BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Banjir merupakan salah satu masalah lingkungan yang sering terjadi di lingkungan daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. Diakibatkan karena keadaan alur sungai yang belum stabil, bahkan ada beberapa alur yang dipersempit, pendangkalan dasar sungai dan kelongsoran tebing sungai, hal ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas sungai untuk menampung air sehinga terjadilah banjir. Setiap sungai akan mengalami banjir yang dapat terjadi secara berkala. Sehingga diperlukan adanya suatu untuk meminimalisasi terjadinya banjir dan dampak negatif yang ditimbulkan dari banjir tersebut. Untuk meminimalisasi terjadinya banjir tersebut, maka dibutuhkanlah adanya suatu perencanaan floodway (saluran banjir) yang mampu mengatur ketinggian muka air sungai, sehingga banjir yang terjadi dapat diatasi dengan baik tanpa adanya kerugian yang ditimbulkan dan sungai dapat berfungsi dengan baik untuk menampung curah hujan dan mengalirkannya ke laut. Floodway adalah saluran baru yang dibuat untuk mengalirkan ir secara terpisah dari sungai utamanya. Saluran banjir (floodway) ini dapat mengalirkan sebagian atau bahkan seluruh debit banjir. Saluran banjir (floodway) dibuat dalam keadaan berbagai kondisi, tetapi tujuan utamanya adalah untuk menghindarkan pekerjaan sungai didaerah pemukiman yang padat atau untuk memperpendek salah satu ruas sungai. Biasanya saluran banjir (floodway) dilengkapi dengan pintu atau bendung untuk membagi debit sesuai dengan rencana. Penelitian yang
xxi
seksama perlu dilakukan untuk rencana floodway, terutama untuk floodway yang besar, karena floodway ini dapat mengubah resim bagian hilir sungai yang sudah ada dan daerah pantai yang akan menjadi muara banjir kanal. Perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai diadakan, agar disesuaikan dengan tingkat perkembangan suatu lembah sungai serta kebutuhan masyarakat. Sungai diperbaiki dan diatur sedemikian rupa, sehingga dapat diadakan pencegahan terhadap bahaya banjir dan sedimentasi serta mengusahakan agar alur sungai senantiasa dalam keadaan stabil, sehingga memudahkan pemanfaatan air yang akan memberikan kemudahan dalam penyadapannya, pelestarian lingkungan dan menjamin kelancaran serta keamanan lalulintas sungai. Perencanaan pengamanan terhadap banjir disebut juga perencanaan pengendalian banjir yang akan digunakan sebagai landasan yang penting dalam menetapkan berbagai pekerjaan sipil yang harus dilaksanakan dalam rangka usaha pengamanan terhadap bencana banjir tersebut. Pekerjaan-pekerjaan pokok dalam rangka pengamanan banjir secara umum dapat dibagi menjadi: 1. Pembangunan sistem pengamanan dan pengendalian banjir seperi bendung, floodway, tanggul, dan lain-lain. 2. Pekerjaan non-sipil. Pekerjaan sipil adalah usaha pencegahan bahaya banjir dengan suatu sistem pengaman banjir yang terdiri dari
normalisasi alur sungai seperti perencanaan floodway .
Sebaliknya pekerjaaan non-sipil adalah usaha pencegahan banjir dengan pengaturanpengaturan yang dilandasi undang-undang, guna mengurangi tingkat kerugian yang
xxii
mungkin terjadi, apabila teradi banjir, antara lain pengaturan penggunaan tanah didaerah bantaran sungai, mendrikan bangunan yang tahan terhadap genangan air, asuransi banjir dan kegiatan-kegiatan pengamanan terhadap kemungkinan terjadinya bencana banjir. Dalam perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai yang diutamakan adalah konsep pengaliran banjir sungai secara aman, guna mencegah terjadinya luapan-luapan yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir. Dengan demikian usaha yang penting adalah membuat dan kemudian mempertahankan penampang basah yang cukup memadai sesuai dengan kapasitas pengaliran rencananya, yakni dengan konsep pencegahan sedimentasi didasar sungai dan mengatur alur sungai agar senantiasa dalam keadaan stabil.
II.2.
Penentuan Debit dan Elevasi Muka Air di Saluran
II.2.1. Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana pada setiap profil sungai merupakan data yang paling penting untuk perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai. Debit banjir rencana pada setiap profil sungai ditetapkan setelah diadakan perhitungan statistik dari data yang tercatat dan disesuaikan dengan tingkat pengamanan banjir yang diinginkan. Biasanya data debit dari sungai-sungai yang akan ditangani jarang yang sudah mencukupi, sehingga debit banjir harus dihitung dari data curah hujan. Untuk perhitungan ini, formula rasional hanya digunakan apabila dibutuhkan debit maksimumnya saja. Untuk pengendalian banjir atau untuk mengetahui debit suatu anak sungai , selain dari debit maksimum, perlu pula ditetapkan hidrograf banjir rencana menggunakan cara hidrograf
xxiii
satuan atau cara fungsi penampungan. Angka debit banjir rencana yang sesuai untuk suatu sungai harus ditentukan sebelum dilakukan tahapan perencanaan selanjutnya. Akan tetapi, untuk menentukan besarnya debit banjir rencana tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah, lebih-lebih jika dikaitkan dengan tingkat pengembangan daerah-daerah yang akan diamankan. Dalam penetapan curah hujan rencana, terdapat beberapa masalah teknis yang perlu diperhatika yakni untuk sungai dengan daerah pengalirannya yang luas, terjadinya hujan rencana untuk seluruh daerah pengaliran tidak dapat dihitung. Dalam keadaan demikian, curah hujan rencana dihitung menggunakan beberapa polahujan dari analisa data yang pernah tercatat. Sesuai dengan prosedur diatas, debit banjir rencana yang mengalir dari tiap anak sungai ditetapkan terlebih dahulu dan debit banjir rencana dihitung dengan penjumlahan kurva debit anak sungai dan sungai utamanya serta kemungkinan adanya pemotongan debit oleh waduk pengendalian banjir, kemudian untuk titik yang penting dapat ditentukan.
II.2.2 PENENTUAN ELEVASI MUKA AIR Elevasi muka air rencana ditentukan dengan perhitungan aliran uniform atau aliran nonuniform. Perhitungan aliran uniform biasanya dipakai formula Manning untuk mendapatkan kecepatan arus rata-rata.
1
v = 𝑛 . 𝑅32 . 𝐼21 Dimana: v: Kecepatan arus rata-rata sungai (𝑚 𝑑𝑒𝑡 ) R: Jari-jari hidrolis= 𝐴 𝑆
xxiv
A: Luas potongan lintang S: Keliling basah sungai I: Kemiringan hidrolik n: Koefisien kekasaran Untuk sungai yang lebar digunakan lebar sungai (B) sebagai pengganti S. Koefisien kekasaran menunjukkan kekasaran dasar sungai dan besarnya tergantung dari berbagai macam faktor. Angka-angka koefisien kekasaran tertera dalam tabel 2.1 Aliran saluran terbuka dikatakan seragam bila kedalaman aliran sama pada setiap penampang saluran. Suatu aliran seragam (uniform flow) dapat bersifat tetap atau tidak tetap, tergantung apakah kedalamannya berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu. Aliran seragam yang tetap (steady uniform flow) merupakan tipe pokok aliran yang dibahas dalam hidrolika saluran terbuka. Kedalaman aliran tidak berubah selama suatu waktu tertentu yang telah diperhitungkan. Penetapan bahwa suatu aliran bersifat seragam yang tak tetap (unsteady uniform flow) harus dengan syarat bahwa permukaan air berfluktuasi sepanjang waktu dan tetap sejajar dasar saluran. Jelas bahwa hal ini merupakan suatu keadaan yang praktis tidak mungkin terjadi. Sebab itu istilah aliran seragam disini hanya digunakan untuk menyatakan aliran seragam yang tetap. Apabila air yang mengalir dianggap sebagai aliran uniform dan kecepatan arus rata-rata dihitung dihitung dengan rumus manning, maka tinggi muka berdasarkan debit banjir rencana dapat dengan mudah ditentukan dengan mengadakan perhitungan coba banding. Apabila digunakan rumus Manning sebagai hukum lawan gesekan, persamaan gerakan aliran non-uniform flow adalah:
xxv
𝑑
-i + 𝑑𝑥 +
𝑄2 2𝑔
𝑑
. 𝑑𝑥
1 𝐴2
+
𝑛 2 𝑄2 𝑅34 𝐴2
=0
Dimana: i: Kemiringan dasar sungai h: Kedalaman air x: Jarak dari titik referensi Q: Debit g: Gravitasi bumi (9,8 𝑚 𝑑𝑒𝑡 2 ) A: Luas profil melintang sungai n: Koefisien kekasaran R: Radius hidrolis Perhitungan aliran non-uniform ini agak sulit, tetapi harus dilakukan apabila resim alirannya sangat berubah-ubah.Tinggi muka air rencana sebaiknya lebih rendah dari tinggi muka air maksimum sebelumnya. Jadi apabila muka air dari hasil peritungan terlalu tinggi, maka sungainya harus diperlebar atau diperdalam.
Tabel 2.1. Koefisien Kekasaran
Jenis Saluran
n
xxvi
Gorong-gorong Pipa kuningan
0,009-0,013
Pipa besi baja cor
0,011-0,015
Pipa baja sambungan & berpaku
0,013-0,017
Pipa halus dari semen
0,010-0,013
Pipa Beton
0,012-0,016
Saluran buatan Kayu halus
0,010-0,014
Betonan
0,012-0,018
Pasangan batu asah
0,013-0,017
Pasangan batu kasar
0,017-0,030
Pasangan kering dari batu kasar
0,025-0,035
Saluran galian tanah, lurus dan berprofil
0,017-0,025
sama Saluran galian tanah, berkelok-kelok dan
0,023-0,030
berarus lambat Saluran galian tanah padas, halus
0,025-0,035
Saluran galuan tanah padas, kasar
0,035-0,045
Sungai alam Trase dan profil teratur, air dalam
0,025-0,033
Trase dan profil teratur, bertanggul kerikil
0,030-0,040
dan berumput Berbelok-belok dengan tempat-tempat
0,033-0,45
dangkal Berbelok-belok, air tidak dalam
0,040-0,055
Berumput banyak di bawah air
0,050-0,080
II.3.1. Metode Tahapan ( Step Method )
xxvii
Metode tahapan ini digunakan apabila kemiringan (𝑆𝑂 ) dan tampang saluran seragam. Yang mana persamaannya adalah sebagai berikut :
𝑣2 ∆ ( 𝑦 + ∆𝐸 𝑣2 2𝑔 ) = = 𝑆𝑂 − 𝑆𝑓 = 𝑆𝑜 − 2 ∆𝑥 ∆𝑥 𝐶 𝑅
(2.1. )
Dimana : ∆E : Perubahan energi spesifik ( m ) ∆x : Perubahan jarak ( m ) y : Kedalaman aliran ( m ) v : Keceapatan aliran ( 𝑚 𝑑𝑒𝑡 ) g : Percepatan gravitasi ( 𝑚 𝑑𝑒𝑡 2 ) 𝑆𝑜 : Kemiringan dasar saluran 𝑆𝑓 : Kemiringan gesekan 𝐶 ∶ Koefisien Chezy 𝑅 : Jari – jari hidrolis ( m )
II.3.2. Metode Integrasi Langsung xxviii
Persamaan diferensial aliran berubah lambat laun tidak dapat dinyatakan secara tegas untuk y pada setiap jenis penampang melintang saluran, sehingga suatu integral langsung yang tepat terhadap persamaan tersebut sesungguhnya praktis tidak dapat dilakukan. Berbagai usaha telah dilakukan, baik untuk menyelesaikan persamaan bagi kejadian-kejadian khusus maupun maupun membuat pemisalan agar persamaan tersebut dapat diintegrasikan secara matematis. Persamaanya dalah sebagai berikut:
𝑆𝑂 − 𝑆𝑓 𝑑𝑦 = 𝑑𝑥 1 − 𝐹𝑟 2
(2.2. )
𝐹𝑟 =
𝑣2𝐵 𝑔 𝐴3
Dimana : A : Luas Penampang Basah ( m ) B : Lebar Penampang Basah ( m ) g : Percepatan Gravitasi ( 𝑚 𝑑𝑒𝑡 2 ) y : Kedalaman Aliran ( m ) x : Perubahan Jarak ( m ) 𝑆𝑂 : Kemiringan Dasar Saluran 𝑆𝑓 :Kemiringan Gesekan 𝐹𝑟 ∶ Bilangan Froude 𝑣 : Kecepatan Aliran ( 𝑚 𝑑𝑒𝑡 2 )
II.3.3. METODE TAHAPAN STANDAR
xxix
Metode ini digunakan untuk saluran tidak prismatis. Pada saluran tidak prismatis, elemen hidrolis tergantung pada jarak disepanjang saluran. Pada saluran alam, biasanya perlu dilakukan penelitian dilapangan
untuk mengumpulkan data yang diperlukan disetiap
penampang yang perlu dihitung. Perhitungan dilakukan tahap demi tahap dari suatu pos pengamat ke pos berikutnya yang sifat-sifat hidrolisnya telah ditetapkan. Dalam hal ini jarak setiap pos diketahui dan dilakukan penentuan kedalaman aliran di tiap pos. Cara semacam ini biasanya dibuat berdasarkan perhitungan coba-coba. RUMUS STANDAR STEP METHOD :
𝑍1 + ∝1
𝑉1 2 2𝑔
= 𝑍2 + ∝2
𝐻1 = 𝑍1 + ∝1
𝐻2 = 𝑍2 + ∝2
𝑉2 2 2𝑔
+ 𝑓 + 𝑒
𝑉1 2 2𝑔
𝑉2 2 2𝑔
𝐻1 = 𝐻2 + 𝑓 + 𝑒
( 2.3. )
( 2.4. )
( 2.5. )
( 2.6. )
Dimana: Z : Tinggi muka air pada penampang melintang (m) xxx
V : Kecepatan rata-rata (𝑚 𝑑𝑒𝑡) g : Percepatan gravitasi (𝑚 𝑑𝑒𝑡 2 ) 𝑓 : Kehilangan energi akibat gesekan dasar saluran 𝑒 : Kehilangan energi akibat pusaran
Dari rumus standar step method ini akan diketahui ketinggian muka air didalam saluran floodway yang mana hasilnya akan dibandingkan dengan perencanaan awal apakah masih memenuhi syarat atau tidak.
II.4. Bangunan Pengamanan Sungai dan Saluran II.4.1. Tanggul Tanggul adalah salah satu bangunan yang paling utama dan paling penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap genangan-genangan yang disebabkan oleh banjir dan badai ( gelombang pasang ). Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah karena tanggul merupakan bangunan menerus yang sangat panjang serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar. Kecuali tanah, kiranya amatlah sukar untuk memperoleh bahan urugan untuk pembangunan tanggul dan bahan tanah dapat diperoleh dari hasil galian di kanan-kiri trase rencana tanggul atau bahkan dapat diperoleh dari hasil pekerjaan normalisasi sungai, berupa galian pelebaran alur sungai, yang biasanya dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan tanggul. Dalam tahap perencanaan kiranya perlu diperhatikan, agar hasil dari pekerjaan normalisasi sungai dapat dimanfaatkan sebagai bahan tanggul. Tentulah terbatas pada hasil galian yang memenuhi syarat untu bahan urugan tanggul. Selain itu tanah merupakan bahan yang sangat mudah penggarapanya dan
xxxi
setelah menjadi tanggul sangat mudah pula menyesuaikan diri dengan lapisan tanah pondasi yang mendukungnya serta mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah dikerjakan. Selanjutnya tanah merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Apabila di beberapa tempat terjadi kerusakan tanggul, perbaikannya sangat mudah dan cepat menggunakan tanah yang tersedia di sekitar lokasi kerusakan.
Berbagai Jenis Tanggul Berdasarkan fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang digunakan dan kondisi
topografi setempat ( lihat gbr.2.2 ) tanggul dapat dibedakan sebagai berikut :
Gambar.2.2. Berbagai Jenis Tanggul
xxxii
1. Tanggul Utama Bangunan tanggul sepanjang kanan-kiri sungai guna menampung debit banjir rencana. 2. Tanggul Sekunder Tanggul yang dibangun sejajar tanggul utama, baik di atas bantaran di depan tanggul utama yang disebut tanggul musim panas maupun tanggul disebelah belakang tanggul utama yang berfungsi untuk pertahanan kedua, andaikan terjadi bobolan pada tanggul utama. Tergantung pada pentingnya suatu areal yang dilindungi kadang-kadang dibangun pula tanggul tersier. 3. Tanggul Terbuka Pada sungai-sungai yang deras arusnya, biasanya dapat dibangun tanggul-tanggul yang tidak menerus, tetapi terputus-putus. Dengan demikian puncak banjir yang tinggi tetapi periode waktunya pendek dapat dipotong, karena sebagian banjir mengalir keluar melalui celah-celah antara tanggul-tanggul tersebut memasuki areal-areal di belakang tanggul yang dipersiapkan untuk penampungan banjir sementara. Biasanya areal-areal penampungan tersebut dikeliingi tanggul-tanggul pula. Setelah banjir mereda, maka air yang tertampung tersebut, kemudian mengalir kembali kedalam ke dalam sungai melalui celah-celah ini. Jadi tidak diperlukan adanya pintu-pintu atau pelimpah serta bangunan pelengkap lainnya.
4. Tanggul Pemisah Tanggul semacam ini dibangun di antara dua buah sungai yang berdekatan, agar arus sungai pada muara kedua sungai tersebut tidak saling mengganggu, terutama pada sungai-sungai yang kemiringannya dan kondisi hidrologinya berbeda. Selain itu pada sungai-sungai yang banyak mengandung sedimen dapat dihindarkan terjadinya
xxxiii
pengendapan pada pertemuan kedua sungai tersebut dan perbedaan permukaan air di muara masing-masing sungai dapat disesuaikan secara individual. 5. Tanggul Melingkar Biasanya dibangun untuk melindungi areal-areal yang tidak terlalu luas tetapi penting dan tanggul semacam ini sudah tidak digolongkan sebagai tanggul dalam rangka perbaikan dan pengaturan sungai. 6. Tanggul Sirip ( Tanggul Melintang ) Pada sungai-sungai yang besar dengan bantaran yang sangat lebar dan tanah bantarannya diusahakan untuk kegiatan pertanian, kadang-kadang dibangun tanggul melintang untuk melindungi areal pertanian tersebut terhadap debit banjir yang lebih kecil dari debit banjir rencananya. Selain itu tanggul tersebut dapat berfungsi sebagai penghambat kecepatan arus sungai dan areal diantara kedua tanggul tersebut dapat pula berfungsi sebagai panampung banjir sementara. Tanggul semacam ini biasanya ditempatkan lebih kurang tegak lurus terhadap tanggul utama dan melintang arah alur sungai. 7. Tanggul Pengarah Tanggul semacam ini berfungsi sebagai pengarah arus di muara-muara sungai untuk menjaga agar muara sungai tidak mudah berpindah-pindah dan sebagai pemandu arus sungai. 8. Tanggul Keliling dan Tanggul Sekat Andaikan pda suatu sungai dibangun penampung banjir sementara ( retarding basin) dengan sistem tanggul, maka tanggulsebelah luar disebut tanggul keliling (surrounding levee ) dan bagian tanggul yang terletak di tepi alur sungai disebut tanggul sekat ( encircling levee ).
xxxiv
9. Penyadap Banjir Bangunan ini berfungsi sebagai penyadap sebagian aliran banjir, pada saat muka air banjir di dalam sungai telah melampui tinggi yang diperkirakan. Biasanya merupakan salah satu komponen utama dari retarding basin atau berfungsi sebagai bangunan atau pintu pembagi banjir.
10. Tanggul Tepi Danau dan Tanggul Pasang Tanggul tepi danau dibangun disekeliling danau atau rawa-rawa dan tanggul pasang dibangun di muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Kedua jenis tanggul tersebut diperhitungkan juga daya tahannya terhadap gaya-gaya hempasan ombak baik dari danau maupun dari laut. 11. Tanggul Khusus Pada pemukiman yang padat penduduk, biasanya biaya pembebasan tanah untuk pembangunan tanggul sangat tinggi. Dalam keadaan demikian untuk mengurangi areal tanah yang harus dibebaskan, biasanya tanggul dibuat berupa dinding pasangan atau dinding beton. 12. Tanggul Belakang Biasanya dibangun pada muara anak-anak sungai untuk mencegah limpasan, akibat aliaran air pada anak-anak sungai tertahan dan permukaannya naik, karena naiknya permukaan air pada sungai utama di waktu banjir.
II.4.2. Perkuatan Lereng
xxxv
Perkuatan lereng ( revetments ) adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul dan secara keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya. Telah terjadi pengembangan yang sangat lanjut terhadap konstruksi salah satu bangunan persungaian yang sangat vital ini dan pada saat ini telah dimungkinkan memilih salah satu konstruksi, bahan dan cara pelaksanaan yang paling cocok disesuaikan dengan berbagai kondisi setempat. Walaupun demikian konstruksi perkuatan lereng secara terus menerus dikembangkan dan disempurnakan
1.
Klasifikasi dan Konstruksi Perkuatan Lereng Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Sebagaimana yang tertera pada gbr.2.3. berdasarkan lokasi, perkuatan lereng dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu perkuatan lereng tanggul ( levee revetment ), perkuatan tebing sungai ( low water revetment ) dan perkuatan lereng menerus ( high water revetment ).
xxxvi
Gambar 2.3. Jenis-jenis Perkuatan Lereng
a. Perkuatan Lereng Tanggul Dibangun pada permukaan lereng tanggul guna melindunginya terhadap gerusan arus sungai dan konstruksi yang kuat perlu dibuat pada tanggul-tanggul yang sangat dekat dengan tebing alur sungai atau apabila diperkirakan terjadi pukulan air ( water hummer). b. Perkuatan Tebing Sungai Perkuatan semacam ini diadakan pada tebing alur sungai, guna melindungi tebing tersebut gerusan arus sungai dan mencegah proses meander pada alur sungai. Selain itu harus diadakan pengamanan-pengamanan terhadap kemungkinan kerusakan terhadap bangunan semacam ini, karena di saat terjadinya banjir bangunan tersebut akan tenggelam seluruhnya. c. Perkuatan Lereng Menerus Perkuatan lereng menerus dibangun pada lereng tanggul dan tebing sungai secara menerus ( pada bagian sungai yang tidak ada bantarannya ).
2. Konstruksi Perkuatan Lereng Konstruksi perkuatan lereng umumnya seperti yang tertera pada gambar 2.4 Dengan kombinasi-kombinasi sebagaimana uraian dibawah ini.
xxxvii
Gambar.2.4. Konstruksi Perkuatan Lereng
a. Pelindung Lereng Pelindung Lereng merupakan bagian utama dari bangunan perkuatan lereng dan dimaksudkan untuk melindungi permukaan lereng tanggul atau permukaan tebing sungai terhadap gerusan arus sungai. Pemilihan konstruksi pelindung lereng haruslah didasarkan pada resim sungai atau lokasinya. b. Pondasi dan Pelindung Kaki Pondasi adalah semacam konstruksi yang akan berfungsi sebagai landasan atau tumpuan pelindung lereng dan penempatannya pada kaki tanggul atau kaki tebing sungai. Mengingat sebab utama kerusakan perkuatan lereng diawali dengan kerusakn pondasinya, maka pondasi dan pelindung kaki harus dikerjakan dengan hati-hati.
c. Sambungan Sambungan dibuat pada setiap jarak 20 m perkuatan lereng, sebagai sambungan pemisah konstruktif, guna melokalisir kemungkinan kerusakn. Selain itu apabila lereng yang dilindungi cukup tinggi, maka diadakan pula sambungan memanjang.
xxxviii
d. Konsolidasi Guna lebih menjamin stabilitas pondasi dan melindunginya terhadap gerusan arus sungai, maka di atas permukaan dasar sungai di depan pondasi ditempatkan hamparan pelindung atau konsolidasi pondasi yang dapat berfungsi pula untuk melindungi permukaan dasar sungai terhadap gerusan. Aadapun jenis, dimensi serta metode pelaksanaanya sangatlah beraneka ragam dan sangat tergantung pada kondisi setempat. e. Pelindung Mercu Perkuatan tebing alur sungai dan perkuatan lereng tanggul yang karena fungsi dan dimensinya mungkin tenggelam di saat terjadi banjir besar agar tidak mengalami kerusakan-kerusakan diperlukan adanya pelindung pada bagian mercunya. Salah satu caranya adalah seperti yang tertera pada skema gbr.2.4.
II.4.3. Bendung
Bendung ditempatkan melintang sungai, guna mengatur aliran air sungai yang melalui bendung tersebut. Berdasarkan fungsinya bendung dapat diklasifikasikan dalam bendung pembagi banjir, bendung penahan air pasang dan bendung penyadap. Selain itu tergantung dari konstruksinya bendung dapat pula diklasifikasikan dalam bendung tetap dan bendung bergerak.
Klasifikasi Berdasarkan Fungsi
a. Bendung Pembagi Banjir
xxxix
Bendung semacam ini didirikan pada percabangan sungai untuk mengatur muka air, sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit rendah sesuai dengan kapasitas yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Bendung Penahan Air Pasang Bendung ini dibangun di bagian sungai yang dipengaruhi pasang-surut air laut untuk mencegah masuknya air asin dan untuk menjamin, agar aliran air sungai senantiasa dalam keadaan normal. c. Bendung Penyadap Bendung ini digunakan untuk mengatur muka air di dalam sungai guna memudahkan penyadapan airnya untuk keperluan air minum, air perkotaan, irigasi dan pembangunan tenaga listrik.
d. Lain-lain Terdapat pula beberapa tipe khusus, antara lain bendung untuk mengatur muka air debit sungai dan mengatur resim hidrologi sungai, bendung yang berfungsi sebagai ambang untuk mencegah turunnya dasar sungai yang biasanya dibangun pada suatu saluran pembuang, saluran banjir atau sudetan, bendung untuk menjaga air sungai pada kedalaman tertentu yang diperlukan bagi lalu-lintas sungai dan bendung serbaguna yang memiliki beberapa fungsi.
Klasifikasi Berdasarkan Tipe Konstruksi
a. Bendung Tetap
xl
Bendung ini tidak dapat mengatur tinggi dan debit air sungai. b. Bendung Gerak Bendung ini dapat digunakan untuk mengatur tinggi dan debit air sungai dengan pembukaan pintu-pintu yang terdapat pada bendung. c. Bendung Kombinasi Bendung ini berfungsi ganda, yaitu sebagai bendung tetap dan bendung gerak.
Gambar.2.5. Komponen Utama Bendung
xli
Gambar.2.6. Komponen utama bendung gerak
Gambar.2.7. Komponen Utama Bendung Tetap
xlii