BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah konsumen rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang terjual dan dibeli konsumen akan dipakai dan dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kembali (Godam, 2008). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari hari bagi manusia. Dewasa ini banyak ditemukan produk konsumen yang mengandung bahan toksik. Bahan toksik adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Meningkatnya penggunaan senyawa kimia berbahaya pada produk konsumen mengakibatkan gangguan kesehatan dan merusak lingkungan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sucofindo beberapa negara Eropa dan Amerika telah memberlakukan peraturan perundangan yang mengatur batasan jumlah senyawa kimia berbahaya yang terkandung dalam produk konsumen. Produk konsumen tersebut terdiri sari sepatu, alas kaki, pakaian jadi, barang elektronika, dan produk mainan. (Sucofindo, 2013). Salah satu bahan kimia yang terdapat pada produk konsumen adalah logam berat. Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S, dan bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7
1 Universitas Sumatera Utara
2
(Purnama, 2009). Salah satu unsur logam berat yang banyak terdapat didalam produk konsumen adalah timbal (Pb). Timbal atau plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 328 oC (6620F), titik didih 1.740 oC (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20 (Widowati, 2008). Timbal bisa masuk dalam lingkungan dan tubuh manusia dari berbagai macam sumber seperti bensin (petrol), daur ulang atau pembuangan baterai mobil, mainan, cat, pipa, tanah, beberapa jenis kosmetik dan obat tradisional dan berbagai sumber lainnya (WHO, 2007). Tahun 2004 Komisi Keamanan Produk konsumen Amerika (The U.S. Consumer Product Safety Commision/CPSC) telah menarik 150 juta produk mainan (berupa perhiasan seperti kalung, gelang atau cincin) yang diduga mengandung Pb. (Shnews, 2007). Pada tahun 2007 Hasil tes dari Sucofindo atas mainan, menemukan bahwa mainan impor China memang berbahaya karena mengandung timbal di atas kadar normal. Dalam laporan yang dikeluarkan Sucofindo bernomor 0250195, diketahui bahwa mainan mobil-mobilan China mengandung timbal hingga 353 miligram per kilogram. Kandungan timbal dalam mainan China itu berarti hampir 4
Universitas Sumatera Utara
3
kali lipat dari ambang batas yang direkomendasikan oleh Badan Standardisasi Mainan Dunia (IN71), sebesar 90 ppm. (Sucofindo, 2013) Pada Tahun 2011 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengumumkan penemuan zat berbahaya yang terdapat dalam mainan edukatif anak yang banyak dijual bebas di Pasar Indonesia, terutama di Ibu Kota Jakarta. Sebanyak 21 mainan yang diperiksa oleh YLKI secara acak dari lima wilayah di Jakarta yang berjumlah 12 tempat penjualan diketahui mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan anak seperti Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Cadmium (Cd) dan Chromium (Cr). Sebanyak 21 mainan yang diuji terdiri dari mainan edukasi berbentuk sempoa, kereta, sejumlah puzzle, balok ukur berwarna, balok rumah-rumahan, rumah hitung kayu serta kotak pos dimana semuanya menggunakan cat pewarna (YLKI, 2012). Mainan edukatif adalah mainan yang melatih kemampuan fisik, merangsang kemampuan berfikir, dan mengajari anak tentang nilai kemanusiaan seperti keikhlasan, berbagi, sikap sabar dan kesadaran akan pentingnya kerja sama (Effiana, 2009). Namun mainan edukatif tidak selamanya aman digunakan karena terdapat timbal (Pb) pada mainan edukatif tersebut. Mainan edukatif paling sering digunakan oleh balita karena bermain menggunakan mainan edukatif dapat dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan balita. Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Timbal (Pb) dapat berasal dari zat warna yang digunakan dan bahan baku pada proses pembuatan mainan (Sanusi et al., 2007). Timbal dapat lepas sebagai debu pada permukaan produk mainan selama mainan digunakan secara normal apalagi bila
Universitas Sumatera Utara
4
terjadi penyinaran atau pamanasan terutama terkena sinar matahari. Komisi Keamanan Produk Konsumen Amerika telah melakukan penelitian dimana penyinaran dan pemanasan membebaskan debu timbal. Pada produk mainan timbal dapat lepas selama mainan digunakan dengan normal (Shnews, 2004). Balita adalah yang paling berisko terpapar timbal melalui mainan edukatif. Hal ini dikarenakan kebiasaan balita yang sering memasukkan tangan, mainan dan segala sesuatu kedalam mulutnya, kemudian intensitas bermainnya lebih tinggi dibandingkan anak- anak yang berusia lima tahun keatas (Lubis et al., 2013). Timbal akan lebih mudah diserap oleh tubuh pada masa perkembangan, pada anak-anak. Jumlah timbal yang diserap mencapai 50% dibandingkan orang dewasa yang hanya dapat menyerap sekitar 35% (Lubis et al., 2013), selain itu otak serta sistem saraf anak-anak lebih sensitif terhadap kerusakan akibat timbal, sehingga pada tingkat yang rendah sekalipun dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan (IQ), ketidakmampuan belajar (kesulitan belajar), hiperaktifitas dan agresif sehingga menimbulkan masalah sosial dan lingkungan. Selain itu timbal juga menyebabkan gangguan pertumbuhan, gangguan pada pendengaran, dana kerusakan ginjal. Pada tingkat keracunan yang tinggi, menyebabkan kematian. Mainan edukatif balita banyak digunakan pada Taman Kanak-Kanak untuk membantu murid belajar, khususnya di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai yang menggunakan mainan edukatif setiap hari. Pengetahuan orang tua dan guru mengenai Timbal juga sangat diperlukan terutama dalam menentukan mainan dan mengawasi cara bermain anak.
Universitas Sumatera Utara
5
Berdasarkan uraian masalah pada Latar Belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Analisis kandungan Timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014”. 1.2 Perumusan Masalah Pencemaran logam berat semakin banyak pada produk konsumen, termasuk mainan edukatif yang mengandung bahan kimia seperti timbal (Pb) yang akan memberikan dampak negatif bagi balita. Orang tua dan guru berperan penting dalam menentukan mainan dan mengawasi cara bermain anak. Maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat kandungan timbal (Pb) dan bagaimana tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014. 1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1
Tujuan Umum Mengetahui kandungan Timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan
guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai Tahun 2014. 1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui ada atau tidaknya kandungan Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai. 2. Mengetahui jumlah kandungan Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai disesuaikan dengan SNI ISO 8124-3: 2010
Universitas Sumatera Utara
6
3. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai. 4. Mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang Timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-kanak Kecamatan Medan Denai. 1.4 Manfaat Penelitiaan 1.
Bagi Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk pengayaan literatur tentang kandungan timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai.
2.
Bagi masyarakat Kota Medan dan khususnya masyarakat di kecamatan Medan Denai sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita.
3.
Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagi peneliti lainnya mengenai kandungan timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai.
4.
Untuk peneliti sendiri agar menambah wawasan dan dapat menemukan dan memecahkan permasalahan tentang timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang timbal (Pb) pada mainan edukatif balita.
Universitas Sumatera Utara