BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DDST (Denver Development Screening Test) 1.
Pengertian dari DDST (Denver Development Screening Test) DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnostik atau test IQ. DST menurut Soetjiningsih (1995) merupakan : a. Test yang mudah dan cepat (15-20) menit dapat diandalkan dan mempunyai validitas yang tinggi. b. Test yang secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100 persen bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyata 89 persen dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian. Menurut Frankernburg dan Borowitz (1986) DST tidak hanya mengidentifikasi lebih dari separo dengan kelainan bicara. Dan frankernburg melakukan revisi dan standarisasi kembali DDST dan juga perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST dinamakan Denver II.
2.
Aspek perkembangan yang dinilai Terdiri dari 105 tugas perkembangan pada DDST dan DDST-R, yang kemudian pada Denver II dilakukan revisi dan restandarisasi dari DDST sehingga terdapat 125 tugas perkembangan.
8
9
Perbedaan lainnya adalah, pada Denver II terdapat : a. Peningkatan 86 persen pada sektor bahasa b. Pemeriksaan untuk artikulasi bahasa c. Skala umur yang baru d. Kategori yang baru untuk interprestasi pada kelainan yang ringan e. Skala penilaian tingkah laku f. Materi training yang berbeda. Semua pada petunjuk pelaksanaan hanya 28 point, pada Denver II menjadi 31 point. 3.
Tugas perkembangan Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi : a. Perilaku sosial (Personal Sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. b. Gerakan Motorik Halus (Fine Motor Adaptive) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. c. Bahasa (Language) Kemampuan yang memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
10
d. Gerakan motorik kasar (Gross Motor) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. 4.
Alat yang digunakan a. Alat peraga : benang wol, manik-manik, kubus warna merah kuning, hijau, biru, permainan anak, botol kecil, bola teknis, bel kecil, kertas dan pensill b. Lembar formulir DDST c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap : 1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 1 tahun , 2 tahun dan 3 tahun b) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan
pada
tahap
pertama.
Kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. 5.
Penilaian Dari buku Tumbuh Kembang Anak, Soetjiningsih (1995) tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan untuk melaksanakan tugas (No Opportunity =N.O). Kemudian ditarik garis kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-asing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil test diklasifikasikan dalam : normal, abnormal, meragukan (questionable) dan tidak dapat di test (untesable) (Soetjiningsih, 1995).
11
a. Abnormal 1) Bila didapat 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor / lebih 2) Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. b. Meragukan 1) Bila ada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih 2) Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. Tidak dapat di test 3) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi abnormal atau meragukan. c. Tidak dapat di test Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hail test menjadi abnormal aau meragukan. d. Normal Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. Perhitungan umur adalah sebagai berikut misalnya budi lahir pada tanggal 23 Mei 1992
12
dari kehamilan yang cukup bulan dan test dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1994, maka perhitungannya sebagai berikut: a. 1994-10-5 (saat test dilakukan) b. 1992-5-23 (saat Budi lahir) Umur Budi 2-5-12 = 2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12 hari adalah lebih kecil dari 15 hari maka, dibulatkan ke bawah sehingga umur Budi adalah 2 tahun 4 bulan. Kemudian garis umur ditarik vertikal pada lembar DDST yang memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugas yang terletak di sebelah kiri itu, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia Budi, (2 tahun 4 bulan). Apabila Budi gagal mengerjakan tugas tersebut (F), maka berarti suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan itu terletak dalam kotak yang terpotong oleh garis vertikel umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur. Panjang ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibaliknya formulir (Soetjiningsih,1995).
13
B. Perkembangan (Development) 1. Pengertian Perkembangan Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pemotongan fungsi psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan
(Suherman,2002).
Menurut
Harlimsyah
(2007)
perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif
dan
psikososial
(bagaimana
anak
berinteraksi
dengan
lingkungan). Aspek perkembangan anak yang diketahui orang tua yaitu: a. Perkembangan Fisik Berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik, yakni perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan spiral cord (Harlimsyah, 2007). Perkembangan fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan fungsi dari organisme (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, misalnya : kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih, misalnya : kemampuan memindahkan
14
benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menulis. Perkembangan motorik kasar dan halus sangat diperlukan anak agar dapat berkembang optimal. Bedanya, perkembangan motorik kasar tergantung kematangan anak sedangkan perkembangan motorik halus anak bisa dilatih. Anak yang perkembangannya kurang biasanya disebabkan stimulasi dari lingkungan yang kurang (Harlimsyah, 2007). b. Perkembangan Emosi Perkembangan ini harus dipupuk sejak dini. Misalnya, orang tua harus bisa memberikan kehangatan, sehingga anak merasa nyaman. Anak akan belajar dari model di lingkungannya. Orang tua yang tak pernah
memberi
kehangatan
pada
anak
akan
mempengaruhi
kemampuan berinteraksi dengan lingkungan. Akibat lain anak bisa merasa takut mencoba, malu bertemu dengan orang (Harlimsyah, 2007). Perkembangan emosi, seperti aspek lain dari perkembangan, berkaitan dengan umur. Ia harus belajar untuk mengatasi frustasi yang diuraikan sebagai suatu status yang bisa menimbulkan kekecewaan. Pengendalian emosi perlu pembelajaran bagaimana mengarahkan rangsangan yang diterima dan menentukan arah yang harus dijalani. Lingkungan yang baik akan menjamin stabilitas emosional (Sacharin, 1996). Perkembangan emosi anak mempunyai ciri khas dengan proses gerak maju mundur (Progression and Regression). Orang tua dapat membantu perkembangan anak melalui berbagai cara. Yang paling penting adalah kehidupan keluarga yang bahagia dan stabil tanpa
15
ketegangan, serta cara merawat anak yang penuh kesabaran dalam menghadapi segala macam konfliknya (Suherman, 2000). c. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif atau proses berfikir adalah proses menerima, mengolah sampai memahami info yang diterima. Aspeknya antara lain intelegensi, kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berfikir logis (Harlimsyah, 2007). Kemampuan ini berkaitan dengan bahasa dan bisa dilatih sejak anak mulai memahami kata. Pada tahap dimana anak mulai memberikan respon dan memahami kata, bisa dimasukkan informasi sederhana. Misalnya, aturan-aturan yang ada di lingkungan. Mengenalkan konsep-konsep dasar, seperti warna dan angka. Proses pengenalan dilakukan dengan cara bermain. Hambatan bidang kognitif bisa dilihat dari seberapa cepat atau lambat anak menangkap informasi yang diberikan, seberapa sulit anak mengungkapkan pikiran. Keterlambatan seperti ini berkaitan dengan kapasitas intelektual yang akan menjadi terbatas pula. d. Perkembangan Psikososial Perkembangan psikososial dimulai pada kehidupan awal bayi. Tersenyum dapat dianggap sebagai respon sosial. Pertama kali senyum timbul sebagai respon terhadap orang asing juga terhadap wajah yang dikenal. Peningkatan pertukaran sosial terjadi secara cepat ketika anak mulai bicara (Sacharin, 1996). Umur 6 bulan senyuman menjadi lebih selektif, terutama senyum terhadap ibu, ayah dan saudara kandung.
16
Anak juga akan malu terhadap orang asing. Antara usia 2 – 3 tahun anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial (Hurlock, 1998). Peran orang tua terhadap
anak
lingkungan.
adalah
Hambatan
mengajarkan
cara
perkembangan
beradaptasi
sosial
dengan
membuat
anak
mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, bisa juga jadi pemalu (Harlimsyah, 2007). Sebaliknya orang tua over protektif, anak menjadi sulit berpisah dengan orang tua, sulit mengajarkan sesuatu sendiri karena tidak pernah diberi kesempatan. e. Perkembangan Psikoseksual Perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Frcud (dalam Wong, 1999), psikoseksual merupakan proses perkembangan anak dengan pertambahan kematangan fungsi struktur dan kejiwaan yang menimbulkan dorongan untuk mencari rangsangan dan kesenangan untuk menjadi dewasa melalui tahapan berikut : 1) Tahap oral (0-1 tahun Kenikmatan
didapat
dengan
cara
menghisap,
menggigit,
mengunyah, atau bersuara. Ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang terjadi pada tahap ini adalah masalah menyapih dan makan. 2) Tahap anal (1-3 tahun) Kepuasan pada tahap ini didapat melalui pengeluaran feces, anak menunjukkan keakuan, bersikap narsistik (cinta terhadap dirinya
17
sendiri), dan sangat egoistik. Anak mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan. Masalah muncul adalah obsesif atau gangguan pikiran pandangan sempit, sifat introver (tertutup), ekstrover impulsif (terbuka tapi kurang mampu mengendalikan diri). 3) Tahap oedipal / phalik (3-6 tahun) Kepuasan pada tahap ini terletak pada rangsangan otocrotik, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, dan timbul rasa ingin tahu mengenai perbedaan yang terdapat pada lawan jenisnya. Selain itu, anak laki-laki cenderung menyukai ibu daripada ayahnya, demikian juga sebaliknya anak perempuan, cenderung menyukai ayahnya. 4) Tahal laten (6-12 tahun) Pada tahap ini anak mengembangkan keterampilan dan sifat yang dimilikinya. Energi disalurkan untuk mencari pengetahuan dan berinteraksi dengan kelompok atau kawan sebaya, dorongan libido mulai mereda. 5) Tahap genital (12 tahun ke atas) Tahap ini diawali dengan pubertas, kematangan sistem reproduksi, dan produksi hormon seks. Sumber kepuasan utama adalah daerah genitalia, namun energi juga diragukan untuk berinteraki dengan orang lain dan memperiapkan pernikahan.
18
Tabel 2.1 Ringkasan kemajuan perkembangan lahir sampai 5 tahun (Sacharin, 1996) Motorik/Sensorik Umur Sampai 1 Refleks-refleks primitif, bl
Sosial
Bahasa
Manipulatif
dapat menghisap, menggenggam, memberikan respon terhadap suara-suara
1-3 bLn
mengejutkan Menegakkan kepala
Memberikan respon
sebentar, mengadakan
senyum
gerakan-gerakan 3-4 bln
merangkak jika tengkurap. Mengangkat kepala dari
Tersenyum.
posisi tengkurap dalam
6-9 bln
Bersuara jika diajak
Mulai mengamati
bicara.
tangan sendiri ;
waktu yang singkat.
Mampu untuk
Memalingkan kepala ke
memegang
arah suara. Berguling dari sisi ke sisi
Memperlihatkan
Bervokalisasi – suara-
kerincingan. Mulai
ketika terlentang.
kegembiraan dengan
suara bergumam, suara
memindahkan
Memalingkan kepala pada
berlagak dan tersipu-
seperti “da”, “ma”.
benda dari satu
orang yang berbicara.
sipu.
tangan ke tangan lainnya. Mampu memanipulasi
9-10
Duduk dari posisi
Mengenal dan
Ngoceh dan
benda-benda. Memungut benda
bulan
berbaring ; berpindah ;
menolak orang asing ;
bervokalisasi ;
diantara jari-jari
merangkak.
meniru ; berteriak
mengatakan kata-kata
dan ibu jari.
untuk menarik
seperti da-da, mam-
Merangkak dengan baik
perhatian. Menurut perintah
mam. Mengucapkan kata-
Memegang gelas
menarik badan sendiri
sederhana, meniru
kata tunggal/
untuk minum.
untuk berdiri ; dapat
orang dewasa.
berjalan dengan
Memperlihatkan
dibimbing.
berbagai emosi.
1 tahun
19
1½
Berjalan tanpa ditopang;
Ingin bermain dekat
Telah menggunakan
Mencoret-coret,
tahun
menaiki tangga atau
anak-anak lain.
20 kata-kata yang
membalik-balik
peralatan rumah tangga
Meminta minum.
dapat dimengerti.
halaman,
(kursi)
Mengenal gambar-
bermain dengan
gambar binatang.
balok-balok
Mengenal beberapa
bangunan secara
2 tahun
Mampu berlari, memanjat,
bagian tubuhnya. Mulai bermain dengan
Mulai menggunakan
konstruktif. Berpakaian
menaiki tangga, membuka
anak-anak lain.
dua atau tiga kata
sendiri, tidak
secara bersama.
mampu untuk
pintu.
mengikat atau memasang 3 tahun
Berlari bebas, melompat,
Mengetahui nama dan
Berbicara dengan
kancing. Menggambar
mengendari sepeda roda
jenis kelaminnya
kalimat-kalimat
lingkaran ;
tiga.
sendiri dapat diberi
pendek.
menggambar
4-5 tahun
pengertian ; bermain
gambar-gambar
secara konstruktif dan
yang dapat
imitatif.
dikenal.
Mengetahui banyak
Bernyanyi,
huruf-huruf dari
berdendang.
alphabet ; mengetahui lagu kanak-kanak ; dapat menghitung sampai 10.
2. Hal-hal yang penting dalam perkembangan konsep menurut Alimul Hidayat (2006) : a. Kemampuan untuk melihat adanya hubungan : untuk mampu menangkap arti, anak itu harus mampu melihat adanya hubungan antara pengalaman baru dan lama. Kemampuan ini berkembang bahkan sebelum bayi berusia satu tahun dan selanjutnya berkembang
20
dengan cepat. Pada tiap usia, melihat hubungan secara tepat lebih mudah bila materi baru mempunyai persamaan dengan pengalaman masa lampau. b. Kemampuan untuk menguasai arti yang tersirat : anak-anak menangkap hal-hal berdasarkan apa yang dilihat dan tidak menangkap arti yang tidak dilihat. Bila artinya halus atau kiasan, anak yang lebih besarpun biasanya tidak menangkapnya. c. Kemampuan bernalar. Untuk mampu mengerti secara tepat apa yang dihadapi dan apa yang dilihat, anak harus menggunakan pemikiran yang induktif dan kadang-kadang bahkan penilaian yang deduktif atau kreatif. Karena kemampuan mental tersebut berkembang secara lambat, anak yang lebih besarpun sering salah menginterprestasikan apa yang diamati. 3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa ini mempunyai ciri-ciri yaitu (Soetjiningsih, 1995) : a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah dipahami.
21
b. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. c. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan yang lainnya. d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan syaraf. e. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas. f. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal g. Refleks primitif seperti reflek memegang dan berjalan akan menghilang.
4. Anamnesis Tumbuh Kembang Anak Hal-hal yang harus diperhatikan dalam anamnese tumbuh kembang anak, adalah sebagai berikut : a. Anamnesia faktor prenatal dan perinatal b. Merupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak dan harus menyangkut faktor risiko untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik dan mental anak, termasuk fakor risiko untuk buta, tuli, palsi cerebralis dan lain-lain. c. Kelahiran premature d. Harus dibedakan antara bayi premature dengan bayi yang dismatur dimana telah terjadi retardasi mental pertumbuhan intrauterine
22
e. Bayi premature, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal, maka harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterine yang tidak sempat dilalui tersebut. f. Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak. g. Misalnya untuk meneliti perkembangan motorik anak, harus dinyatakan berat badannya, karena erat hubungannya dengan perkembangan motorik anak tersebut. h. Penyakit-penyakit
yang
mempengaruhi
tumbuh
kembang
dan
malnutrisi. i. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak. j. Merupakan informasi yang sangat penting yang harus dinyatakan pada ibu pada saat pertama kali datang. k. Pola perkembangan anak dalam keluarga l. Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada kalanya perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih cepat atau lambat. Setelah anamnesis dapat diketahui tahap-tahap dalam tumbuh kembang (Soetjiningsih, 1995). 5. Tahap-tahap tumbuh kembang anak dan remaja Walaupun terdapat variasi yang sangat besar, akan tetapi setiap anak akan melalui suatu “milestone” yang merupakan tahapan dari tumbuh kembang anak dan setiap tahapan mempunyai ciri-ciri tersendiri. adapun tahap-tahap tumbuh kembang anak (Cecily, 2002):
23
a. Masa pranatal 1) Masa mudigah / embrio
: konsepsi – 8 minggu
2) Masa janin / fetus
: 9 minggu – lahir
b. Masa bayi 1) Masa neonatal
: usia 0-28 hari
2) Masa neonatal dini
: 0-7 hari
3) Masa neonatal lanjut
: 8-28 hari
4) Masa pasca neonatal
: 29 hari – 1 tahun
5) Masa pra sekolah
: usia 1 – 6 tahun
c. Masa sekolah
: 6-10 / 20 tahun
1) Masa praremaja
: usia 6-10 tahun
2) Masa remaja
:
a) Masa remaja dini : Wanita, usia 8-13 tahun b) Masa remaja lanjut : Wanita, usia 13-18 tahun dan Pria, usia 15-20 tahun Menurut Sigmund Freud, periodesasi perkembangan dibagi 6 fase: a. Fase oral (0-1 tahun), fase masa ini, mulut merupakan central pokok keaktifan yang dinamis. b. Fase anal (1-3 tahun), terjadi dorongan dan tahanan yang berpusat pada alat pembuangan kotoran. c. Fase falis (3-5 tahun), fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa.
24
d. Fase laten (5-12 tahun), cenderung impuls-impuls untuk berada pada kondisi tertekan. e. Fase pubertas (12-20 tahun), fase ini impuls-impuls kembali menonjol, seseorang anak akan sampai pada fase kematangan. f. Fase genital (>20 tahun), seseorang telah sampai pada dewasa muda. Menurut Erik H. Erikson perkembangan anak dibagi dalam 8 tahap : a. Masa oral-sensorik yaitu masa kepercayaan vs ketidakpercayaan. b. Masa anal-muskular yaitu kebebasan vs perasaan malu-malu atau ragu-ragu c. Masa genital-locomotor yaitu inisiatif vs rasa bersalah d. Masa laten yaitu ada gairah vs rendah diri e. Masa remaja yaitu identitas vs kekaburan peran f. Masa dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan g. Masa dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan h. Masa kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan 6. Tahap Perkembangan anak usia 1 – 3 tahun Menurut Cecily (2002) tahap perkembangan anak usia 1-3 tahun : 1. Berat badan a) Toddler menambah berat badan sebanyak 2,2 kg per tahun. b) Penambahan berat badan menurun secara seimbang. 2. Tinggi badan a) Tinggi badan meningkat kira-kira 7,5 cm per tahun.
25
b) Proporsi tubuh berubah ; lengan dan kaki tumbuh dengan laju yang lebih cepat dari pada kepala dan badan. c) Lordosis lumbar pada medula spinalis kurang terlihat. d) Tubuh toddler tidak begitu gemuk dan pendek. e) Tungkai mempunyai tampilan yang bengkok (torsi tibialis). 3. Lingkar kepala a) Fontanel anterior menutup pada usia 15 bulan. b) Lingkar kepala meningkat 2,5 cm per tahun. c) Gigi – mular pertama dan kedua serta gigi taring mulai muncul. 4. Perkembangan Motorik Kasar a. Usia 15 bulan 1.
Berjalan sendiri dengan jarak kedua kaki lebar.
2.
Merayapi tangga.
3.
Dapat melempar objek.
b. Usia 18 bulan 1.
Mulai bisa berlari ; jarang jatuh.
2.
Menaiki dan menuruni tangga.
3.
Menaiki perabot.
4.
Bermain dengan mainan-mainan yang dapat ditarik.
5.
Dapat mendorong perabot yang ringan ke sekeliling ruangan.
6.
Duduk sendiri diatas bangku.
26
c. Usia 24 bulan 1.
Berjalan dengan gaya berjalan yang stabil.
2.
Berlari dengan sikap yang lebih terkontrol.
3.
Berjalan naik dan turun tangga dengan menggunakan dua kaki
4.
Melompat dengan kasar.
5.
Membantu membuka baju sendiri.
6.
Menendang bola tanpa kehilangan keseimbangan.
d. Usia 30 bulan 1. Dapat menyeimbangkan diri sementara dengan satu kaki. 2. Menggunakan kedua kaki untuk melompat. 3. Melompat ke bawah dari atas perabot. 4. Mengendarai sepeda roda tiga. 5. Perkembangan Motorik Halus a. Usia 15 bulan 1. Membangun menara yang terdiri dari dua balok. 2. Membuka kotak. 3. Memasukkan jari ke lubang. 4. Menggunakan sendok tetapi menumpahkan isinya. 5. Membalik halaman buku. b. Usia 18 bulan 1. Membangun menara yang terdiri dari tiga balok. 2. Mencoret-coret sembarangan.
27
3. Minum dari cangkir. c. Usia 24 bulan 1. Minum dari cangkir yang dipegang dengan satu tangan. 2. Menggunakan sendok tanpa menumpahkan isinya. 3. Membangun menara yang terdiri dari empat balok. 4. Mengosongkan isi botol. 5. Menggambar garis vertikal dan bentuk lingkaran. d. Usia 30 bulan 1. Memegang krayon dengan jari. 2. Menggambar dengan asal. 3. Mampu membangun menara yang terdiri dari tiga balok. 6. Perkembangan Psikoseksual (Fase anal) a. Fokus tubuh – area anal. b. Tugas perkembangan – belajar untuk mengatur defekasi dan urinasi. c. Krisis perkembangan – toilet training. d. Keterampilan koping yang umum – temper tantrum, negativisme, bermain dengan feses dan urin, perilaku regresif, seperti menghisap ibu jari, mengeriting rambut menjadi simpul-simpul, menangis, iritabilitas dan mencibir. e. Kebutuhan seksual – sensasi menyenangkan berhubungan dengan fungsi eksetori ; anak mengeksploitasi tubuh secara aktif. f. Bermain – anak senang bermain dengan eksreta (feses)
28
g. Peran orang tua – untuk membantu anak mencapai kontinensia tanpa kontrol yang terlalu ketat atau overpermissive. 7. Perkembangan Psikososial (Otonomi vs. Rasa Malu dan Ragu) a. Tugas perkembangan: belajar untuk asertif dalam mengekspresikan kebutuhan, keinginan, dan kemauan. b. Krisis perkembangan: toilet training, pengalaman anak-anak untuk pertama kali, paksaan sosial terhadap perilaku oleh orang tua. c. Keterampilan koping yang umum – temper tantrum, menangis, aktivitas fisik, negativisme, menahan napas, mencari perhatian, bermain dan regresi. d. Bermain – anak melakukan dan mencari kesempatan dan aktivitas bermain ; mencari perhatian
pemberi asuhan; mengeksploitasi
tubuh; menikmati sensasi dari gerakan motorik halus dan kasar; bermain secara aktif dengan objek; belajar untuk berinteraksi dengan cara yang disetujui secara sosial. e. Peran orang tua – untuk berperan sebagai agens pensosialisasi untuk peran dasar konduksi; melakukan restriksi untuk pertama kalinya terhadap perilaku anak; berfokus langsung dari gratifikasi primer dan immediate terhadap kebutuhan anak. 8. Perkembangan Moral (Tahap Prakonvensional) a. Konsep toddler tentang benar dan salah terbatas. b. Orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kesadaran anak.
29
9. Perkembangan Kepercayaan (Tahap Intuitif Projektif) a. Keyakinan dipelajari dari orang tua. b. Anak menirukan praktik dan sikap keagamaan. 10. Perkembangan Motorik Kasar Usia 36 bulan a. Pakai dan ganti baju sendiri. b. Berjalan mundur. c. Naik turun tangga, berganti-ganti kaki. d. Berdiri sesaat di atas satu kaki. 11. Perkembangan Kognitif (Tahap Praoperasional) Anak berkembang dari perilaku sensomotor sebagai alat pembelajaran
dan
berinteraksi
dengan
lingkungan
menjadi
pembentukan pikiran simbolik. a. Mengembangkan kemampuan untuk membentuk representasi mental terhadap objek dan orang. b. Mengembangkan konsep waktu. c. Memiliki perspektif egosentris; memberi arti sendiri untuk realitas. Berikut ini adalah ciri-ciri dari pikiran : a. Animisme:
keyakinan
bahwa
benda
mempunyai
perasaan,
kesadaran dan pikiran seperti manusia. b. Artifisialisme: keyakinan bahwa sebuah agens kuat (natural atau supernatural) menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. c. Sentrasi: kemampuan berfokus pada satu aspek saja dari situasi.
30
d. Partisipasi: keyakinan bahwa kejadian timbul untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan anak. e. Sinkretisme: penggunaan sebuah penjelasan yang spesifik untuk suatu kejadian sebagai jawaban untuk melukiskan situasi yang berbeda secara alami dari yang asli. f. Jukstaposisi: bentuk rudimenter dari asosiasi dan pemikiran; menghubungkan dua kejadian tapi bukan hubungan sebab akibat. g. Transduksi: bentuk rudimenter dari asosiasi dan pemikiran; mengasosiasikan fakta yang tidak signifikan dalam hubungan sebab akibat. h. Ireversibilitas: ketidakmampuan membalikkan proses berpikir; ketidakmampuan
untuk
menelusuri
kembali
jalan
pikiran
kesimpulan sampai awalnya. 12. Perkembangan Bahasa a. Usia 2 tahun 1. Menggunakan kalimat dengan dua dan tiga kata. 2. Menggunakan holofrasis. 3. Lebih dari setengah pembicaraannya dapat dimengerti. b. Usia 3 tahun 1. Banyak bertanya. 2. Berbicara saat ada maupun tidak ada orang. 3. Menggunakan pembicaraan telegrafis (tanpa kata preposisi, kata sifat, kata keterangan, dll)
31
4. Mengucapkan konsonan berikut : d, b, t, k, dan y. 5. Menghilangkan w dari pembicaraannya. 6. Mempunyai perbendaharaan kata sebanyak 900 kata. 7. Memakai kalimat tiga kata (subyek – kata kerja – obyek) 8. Menyatakan namanya sendiri. 9. Membuat kesalahan suara spesifik (s, sh, ch, z, th, r, dan l) 10. Menjamakkan kata-kata. 11. Mengulangi ungkapan dan kata-kata dengan tanpa tujuan. 13. Perkembangan Psikoseksual (Tahap Falik) a. Fokus tubuh – genital. b. Tugas perkembangan: peningkatan kesadarannya akan organ seks dan minatnya dalam seksualitas. c. Krisis perkembangan: Oedipus dan Elektra komplek; ketakutan akan
kastrasi;
ketakutan
adanya
gangguan
pada
tubuh;
perkembangan prasyarat untuk identitas laki-laki atau perempuan; identifikasi dengan orang tua dari jenis kelamin yang sama (pada keluarga dengan hanya satu orang tua, pemecahan krisis selama krisis ini mungkin lebih sulit) d. Keterampilan koping umum: pembentukan reaksi; transisi dari perasaan negatif pada orang tua dengan jenis kelamin yang berbeda menjadi perasaan positif; masturbasi selama masa stres dan isolasi. e. Temperamen, sedikit banyaknya kecemburuan dan perilaku bervariasi sesuai pengalaman anak di masa lalu
32
f. Bermain: permainan dramatis, yaitu anak-anak memerankan peran orang tua dan peran jenis kelamin yang sama. 7. Penilaian perkembangan anak Perkembangan anak mendapat perhatian yang penting untuk dipahami dengan skrining dapat diketahui adanya masalah pada perkembangan pada anak, yang tidak berarti diagnosa pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari-hari yang dapat memberikan petunjuk
kalau
ada
seseorang
yang
perlu
mendapat
perhatian
(Soetjiningsih, 1995). dan masih diperlukan lagi anamnese yang baik, pemeriksaan fisik yang pasti, dan pemeriksaan petunjuk lainnya agar diagnosis dapat dibuat, intervensi dapat dilakukan dengan baik. Tujuan dari penilaian perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995): a. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal yang merupakan risiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut. b. Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan atau konseling genetik. c. Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke senter berikutnya Tahap-tahap penilaian perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995) 1.
Anamnese Tahap anamnese yang lengkap, karena kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dengan anamnese yang teliti maka salah satu penyebab dapat diketahui.
33
2.
Pemeriksaan fisik Dilakukan untuk melengkapi anamnese diperlukan pemeriksaan fisik, agar diketahui apabila terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Misalnya: berbagai sindrom, penyakit jantung rawan, tanda-tanda penyakit defisiensi dan lain-lain.
3.
Pemeriksaan neurologi Dimulai dengan anamnese masalah neurology dan keadaankeadaan yang juga dapat mengakibatkan gangguan neurology, seperti trauma lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat, dan sebagainya. Kemudian dilakukan pemeriksaan neurology yang teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan, misalnya kalau ada penyakit-penyakit degeneratif, palsi serebralis, adanya lesi intrakrasial
4.
Skrining gangguan perkembangan anak Pada tahap ini dianjurkan untuk menggunakan instrumen untuk skrining guna mengetahui kelainan pada perkembangan anak, misalnya dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test), test IQ, atau tes psikologik lainnya.
5.
Evaluasi pada lingkungan anak Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan bio-phsiko-psikososial. Untuk deteksi dini, kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut. Misal dapat digunakan HSQ (Home Screening Questionere).
6.
Evaluasi pengelihatan dan pendengaran anak
34
Skrining
pendengaran
anak,
melalui
anamnese
atau
menggunakan audio meter kalau ada alatnya. 7.
Evaluasi bahasa dan bicara anak Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan anak dalam berbicara masih dalam bata tertentu yang normal atau tidak.
8.
Evaluasi Penyakit Metabolik Salah satu penyebab gangguan pada perkembangan anak adalah disebabkan oleh adanya penyakit metabolik. Dari anamnese dapat dicurigai adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota keluarga lainnya ada yang terkena penyakit yang sama.
9.
Intelegensi dari hasil penemuan Berdasarkan anamnese dan semua pemerisaan tersebut dibuat suatu kesinambungan diagnosis dari gangguan tersebut. Kemudian ditetapkan penatalaksanannya, konsultasi kemana dan prognosisnya.
8. Tugas Perkembangan 1.
Pengertian Development task adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan dan dipecahkan oleh setiap individu pada setiap periode perkembangannya (Republika, 2006). Dengan mempelajari tugas-tugas perkembangan dalam hubungannya dengan pendidikan sebagai berikut: a. Dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan itu, manusia dapat merumuskan tujuan hidupnya. Menurut Havighurst : “Tugas-tugas
35
perkembangan adalah tujuan-tujuan sementara pendidikan atau segala sesuatu yang harus dipecahkan dan dipelajari atau dicapai oleh anak (individu) dalam proses perkembangan hidupnya. b. Tugas perkembangan memberikan petunjuk tentang waktu dan usaha-usaha pendidikan yang harus dilaksanakan. c. Tugas perkembangan menghendaki bentuk pendidikan tertentu yang menunjuk kepada materi, usaha dan metode pendidikan. 2.
Masa Kanak-kanak (Infancy-Early Childhood : 0-6 tahun) Titik permulaan masa kanak-kanak terjadi pada masa 0-6 tahun. Jumlah Development task pada masa kini dapat dibicarakan sekehendak hati jumlahnya. Hal ini tergantung dari kenyataan biologis, psikis, sosial. Namun dengan demikian untuk kepentingan pendidikan cukup setiap perkembangan dibicarakan 6-10 buah development task. Setiap tugas perkembangan terdiri atas kesatuan kegiatan misalnya: tugas bergerak sendiri berjalan, melompat dan lari. Adapun tugas perkembangan pada masa kanak-kanak ini (Alimul Hidayat, 2006): a. Belajar berjalan b. Belajar mengambil makanan-makanan yang keras (padat) c. Belajar berbicara d. Belajar menguasai pengeluaran barang-barang yang tidak berguna dalam badan anak, sehingga caranya dapat diterima secara sosial (“Toilet Training”)
36
e. Belajar membedakan jenis kelamin, serta dapat melakukan kerja kooperatif dengan jenis kelamin yang lain. f. Belajar mencapai stabilitas fisiologis g. Pembentukan konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataankenyataan yang bersifat sosial dan yang bersifat fisik. h. Belajar untuk menghubungkan diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain. i. Belajar membedakan baik dan buruk yang berarti mengembangkan kata hati. 3.
Perkembangan Bio-Sosial pada masa Kanak-kanak (Early Childhood) Ciri-ciri utama tugas-tugas perkembangan pada periode ini ialah tugas bersifat bio-sosial, menurut Alimul Hidayat (2006) adalah : a. Tugas perkembangan tersebut mempunyai dasar biologis yaitu adanya bagian-bagian dan alat-alat dalam badan yang menjadi pelengkap pertumbuhannya. b. Tugas-tugas perkembangan tersebut mempunyai dasar-dasar sosial (terutama pengaruh keluarga besar artinya dalam sukses dan gagalnya anak dalam mempelajari tugas-tugas perkembangan). Dan tugas perkembangan yang bersifat bio-sosial pada Early Childhood meliputi: 1. Belajar sikap dasar terhadap tanggung jawab, kewajiban dan terhadap keyakinan.
37
2. Belajar kesadaran akan otonomi 9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usia 1-3 Tahun Ada beberapa faktor yang dapat diuraikan menjadi berbagai macam faktor yang secara khusus dan langsung berpengaruh terhadap tumbuh kembang menurut Narendra (2002) adalah sebagai berikut: a. Faktor Keturunan atau Genetik Pengaruh genetik ini bersifat heredo-konstitusional yang berarti bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor keturunan.
Faktor
hereditas
akan
berpengaruh
pada
cepat
pertumbuhan, kematangan penulangan, gizi, alat seksual dan saraf. Walaupun konstitusi seseorang ditentukan oleh bakat, namun faktor lingkungan memberi pengaruh dan sudah mulai berperan sejak konsepsi, dalam perkembangan embrional intra uterin dan seterusnya. b. Faktor Hormon Hormon-hormon yang berpengaruh adalah hormon pertumbuhan (growth hormon,GH) yang merangsang pertumbuhan Epifise dari pusat tulang paling panjang, tanpa GH anak akan tumbuh dengan lambat dan kematangan seksualnya terhambat. Pada keadaan Hipopituitarisme terjadi gejala-gejala anak bertumbuh pendek, anak genetalia kecil, umur tulang melambat, dan Hipoglikemi berat. Hiperpituitari, kelainan yang timbul yaitu akromegali yang disebabkan oleh hipersekresi GH, pertumbuhan linier, gigantisme, serta hormon kelenjar tiroid yang pengaruhi pertumbuhan
38
c. Faktor Gizi Kecukupan pangan yang essensial baik kualitas maupun kuantitas sangat penting untuk pertumbuhan normal. Pada malnutrisi protein kalori yang berat terjadi kelambatan pertumbuhan tulang dan maturasi,
kelambatan
penyatuan
epifise
sekitar
satu
tahun
dibandingkan dengan anak gizi cukup, dan proses pubertas juga terlambat. Banyak zat atau unsur yang penting untuk pertumbuhan, yaitu yodium, kalsium, fosfor, magnesium, besi, fluor, vitamin A, B12, C dan D dapat mempengaruhi pertumbuhan anak. d. Faktor Lingkungan 1) Faktor fisik, termasuk sinar matahari, udara segar, sanitasi, polusi, iklim dan teknologi. 2) Lingkungan biologis, termasuk di dalamnya hewan dan tumbuhan; lingkungan yang sehat; pembuangan sampah dan air limbah rumah tangga harus baik; halaman rumah yang baik. 3) Lingkungan psikososial, termasuk di dalamnya latar belakang keluarga, hubungan dalam keluarga, cara anak dibesarkan dan interaksi dengan masyarakat sekitar. e. Faktor Sosial Ekonomi 1) Faktor ekonomi sangat mempengaruhi keadaan sosial keluarga jika keadaan ini baik maka dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga. Dan akan lebih terjamin bagi anggota keluarga untuk mendapatkan pendidikan yang baik pula.
39
2) Faktor politik serta keamanan dan pertahanan suatu negara juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. 3) Faktor lain yang berpengaruh adalah pelayanan kesehatan yang didapat selama tumbuh kembangnya (Suryanah, 1996). C. Pendidikan Pendidikan terbagi dalam beberapa pengertian antara lain: 1.
Suatu
kegiatan
atau
usaha
manusia
untuk
meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya, yang berupa rokhani (cipta, rasa, karsa) dan jasmani. 2.
Suatu proses perubahan perilaku menuju kepada kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia.
3.
Merupakan hasil atau potensi yang dicapai oleh perkembangan manusia, dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya.
Pendidikan
merupakan
kemajuan
masyarakat
dan
kebudayaan sebagai suatu kesatuan (Soekidjo Notoadmojo (1993): Pendidikan menurut Yoyi Suryo P, (2001) menyatakan bahwa pendidikan
pada
dasarnya
adalah
penanaman
pengetahuan
serta
pengembangan mental maupun ketrampilan yang berlangsung dengan jangka waktu tertentu, sejak mulai pelaksanaannya sebaiknya juga diawali dari analisis kebutuhan sampai dengan studi penerapan pendidikan tersebut di tempat diharapkannya peserta didik dapat bekerja dan tidak berhenti sampai pada evaluasi hasil pendidikan saja. UU RI No. 20 tahun 2003 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
40
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan-pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Edgar Eaure dkk, menyatakan bahwa tingkat pendidikan itu terdiri dari (1) pendidikan tinggi, pendidikan menengah (2), pendidikan dasar, pendidikan prasekolah Dengan adanya tingkat pendidikan secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir, sudut pandang. Pendidikan orang tua merupakan factor yang penting dalam perkembangan anak. Dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga anak tentang kesehatan dan pendidikannya. Kebanyakan anak anak meniru orang tuanya, sehingga keluarga berperan sebagai peletak dasar pola pembentukan kepribadian anak. Lembaga pendidikan hanya memberikan isinya saja, selanjutnya ditentukan watak dan warnanya oleh si anak itu sendiri sesuai dengan kemampuan anak itu dalam perkembangannya (Purwnto,1998).
41
D. Pengetahuan (Knowledge) 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun atau segala sesuatu yang diketahui orang lain yang didapat. Pengetahuan dapat juga dikatakan sebagai khasanah mental yang langsung turut memperkaya kehidupan kita. 2. Domain Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik menafsirkan sesuatu. Pengetahuan dibagi menjadi enam domain yaitu : a. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat itu adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, mengatakan.
42
b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang ketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham suatu objek atau materi haus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi
(Aplication),
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan,membedakan, memisahkan. e. Sintesis (syntetis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun farmasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
43
E. Kerangka Teori
Faktor Prediposisi 1. 2.
Tingakt pendidikan Tingkat pengetahuan
Faktor Pemungkin 1. Fasilitas Fisik : kesehatan: puskesmas, rumah sakit 2. Fasilitas umum: media massa (koran, TV, Radio)
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan: 1. Faktor Keturunan 2. Faktor hormon 3. Faktor gizi 4. Faktor sosial dan budaya 5. Faktoh lingkungan Perkembangan Anak Diukur Dengan DDST
Faktor Penguat Sikap Petugas kesehatan Perilaku petugas kesehatan
Gambar 1.2 Kerangka Teori (Sumber: Lawrence Green (1988) yang dimodifikasi : Notoatmodjo, 2003) F. Kerangka Konsep Variabel Independent -
Tingkat pendidikan Tingkat pengetahuan Tentang perkembangan Anak
Variabel Dependent Perkembangan anak diukur dengan DDST
Gambar 2.2 Kerangka Teori
44
G. Hipotesa Penelitian 1.
Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun menggunakan DDST (Denver Development Screening Test) di Kelurahan Penanggulan Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal.
2.
Ada hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan tingkat perkembangan anak usia 1-3 tahun menggunakan DDST (Denver Development Screening Test) di Kelurahan Penanggulan Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal.