1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Manajemen Proyek Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengelola
dan mengorganisasi beragam sumber daya selama masa proyek, yang tujuan akhirnya adalah terwujudnya sasaran proyek yang meliputi kualitas, waktu dan biaya yang telah ditentukan (Kodoatie,2005). Banyak metode yang dilakukan oleh para praktisi dibidang konstruksi untuk membuat rencana biaya, jadwal, dan mutu serta pelaksanaan proyek konstruksi seefisien dan seekonomis mungkin untuk membantu memudahkan pekerjaan mereka. Akan tetapi dari banyak metode yang digunakan tidak bisa dipastikan ketika diterapkan di lapangan dapat memberikan hasil yang optimal bagi perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, namun ada salah satu yang memiliki potensi keberhasilan cukup besar dalam penghematan biaya, yaitu rekayasa nilai ( Value Engineering )(Berawi,2014). 2.1.2
Rekayasa Nilai ( Value Engineering ) Teknik ini menggunakan pendekatan dengan menganalisis nilai terhadap
fungsinya. Proses yang ditempuh adalah menekankan pengurangan biaya sejauh mungkin, namun tetap memelihara kualitas yang diinginkan (Soeharto,1997). Dalam melakukan VE terdapat beberapa hal yang dijadikan sebagai acuan, diantaranya adalah :
2
1. Metode Kerja pelaksanaan Pembandingan antara suatu metode kerja yang satu dengan metode kerja yang lain tentu akan memberikan sebuah gambaran tentang metode kerja yang lebih murah, cepat, dan menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik, meskipun demikian dalam memilih metode kerja pelaksanaan yang akan dipakai juga perlu melihat ketersediaan bahan, kondisi lokasi pekerjaan serta sumberdaya manusia yang ada. 2. Perbandingan bahan Perbandingan biaya, kualitas dan masa ketahanan sebuah material bangunan merupakan sebuah hal penting dalam melakukan VE, baik dari segi ketersediaan, kemudahan dalam pengadaan dan transportasi bahan menuju lokasi pembangunan serta kualitas bahan. 3. Pengurangan penggunaan material yang tidak perlu Perubahan design bangunan dari rencana awal sebagai akibat dari berbagai
macam
memungkinkan
hal,
misalnya
diterapkanya
kondisi
sebuah
lokasi
design
pekerjaan
awal,
sehingga
yang
tidak
dilakukan
perhitungan ulang dengan tujuan mendapatkan biaya pekerjaan yang lebih murah, seperti penggunaan material dalam pelaksanaan, ataupun perubahan metode pelaksanaan dan lainnya. Pada pekerjaan arsitektur kegiatan analisis VE dapat dilakukan pada berbagai macam item pekerjaan seperti pasangan dinding, pasangan lantai, pekerjaan plafond, dan pekerjaan lainya. Hasil dari Value engineering proyek berkaitan dengan :
3
Biaya pekerjaan
Waktu pelaksanaan
Kualitas hasil pekerjaan
Kekuatan struktur bangunan dan keindahan arsitektur bangunan
2.2
Konsep VE (Value Engineering)
2.2.1
Penjelasan Umum VE dikembangkan pada awal Perang Dunia II oleh Lawrence D. Miles,
dari perusahaan General Electric-USA sewaktu melayani keperluan peralatan perang dalam jumlah yang besar, dan ditujukan pertama-tama untuk mencari biaya yang ekonomis bagi suatu produk. Karena proyek adalah bagian dari siklus produk, maka pengertian dan kegunaan VE berlaku pula bagi pengelolaan proyek, terutama proyek – proyek Engineering Manufacture-Konstruksi (E-MK) yang melakukan pembelian bermacam – macam produk hasil manufacture. Demikian pula pada tahap VE, lingkupnya memiliki syarat dengan pemilihan berbagai alternatif yang berkaitan dengan fungsi dan biaya. Konsep VE merupakan suatu konsep yang terintegrasi dengan biaya, waktu, dan kinerja proyek dengan menentukan nilai dan fungsi untuk setiap bagiannya. Menurut Zimmerman dan Hart dalam Donomartono (1999) VE adalah “a value study on a project or product that is being developed. It analisys the cost of the project as it is being designed”, Jadi VE adalah suatu metode evaluasi yang menganalisa teknik dan nilai dari suatu proyek, atau produk yang melibatkan pemilik, perencanaan dan para ahli yang berpengalaman dibidangnya masing – masing dengan pendekatan sistematis dan kreatif, yang bertujuan untuk
4
menghasilkan mutu yang tetap dengan biaya yang serendah – rendahnya, yaitu dengan
batasan
mengidentifikasi,
fungsional dan
serta
tahapan
menghilangkan
biaya
rencana
tugas
yang
dapat
serta
usaha
yang
tidak
diperlukan/tidak mendukung. Menurut Zimerman dan Hart (1982) dalam Ayu (2004) , VE bukanlah : 1. A Design Review, yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh perencana, atau melakukan penghitungan ulang yang sudah dibuat oleh perencana. 2. A Cost Cutting Process, yaitu proses menurunkan biaya dengan mengurangi biaya satuan serta mengorbankan mutu, keandalan dan penampilan dari hasil produk yang dihasilkan. 3. A Requirement Done All Design, yaitu ketentuan yang harus ada pada setiap desain, akan tetapi lebih berorientasi pada biaya yang sesungguhnya dan analisis fungsi. 4. Quality Control, yaitu kontrol kualitas dari suatu produk karena lebih dari sekedar meninjau ulang status keandalan sebuah desain. Definisi lain dari VE adalah suatu cara pendekatan yang kreatif dan terencana dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengefisienkan biaya yang tidak perlu. VE digunakan untuk mencari alternatif atau ide yang bertujuan untuk menghasilkan biaya yang lebih rendah dari harga yang telah direncanakan sebelumnya, dengan batasan fungsional tanpa mengurangi mutu pekerjaan (Hidayat dan Ardianto, 2011).
5
2.2.2
Waktu Mengaplikasikan VE (Value Engineering)
Metode VE dapat diaplikasikan pada setiap saat sepanjang waktu berlangsungnya
proyek
itu,
dari
awal
hingga
selesainya
pelaksanaan
pembangunan proyek tersebut. Waktu sangatlah penting, secara umum metode VE harus dimulai sejak dini pada tahap konsep perenanaan, dan secara kontinyu pada interval waktu sampai selesainya perencanaan dan pelaksanaan. 1.
Tahap Perencanaan. Metode VE harus diusahakan pada tahap konsep perencanaan, karena
pada saat perencanaan kita mempunyai flexibilitas yang maksimal untuk melakukan perubahan-perubahan tanpa menimbulkan biaya untuk redesain. Dengan berkembangnya proses perencanaan, biaya untuk mengadakan perubahan perubahan akan bertambah, sampai akhirnya mencapai suatu titik dimana tidak ada penghematan yang dapat dicapai. Menurut Chandra (1988), telah membuktikan bahwa perencana mempunyai pengaruh yang terbesar pada biaya dari suatu proyek. Pemilik proyek mempunyai wewenang dalam menetapkan keperluan-keperluan dan kriteria, sehingga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap biaya proyek. Oleh karena itu metode VE yang dilaksanakan pada tahap konsep perencanaan mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan kwalitas dan menurunkan biaya 2.
Tahap Pelaksanaan VE dapat diaplikasikan pada tahap pelaksanaan. Hal ini dapat terjadi dan
dimungkinkan dalam situasi :
6
Apabila suatu item pekerjaan yang telah diteliti pada tahapan perencanaan VE sebelumnya, memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum diputuskan. Misalnya suatu item pekerjaan telah diteliti oleh tim studi VE pada tahap pengembangan perencanaan, yang mana memerlukan research atau bentuk nyata sebelum diputuskan walaupun nantinya akan terjadi kelambatan dengan proses pelaksanaannya, hal itu dianggap wajar asalkan menguntungkan untuk diteruskan dengan memberikan potensi penghematan biaya dan peningkatan kwalitas yang sangat besar. 2.3
Metode Penerapan VE (Value Engineering) Metode penerapan adalah suatu proses sistematik yang mengikuti rencana
kerja (job plan). Analisis data dengan metode VE terdiri dari enam tahap yaitu tahap informasi, tahap analisi fungsi, tahap kreativitas, tahap evaluasi, tahap pengembangan dan tahap penyajian/presentasi. 2.3.1
Tahap Informasi (Information Phase) Berdasarkan rencana kerja (job plan) dalam VE, tahap pertama yang
harus dilalui adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai desain perencanaan proyek mulai data umum hingga batasan desain yang diinginkan
dalam
proyek
tersebut.
Kemudian
dilanjutkan
dengan
mengidentifikasi item pekerjaan dengan biaya tinggi. Data proyek diperlukan untuk mendapatkan informasi dasar mengenai suatu proyek. Data proyek berisi informasi umum proyek, fungsi gedung proyek, dan batasan desain proyek. Informasi mengenai proyek diperoleh dengan meminta secara langsung pada konsultan atau pelaksanan yang menangani proyek atau owner proyek tersebut.
7
2.3.2
Tahap Analisis Fungsi (Function Analisis) Setelah mengumpulkan informasi kemudian dilakukan analisis fungsi.
Tahap analisis fungsi merupakan tahap paling penting dalam VE karena analisis fungsi ini membedakan VE dengan teknik penghematan biaya lainnya. Pada tahap ini akan dilakukan analisis fungsi sehingga diperoleh biaya terendah untuk melaksanakan fungsi utama, fungsi pendukung dan mengidentifikasi biaya-biaya yang dapat dikurangi atau dihilangkan tanpa mempengaruhi mutu produk (Lestari, 2011). Dalam ASTM E-1699 (2010) aktivitas penting yang perlu dilakukan pada fase analisis fungsi adalah : 1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi-fungsi bangunan gedung dan subsistemnya. 2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi-fungsi dari masing-masing elemen bangunan gedung. 3. Mengklasifikasikan fungsi-fungsi bangunan gedung. 4. Mengembangkan model fungsi bangunan gedung. 2.3.3
Tahap Kreatif (Creative Phase) Dalam VE, berfikir kreatif adalah hal yang sangat penting untuk
mengembangkan ide, yaitu dengan memunculkan alternatif-alternatif dari elemen yang masih memenuhi fungsi yang sama, kemudian disusun secara sistematis. Menurut Hidayat dan Ardianto (2011) alternatif-alternatif tersebut dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain :
8
1.
Bahan atau material Pemunculan alternatif bahan dilakukan karena semakin banyaknya jenis
bahan bangunan yang diproduksi, yang mempunyai fungsi yang sama. Seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi jenis bahan yang mempunyai fungsi yang sama dapat dibuat atau dicetak dengan mutu dan kualitas yang hampir sama juga. Hanya karena memiliki merk atau lisensi yang berbeda, maka harga bahan tersebut menjadi berbeda, dengan demikian maka pemilihan alternatif bahan dapat dilakukan dalam analisis VE, salah satunya dengan mencari bahan dengan mutu, kualitas dan fungsi yang sama dengan rencana awal, tapi dengan harga lebih rendah. 2.
Metode pelaksanaan Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, setiap pekerjaan mempunyai cara
atau metode tersendiri. Pada zaman dahulu cara menyelesaikan suatu pekerjaan hanya mengandalkan tenaga manusia dengan alat-alat sederhana, sehingga waktu penyelesaian pekerjaan dapat membutuhkan waktu yang cukup lama. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini muncul alat-alat bantu yang lebih canggih dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebagai contoh, adanya alat-alat berat seperti dozer, excavator, crane dan lain-lain yang dapat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan konstruksi bangunan, sehingga pekerjaan dapat cepat selesai. Dengan demikian dapat dilihat, bahwa suatu pekerjaan konsrtuksi bangunan yang dikerjakan dengan tenaga manusia dan alat-alat sederhana akan membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan dikerjakan menggunakan alat-alat yang lebih modern. Maka dalam analisis VE dapat berpedoman pada metode
9
pelaksanaan,
karena
semakin
pendek
waktu
yang
dibutuhkan
dalam
menyelesaikan pekerjaan dan dengan peralatan yang optimal, maka semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan. 3.
Waktu pelaksanaan Setiap pekerjaan dalam suatu proyek pastinya sudah mempunyai jadwal
pelaksanaan dalam perencanaan time schedule. Untuk beberapa item pekerjaan yang memiliki bobot pekerjaan yang tetap, waktu pelaksanaan pekerjaan dapat dikurangi. Banyak cara yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, diantaranya dengan mengganti metode pelaksanaan, menambah jumlah tenaga kerja dan lain-lain. Dengan demikian, alternatif pengurangan waktu pelaksanaan dapat dijadikan pedoman karena akan berpengaruh pada perhitungan anggaran biaya. 2.3.4
Tahap Evaluasi (Evaluation phase) Tahap evaluasi bertujuan untuk mengurangi jumlah ide yang dihasilkan
selama tahap kreativitas menjadi satu ide yang paling berpotensi untuk meningkatkan nilai proyek. Pada tahap ini akan dilakukan analisa perhitungan dari alternatif yang diajukan, sehingga didapatkan hasil dari segi biaya dan waktu untuk dapat memberikan acuan dalam menentukan rekomendasi pada tahapan berikutnya. Tahap ini menjawab pertanyaan tentang ide kreatif apa yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan nilai proyek dan berapa biayanya (Berawi, 2013).
10
1.
Rencana Anggaran Biaya Menurut ilmu sipil (2015) Rencana anggaran biaya (RAB) adalah
perhitungan biaya bangunan berdasarkan gambar bangunan, dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan dibangun. Dalam sebuah tahap perencanaan, penentuan RAB sangatlah penting sebagai acuan dalam pelaksanaan proyek. Data yang diperlukan untuk menghitung RAB adalah : 1. Gambar rencana bangunan 2. RKS (Rencana Kerja dan Syarat - syarat) 3. Volume masing-masing pekerjaan 4. Daftar harga bangunan dan upah pekerja saat pekerjaan dilaksanankan 5. Harga satuan pekerjaan dan Metode pelaksanaan kerja 2.
Harga satuan pekerjaan Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat dari harga pasaran, dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan, sedangkan upah tenaga kerja didapat di lokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang bernama daftar harga satuan upah (Faizsecret, 2011). Menurut Ibrahim ( 2015 ), analisa harga satuan suatu pekerjaan adalah menghitung banyaknya tenaga kerja dan bahan yang diperlukan serta biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. Koefisien yang diperhitungkan terhadap tiap jenis – jenis kebutuhan tersebut diperoleh dari hasil empiris berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan. Berdasarkan hasil empiris tersebut, ditetapkan koefisien pengali untuk kebutuhan segala jenis pekerjaan.
11
2.3.5
Tahap Pengembangan (Development Phase) Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mempersiapkan rekomendasi yang
telah dilengkapi informasi dan perhitungannya secara tertulis dari alternatif yang dipilih, dengan mempertimbangkan pelaksanaan secara teknis dan ekonomis. Pada tahap ini ide-ide yang dipilih akan dikembangkan menjadi berbagai alternatif perubahan sesuai fase pengembangan proyek. Masing-masing alternatif ini akan ditentukan kelayakan. Ide alternatif yang tidak layak akan dihilangkan. Setelah memperoleh alternatif, selanjutnya dihitung biayanya dan biaya siklus hidup ( Life cycle cost ) bagi masing – masing alternatif terbaik. Alternatif terbaik itu perlu didukung sebanyak mungkin mengenai informasi teknis. Bentuk dukungan informasi teknis dapat meliputi (Priyanto, 2010) : 1. Uraian tertulis tentang konsep asli dan alternatif yang diajukan. 2. Keuntungan dan kerugian alternatif desain. 3. Informasi biaya meliputi biaya awal dan biaya setelah fase analisis VE, yang menanyakan perbedaan antara biaya rencana awal dan biaya alternatif secara jelas. Pada akhir fase ini akan dihasilkan berbagai alternatif yang didukung oleh informasi teknik yang memadai. Berbagai alternatif ini akan dikomunikasikan kepada perencana, pengguna/pemilik, atau kelompok atau individu lain yang terlibat pada fase penyajian/persentasi. 2.3.6
Tahap Penyajian (Recommendation Phase) Jika sebelumnya sudah ada desain awal, maka alternatif desain terpilih di
atas dibandingkan dengan desain awal tersebut. Biasanya dalam hal biaya proyek,
12
Usulan yang dipilih dapat disampaikan secara singkat, jelas, cepat dan tanpa memojokkan salah satu pihak. Tahap penyajian ini nantinya digunakan untuk menyakinkan manajemen, owner, dan stakeholder lain yang berperan dalam pengambilan keputusan. 2.4
Diagram Pareto Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah diagram yang dikembangkan oleh
seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad XIX (Nasution, 2004). Diagram Pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. Susunan tersebut membantu menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebabsebab kejadian yang dikaji atau untuk memngetahui masalah utama proses. Kegunaan Diagram Pareto sebagai berikut : 1. Menunjukkan prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu ditangani 2. Membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya perbaikan. 3. Menunjukkan hasil upaya perbaikan. Setelah dilakukan tindakan koreksi berdasar proritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan memuat diagram Pareto baru. Apabila terdapat perubahan dalam diagram Pareto baru, maka tindakan korektif ada efeknya. 4. Menyusun data menjadi informasi yang berguna, data yang besar dapat menjadi informasi yang signifikan.
13
Dalam melakukan job plan VE hal yang dilakukan adalah melakukan pengelompokkan dari biaya terbesar ke biaya terkecil, diagram pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses sebelum dan sesudah diambil tindakan perbaikan terhadap proses. Penyusunan diagram Pareto sangat sederhana, menurut Mitra (1993) dan Bestfield (1998), proses penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah, yaitu : 1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya. 2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristikkarakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit dan sebagainya. 3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil. 2.5
Diagram F.A.S.T (Functional Analysis System Technique) FAST diagram digunakan untuk pemodelan fungsi, dan perlu dilakukan
untuk menentukan area perbaikan atau area yang akan dianalisis, peningkatan nilai yang dapat menciptakan inovasi karena proses ini dapat membentuk ide-ide kreatif. Cara pembentukan diagram FAST adalah dengan mengajukan pertanyaan “HOW-WHY”. Technical FAST diagram adalah sebuah gambar tentang semua fungsi subsistem dari sebuah komponen yang memperlihatkan hubungan spesifik di
14
antara semua fungsi, dan memperlihatkan dengan jelas apa yang dilakukan oleh subsistem tersebut. Kegunaan Technical F.A.S.T diagram yaitu : 1. Memperlihatkan masalah dengan sederhana dan mendefinisikannya. 2. Membantu proses kreativitas dan munculnya ide-ide kreatif. 2.6
Biaya Siklus Hidup atau Life Cycle Cost ( LCC ) Pada fase ini masuk dalam fase pengembangan (Development Phase)
yaitu menelaah gagasan atau alternatif yang terpilih dan menyiapkan deskripsi, gambar-gambar dan estimasi life cycle cost terkait yang mendukung rekomendasi yang diajukan sebagai proposal VE yang resmi. Life cycle cost (LCC) merupakan seluruh biaya yang signifikan yang tercakup di dalam pemilikan dan penggunaan suatu benda, sistem atau jasa sepanjang suatu waktu yang ditentukan. Perioda waktu yang digunakan adalah masa guna efektif yang direncanakan untuk fasilitas yang bersangkutan. Analisis LCC dilakukan untuk menentukan alternatif dengan biaya paling rendah. Di dalam VE seluruh gagasan dapat dibandingkan atas dasar LCC bila seluruh alternatif di definisikan untuk menghasilkan fungsi dasar atau sekumpulan fungsi yang sama. Selain fungsi yang sebanding, analisis ekonomi mensyaratkan bahwa altenatif-alternatif dipertimbangkan atas dasar kesamaan kerangka waktu, kuantitas, tingkat kualitas, tingkat pelayanan, kondisi ekonomi, kondisi pasar, dan kondisi operasi. Elemen-elemen biaya yang diperhitungkan meliputi (PBS, 1992):
15
a. Biaya Awal (Initial Costs):
Biaya bangunan / produk (Item Cost): merupakan biaya untuk memproduksi atau membangun produk / bangunan yang bersangkutan.
Biaya pengembangan (Development Cost): merupakan biaya-biaya yang terkait dengan desain, pengujian, prototype, dan model.
Biaya implementasi (Implementation Cost): merupakan biaya yang diantisipasi ada setelah gagasan disetujui, seperti: desain ulang, inspeksi, pengujian, administrasi kontrak, pelatihan, dan dokumentasi.
Biaya Lain-lain (Miscellaneous Cost): merupakan biaya yang tergantung dari produk/bangunan yang bersangkutan, termasuk biaya peralatan yang diadakan oleh pemilik, pendanaan, lisensi dan biaya jasa (fee), dan pengeluaran sesaat lainnya.
b. Biaya Tahunan (Annual Recurring Costs):
Biaya Operasi (Operation Cost): meliputi pengeluaran tahunan yang diperkirakan yang berhubungan dengan produk/bangunan tersebut seperti untuk utilitas, bahan bakar, perawatan, asuransi, pajak, biaya jasa (fee) lainnya, dan buruh.
Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost): meliputi pengeluaran tahunan untuk perawatan dan pemeliharaan preventif terjadwal untuk suatu produk/bangunan agar tetap berada dalam kondisi dapat dioperasikan.
Biaya-biaya Berulang Lainnya (Other Recurring Costs): meliputi biayabiaya untuk penggunaan tahunan peralatan yang terkait dengan suatu
16
produk/bangunan dan juga biaya pendukung tahunan untuk management overhead. c. Biaya Tidak Berulang (Nonrecurring Cost):
Biaya Perbaikan dan Penggantian (Repair and Replacement Cost): merupakan biaya yang diperkirakan atas dasar kerusakan dan penggantian yang diprediksi dari komponen-komponen sistem utama, biaya-biaya perubahan
yang
diprediksi
untuk
kategori-kategori
ruang
yang
berhubungan dengan frekuensi perpindahan, perbaikan modal yang diprediksi perlu untuk pemenuhan standar sistem pada suatu waktu tertentu. Biaya yang diperkirakan tersebut adalah untuk suatu tahun tertentu di masa yang akan datang.
Nilai Sisa (Salvage): Nilai sisa (salvage value) sering disebut sebagai residual value. Nilai sisa merupakan nilai pasar atau nilai guna yang tersisa dari suatu produk/bangunan pada akhir masa layan yang dipilih dalam LCC.