BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tempat Bersejarah Kata bersejarah merupakan kata yang berasal dari kata Sejarah yang di
mana sejarah dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang terjadi pada peristiwa masa lampau merupakan salah satu unsur yang dapat menjamin kelangsungan budaya dari masyaraktat itu sendiri. (Suwanto,Dkk. 1997). Jadi yang di maksud dengan tempat bersejarah adalah tempat yang di dirikan pada masa lampau. Di Provinsi Gorontalo, menurut data yang di peroleh dari dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo tentang tempat bersejarah yang terdapat di Provinsi Gorontalo yakni: 1. Telapak Kaki Lahilote 2. Patung Nani Wartabone 3. Makam Kramat Ta Ilayabe 4. Makam Kramat Pulubunga 5. Goa Baya Lo Milate 6. Makam Kramat Jupanggola 7. Makam Kramat Haji Buulu 8. Makam Kramat Ta Jailoyibuo 9. Mesjid Hunto 10. Pendaratan Pertama Kali Bapak Soekarno 11. Benteng Orange
4
5
12. Pulau Lampu 13. Rumah adat dulohupa 14. Rumah adat Bandayo Pomboide 15. Rumah adat Gobel 16. Rumah seorang perempuan yang di sayangi dan di segani (Bele Li Mbui) 17. Makam Kramat Hubulo 18. Benteng Orange 19. Makam Seseorang Berdada tujuh jengkal 20. Makam Nani Wartabone 21. Jembatan Merah 22. Kantor Pos Informasi tentang tempat bersejarah ini juga diperkuat dengan wawancara yang di lakukan terhadap tokoh – tokoh masyarakat, yang mengetahui tentang tempat bersejarah di Provinsi Gorontalo.
2.2
Sistem Informasi Geografis Untuk lebih memperkenalkan tempat bersejarah di Gorontalo secara luas,
di perlukan sistem informasi sebagai suatu sarana untuk mencari letak dan mengenal tempat bersejarah di Gorontalo. Di dalam penelitian ini sistem informasi yang akan di bangun adalah Sistem Informasi Geografis (SIG), agar penyajian informasi tentang tempat bersejarah akan di sajikan dalam bentuk peta yang akan di rancang di sebuah WEB
5
6
Sistem informasi geografis merupakan system informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografis (Foote dalam Prahasta 2009), sedangkan menurut (Demer dalam Prahasta
2009)
SIG
adalah
sistem
komputer
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisis informasiinformasi yang berhubungan dengan permukaan bumi. Fungsi SIG adalah meningkatkan kemampuan menganalisis informasi spasial secara terpadu untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. SIG dapat memberikan informasi kepada pengambil keputusan untuk analisis dan penerapan database keruangan (Prahasta. 2002, dalam Dukalang, 2013). Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan.
2.2.1
Komponen Sistem Informasi Geografis (Prahasta, 2009) Sistem Informasi Geografis (SIG) terdiri dari beberapa
komponen dengan berbagai karakteristiknya yaitu : 1. Perangkat Keras yang sering digunakan untuk aplikasi SIG adalah komputer (PC), mouse, monitor (Plus VGA-card grafik) yang beresolusi tinggi, digitizer, printer, receiver GPS. Fungsionalitas SIG tidak terikat ketat pada karakteristik-karakteristik fisik perangkat kerasnya sehingga keterbatasan memori pada suatu PC-pun dapat di atasi.
6
7
2. Perangkat Lunak. Dari sudut pandang yang lain, SIG bisa juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular di mana sistem basis datanya memegang peranan kunci. 3. Data dan Informasi Goegrafi SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data atau informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung (dengan cara mengimport-nya dari format-format perangkat lunak SIG yang lain) maupun secara langsung dengan cara melakukan dijitasi data spasialnya di atas tampilan layar monitor, atau manual dengan menggunakan peta analog dan kemudian memasukkan
data
atributnya
dari
tabel-tabel
atau
laporan
dengan
menggunakan keyboard. 4. Manajemen . Suatu proyek SIG akan berhasil jika di kelola dengan baik dan di kerjakan oleh orang-orang yang memiliki keakhlian (kesesuaian dengan jobdescription yang bersangkutan) yang tepat pada semua tingkatan.
2.2.2
Overview Aplikasi SIG Berbasis Layanan WEB Sistem Informasi Goegrafis (SIG),hingga saat ini merupakan sistem yang
sangat menarik. Sistem yang selalu di buat untuk interaktif ini dapat mengintegrasikan data spasial seperti peta vektor dan citra dijital, atribut seperti tabel sistem basis data dan properties penting dalam bentuk lainnya. Seiring dengan kemajuan teknologi pendukung SIG dan aplikasi basis data spasial, teknologi-teknologi internet, telekomunikasi dan informasipun berkembang pesat. Oleh sebab itu, meskipun dengan motif-motif yang beragam, sistem SIG-pun mengalami ekspansi yang jauh hingga dapat dipublikasikan dan bisa dinikmati
7
8
melalui jaringan internet. Dengan demikian, pada saat ini, manfaat apkikasi SIG tidak hanya dapat dibuktikan oleh orang-orang yang berkumpul di sekitar sistem komputer di mana aplikasi yang bersangkutan diaktifkan, tetapi juga bisa dilihat oleh komunitas yang berada di belahan bumi lainnya (Prahasta, 2009).
2.2.3
Alasan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Ke Dalam Internet Berikut ini adalah uraian singkat yang menjelaskan sebagian pengaruh,
alasan atau sebab baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, yang bersifan minor maupun major, yang cederung bersifat teknis maupun non-teknis, termasuk isu dan standar terkait yang berkembang sedemikian rupa hingga menyebabkan banyak pihak termotifasi untuk merancang dan kemudian mengembangkan aplikasi SIG tersebut hingga saat ini.(Prahasta, 2009) 1. Kebutuhan pengambang. Pada saat ini banyak pihak yang memerlukan publikasi
atas produknya-produknya baik barang atau jasa yang bersifat
komersial maupun non-komersial). Apalagi yang menyangkut produk informasi spasial, banyak produsen yang memerlukan sarana & pelayanan distribusi, publikasi global dan komunikasi yang relatif, efisien, dan murah. Secara alamiah, mereka akan memilih internet dalam hal ini webbased GIS sebagai pilihan pertama dalam merambah dunia di era globalisasi ini. Dengan demikian, produsen dapat menghadirkan produk barang dan jasa terutama yang bersifat GIS-related-nya kehadapan calon konsumenya tanpa harus berpindah posisi secara fisik.
8
9
2. Kebutuhan pengguna (clients). Sebaliknya, pihak pencari (clients) barang dan jasa khususnya yang terkait aspek spasial demikian. Sebelum beranjak posisi fisiknya secara signifikan, ia dapat terlebih dahulu menggunakan koneksi internet (browser dan web-based GIS) untuk mencari apa yang diperlukannya. Dengan dukungan web-based GIS ia bisa mendapatkan informasi terbaru mengenai hasil-hasil penelitian dan pengembangan terkait spasial secara interaktif dan juga terkadang tersedia fasilitas download : utility/AMFM, sensus, statistik, bencana alam, perencanaan, analisis, lingkungan, permodelan (3 dimensi), pengembangan data dan perangkat lunak terkait dan lain sebagainya. Dengan demikian, calon konsumen (client) dapat memperoleh (informasi) produk GIS-related-nya tanpa harus mendatangi lokasi produsen secara fisik. 3. Pintu dayatarik.
Selama ini, sangat familiar dengan bidang-bidang
geodasi/geomatika, militer, utilitas, perencanaan, kemudian, kemudian bisnis-bisnis terkait spasial, dan lain sejenisnya. Oleh karena itu, aplikasil SIG yang berbasis internet khususnya web merupakan ‘pintu’ dayatarik dan entrypoint bagi terbinanya kebiasaan berkomunikasi di antara bidang-bidang ini. Singkatnya, dengan hadirnya aplikasi SIG berbasis internet, SIG menjadi semakin menarik dan komonitasnya makin luas dari waktu-ke-waktu webbased GIS berada di persimpangan dimana berbagai human interest bermuara. 4. Eksistensi & Aktualisasi. Di era globalisasi ini, penggunaan aplikasi webbased-GIS selain digunakan dengan tujuan atau orientasi objektif yang cukup jelas, terkadang, digunakan sebagai alat untuk menyatakan sebuah eksistensi
9
10
atau merepresentasikan aktualisasi suatu pihak (baik sebagai pribadi maupun sebagai organisasi). 5. Menghasilkan uang. Pada era teknologi informasi ini,tidak sedikit orang yang telah berhasil mencari uang dengan memanfaatkan layanan-layanan internet. Apalagi pada saat ini sudah tersedia beberapa host gratis dan perangkat lunak content management system(CMS) yang bersifat open-source hingga memungkinkan para penggunanya untuk membuat sendiri website atau bahkan portal (dimana didalamnya bisa disisipkan artikel, forum diskusi, dan aplikasi terkait peta/data spasial yang sangat menarik) yang berkualitas, mudah, tanpa pemrograman, dan dengan biaya minim. Website seperti ini sangat berpeluang untuk mengundang iklan atau layanan komersial lainnya. Makin banyak pihak yang mengakses (hit-count), makin besar potensi pendapatannya. 6. Konsep client-server. Aplikasi SIG juga ikut mengalami ‘evolusi’ dengan hadirnya konsep pengembangan aplikasi perangkat lunak dengan arsitektur client-server, standlone GIS, remote-harddisk (file server), database server (DBMS), kemudian web-server (map/GIS server). Adalah hampir tidak mungkin jika aplikasi SIG berbasis web dikembangkan tanpa terlebih dahulu diperkenalkannya konsep-konsep ini. 7. Teknologi perangkat keras. Aplikasi SIG berbasis web sudah tentu juga dipicu oleh kemajuan di bidang teknologi perangkat keras. Terutama pendukung untuk sistem komputer di server atau client-nya: kecepatan proses processor (mulai dari..XT, AT-286,AT-386,AT-486, Pentium 1,2,3,4, dan
10
11
seterusnya); kepasitas memorti (mulai dari 640 KB, 16 MB, 32 MB, 64MB, 128MB, 1GB, dan seterusnya); kapasitas dan kecepatan akses ke harddisk (mulai dari 20 MB, 40MB, 40GB, 80GB, dan seterusnya); bentuk, ukuran, dan resolusi (kartu grafis mulai dari monocrome, CGA, EGA, VGA, SVGA, dan seterusnya) Layar monitor, lan atau network card, dan lain sebagainya. Tanpa dukungan semua ini, nampaknya, tidak mungkin aplikasi SIG berbasis internet dapat berkembang seperti pada saat ini. 8. Teknologi Perangkat Lunak. Aplikasi SIG berbasis internet sudah pasti juga didukung oleh kemajuan di bidang teknologi perangkat lunak baik di sisi server main di client-nya. Teknologi perangkat lunak ini antara lain mencakup: sistem operasi (mulai dari Unix, Mac, Linux, Ms. Dos 1, 2, 6.0 Ms. Windows 1, 2, 3.1, 95, 98, NT, 2000, XP, Vista dan lain yang lebih baru lagi); bahasa pemrograman komputer berikut compiler-nya (mulai dari Asambler, Basic, Forten, C, Pascal, Ms. VB, Ms. Visual C++, C#, Borland Delphi, Java, dan sebagainya), aplikasi perkantoran (mulai dari wordstar, lotus-123, chiwriter, multiplan, dbase, Ms. Project, Visio, power point, hingga Ms. Office yang terdiri dari beberapa aplikasi dan tools pendukungnya); drawing CAD/CAM (mulai dari AutoCad versi DOS hingga AutoCad Map versi Ms. Windows, Catia, dan lain sebagainya); Dekstop GIS (Mulai dari ArcInfo, MapInfo, Idrisi, ArcGis, MapWindow, dan lain sebagainya); dan image processing (photoshop, Corel-Draw, erdas, ERMapper, PCI, dan lain sebagainya). Tanpa dipicu dan kemudian didukung oleh teknologi perangkat
11
12
lunak semua ini, nampaknya aplikasi SIG berbasis internet akan mustahil terwujud. 9. Sistem Manajemen Basis Data. Aplkasi SIG (khususnya yang berbasi web) tidak dapat di pisahkan dengan sistem manajemen basisdata yang sudah melekat secara inherent di dalamnya. Oleh kerana itu, proggres pada bidang ini juga merupakan suatu kemajuan pada aplikasi SIG yang berbasis web itu sendiri. Dengan demikian dapat di pastikan bahwa teknologi aplikasi SIG berbasis web didukung oleh konsep dan teknologi di bidang sistem manajemen basis data (mulai dari dbase, access, SQL Server, Oracle, DB2, Informix, FiredBird, MySQL, PostGreSQL, dan lain sebagainya). 10. Pengembangan Tipe Data Spasial. Aplikasi SIG berbasis internet tidak memiliki tipe data spasial khusus yang baru atau tersendiri, melainkan menggunakan yang sudah ada (yang terbaca oleh desktop-based atau workstation: vektor [mulai dari coverage Arcinfo, shapefile ArcView, Table dan MIF MapInfo, DXF/DWG-nya AutoCad, GeoDatabase-nya, Arc Gis, dan lain sebagainya] atau raster [TIF, JPG, PNG, BMP, LAN/GIS, ALG, IMG, BIP/BIL/BSQ.] Beberapa perangkat lunak SIG bahkan menggunakan (mengadopsi) tipe vektor format produk perangkat lunak dekstop GIS tertentu sebagai default masukan data spasilanya. Demikian pula dengan output-nya, beberapa perangkat lunak webbased GIS menggunakan format file image tertentu sebagai bentuk keluaran default. Setiap format ini memiliki, spesifikasi dan keistimewaan tersendiri. Dengan demikian, segala progress pada pengembangan tipe data spasial juga akan memberikan impact pada
12
13
aplikasi SIG
berbasi
internet
karena
format-formatnya
yang
perlu
diakomadasi, apalagi juka format tersebut di jadikan sebagai sebuah standard yang berlaku di suatu komunitas. 11. Globalisasi. Di era globalisasi ini, dengan sarana transportasi dan media komunikasi yang ada, terjadi peningkatan yang pesat pada mobilitas atau perpindahan barang, jasa, tenaga kerja,n teknologi, dan modal dari dan ke negara-negara di belahan dunia ini. Walaupun bukan suatu pengembangan baru, tetapi langkah-langkahnya telah memacu gerak jantungnya seiring dengan
penemuan
teknologi-teknologi
baru,
khususnya
di
bidang
telekomunikasi dan informasi. Hal ini juga sejalan dengan perkembangan internet. Meskipun antara globalisasi dan internet tidak terdapat hubungan yang pasti, tetapi yang jelas, keduanya saling mendukung. Internet yang hadir yang hadir seteleh globalisasi bisa merupakan salah satu bentuk pendukung globalisasi. Akibatnya dengan globalisasi (plus layanan internet), kebanyakan perkembangan yang terjadi di suatu tempat juga di ketahui oleh orang lain yang bermukim di belahan dunia lainnya. Hal ini tentu saja memicu pihak-pihak pengembang aplikasi untuk mengevolusikan aplikasi SIG-nya sedemikian rupa hingga bersifat “global” pada saat yang berasamaan (online) 12. Teknologi Telekomunikasi & Internet. Kemajuan teknologi telekomunikasi, makin rapatnya distribusi alat pendukung jaringan terkait (BTS/RBS, repeater, kabel, modem, hand-phone plus kabel datanya, dan media lainnya, mkin banyak jumlah ISP yang beroprasi di Indonesia dengan bandwith yang cenderung makin besar, makin murahnya biaya telepon/akses internet, dan
13
14
tersedianya broadband access sangat mendukung pertumbuhan minat pemanfaatan internet di dunia. Demkian pula dengan dukungan teknologi internet yang pada umumnya merujuk pada aristektur, protokol, dan services terkait. Semuanya berkembang dengan cepat, terutama yang berkaitan dengan aplikasinya baik di sisi server maupun di sisi client (HTML, Web, XML, ActiveX, aplikasi content management system [CMS]. Tanpa dukungan semua ini internet akan lumpuh, apalagi SIG berbasis web yang melibatkan data spasial
berukuran
relatif
besar
hingga
memerlukan
proses
rendering images-nya. Sebaliknya dengan aplikasi SIG ini, keterlibatan publik secara interaktif makin lebih baik. 13. Masa depan SIG. Dengan berkembang pesatnya teknologi-teknologi terkait, para pengguna aplikasi SIG terobsesi dengan suatu harapan masa depan SIG yang cemerlang. Harapan masa depan SIG tersebut setidaknya dapat di bagi ke dalam beberapa komponen : 1. Perangkat keras 2. Perangkat lunak 3. Karakter apliksai yang di butuhkan. Perangkat
keras
yang
diperlukan
adalah
yang
dapat
mendukung
geo-processing yang cepat. Jika perlu dengan pemrosesan paralel, terdistribusi, berikut memori (RAM dan disk) yang besar dan dapat ditingkatkan. Semantara di bidang perangkat lunak pengembangan aplikasi cenderung menggunakan DBMS relasional (yang berarsitektur ‘terbuka’), dan keterlibatan bahasa generasi ke-empat. Semantara itu, beberapa karakter
14
15
aplikasi yang diperlukan adalah keterlibatan multi-media, mendukung pemodelan yang luas, dan dapat mendukung aplikasi real-tim. Sebagian dari ini sejalan dengan pengembangan aplikasi SIG berbasis internet. 14. OpenSource. Munculnya terminologi opensource di dunia perangkat lunak. Dengan menggunakan produk jenis ini, pengguna dapat secara bebas memperoleh source-code secara legal dan gratis (via jaringan internet) untuk mengembankannya lebih lanjut dan kemudian mendistribusikannya tanpa mengabaikan hak cipta sourc-code yang bersangkutan. Banyak software yang dikembangkan bersama setelah inroduksi open-source. Termasuk salah satu aplikasi SIG berbasis layanan web yang andal dan banyak penggunaanya; MapServer. Oleh karena itu, introduksi perangkat lunak open-source juga memacu perkembangan web-based GIS. 15. Infrastruktur Data Spasial (Nasional). Dengan isu dan standard yang berkaitan dengan masalah ini yang merujuk pada teknologi, kebijakan, standard, dan sumber daya manusia yang diperlukan unutk menghasilkan, menyimpan, memperoses, mendistribusikan, dan meningkatkan utilitas data geospasial banyak pihak yang kemudian mengembangkan aplikasi SIG berbasis internet. 16. OGC & OpenGIS. OGC merupakan organisasi (internasional) non-profit yang mempelopori pengembangan standard-standard yang berlaku untuk geospasial dan location-based services (LBS). Dengan program-programnya, OGC bekerja sama dengan pemerintah, perusahaan swasta dan para akademis untuk mengembangkan antarmuka pemrograman aplikasi perangkat lunak
15
16
(yang bersifat terbuka dan dapat diperluas) untuk SIG dan teknologi lain yang tengah
menjadi
mendefinisikan
mainstream. standard
OpenGIS
(requirements
adalah dasar):
produk
OGC
lingkungan
yang
apliksasi
inter-operable (lingkungan pengguna yang dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa hingga aplikasi dan data terkait dapat di gunakan untuk memecahkan masalah keheterogenan format data spasial), share-data space (model data generik yang dapat mendukung berbagai aplikasi analisis dan kartografis), dan heterogenous resource browser (metode untuk mengekslore dan mengakses informasi yang tersedia di jaringan). Inter-operability yang didirikan oleh standard-standard OpenGIS akan memungkinkan para pengguna web (aplikasi internet) untuk mengombinasikan data-data yang berasal dari banyak lokasi (web milik institusi, atau institusi itu sendiri) dengan cara mengeliminasi masalah-masalah yang bermula dari perbedaan platform.
2.2.4
Kemampuan SIG Tak lengkap rasanya apabila membicarakan SIG tanpa mengetahui
Kemampuan SIG. Berikut adalah contoh kemampuan-kemampuan SIG (Prahasta, 2009): a) Memasukkan dan mengumpulkan data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut). b) Mengintegrasikan data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut). c) Memeriksa, meng-update (meng-edit) data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut).
16
17
d) Menyimpan dan memanggil kembali (retrieve) data unsur-unsur geografis (spasial dan atribut). e) Merepresentasikan atau menampilkan data unsur-unsur goegrafis (spasial dan atribut).
2.3
Haversine Formula Haversine formula adalah persamaan yang penting pada navigasi,
memberikan jarak lingkaran besar antara dua titik pada permukaan bola (Bumi) berdasarkan bujur dan lintang. Penggunaan rumus ini mengasumsikan pengabaian efek ellipsoidal, cukup akurat untuk sebagian besar perhitungan, juga pengabaian ketinggian bukit dan kedalaman lembah di permukaan bumi. Sudut pada rumus menggunakan satuan radian untuk menggunakan fungsi trigonometri. Berikut rumus Haversine Formula Δlat = lat2− lat1 Δlong = long2− long1 a = sin²(Δlat/2) + cos(lat1).cos(lat2).sin²(Δlong/2) c = 2.atan2(√a, √(1−a)) d = R.c Keterangan :
R = jari-jari bumi sebesar 6371(km) Δlat = besaran perubahan latitude Δlong = besaran perubahan longitude c = kalkulasi perpotongan sumbu d = jarak (km) (Gintoro,dkk. 2010)
17
18
2.4
Spherical Law of Cosines
Metode haversine formula di atas diciptakan ketika tingkat presisi hasil penghitungan masih sangat terbatas. Namun sekarang, penghitungan komputer dapat memberikan tingkat presisi yang sangat akurat sehingga dengan menggunakan rumus spherical law of cosine sederhana, kita dapat menentukan posisi dengan cukup akurat (Veness dalam Dukalang. 2013) d = acos(sin(lat1).sin(lat2)+cos(lat1).cos(lat2).cos(long2−long1)).R Keterangan : R = jari-jari bumi sebesar 6371(km) d = jarak (km) Penerapan rumus Sepherical Law of Cosines pada penelitian ini digunakan untuk menghitung jarak dari Satu tempat bersejarah ke tempat sejarah lain untuk menentukan tempat terdekat yang akan di kunjungi.
2.5
Penelitian Terkait Pada penelitian ini di cantumkan beberapa penelitian yang di jadikan
literatur untuk penelitian yang di lakukan sekarang. Dari setiap penelitian sebelumnya terdapat berbagai perbedaan. Pada tahun 2010, penelitian yang dilakukan Chandra, merancang sebuah Sistem Informasi Geografis Bangunan Bersejarah yang dimana Sistem tersebut dijadikan sebagai Sarana publikasi kepada masyarakat luas mengenai sejarah bangunan tua dan bersejarah di bandung sehingga dapat mempercepat dan mempermudah proses pencarian informasi bagi para pencari informasi sejarah 18
19
dalam mencari mencari letak lokasi bangunan. Dalam penelitiannya, aplikasi di buat hanya menampilkan rute namun tidak menampilkan jarak antara objek yang satu ke objek yang lainnya selain itu penyampaian informasi tentang bangunan bersejarah yang dilakukan masih menggunakan text. Dukalang (2013) membangun sebuah Sistem Informasi Geografis Bus yang dapat memberikan informasi mengenai setiap rute dari bus tersebut. Sistem ini merupakan sistem informasi yang menampilkan informasi rute dan jarak dalam bentuk peta dan serta penyampaian intormasi yang berbentuk text. Untuk penelitian lain yang telah di lakukan oleh Suparwoko. Dkk, (2010) yaitu tentang Sistem Informasi Konservasi tentang bangunan bersejarah yang berbasis Stakeholders yang dimana sistem ini hanya menyediakan informasi tentang pengelolaan bangunan. Dari beberapa penelitian yang di paparkan di atas, peneliti melakukan pengembangan terhadap penelitan-penelitan tersebut, di mana penelitian yang dilakukan sekarang ini dapat menampilkan rute dan jarak dari objek yang satu ke objek yang lainnya, dan untuk informasinya menggunakan video yang berfungsi sebagai pemandu virtual.
19