BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bisnis jaringan atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan MLM (Multi Level Marketing) banyak sekali ditemukan di Indonesia saat ini. Menurut data APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) sampai pada tahun 2011 ada lebih dari 66 perusahaan MLM yang tergabung menjadi anggota APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Belum lagi ratusan perusahaan di luar sana yang belum dan tidak mendaftarkan diri di APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Tidak hanya itu, hampir di setiap bulannya ada saja perusahaan MLM baru yang membuka usahanya di Indonesia, baik itu perusahaan lokal asal dalam negeri maupun dari luar negeri. Tercatat kurang lebih ada 176 perusahaan yang akan masuk untuk meramaikan industri MLM 1 di Indonesia (http://www.apli.or.id/list_anggota.php?page=1). Hal ini tidak terlepas dengan keadaan jumlah penduduk Indonesia 2 yang banyak yakni lebih dari 237 juta jiwa (http://www.bps.go.id/65tahun/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf).
Potensi
pemasaran produk dari tiap perusahaan Multi Level Marketing (MLM) masih sangat terbuka untuk dijual di Indonesia.
1
Tiap tahunya banyak perusahaan yang menggunakan sistem pemasaran jaringan bermunculan di Indonesia. Mulai dari perusahaan yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Saat ini tercatat ada 66 perusahaan MLM (Multi Level Marketing) yang ikut terdaftar dalam APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Penjualan Langsung Indonesia). 2 Indonesia menempati posisi keempat dengan jumlah pendudek terbanyak di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat
Universitas Sumatera Utara
Multi Level Marketing (MLM) pertama kali ditemukan oleh dua orang profesor pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-an. Produk pertamanya yang dijual adalah berupa vitamin dan makanan tambahan Nutrilite. 3 Wuryando (2010: 15-16) mengatakan bahwa dalam perkembangan selanjutnya perusahaan MLM Amway mengambil alih Nutrilite. Pada tahun 1953 perusahaan Amway mendapat pengakuan dari pemerintah Amerika Serikat dan mengesahkan kelegalannya sebagai perusahaan MLM. Pada saat yang bersamaan Dr. Forrest Shaklee mendirikan perusahaan MLM yang diberi nama Shaklee. Perusahaan Dr. Forrest Shaklee ini bergerak pada bidang kesehatan. Pada tahun 1970-an perusahaan Amway dan Shaklee melakukan ekspansi ke Negara Ingris. Sejak itu, ribuan perusahaan MLM bermunculan dan beberapa perusahaan yang terkenal seperti Forever Living, Herbalife, dan Neolife. Masing-masing perusahaan tersebut memiliki lebih dari 50.000 distributor (Trecy 2007:5). Hingga akhirnya bisnis MLM terus mengalami perkembangan yang pesat. Pada WFDSA (World Federation of Direct Selling Associations) tidak menyediakan data jumlah perusahaan MLM di dunia untuk publik, tetapi WFDSA hanya menyebutkan jumlah negaranya. Terdapat 49 negara di dunia yang telah memiliki asosiasi semacam DSA (Direct Selling Association) atau Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Federation of European Direct Selling Association (FEDSA) pernah menyebutkan bahwa setidaknya ada 1300 perusahaan MLM di seluruh dunia. Namun demikian belum semua perusahaan yang menggunakan sistem
3
Artikel tentang sejarah Multi Level Marketing (MLM) oleh Dwiarko seorang konsultan dan trainer di BrandKita yang bergerak di bidang Smart Branding (Personal Brand, Company Brand dan Online Branding) dan juga seorang pemilik usaha di bidang konsultan IT. Sumber: http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/01/09/sejarah-mlm-dan-jenis-jenis-direct-selling-lain/
Universitas Sumatera Utara
MLM terdaftar sebagai anggota APLI, FEDSA maupun WDFSA (Harefa, 2000:25). Di Indonesia sendiri, perusahaan MLM pertama berdiri pada tahun 1986, tepatnya berada di Kota Bandung. Wuryando (2010) mengatakan perusahaan MLM pertama tersebut ialah PT. Nusantara Sun Chlorella Tama. Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi PT. Centra Nusa Insan Cemerlang 4. Dalam poses perkembangannya, bisnis MLM di Indonesia tidak berjalan dengan mulus. Hal ini dikarenakan bisnis MLM disalahgunakan oleh pihak atau orang-orang tertentu untuk meraup untung yang sebesar-besarnya. Seperti kasus penipuan atau lebih sering dikenal dengan istilah money game 5 yang berkedok bisnis MLM. Money game awalnya berasal dari Kota New York yakni pada tahun 1919 yang didirikan oleh Charles K. Ponzi (Wuryando 2010: 69). Perusahaan yang didirikan oleh Charles K. Ponzi bernama The Securities and Exchange. Lebih lanjut Wuryando (2010) mengatakan bahwa perusahaan Charles K. Ponzi ini menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan sebesar 50% dalam waktu hanya 3 bulan. Ditambah lagi dengan komisi sebesar 10% bila member berhasil membawa investor baru. Dalam waktu singkat Charles K. Ponzi dengan mudahnya berhasil meraup keuntungan sebesar 15 juta dollar.
4
Saat ini, perusahaan MLM ini lebih dikenal masyarakat Indonesia dengan sebutan CNI. Wuryando memberikan sebuah contoh pendukung untuk memberikan kita pemahan dari cara kerja money game yang berkedok MLM. Seorang mengeluarkan uang Rp. 100.000,- dan mendapat produk senilai Rp. 10.000,- atau tidak mendapatkan produk sama sekali tetapi hanya mendapatkan kartu anggota saja. Seseorang akan mendapatkan produk setelah mencapai jumlah downline tertentu misalnya 200:200. Uang pendaftaran tidak realistis sebab uang pendaftaran itu yang digunakan untuk membayar bonus-bonus (Wuryando 2010: 72). 5
Universitas Sumatera Utara
Kembali pada masalah money game yang berkedok bisnis MLM. Di Indonesia, kasus praktek money game yang berkedok bisnis MLM telah banyak terjadi. Terdapat 21 perusahaan yang melakukan praktek money game di antaranya seperti; kasus Yayasan Kesejahteraan Adil Makmur (YKAM) pada tahun 1987; kasus PT. BMA (Bayumas Mulya Abadi) dan Higam Net pada tahun 1999; kasus Yayasan Amal Muslim Indonesia (YAMI) dari Surabaya dalam program naik haji murah dengan sistem Piramida pada tahun 2000; kasus PT. Cita Hidayat Komunikaputra (CHK) yang didirikan pada tahun 1998 di Bandung oleh Dedi Hanurawan dengan berkedok MLM melalui produk BBM, Oli, dan SPBU dengan dalih penanam modal; kasus Bisnis Voucher Pulsa Handphone yang berlangsung pada tahun 2004 dengan berkedok MLM karena produk voucher hanya fiktif belaka; kasus PT. Gee Cosmos Indonesia (GCI) yang dipimpin Amran Madanatja dengan sistem money game yang berkedok MLM pada tahun 2002 dan beberapa kasus money game lainnya (Wuryando 2010: 81-83). Itulah beberapa praktek money game yang sempat beroperasi di masyarakat Indonesia. Praktek money game tersebut mengadopsi sistem kerja MLM, sehingga terlihat seperti perusahaan MLM. Ditambah dengan iming-iming memproleh keuntungan dalam waktu singkat membuat masyarakat tertarik untuk mengikutinya 6. Lebih lanjut Tuti Nonka mengatakan bahwa iming-iming yang selalu diberikan oleh perekrut anggota jaringan MLM adalah bahwa orang yang 6
Lebih lanjut Menejemen Melia Nature mengatakan bahwa sering kali pelaku bisnis MLM memberikan Janji dan iming-iming kemewahan yang ditawarkan oleh perusahaan dan pelaku bisnis MLM pada tahap awal kepada calon member dan member yang baru bergabung, dimana seolah-olah semua kemewahan tersebut akan dapat diperoleh dalam waktu yang singkat tanpa melalui proses yang membutuhkan modal waktu serta modal uang yang cukup besar untuk membiayai operasional dalam rangka membangun jaringan. http://www.melianature.com/my/Company/welcome.htm
Universitas Sumatera Utara
menjalankan bisnis MLM dan sudah menduduki jajaran top management (up line) akan bisa pensiun dalam usia muda, dan tinggal ongkang-ongkang menikmati uang
yang
terus
mengalir
masuk
dari
para
downline
(http://tutinonka.wordpress.com/2011/05/05/bisnis-mlm/). Kasus-kasus tersebut pada akhirnya membuat citra MLM menjadi buruk di mata masyarakat. Sebahagian masyarakat tidak lagi percaya terhadap perusahaan MLM bahkan masyarakat sudah memandang apriori terhadap MLM. Masyarakat melihat bahwa MLM merupakan bisnis bohongan ataupun bisnis yang kerjanya membohongi orang-orang agar mau bergabung dalam perusahaan MLM. Fitzpatrick (Santoso, 2003:126-133) menambahkan beberapa poin mengenai hal kebohongan yang selalu ditawarkan oleh pelaku bisnis MLM. 1. MLM adalah bisnis yang menawarkan kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan banyak uang dibandingkan dengan bisnis lain maupun pekerjaan lain. 2. Network marketing adalah cara baru yang paling populer dan efektif untuk membawa produk ke pasar. Konsumen menyukai membeli produk dengan cara door-to-door. 3. Di suatu saat kelak, semua produk akan dijual dengan model MLM. Para pengecer, mall, katalog, dan sebagian besar pengiklanan akan mati karena MLM. 4. MLM adalah gaya hidup baru yang menawarkan kebahagiaan dan kepuasan. MLM merupakan cara untuk mendapatkan segala kebaikan dalam hidup.
Universitas Sumatera Utara
5. Sukses dalam MLM itu mudah. Teman dan saudara adalah prospek. Mereka yang mencintai dan mendukung anda akan menjadi konsumen anda seumur hidup. 6. Anda dapat melakukan MLM di waktu luang. Sebagai sebuah bisnis, MLM menawarkan fleksibilitas dan kebebasan mengatur waktu. Beberapa jam seminggu dapat menghasilkan tambahan pendapatan yang besar dan dapat berkembang menjadi sangat besar sehingga kita tidak perlu lagi bekerja yang lain. 7. MLM merupakan pilihan terbaik untuk memiliki bisnis sendiri dan mendapatkan kemandirian ekonomi yang nyata. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bisnis MLM tidak membuat pelaku bisnis MLM berhenti beroperasi di Indonesia. Hal ini terbukti masih adanya pelaku bisnis MLM yang masih tetap bertahan hingga sekarang. Beberapa diantaranya seperti Tupperware Indonesia, Sophie Martin, Capriasi Multi Nasional Sejahtera, Flexterkita, Orifleme, dan masih banyak lagi pelaku bisnis MLM lainnya. Semua bisnisMLM tersebut bergerak diberbagai bidang produk seperti produk kecantikan (Orifleme), obat dan makan sehat (CNI), pulsa(Flexterkita), aksesoris (Capriasi Multi Nasional Sejahtera), dan yang lainnya (http://www.apli.or.id/list_anggota.php?page=1). Saat ini pelaku bisnis MLM yang bergerak dibidang obat dan makanan herbal cukup banyak seperti Tara, Herbalife, Tianshi, K-Link, Wootekh, CNI,
Universitas Sumatera Utara
Amway,
dan
masih
banyak
(http://www.apli.or.id/list_anggota.php?page=1).
Demikian
lainnya 7
yang juga
Melia
Nature
merupakan salah satu bisnis MLM yang bergerak di bidang obat dan makanan herbal. Saat ini banyak para pelaku bisnis MLM yang telah meninggalkan pekerjaannya dan menekuni bisnis MLM. Seperti; Robert Angkasa yang menjalankan bisnis Amway sepenuh waktu dan meninggalkan karier bagusnya di Citibank;
Romauli
Simatupang
(mitra
Johanes
Simatupang)
memilih
meninggalkan kariernya gemilangnya dari IBM (USI Jaya) dan memilih menjalankan bisnis Amway; Agung Handaya memilih menjalankan CNI dan meninggalkan jabatannya sebagai dosen dan anggota dekan Fakultas Teknik di Universitas Trisakti (Harefa 2001). Demikian halnya pada pelaku bisnis MLM di Melia Nature. Beberapa dari anggotanya juga lebih memilih meninggalkan pekerjaan mereka dan menekuni bisnis MLM Melia Nature sepenuh waktu. Padahal posisi jabatan yang mereka tinggalkan merupakan posisi yang diimpikan banyak orang di Indonesia. Lebih lanjut Harefa mengatakan orang lebih bangga bila bekerja sebagai pegawai negeri atau karyawan swasta di perusahaanperusuhaan terkemuka seperti Citibank, IBM, Astra, dan lain sebagainya. Jika dilihat kebiasaan MLM yang ada di Indonesia, pada umumnya bisnis MLM memiliki jenjang peringkat 8 tertentu. Member akan berusaha melewati
7
Daftar perusahaan yang bergabung di APLI khusunya yang bergerak dalam pemasaran produk obat dan makan herbal. 8 Dalam artikelnya mengenai jenjang peringkat di MLM Surachmat memaparkan beberapa jumlah peringkat yang dimiliki oleh perusahaan MLM yakni antara lain. Tianshi memiliki 18 jenjang peringkat. DXN memiliki 14 jenjang peringkat. Elken memiliki 14 jenjang
Universitas Sumatera Utara
setiap jenjang peringkat yang ada, sehingga setiap member memiliki posisi atau peringkat yang berbeda-beda dalam bisnis tersebut. Lebih lanjut Harefa (2001:9293) memberikan uraian sebagai berikut:
“Menjadi distributor MLM yang mencapai posisi puncak juga merupakan suatu kebanggaan... Siapa bilang menjadi Diamond Distributor itu mudah. Sulit bukan kepalang... Orang yang berhasil mencapai peringkat Diamond juga langka, tidak banyak jumlahnya di Indonesia (bahkan dunia)... penghasilan sebagai Diamond Distributor juga memungkinkan orang memiliki dan membeli barang-barang mewah dan mahal... dan minat orang untuk mencapai peringkat puncak itu juga bukan main.”
Para pelaku bisnis MLM selalu berusaha untuk mencapai jenjang peringkat tertinggi dari bisnis MLM yang dijalaninya. Hal inilah yang membuat member tetap menggeluti bisnis MLM. Namun jika dilihat kembali pada PT. Melia Nature Indonesia hal ini tidak kita dapatkan. Dengan kata lain di PT. Melia Nature Indonesia tidak mengenal sistem jenjang peringkat. Para pelaku bisnis MLM yang bergabung di Melia Nature memiliki posisi yang sama dengan yang lainnya. Berbeda dengan bisnis MLM lainnya yang selalu menggunakan sistem jenjang peringkat. MLM yang bergerak di bidang produk kesehatan umumnya memiliki produk yang sangat banyak yakni lebih dari 2 (dua) produk kesehatan. Apabila kita melihat PT.Melia Nature Indonesia, hanya memiliki 2 (dua) jenis produk yaitu melia propolis dan melai biyang. Hal ini juga yang membedakan MLM Melia Nature Indonesia dengan dengan MLM sejenis di pasaran yang khususnya
peringkat dan masih banyak yang lainnya (http://serbaserbimlm.blogspot.com/2010/04/jenjangperingkat-di-mlm.html).
Universitas Sumatera Utara
bergerak di dalam produk kesehatan. MLM sejenis dipasaran umumnya memiliki produk yang lebih dari 2 (dua) jenis. Berdasarkan keseluruhan uraian tersebut, maka pentinglah kiranya mengkaji tentang strategi member dalam memanfaatkan relasinya, strategi member dalam membangun dan mengembangkan bisnis pemasaran jaringan yang ditekuninya. Hal tersebut dapat mengungkap hal-hal yang membuat member berani meninggalkan pekerjaan awalnya, sampai akhirnya memutuskan menekuni bisnis pemasaran jaringan. Selain itu juga akan mengungkap faktor-faktor yang membuat member tetap bertahan menekuni bisnis pemasaran di PT. Melia Nature Indonesia. Mengungkap strategi yang dilakukan member dalam menghadapi MLM sejenis di pasaran. Strategi member dalam memanfaatkan relasi dan strategi member dalam membangun dan mengembangkan bisnis jaringan Melia Nature Idonesia.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan dari latar belakang keseluruhan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi member PT. Melia Nature Indonesia memanfaatkan relasinya dan strategi member dalam mengembangkan bisnis pemasaran jaringan Melia Nature. Rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam 3 (tiga) pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Faktor apa saja yang membuat member PT. Melia Nature Indonesia berani melepaskan pekerjaan awalnya hingga akhirnya memilih menekuni bisnis pemasaran jaringan ?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana strategi member PT. Melia Nature Indonesia dalam memanfaatkan relasi untuk meningkatkan bisnis pemasaran jaringannya ? 3. Bagaimana Strategi member untuk membangun dan mengembangkan bisnis pemasaran jaringannya di PT. Melia Nature Indonesia?
1.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di salah satu Stocist 9 di Kota Medan yaitu stocist Medan Setia Budi. Stocist Medan Setia Budi beralamat di Jl. Ring Road Setia Budi No 2 Tanjungsari-Medan 20132. Stocist ini dipilih peneliti menjadi tempat penelitiannya karena merupakan salah satu stokist yang paling banyak membernya di Kota Medan. Stokist ini merupakan milik dari group Platinum PT. Melia Nature Indonesia.
1.4. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan srategi member dalam pemanfaatan relasi yang dimiliki member dalam mengembangkan bisnis pemasaran jaringan yang ditekuninya. Strategi yang digunakan member dalam membangun dan mengembangkan bisnis pemasaran jaringannya
di
PT.
Melia
Nature
Indonesia.
Strategi
member
dalam
mempertahankan perkembangan jaringan bisnis yang ditekuninya. Mengetahui faktor-faktor yang membuat member berani meninggalkan pekerjaan awalnya hingga akhirnya menekuni bisnis pemasaran jaringan. 9
Stocist adalah kantor cabang PT. Melia Nature yang di bentuk sendiri oleh membernya untuk memudahkan downline di bawahnya bila melakukan pertemuan, sharing, dan membeli produk.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat Penelitian Secara akademis, penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan mengenai bisnis pemasaran jaringan. Menambah literatur mengenai kajian bisnis dalam Antropologi. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam bisnis pemasaran jaringan, khususnya mengenai strategi yang dilakukan member dalam membangun dan mengembangkan bisnis pemasaran jaringan.Serta strategi member untuk mempertahankan perkembangan bisnis jaringan yang ditekuninya.
1.6. Tinjauan Pustaka Hingga kini Multi Level Marketing (MLM) atau pemasaran jaringan (network marketing) masih tetap berkembang di masyarakat Indonesia terbukti dengan menjamurnya bisnis MLM di masyarakat. Kehadiran bisnis MLM ini tentu dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai harapan dan cita-cita untuk dapat hidup layak. Secara normal dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada gangguan ekonomi (Sinaga, 2005:12). Konsep Multi Level Marekting (MLM) dalam masyarakat cukup beragam tergantung pada cara kerja masing-masing bisnis MLM itu sendiri. Clothier (1994:33) merumuskan kosep dasar MLM yakni suatu cara atau metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas yang memperkenalkan pada distributor berikutnya. Lebih lanjut Tampubolon (2007:21) mendefenisikan MLM (network marketing)
Universitas Sumatera Utara
atau pemasaran jaringan adalah menjual berbagai produk melalui sebuah jaringan distributor yang pada giliran berikutnya akan juga merekrut distributor lainnya untuk turut menjual produk kepada konsumen akhir. Konsep Multi Level Marekting (MLM) yang dimaksut dalam penelitian ini adalah sesuai dengan pendapat Clothier di atas yakni MLM ialah metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor. Alasan menggunakan konsep tersebut, karena pelaku bisnis MLM di PT. Melia Nature juga menggunakan jaringan dalam memperkenalkan produk dan bisnisnya. Dalam bisnis MLM, setiap member berusaha untuk mengembangkan jaringan bisnisnya masing-masing. Hal ini dilakukan kerena membangun jaringan merupakan cara untuk memperoleh penghasilan besar dalam MLM (Clothier 1994:39). Senada dengan hal tersebut Firth (Sairin 2002:94) melihat bahwa aktivitas ekonomi sangat tergantung dari peran individu-individu dalam satu jaringan ekonomi. Hal inilah yang membuat pelaku bisnis MLM senantiasa memperbesar jaringan bisnisnya. Dalam konteks bisnis, Orru (Gary, 1996: 272) melihat bahwa penyebab muculnya jaringan adalah dipengaruhi oleh faktor yang saling berkaitan, yaitu: 1. Faktor kelembagaan, yaitu mengacu pada interaksi-interaksi rutin yang dibentuk secara sosial yang memudahkan pembentukan jaringan. 2. Faktor teknis, yaitu mengacu pada tekanan-tekanan lingkungan untuk mempertahankan bisnis yang membentuk solusi dalam bentuk jaringan.
Universitas Sumatera Utara
Suatu jaringan kerja dapat didefinisikan sebagai bentuk hubungan antar individu yang melampaui batas-batas geografis desa atau garis keturunan. Seorang individu dapat dianggap keluarga kerena adanya kedekatan jarak geografis dan hubungan sosial, misalnya dengan sahabat. Sebaliknya seorang kerabat dekat bisa saja dianggab jauh karena terpisah secara geografis untuk jangka waktu yang lama, atau kerena adanya konflik dan sikap permusuhan di antara mereka. kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi ini adalah hubungan tercipta untuk suatu tujuan tertentu (Sjahrir, 1995:14) Setiap individu dalam suatu jaringan umumnya membangun sebuah hubungan atau relasi dengan sesamanya. Ahimsa-Putra (Sarmini, 2003: 358-361) membagi relasi ke dalam tiga bagian. Pertama, relasi biasa, yakni hubungan kenalan biasa antar individu dimana jika mereka bertemu mereka hanya akan bertegur sapa seadanya dan tidak dilanjutkan degan pembicaraan mengenai usaha mereka. Dalam hal ini, mereka saling mengetahui bahwa mereka menekuni usaha yang sama namun mereka tidak bekerjasama dalam usaha tersebut. Kedua, relasi patron-klien, yakni hubungan antar dua orang yang berbeda status sosialekonominya dimana yang satu bertindak sebagai patron dan yang satu sebagai klien 10. Ketiga, relasi persahabatan, yakni relasi yang menyerupai hubungan kekerabatan. Ketiga relasi di atas tersebut kemudian dimanfaatkan oleh individuindividu. Sampai pada akhirnya tercipta sebuah kekuatan relasi antara masingmasing individu. Kekuatan relasi tersebut, pada akhirnya akan dipergunakan oleh 10
Lebih Lanjut Heddy Shri Ahimsa-Putra (Sarmini, 2003: 358) menjelaskan bahwa pihak yang lebih tinggi kedudukan sosial ekonominya (patron) menggunakan pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan perlidungan atau keuntungan atau keduanya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya (Klien) yang pada giliriannya membalas pemberian tersebut dengan memberikan dukungan umum dan bantuan, termasuk jasa pribadi, kepada patron.
Universitas Sumatera Utara
seseorang dalam menjalani kehidupun (Damsar, 2009:163). Dalam konteks MLM, kekuatan relasi tersebut akan dimanfaatkan untuk mengembangkan jaringan bisnis. Penjualan barang secara MLM merupakan cara yang efektif untuk memperkenalkan produk kepada konsumen tanpa harus berikklan dan berpormosi di media cetak dan elektronik. Anggaran yang dikeluarkan juga relatif lebih sedikit jika dibandingkan harus berikklan dan melakukan promosi di media cetak dan elektronik. Sistem penjualan langsung ini pada hakekatnya telah memangkas jalur distribusi 11 dalam sistem penjulan konvensional, sehingga berbagai bentuk biaya operasional seperti pendistribusian dan promosi dialihkan kepada member dalam bentuk bonus. Selain mendapatkan bonus, bisnis pemasaran jaringan juga memberikan manfaat lain kepada para pelaku bisnis pemasaran jaringan tersebut. Clothier (1996:12) mengatakan bahwa bisnis pemasaran jaringan tidak hanya keuntungan materi saja yang diperoleh, melainkan juga masih banyak manfaat non materi yang dapat diperoleh. Misalnya persahabatan yang terjalin, pengembangan pribadi dan peluang untuk membantu orang lain. Yarnell dan Rene Reid Yarnell (2002: 107) melihat bahwa bisnis pemasaran jaringan merupakan salah satu bisnis besar yang menawarkan potensi pendapatan yang besar, jumlah waktu luang yang sangat banyak, perjalanan, kekuasaan, dan prestise. Lebih lanjut Kiyosaki (2005) 11
Dalam kajian Antropologi Ekonomi, Cook (Sairin dkk, 2002:41) mendefinisikan distribusi sebagai suatu konsep yang berhubungan dengan aspek-aspek tentang pemberian imbalan yang diberikan kepada individu-individu atau pihak-pihak yang telah mengorbankan faktor-faktor produksi yang mereka miliki untuk proses produksi. Hal ini mengandung arti bahwa dalam distribusi, proses pemindahan barang dan jasa terjadi dalam unit produksi (lembaga produksi), dan terjadi antara lembaga produksi degan individu yang menjadi anggota maupun antar individuindividu tersebut.
Universitas Sumatera Utara
mengatakan ada beberapa nilai yang diberikan oleh bisnis pemasaran jaringan (network marketing) selain uang, yakni: 1. Pendidikan bisnis yang mengubah hidup. 2. Nilai berinvestasi dalam investasi yang sama dengan orang kaya. 3. Nilai kepemimpinan. 4. Nilai menghidupkan impian. 5. Nilai berpindah kuadran 12. Saat ini bisnis pemasaran jaringan memberikan peluang bagi setiap orang untuk dapat berpindah kuadran dari kuadran kiri ke kuadran kanan (Kiyosaki, 2005:36). Orang-orang mulai membentuk jaringan untuk memperoleh penghasilan yakni dengan memasuki bisnis pemasaran jaringan. Bagi sebahagian besar masyarakat melihat bahwa bisnis pemasaran jaringan dapat memberikan peluang untuk memperoleh penghasilan tambahan ekonomi mereka dengan cara memulai menekuni bisnis pemasaran jaringan (Sinaga, 2005:8). Sebahagian besar hal ini dilakukan tanpa meninggalkan pekerjaan atau bisnis lama mereka 13. Hal ini
12
Robert T. Kiyosaki (2006) membagi wilayah kerja manusia menjadi empat kuadran yaitu sebelah kiri ada kuadran E (employe) dan kuadran S (self employe). Sebelah kanan ada kuadran I (investor) dan kuadran B (bussines owner). Di kuadran E (employ) yaitu wilayah yang mencakup orang-orang yang bekerja dengan orang lain atau dengan instansi lain misalnya kariawan. Sedangkan di kuadran S (self employe) yaitu orang-orang yang bekerja sendiri ataupun orang profesional seperti dokter, pengaca. Selain itu para pengusaha kecil (small business owner) juga masuk dalam kuadran S seperti pemilik restoran. Sedangkan kuadran B (buseniss owner) yaitu para pemilik usaha dan pemilik bisnis. Sedangkan kuadran I (investor) yaitu wilayah orangorang yang memiliki modal yang cukup besar sehingga mampu membeli saham perusahaan lain seperti Mac Donal, Friend Chicken, dan lain-lain. Robert T. Kiyosaki melihat bahwa bisnis pemasaran jaringan berada dalam kuadran B (buseniss owner). Hal ini dapat dilihat dari cara kerjanya dimana kuadran kanan (kuadran B dan kuadaran I) bekerja membentuk jaringan untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan kuadran kiri (kuadran E dan kuadran S) bekerja secara individu untuk memperoleh penghasilan. 13 Royan (2001: 24) mengatakan bahwa bisnis MLM menjadi tempat ajang orang melakukan pekerjaan sambilannya. Seorang pelaku bisnis MLM tidak dituntut untuk mengikuti aturan jam bekerja seperti orang kantoran, karena waktunya yang fleksibel.
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu bentuk gambaran perilaku atau fenomena ekonomi yang telah terjadi di masyarakat. Lebih lanjut Wiranata (2002:22) melihat bahwa perilaku ataupun fenomena ekonomi suatu masyarakat tidak terlepas dari bagaimana sikap dasar suatu masyarakat, struktur suatu masyarakat, cara berpikir,cara pandang, dan sebagainya. Ditambah lagi, Maggio (Nursyirwan, 1997:289) memperjelas bahwa jika kebudayaan digunakan secara serius di dalam memahami fenomena ekonomi, nantinya tidak hanya akan memperkaya pemahaman interpretative tentang fenomena itu, tetapi juga akan membantu menjelaskan hal tersebut dengan lebih baik. Spreadly (1997) mendefinisikan kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasi dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Dari defenisi tersebut, dapat dikembangkan bahwa menurut Thomasita (Sinaga, 2005) kebudayaan terdiri dari:
1.
2.
3.
Kategori-kategori yang digunakan manusia untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan pengalamannya, aturan-aturan yang dipelajari manusia untuk tindakan-tindakannya yang tepat selanjutnya. Peta pengetahuan (kognitif) yang memungkinkan manusia untuk menginterpretasikan tindakannya dan peristiwa-peristiwa yang dihadapinya selanjutnya. Rencana-rencana manusia untuk mengatur tindakan untuk mencapai suatu tujuan.
Para member juga senantiasa menyusun strategi dalam menjalankan bisnis pemasaran jaringan. Strategi-strategi yang disusun kemudian akan digunakan untuk menginterpretasi dunia sekelilingnya dalam hal ini yaitu bisnis pemasaran
Universitas Sumatera Utara
jaringan. Strategi-strategi yang digunakan member umumnya juga diperoleh melalui proses belajar. Lebih lanjut Spreadly (1997) mengungkapkan bahwa tugas seorang peneliti adalah mempelajari dan mengungkapkan pengetahuan member dalam hal ini yaitu untuk mempelajari pengetahuan member yang berkenaan dengan strategi-strategi yang dilakukan member dalam menjalankan bisnis pemasaran jaringan.
1.7. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bertipe deskriptif 14. Penelitian ini berusaha menjelaskan tentang strategi pemanfaatan relasi yang dilakukan para member PT. Melia Nature Indonesia dan strategi member dalam membangun dan mengembangkan bisnis pemasaran jaringannya di Kota Medan.
1.7.1. Teknik Pengumpulan Data Data dikelompokkan ke dalam dua bagian yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel dan sumber kepustakaan lainnya. Data perimer merupakan data utama yang diperoleh melalui teknik observasi partisipasi dan wawancara.
14
Bogdan Taylor (Moleong, 2005:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Universitas Sumatera Utara
a. Obrservasi Obrservasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah obrservasi partisipasi 15. Observasi dilakukan di tempat penelitian berlangsung yakni di Stokist Jl. Ring Road Setia Budi No 2 Tanjungsari-Medan 20132. Observasi ini bertujuan, antara lain: (1) mengamati aktivitas member pada saat melakukan pendaftaran menjadi member serta melihat tingkah laku yang mereka buat saat proses pendaftaran; (2) mengamati kegiatan-kegiatan saat dilaksanakannya seminar tentang produk, bisnis jaringan, dan bonus serta mengamati membar saat mengadakan diskusi atau table sharing; (3) mengamati dan merasakan bentuk ekspresi member saat melakukan tanya jawab dengan member; (4) mengamati fasilitas-fasilitas apa saja yang digunakan member dalam aktivitas merekrut member baru. Observasi akan dilakukan kurang lebih satu minggu sebelum penelitian dilaksanakan dan hal ini akan terus dilanjutkan pada saat penelitian sampai seluruh data yang diperlukan terkumpul. Hasil observasi ditungakan ke dalam bentuk catatan lapangan atau field work. Hal ini memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang telah didapatkan dari lapangan.
15
Observasi berpartisipasi dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sesuatu gejala dalam kedudukannya sebagai orang yang terlibat dalam kegiatan sosial dari orang-orang atau masyarakat yang ditelitinya. Dengan kata lain peneliti berpartisipasi dengan kegiatan-kegiatan yang diamati oleh peneliti. Si peneliti mengamati dan mencoba memahami yang diamatinya tersebut dengan menggunakan kaca mata orang-orang yang ditelitinya ’emic view’ (Lubis, 2007. Artikel mengenai Modal Pelatihan Metode Kualitatif).
Universitas Sumatera Utara
b. Wawancara Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (deep interview) 16. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat dan mendalam. Saat melakukan wawancara peneliti juga menggunakan pedoman wawancara atau interview guide. Pedoman wawancara ini sangat diperlukan sebagai poin-poin pertanyaan penting yang diajukan di lapangan. Poin-poin pertanyaan penting tersebut selanjutnya akan berkembang ke dalam beberapa pertanyaan, yakni sesuai dengan keadaan di lapangan. Peneliti ini juga menggunakan alat bantu seperti alat perekam atau tape rekorder. Peneliti menyadari bahwa peneliti juga punya keterbatasan sehingga alat perekam ini nantinya membantu peneliti untuk merekam segala informasi saat wawancara berlangsung. Semua hasil wawancara mendalam dengan informan dapat terhimpun tanpa ada yang tertinggal. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan . Adapun nantinya yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini ialah para member PT. Melia Nature Indonesia. Memenuhi kriteria sebagai berikut; sudah mengetahui perhitungan bonus dan telah menguasai produk, member telah menguasai cara kerja bisnis pemasaran jaringan yang ada dalam PT. Melia Nature Indonesia, sudah menekuni bisnis pemasaran jaringan secara penuh dan sudah meninggalkan pekerjaan awalnya. 16
Wawancara Mendalam (depth Interview) biasanya dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) sebagai panduan yaitu, berisi seperangkat pertanyaan terbuka sesuai dengan aspek-aspek yang ingin didapatkan informasinya (Lubis, 2007. Artikel mengenai Modal Pelatihan Metode Kualitatif).
Universitas Sumatera Utara
Wawancara mendalam dilakukan kepada informan untuk memperoleh informasi tentang; 1) sejarah berdirinya PT. Melia Nature Indonesia; 2) produk kesehatan apa saja yang dipasarkan serta siapa yang memproduksi produk kesehatan tersebut ditambah bagaimana mereka memasarkan produk tersebut; 3) apa yang menjadi alasan seseorang untuk bergabung di PT. Melia Nature Indonesia serta bagaimana syarat-syarat untuk bergabung di PT. Melia Nature Indonesia; 4) bonus-bonus apa saja yang akan mereka terima ketika menjalankan bisnis pemasaran jaringan; 5) syarat-syarat apa yang harus dipenuhi untuk mendapatkan bonus; 6) bagaimana mereka memanfaatkan relasi yang telah mereka miliki untuk mengembangkan bisnis pemasaran jaringan yang mereka tekuni; 7) bagaimana strategi mereka untuk merekrut calon anggota baru; 8) bagaimana strategi mereka untuk menghadapi para pelaku bisnis MLM lain yang ada di lapangan; 9) bagaimana mereka memotivasi para downline-downline mereka agar tetap mengerjakan bisnis pemasran jaringan; 10) bagaimana strategi yang mereka lakukan dalam membangun bisnis jaringan MLM Melia Nature Indonesia; 11) bagaimana strategi mereka untuk mempertahankan jaringan bisnis mereka agar tetap berjalan dan memberikan hasil; 12) training apa saja yang mereka ikuti dari bisnis MLM Melia Nature Indonesia; 13) kendala-kendala yang terjadi saat menawarkan produk dan bisnis di lapangan; 14) kendala-kendala yang dialami saat melakukan prospek; 15) masalah-masalah yang dihadapi dalam membangun jaringan bersama downline; 16) bagaimana member menjalin hubungan dengan upline, dan crossline.
Universitas Sumatera Utara
1.8. Analisis Data Dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan analisis data interpretatif kualitatif, yakni menganalisis tentang pemanfaatan relasi dalam pengembangan bisnis pemasaran jaringan. Analisis data akan dilakukan dengan cara mengklasifikasikan data-data yang diperoleh dari lapangan ke dalam tema-tema, ketegori-ketegori. Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi akan dilakukan pengecekan ulang atau check and recheck. Keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan kemudian akan diolah secara sistematis, sehingga nantinya akan ditemukan tema dan merumuskan hipotesa kerja. Kemudian akan diuraikan ke dalam bagian-bagian sub judul pada bab sesuai dengan temanya masing-masing. Dengan ini diharapkan nantinya dapat ditemukan sebuah konsep dan sebuah kesimpulan yang dapat menjawab permasalahan yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara