BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Konsep Teknologi Informasi Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi
dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatknya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Teknologi dalam perkembangan arus produksi, konsumsi dan distribusi informasi
memegang
peranan
penting.
Peranan
teknologi
dala
proses
mengklasifikasi informasi terletak ketika hasil teknologi membantu mengubah pola komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi informasi tanpa batas. Dengan demikian, pada dasarnya teknologi bersifat baik. Maka tidak mengherankan apabila terjadi perubahan dari media massa tradisional menjadi media massa baru. Pada akhirnya media baru dalam konteks teknologi dan globalisasi mengalami perubahan yang sedemikian kompleks. Globalisasi menjadi salah satu faktor penting dalam industri dan teknologi media komunikasi. Menurut William dan Sawyer (2003), yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah "information technology is a general term that describes any technology that helps to produce, manipulate, store, communicate, and / or disseminate information”. "Teknologi Informasi adalah istilah umum untuk mendeskripsikan teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan dan atau menyebarkan informasi. Teknologi informasi menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
komunikasi berkecepatan tinggi yang menghubungkan data, suara dan video".
Sedangkan di dalam situs Wikipedia disebutkan bahwa teknologi informasi adalah “hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas penyebarannya, dan lebih lama penyimpanannya”. Menurut McKeown (2001) yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah “teknologi informasi merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya”. Menurut Warsita (2008) yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah : "Teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software, dan useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna. Oleh karena itu, teknologi informasi menyediakan begitu banyak kemudahan dalam mengelola informasi dalam arti menyimpan, mengambil kembali, dan pemutahiran informasi".
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah teknologi hasil karya manusia yang menggabungkan komputasi dan jalur komunikasi berkecapatan tinggi yang digunakan dalam proses penyampaian informasi (data, suara, video) sehingga penyebaran informasi lebih cepat, penyebarannya lebih luas dan lebih lama penyimpanannya. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Teknologi mempunyai peranan penting dalam perbankan, kemajuan sistem informasi dunia perbankan ditopang dengan adanya teknologi. Dalam perbankan penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional intern perusahaan, juga bertujuan untuk memudahkan pelayanan terhadap customers. Untuk saat ini, dalam dunia perbankan hampir semua produk yang ditawarkan kepada customers serupa, sehingga persaingan yang terjadi dalam dunia perbankan adalah bagaimana memberikan produk yang serba mudah dan serba cepat. Sejak teknologi informasi mampu mendukung terhadap sistem transaksi lembaga keuangan bank, model transaksi pun lebih mengedepankan pada model non face to face dan paperless document atau digital document. Teknologi informasi juga memberikan keuntungan lain bagi bank karena dalam proses perbankan sendiri segala sesuatunya menjadi lebih praktis, termanajemen, efektif dan efisien. 2.2
Konsep Mobile Banking Bank menyediakan layanan Mobile Banking (m-Banking) untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan alternative media untuk melakukan transaksi perbankan, selain yang tersedia di kantor cabang dan ATM. Dengan Mobile Banking, masyarakat tidak perlu lagi membuang waktu untuk mengantri di kantor-kantor bank atau ATM, karena saat ini banyak transaksi perbankan dapat dilakukan dimanapun, kapanpun dengan mudah dan praktis melalui handphone. Contohnya adalah transfer dana antar rekening maupun antar bank, pembayaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tagihan, pembelian pulsa isi ulang, ataupun pengecekan mutasi dan saldo rekening. Hampir semua bank di Indonesia telah menyediakan fasilitas MBankingnya baik berupa SIMtolkit (Menu Layanan Data) maupun sms plain (sms manual) atau dikenal dengan istilah sms banking. M-Banking adalah langkah awal evolusi bank menjadi financial service provider (FSP). Dalam hal ini, fungsi bank tidak hanya sebagai tempat menyimpan dan menyalurkan uang. Sebagai FSP, bank di masa depan berfungsi mengelola keuangan nasabahnya. Termasuk dalam pembayaran tagihan, sampai merencanakan dana pensiun. Dan layanan-layanan ini bersifat personal, disesuaikan dengan karakteristik nasabahnya. 2.2.1 Sejarah Mobile Banking Mobile banking diluncurkan pertama kali oleh Excelcom pada akhir 1995 dan respon yang didapat juga beragam. Latar belakang dari kemunculan mbanking ini disebabkan oleh bank-bank yang saat ini ingin mendapat kepercayaan dari setiap nasabahnya. Dan salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan pemanfaatan teknologi. Peranan teknologi yang tumbuh dengan pesat, harus dimanfaatkan secara cermat dan tepat. Berbagai macam teknologi menyediakan terobosanterobosan baru yang dapat digunakan oleh bank dalam usahanya untuk selalu meningkatkan kualitas layanan yang ada. Sehingga dari situlah bank-bank yang ada di seluruh dunia membuat suatu inovasi baru dengan meluncurkan m-banking. Bank Central Asia (BCA) misalnya, sebagai salah satu bank swasta nasional terbesar di Indonesia dengan skala jaringan elektronik yang tersebar luas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bank Central Asia merupakan bank pertama yang meluncurkan sistem m-banking pertama di Indonesia dibandingkan bank-bank lainnya yang biasa disebut juga dengan m-BCA. Proses m-banking sendiri muncul tidak hanya berhubungan dengan bank saja, namun teknologi ini juga bekerja sama dan berhubungan dengan jaringan operator selular. Sehingga dapat dilihat bahwa m-banking memberikan keuntungan bagi semua kalangan, baik bagi bank, operator selular maupun bagi para nasabah pengguna m-banking. 2.2.2 Pengertian Mobile Banking Menurut Ronald M Hutabarat (2010), mobile banking adalah “sebuah fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone dengan penyediaan fasilitas yang hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang cash”. Sedangkan dalam Wikipedia disebutkan bahwa “mobile banking adalah istilah yang digunakan untuk melakukan cek saldo, transaksi rekening, pembayaran dan lain-lain melalui perangkat mobile seperti ponsel”. Mobile banking adalah layanan perbankan melalui saluran via wireless (Mattila, 2003). Mobile banking adalah bagian dari elektronic banking yang menggunakana teknologi mobile phone. Ada dua macam bentuk mobile banking, yakni SMS-banking yang diakses dengan mengirimkan pesan tertulis dan WAPbanking bentuk mobile internet service yang diakses via GPRS (internet) connection. Mobile banking atau biasa dikenal dengan M-Banking adalah suatu istilah yang digunakan untuk melakukan cek saldo, transaksi pembayaran, transfer
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dana antar rekening dan bank lain, mutasi rekening koran, informasi suku bunga tabungan, deposito, kredit, pembayaran tagihan, dan kurs valuta asing melalui sarana perangkat seluler. Dapat disimpulkan bahwa Mobile banking adalah salah satu fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone yang digunakan untuk melakukan cek saldo, transaksi rekening dan lain-lain kecuali mengambil uang cash. 2.2.3 Fungsi Mobile Banking Mobile banking (m-Banking) merupakan suatu layanan perbankan berbasis mobile phone atau handphone (HP). M-banking kini telah tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia telah menikmati kemudahan akses perbankan yang ditawarkan bank melalui m-banking dimana saja melalui perangkat mobile seperti handphone dan PDA. Dengan adanya m-banking, bank berusaha mempermudah akses para nasabahnya dalam melakukan transaksi perbankan. Hampir semua bank di Indonesia telah menyediakan fasilitas m-banking, baik berupa SIM toolkit (Menu Layanan Data) maupun SMS plain (SMS Manual) yang biasa dikenal dengan SMS banking. SMS banking merupakan sebuah fasilitas yang disediakan oleh bank untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan seperti cek saldo, mutasi rekening, dan sebagainya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kegunaan, keuntungan dan kenyamanan yang dapat diperoleh dari penggunaan mobile banking, adalah : a. Mudah Untuk melakukan transaksi perbankan kita tidak perlu datang langsung ke bank, kecuali pada saat mendaftarka nomor ponsel. b. Praktis Setiap nasabah dapat langsung bertransaksi perbankan melalui ponsel setiap saat, kapan saja dan dimana saja. c. Aman M-banking dilengkapi dengan sistem proteksi yang maksimal yang secara otomatis sudah terprogram sejak pendaftaran. Selain menggunakan pin yang dapat dipilih sendiri dan nomor ponsel yang didaftarkan, setiap transaksi yang dilakukan juga akan diacak untuk menjamin keamanan para nasabah. d. Penggunaan yang bersahabat M-banking dirancang sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh siapa saja, nasabah bisa memilih jenis transaksi dari menu yang telah tersedia tanpa harus menghapal kode transaksi yang ingin dilakukan. e. Nyaman Nasabah seperti mempunyai ATM dalam genggaman tangan, karena berbagai transaksi yang biasa dilakukan di ATM, kini dapat dilakukan melalui mbanking kecuali penarikan tunai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.4 Dampak Penggunaan Mobile Banking Penggunaan mobile banking menimbulkan dampak yang positif secara khusus terhadap bank itu sendiri, nasabah dan operator telepon selular. a. Bank Mendapatkan keuntungan, karena nasabah akan semakin bertambah banyak dan bank mendaapatkan kepercayaan dari nasabah. b. Nasabah Mendapatkan pelayanan yang lebih dari bank, karena dengan adanya mbanking akan semakin mempermudah para nasabah dalam melakukan transaksi perbankan atau hanya sekedar melakukan pengecekan saldo dimanpun, kapanpun dengan dimensi ruang dan waktu yang tidak terbatas. c. Operator Seluler Mendapatkan konsumen yang aktif dalam penggunaan ponselnya. Konsumen yang menggunakan
fasilitas m-banking, pulsanya akan terpotong dan
konsumen akan melakukan pengisian ulang pulsa kembali untuk melakukan transaksi m-banking. 2.2.5 Keterbatasan Mobile Banking M-banking memiliki beberapa keterbatasan dibandingkan dengan jenis lain dalam sistem perbankan seperti internet banking. Keterbatasannya adalah perangkat mobile yang terbatasa dalam hal : − Kecepatan pemrosesan − Keterbatasan ukuran layar − Keterbatasan masa pakai baterai mobile tersebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3
Teori-Teori Penerimaan Teknologi Beberapa model dan teori yang telah digunakan dalam literatur sistem
informasi untuk menjelaskan bagaimana individual organisasi mengadopsi teknologi baru. Teori dan model tersebut adalah Theory of Reason Action (TRA), Theory of Planned Behavior (TPB), Social Cognitive Theory, Task-Fit Theory, dan Technology Acceptance Model (TAM). Dan model atau teori yang paling mutakhir adalah Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT), yang dikemukakan pertama kali oleh Venkantesh (2003). 2.3.1 Theory of Reason Action (TRA) Theory of Reason Action (TRA) dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975 dan 1980). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Berdasarkan teori ini, performa individual dari perilaku spesifik menentukan perhatian perilaku yang menunjukkan sikap (attitude toward behavior) dan norma subjektif (subjective norms) berdasarkan keyakinan terhadap perilaku. Teori ini merekomendasikan bahwa persepsi mendatangkan inovasi secara spesifik, dimana difusi teori inovasi mempunyai lima karakter spesifik dari dampak inovasi perilaku adopsi (Agarwal dan Prasad, 1997). Teori ini merupakan teori yang paling sering digunakan dalam model teoritis dalam sistem informasi. Akan tetapi dikarenakan norma subjektif ini tidak memiliki kepastian teori dan ukurannya adalah aspek psikologi seseorang yang sifatnya sangat subjektif, maka komponen norma subjektif ini tidak dimasukkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kedalam TAM. Oleh karena itu Davis menyempurnakan teori ini dengan menciptakan TAM. Gambar 2.1 Theory of Reason Action (TRA)
Beliefs & Evaluation
Normative Beliefs & Motivation to company
Attitude toward behavior Behavioral Intention
Actual Behavior
Subjective Norm
(Sumber: Davis, 1989) 2.3.2 Theory of Planned Behavior (TPB) Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari TRA. TPB dikembangkan oleh Ajzen (1991) dengan teori perilaku terencana (theory of planned behavior), di mana determinan intensi tidak hanya dua (sikap terhadap perilaku yang bersangkutan dan norma-norma subjektif) melainkan tiga dengan diikutsertakannya aspek kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavioral control), yaitu : 1. Keyakinan yang berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu 2. Keyakinan pada norma-norma subjektif 3. Keyakinan pada kontrol perilaku yang dihayati. Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Dalam teori perilaku terencana, faktor utama dari suatu perilaku yang ditampilkan individu adalah intensi untuk menampilkan perilaku tertentu (Ajzen, 1991). Intensi diasumsikan sebagai faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Sebagai aturan umum, semakin keras intensi seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut. Intensi untuk berperilaku dapat menjadi perilaku sebenarnya hanya jika perilaku tersebut ada di bawah kontrol individu yang bersangkutan.
Individu
tersebut
memiliki
pilihan
untuk
memutuskan
menampilkan perilaku terterntu atau tidak sama sekali (Ajzen, 1991). Sampai seberapa jauh individu akan menampilkan perilaku, juga tergantung pada faktorfaktor non motivasional. Jika intensi dianggap sebagai faktor yang konstan, maka usaha-usaha untuk menampilkan perilaku tertentu tergantung pada sejauh mana kontrol yang dimiliki individu tersebut. Hal penting kedua yang mendasari pernyataan bahwa ada hubungan langsung antara kontrol terhadap perilaku yang dihayati (perceived behavioral control) dan perilaku nyatanya, seringkali dapat digunakan sebagai pengganti atau subtitusi untuk mengukur kontrol nyata (actual control).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior (TPB)
Attitude toward the behavior
Subjective norm
Intention
Behavior
Perceived behavioral control
(Sumber: Ajzen, 1991) 2.3.3 Social Cognitive Theory Social Cognitive Theory dikembangkan oleh Compeau dan Higgins (1999). Model tersebut didasarkan pada teori kognitif yang dikembangkan untuk menguji apakah pengaruh komputer self-efficacy, ekspektasi hasil, minat atau perhatian, serta kecemasan terhadap penggunaan komputer. Dalam teori ini selfefficacy merupakan anteseden terhadap penggunaan teknologi. Tanggapan emosional seperti perhatian dan kecemasan dipengaruhi self-efficacy. Sementara itu, menurut Venkatesh (2003) ekspektasi dibagi menjadi dua kelompok yaitu : − Ekspektasi pencapaian individual − Ekspektasi kinerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.4 Task-Technology Fit Theory Inti dari model ini adalah konstruk yang disebut kecocokan tugas dengan teknologi atau Task-Technology Fit (TTF), yaitu kesesuaian antara kemampuan teknologi dengan tuntutan pekerjaan, atau kemampuan teknologi untuk mendukung pekerjaan (Goodhue and Thompson, 1995) di dalam Dishaw, Strong, dan Bandy (2002). Beberapa penelitian yang menggunakan teori tersebut, sebagai pembanding atau dikombinasikan dengan TAM, mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan variabel perceived ease-of-use, perceived usefulness dan behaviour intention to use, diantaranya adalah Thompson, Higgins, dan Howell (1991) dengan model utilisasi personnel computer (PC), serta Venkantesh dan Davis (2000) yang menggunakan variabel kesesuaian tersebut sebagai variabel eksternal terhadap TAM. Menurut
Goodhue
(1995)
evaluasi
terhadap
user
dengan
menggunakan model ini ditentukan oleh karakteristik dari pekerjaan, karakteristik dari individu dan sistem informasi dan persyaratan suatu pekerjaan akan menghasilkan evaluasi user yang positif. Goodhue (1995) menganjurkan bahwa TTF digunakan sebagai konstruk evaluasi user untuk mengukur kesuksesan suatu sistem informasi. TTF berkaitan erat dengan ilmu psikologi kognitif dan model mental yang menjelaskan bagaimana kesesuaian teknologi akan memenuhi kebutuhan dari tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang user. Definisi ini menekankan pada kemampuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang akan dikerjakan dengan teknologi yang digunakan diwujudkan dalam penggunaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
software yang tepat dalam mengerjakan suatu tugas tertentu. Menurut Dishaw dan Strong (1998) TTF juga memiliki suatu hubungan dengan model user attitude dan behavior toward IT seperti TAM dan TRA. 2.3.5 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1989. TAM merupakan model yan popular dan banyak digunakan dalam berbagai penelitian mengenai proses adopsi teknologi informasi. Model TAM sebenarnya diadopsi dari model The Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu teori tindakan yang beralasan yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), dengan satu asumsi bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Teori ini membuat model perilaku seseorang sebagai suatu fungsi dari tujuan perilaku. Tujuan perilaku di tentukan oleh sikap atas perilaku tersebut. Dengan demikian dapat di pahami reaksi dan persepsi pengguna teknologi informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan penggunaan TI, yaitu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah persepsi pengguna atas kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks penggunaan TI, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan orang tersebut dapat menerima penggunaan TI. Menurut Davis (1989), tujuan utama dari model TAM adalah untuk penulusuran pengaruh faktor eksternal perilaku pengguna komputer terhadap kepercayaan (belief), sikap (attitude), intensitas (intention) dan hubungan perilaku
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna TI tehadap penerimaan penggunaan TI itu sendiri. Model TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan TI dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi dengan mudah diterimanya TI oleh si pengguna (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu persepsi manfaat (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Dan variabel tersebut merupakan determinan utama perilaku adopsi (perilaku untuk menggunakan atau mengadopsi) dan akhirnya penggunaan teknologi. Perceived usefullness didefinisikan sebagai tingkat keyakinan individu bahwa penggunaan TI tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Konsep ini menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan produktivitas, kinerja tugas, efektivitas, pentingnya suatu tugas dan overall usefullness (Davis 1989). Sementara perceived ease of use didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan TI merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan SI dan kemudahaan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan keinginan pemakai. Kesimpulannya adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam penerimaan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.3 Technology Acceptance Model (TAM) Perceived Usefulness Attitude of Use
External Variables
Behaviour Intention of Use
System Actual Use
Perceived Ease of use (Sumber: Davis, 1989) 2.3.6 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) UTAUT Model, yang dikemukan oleh Venkantesh (2003), merupakan model yang disusun berdasarkan teori-teori dasar mengenai perilaku pengguna teknologi dan model penerimaan teknologi yaitu TRA, TAM, TPB, motivational model, Model Pemanfaatan Personal Computer, teori difusi inovasi, dan SCT. Model tersebut terdiri dari 4 variabel sebagai determinant terhadap tujuan dan penggunaan teknologi informasi yaitu: 1. Ekspektasi kinerja 2. Ekspektasi usaha 3. Pengaruh sosial 4. Kondisi pendukung Dan juga terdapat empat variabel sebagai moderator antara determinant dengan tujuan dan penggunaan teknologi informasi, yaitu: 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Pengalaman
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Voluntarines 2.4
Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No.
Penulis
1
Diana Soesilo (2006)
2
Terro Pikkarainen, et al. (2004)
2.5
Judul Penelitian Analisa faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan mobile banking dengan Technology Acceptance Model (TAM)
Variabel
Hasil Penelitian
Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, Perceived Enjoyment, Amount of Information, Security and Privacy, dan Quality of Internet/SMS Connection
Hasil panelitian membuktikan bahwa Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, Perceived Enjoyment, Amount of Information, Security and Privacy, dan Quality of Internet/SMS Connection tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan mobile banking. Consumer Perceived Hasil penelitian acceptance of Usefullness, menunjukkan bahwa online Perceived Ease Of preceived ease of use, banking: an Use, Perceived memiliki pengaruh extension of Enjoyment, terhadap penerimaan the technology Security dan sistem online banking. acceptance Privacy, Internet model Connection, dan Amount of Information.
Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah populasi utama dimana sepenuhnya proyek
penelitian ditujukan, hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang didentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literature (Kuncoro, 2003:4). Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang dikemukakan penulis diatas. Gambar 2.4 dibawah ini merupakan suatu kerangka konseptual yang berfungsi sebagai penuntun, dan juga dapat mencerminkan alur berpikir yang merupakan dasar bagi perumusan hipotesis. Gambar 2.4 Kerangka Konseptual
Persepsi Kemudahan Penggunaan (X1)
Persepsi Manfaat (X2)
Pengaplikasian Layanan Jasa Mobile Banking (Y)
Kepercayaan (X3)
Sumber: Data diolah oleh penulis 2.6
Hipotesis Penelitian Pada bagian yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini
memodifikasi dan mengembangkan Technology Acceptance Model (TAM).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.5 Model Pengujian Persepsi kemudahan penggunaan H1
Persepsi manfaat
H2
Pengaplikasian layanan jasa mobile banking
H3 Persepsi kepercayaan
Atas dasar modifikasi model pada gambar 2.5, pengembangan hipotesa diuraikan sebagai berikut: 1. Persepsi kemudahan penggunaan (Perceived ease of use) Davis (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa mobile dapat dengan mudah dipahami. Atas dasar definisi tersebut kemudahan penggunaan mobile banking berarti kemudahan dalam memahami bila transaksi melalui media mobile banking kapanpun dan dimanapun. Menurut Adam et. al. (1992), intensitas penggunaan dan interaksi antara penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Suatu sistem yang sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya. Kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) para nasabah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam mempelajari seluk beluk bertransaksi via mobile banking. kemudahan penggunaan juga memberikan indikasi bahwa para pengguna sistem informasi bekerja lebih mudah dibandingkan dengan bekerja tanpa menggunakan sistem informasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diuji adalah: H1: persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh dengan pengaplikasian layanan jasa mobile banking 2. Persepsi manfaat (Perceived usefulness) Davis (1989) dan Adam et. al (1992) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagain suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan prestasi kinerja seseorang. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan dari penggunaan komputer dapat mempengaruhi peningkatkan kinerja, prestasi kerja seseorang yang menggunakannya. Menurut Thompson et.al (1991;1994) kemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna teknologi informasi (TI) dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Chin dan Todd (1991) memberikan beberapa dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi (TI). Kemanfaatan dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu: 1. Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor. Meliputi dimensi : − Menjadikan pekerjaan lebih muidah (makes job easier) − Bermanfaat (usefull)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
− Menambah produktifitas (increase productivity) − Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness) − Meningkatkan kinerja pekerjaan (improve job performance) 2. Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor dibagi menjadi dua kategori yaitu kemanfaatan dan efektivitas. Persepsi manfaat dalam mobile banking merupakan manfaat yang diperoleh nasabah dalam menyelesaikan tugas ataupun pekerjaannya. Suatu layanan mobile banking akan bermanfaat jika layanan tersebut mudah dimengerti serta mampu menjalin interaksi dengan nasabah penggunanya. Maka, bank sebagai pihak penyedia layanan ini berusaha mensosialisasikannya kepada nasabah mereka dengan terjun langsung ke lapangan. Sebagai contoh yang telah dilakukan oleh bank Mandiri, mengirim langsung promoter ke ATM-ATM Mandiri yang tersebar di Medan dan menawarkan layanan mbanking kepada setiap nasabah yang berada di antrian ATM. Setiap nasabah yang registrasi untuk menggunakan layanan ini akan mendapat brochure yang berisi langkah-langkah yang mudah dipahami dalam menggunakan mobile banking yang dapat nasabah pelajari dirumah. Tidak hanya itu, bank juga menyediakan layanan 24 jam seperti layanan call center mandiri 14000 yang siap membantu nasabah untuk berbagai macam pertanyaan seputar mobile banking. Sehingga manfaat-manfaat mobile banking, seperti cek saldo, transfer antar rekening, info kurs dan sebagainya pun akan segera nasabah dapatkan langsung via ponsel tanpa banyak waktu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang terbuang dan menghemat biaya bahkan ketika bank sedang tidak beroperasi (hari libur). Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemanfaatan mobile banking mempengaruhi sikap setiap para nasabah terhadap penggunaan sistem layanan ini. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diuji adalah: H2: persepsi manfaat berpengaruh dengan pengaplikasian layanan jasa mobile banking 3. Kepercayaan (Trust) Kepercayaan adalah sekumpulan keyakinan yang dipegang oleh para pelanggan terhadap kharakteristik bank dan kemungkinan perilaku konsumen bank di masa datang. Dua dimensi kepercayaan yang digunakan pada penelitian penelitian sebelumnya yaitu keamanan dan privasi. Masyarakat memiliki pemahaman yang lemah terhadap resiko keamanan dengan menggunakan mobile banking walaupun mereka menyadari resiko tersebut. Konsumen sering menganggap bahwa bank lebih peduli terhadap isuisu privasi dan melindungi mereka. Dengan demikian semakin banyak informasi privasi yang diperlukan dalam bertransaksi melalui mobile banking, maka semakin tinggi kemungkinan mereka menolak pengadopsian m-banking: bertransaksi dengan m-banking kurang memberikan kemudahan. Hal yang sama, semakin kurang terjamin keamanan bertranskasi melalui internet, para nasabah
enggan
memanfaatkan
sistem
tersebut.
Untuk
membangun
kepercayaan dan rasa aman nasabah, untuk m-banking melalui SMS, nasabah tidak perlu khawatir, karena saat ini baik dari pihak perbankan maupun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
infrastruktur jaringan operator GSM sudah mempunyai sistem sekuritas berganda dan berlapis. Sebagai contoh kerjasama antara BCA dengan salah satu operator GSM Excelcomindo. Menurut Yudi Hartono, manajer segmen produk ProXL PT Excelcomindo Pratama, di dalam SIM card XL sudah tertanam teknologi pengaman berupa 'Key', yang langsung meng-enkripsi data yang di-upload nasabah ke bank. Pada saat hendak bertransaksi, pengguna juga diminta memasukkan password untuk dapat melakukan transaksi ini. Pengamanan dua lapis, di pihak operator dan bank serta dukungan teknologi enskripsi triple-desk selama data dikirim, itu sudah menjamin keamanan bertransaksi via handphone. Dalam adopsi teknologi informasi, sebagai contoh adopsi dalam bisnis on-line, akan bejalan evolutif dengan adanya trust atau kepercayaan pengguna sebagai umpan balik positif dari upaya komponen pendorongnya, yaitu apabila kepercayaan dapat ditumbuhkan oleh vendor kepada konsumen, maka akan semakin menumbuhkan pula perhatian konsumen untuk menggunakan suatu teknologi baru. Kesimpulannya, jika nasabah kurang memiliki rasa percaya terhadap suatu layanan maka semakin kecil pula keinginan untuk mengadopsi layanan tersebut. Dan manfaat yang akan didapat pun menjadi sedikit. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang akan diuji adalah: H3: Kepercayaan berpengaruh dengan pengaplikasian layanan jasa mobile banking.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA