BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tumbuhan Benalu Kopi MenurutBPOM, RI (2010), tanaman benalu berupa terna, parasit obligat
dengan
batang
menggantung
dan
kayu
berbintik-bintik
coklat.
Akarmenempelpada pohon inang, berfungsi sebagai penghisap, berwarna kuning kecoklatan.Daun tunggal, ujung agak meruncing,pangkal membulat tepi rata, panjang 5-9 cm, lebar 2-4 cm, permukaanatas hijau, permukaan bawah coklat.Bunga majemuk bentuk payungterdiri dari 4-6 bungadi ruas batang, tangkaipendek, kelopak bentuk kerucut terbalik, panjang kurang lebih 3 mm, benang sari panjang 2-3 mm, kepala putik bentuk tombol,mahkota panjang 1-2 cm, taju mahkota melengkung ke dalam, berwarna merah. Buah kerucut terbalik, panjangkurang lebih 8 mm, berwarna coklat. Biji bulat kecil, berwarna hitam, herba scurrula mengandung senyawa asam lemak: asam oleat, asamlinoleat, asam linolenat, asam oktadeka-8-10-dinoat, asam (Z)-oktade-12-ena-810-dioat dan asam oktadeka-8-10-12-trinoat; kuersitrin,kuersetin, rutin, ikarisid B2, avikulin, (+)-katekin, (-)-epikatekin, (-)-epikatekin-3-O-galat dan (-) epigalokatekin-3-Ogalat (BPOM, RI., 2010). Klasifikasi dari tumbuhan benalu kopi (herba scurrula) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
5 Universitas Sumatera Utara
Ordo
: Santalales
Family
: Loranthaceae
Genus
: Scurrula
Spesies
: Scurrula ferruginea (Jack) Danser Benalu kopi digunakan sebagai pengobatan tradisional, antikanker atau
sitotoksik, vasorelaksan, menurunkan kadar gula darah (Devehat,dkk., 2002; Ameer, dkk.,2009; Dillasamola, dkk., 2015).
2.2
Gel Gel (gellones) merupakan sistem semi padat, gel terdiri atas suspensi yang
dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi oleh suatu cairan (Syamsuni, 2006). Gel mengandung zat aktif dan merupakan dispersi koloid, makromolekul pada sediaan gel disebabkan keseluruhan cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda maka gel ini dikelompokan dalam sistem dua fase(Ansel, 1989). Polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagenan, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semi sintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa dan karbopol (Lachman, dkk., 1994). Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik. Gel hidrofobik umumnya terdiri partikel-partikel anorganik. Apabila ditambahkan kedalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali terjadi interaksi antara dua fase. Berbeda dengan gel hidrofilik, umumnya adalah molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
6 Universitas Sumatera Utara
pendispersi (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan, dan bahan, pengawet (Voight, 1994).
2.3
Bahan Pembuatan Gel
2.3.1
Carbomer Karbomer memiliki sinonim karbomera, karbopol, acypol, polimer asam
akrilat dan asam poliakrilat. Carbomer merupakan serbuk berwarna putih, memiliki bau lemah besifat higroskopis dan asam. Carbomer digunakan sebagai pembentuk gel pada konsentrasi 0,5 – 2,0% (Rowe, dkk., 2009). 2.3.2
Propilen glikol Propilen glikol memiliki sinonim metil glikol, metil etilen glikol. Propilen
glikol berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental dan memiliki rasa yang manis. Propilen glikol umumnya digunakan sebagai desinfektan, humektan, pelarut, penstabil, dan kosolven (Rowe, dkk., 2009). 2.3.3
Metil paraben Berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk ktristal putih, tidak berbau
atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Metil paraben umumnya digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetik. Dalam penggunaanya sering dikombinasikan dengan paraben lain ataupun pengawet lain. Metil paraben (0,18%) dikombinasi dengan propil paraben (0,02%) telah banyak digunakan dalam berbagai formulasi farmasetika parenteral Penggunaan metil paraben dalam sediaan krim ataupun sediaan topikal lainnya adalah sebagai pengawet (anti mikroba). Dalam sediaan topikal biasa digunakan dengan konsentrasi 0,02-0,3%(Rowe, dkk., 2009).
7 Universitas Sumatera Utara
2.4
Kulit Kulit adalah organ tubuh paling besar melapisi seluruh bagian tubuh,
terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia dengan berat 15% dari berat badan (Fitryane, 2011; Wasitaatmadja, 1997). Kulit memiliki fungsi utama sebagai lapisan pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan sel kulit melanin untuk melindungi kulit dari sinar matahari ultraviolet, sebagai peraba, pengaturan suhu tubuh, pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar serta alat pernapasan dan membuat pro-vitamin D menjadi vitamin D dibawah sinar matahari ( Tranggono dan Latifah, 2007; Darmohusodo, 1982). Peran yang begitu penting sudah selayaknya kulit senantiasa dijaga dan dipelihara kesehatannya. Bukan hanya kulit wajah atau bagian yang terbuka, melainkan kulit diseluruh tubuh harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang optimal agar selalu sehat dan tampil indah. Memahami sktruktur dan fungsi kulit dapat menjadi langkah awal dalam keseluruhan rangkaian upaya untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit (Achroni, 2012). 2.4.1
Epidermis Epidermis memiliki jenis sel utama keratinosit yang merupakan hasil
pembelahan sel pada lapisan epidermis yang paling dalam yaitu stratum basale atau lapisan basal yang tumbuh terus ke arah permukaan kulit. Keratinosit mengalami “diferensiasi terminal” untuk membentuk sel lapisan stratum korneum. Selama diferensiasi, filamen keratin pada korneosit mengalami agregasi dimana
8 Universitas Sumatera Utara
proses ini disebut keratinisasi, dan berkas-berkas filamen membentuk suatu jaringan intraseluler kompleks dalammatriks proteinyangmerupakanderivat pada stratum granulosum atau lapisan glanular (Graham, dkk., 2005). Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan yaitu: 1. Stratum korneum Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Permukaan stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam. 2. Stratum jernih (lusidum) Terdapat dibawah stratum korneum merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung elidin, sangat tampak jelas pada telapaktangan dan kaki. 3. Stratum granulosum Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. 4. Stratum spinosum Memiliki sel yang berbentuk kubus seperti berduri. Intinya besar dan oval setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi. 5. Stratum basal Merupakan lapisan terbawah epidermis. Didalam basal juga terdapat selsel melanosit yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit
9 Universitas Sumatera Utara
melalui dendritnya (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.4.2
Dermis Dermis terdiri dari jaringan ikat yang kenyal atau elastis, unsur yang
merupakan serabut 90% terdiri atas serabut kolagen (Darmohusodo,1982). Dermis adalah lapisan yang terletak dibawah epidermis dan merupakan bagian terbesar dari kulit. Gambaran utama dermis berupa anyaman serat-serat yang paling mengikat yang sebagian besar merupakan serat kolagen tetapi sebagian lagi berupa serat elastin. Dermis terdiri dari fibroblas, sel mast dan makrofag. Fibroblas membentuk matriks jaringan ikat pada dermis yang biasanya berdekatan dengan kolagen dan elastin. Dermis mengandung pembuluh darah, limfe, saraf dan reseptor sensoris, di bawah dermis terdapat sebuah lapisan lemak subkutan yang memisahkan kulit dengan otot yang ada di bawahnya (Graham, dkk.,2005).
Gambar 2.1Struktur kulit (Kermany, 2010)
10 Universitas Sumatera Utara
Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian: 1.
Kulit normal Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2.
Kulit berminyak Kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kasar dan lengket.
3.
Kulit kering Kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.
2.5
Sinar Ultraviolet (UV) Sinar tampak yang merupakan bagian energi yang berasal dari matahari.
Ultraviolet salah satu jenis radiasi sinar matahari, sedangkan jenis radiasi lain adalah inframerah (yang memberikan panas) dan cahaya yang terikat. Panjang gelombang yang dimiliki sinar ultraviolet akan mempengaruhi terhadap kerusakan kulit. Semakin panjang gelombang sinar UV, semakin besar dampak kerusakan yang ditimbulkannya pada kulit. Berdasarkan panjang gelombang ada 3 jenis radiasi ultraviolet, yaitu: Sinar UV-A dengan panjang gelombang 320-400 adalah sinar yang banyak mencapai bumi dengan perbandingan 100 kali UV-B segmen sinar ini akan masuk kedalam dermis sehingga menyebabkan kerusakan jaringan dermis dan terjadinya reaksi fotosensitivitas. Sinar UV-B dengan panjang
11 Universitas Sumatera Utara
gelombang 290-320, merupakan sinar matahari yang terkuat mencapai bumi. Kerusan kulit yang ditimbulkan berada dibawah epidermis (Bogenta, 2012). Sinar UV-B tidak dapat menembus kaca. UV-C memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu 200-290 mm sinar radiasi ini menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak, namun mayoritas sinar ini diserap dilapisan ozon atmosfer (Darmawan, 2013).
2.6
Penuaan Proses penuaan adalah proses alami, tetapi kecepatannya berbeda untuk
setiap orang dan akumulasi semua perubahan yang terjadi. Perubahan ini menjadi penyebab atau berkaitan dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit serta proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk melakukan regenerasi dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidakdapat bertahan serta untuk memperbaiki kerusakan yang diderita. (Silalahi, 2006; Darmojo, 1999). Proses penuaan pada kulit dibedakan menjadi dua yaitu proses menua intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik merupakan proses menua yang terjadi sejalan dengan waktu. Proses biologi yang berperan dalam menentukan jumlah multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan kemudian mati. Penuaan ini ditunjukkan dari adanya perubahan struktur dan fungsi, serta metabolik kulit seiring dengan bertambahnya usia. Ekstrinsik merupakan proses menua yang dipengaruhi oleh perubahan ekternal yaitu pajanan matahari berlebih (photoaging), polusi, kebiasaan merokok dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik gambaran akan lebih jelas terlihat pada area banyak terpajan matahari. Selain perubahan yang tidak langsung tampak terdapat beberapa
12 Universitas Sumatera Utara
perubahan yang jelas dipermukaan kulit (perubahan eksternal) yang meliputi keriput, keriput dapat timbul pada seluruh bagian tubuh seperti pada wajah, terutama pada bagian dahi, area sekitar mata serta mulut dan dapat juga timbul pada bagian leher, siku, ketiak, tangan serta kaki (Ardhie, 2011). Lipatan pada kulit umumnya mulai timbul ketika usia sekitar 40 tahun. Area yang paling sering terjadi lipatan adalah pada dagu, kelopak mata, pipi, bagian samping perut. Penyebab dari lipatan ini juga sama dengan penyebab timbulnya keriput yaitu adanya penurunan elastisitas dari dermis dan penurunan kerja dari jaringan adiposa subkutan (Barel, dkk., 2009). Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi kulit yang menurun. Pergantian epidermis membutuhkan 28 hari pada kulit dewasa muda dan bisa meningkat sampai 40-60 hari seiring bertambahnya usia (Barel, dkk., 2009). 2.6.1
Fungsi dan manfaat anti-aging Beberapa fungsi dan manfaat dari produk anti-aging yaitu menyuplai
antioksidan bagi jaringan kulit, menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit, menjaga kelembaban dan elastisitas kulit, merangsang produksi kolagen.Manfaat anti-agingmencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput, Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda kulit tampak elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini(Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.6.2
Pencegahan penuaan dini Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah proses penuaan yang
berlangsung lebih cepat dari pada semestinya sebagai berikut ( Prianto, 2014 ):
13 Universitas Sumatera Utara
a. Bagi yang memiliki tipe kulit kering lebih baik menggunakan pelembab Pelembab akan melindungi tekstur dan elastisitas kulit. b. Menghindari paparan langsung sinar matahari dan menggunakan losion atau krim tabir surya yang memiliki SPF. c. Menghindari kebiasaan merokok atau berada dilingkungan sekitar yang penuh dengan asap rokok. Asap rokok bisa menyebabkan kulit kering dan kusam. d. Menghindari konsumsi alkohol. Efek dari alkohol yang menarik air dari dalam tubuh akan menyebabkan kekeringan pada kulit. e. Beristirahat dengan cukup dan menghindari tidur melewati tengah malam. Seperti organ lainnya, kulit juga butuh istirahat dan membentuk sel baru. f. Menghindari mengerutkan wajah karena ekspresi ini akan membentuk garis yang permanen mnejelang umur 45 tahun. Biasanya ditemui garis ekspresi pada derah dahi karena pengaruh ekspresi dari bagian alis mata kearah atas. g. Flavonoida memiliki sifat antioksidan. Senyawa ini berperan sebagai penangkal radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil (Silalahi, 2006). Senyawa flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol terbesar, mengandung 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari 3 atom karbon, tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 (Robinson, 1995).Senyawa flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, bunga, buah dan biji (Markham, 1988). Senyawa ini berperan sebagai donor hidrogen(Silalahi, 2006).
14 Universitas Sumatera Utara
2.7
Skin Analyzer Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan
kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012). Skin analyzermerupakan perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit.Skin analyzermempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada Skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).
2.7.1
Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan
dengan menggunakan Skin analyzer, yaitu: 1. Kadar air (Moisture) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture cheker yang terdapat dalamSkin analyzeraramo. Caranya dengan menekan tombol power dan diletakkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur. 2. Sebum Pengukuran kadar minyak dilakukan menggunakan alat oil cheker yang terdapat dalam Skin analyzeraramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang pada spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan
15 Universitas Sumatera Utara
pada alat merupakanpersentasekadar minyakdalam kulit yang diukur. 3. Kehalusan (Evenness) Pengukuran kehalusan kulit dilakukandengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. 4. Pori (Pore) Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran kehalusan pada kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer. 5. Noda (Spot) Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan seperangkat Skin analyzerpada lensa perbesaran 60x menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentu banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. 6. Keriput (Wrinkle) Pengukuran keriput dilakukan dengan seperangkat Skin analyzerpada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk
16 Universitas Sumatera Utara
memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. 2.7.2
Parameter pengukuran Parameter hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1Parameter hasil pengukuran dengan Skin analyzer Pengukuran
Parameter (%)
Kadar air (Moisture)
Dehidrasi
Normal
Hidrasi
0-29
30-50
51-100
Kehalusan (Evenness)
Halus
Normal
Kasar
0-31
32-51
52-100
Pori (Pore)
Kecil
Beberapa besar
Sangat besar
0-19
20-39
40-100
Noda (Spot)
Sedikit
Beberapa noda
Banyak noda
0-19
20-39
40-100
Keriput (Wrinkle)
Tidak berkeriput
Berkeriput
Berkeriput parah
0-19
20-52
53-100
Pengukuran kulit dengan menggunakan Skin analyzersecara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Ketika hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil pengukuran muncul dan dapat dimengerti dengan mudah oleh operator yang memeriksa ataupun pasien.
17 Universitas Sumatera Utara