompok, prosedur pelaksanaan bimbingan kelompok), hasil temuan yang relevan, hipotesis. Bab III dengan judul Metode Penelitian, yang berisi: jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitiian, definisi operasiomal, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen dan teknik analisis data. Bab IV dengan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi: deskripsi subjek penelitian, pengumpulan data, tahap-tahap dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, analisis data, uji hipotesis dan pembahasan. Bab V dengan judul Penutup, yang berisi: kesimpulan dan saran (peneliti selanjutnya, guru BK, subjek penelitian). 8