BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Pengertian Apartemen: Berdasarkan, Oxford Dictionary of Architecture and Landscape Architecture, James Stevens Curl) ¾ Apartment is self-contained set of rooms for domestic use, on one floor, usually one of several in a large building. Berdasarkan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta, Jakarta 1976) ¾ Apartemen adalah kamar atau beberapa kamar ( ruangan ) yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal, terdapat didalam suatu bangunan yang biasanya punya kamar atau ruangan semacam itu. Berdasarkan, Dictionary of Real Estate, Wiley, 1996) ¾ Apartemen adalah suatu ruangan atau lebih, biasanya merupakan bagian dari sebuah struktur hunian yang dirancang untuk ditempati oleh lebih dari satu keluarga. Normalnya, berfungsi sebagai perumahan sewaaan tidak pernah dimiliki oleh penghuninya yang dikelola oleh pemilik atau pengelola property. Berdasarkan, UU RI No 16/1985) ¾ Apartemen adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. 6
Kesimpulan, jadi apartemen adalah ruang –ruang/ kamar untuk dijadikan tempat tinggal yang disusun secara vertikal maupun horizontal di dalam suatu bangunan yang dapat disewakan atau dibeli oleh penghuninya. II.1.2 Perkembangan Apartemen di Indonesia: Kehadiran hunian vertikal di Jakarta berawal pada tiga dasawarsa yang lalu. Sekitar tahun 1974 berdiri sebuah apartemen Ratu Plaza di jalan Jenderal Sudirman Jakarta Selatan dengan jumlah unit apartemen 54 unit. Pada tahun 1980-an berdiri sebuah apartemen di kawasan Kuningan Jakarta Selatan, tepatnya di jalan Taman Rasuna Said, yaitu Apartemen Taman Rasuna. Apartemen ini banyak dihuni oleh kaum ekspatriat karena kawasan Kuningan dikelilingi oleh gedung-gedung perkantoran yang kebanyakan berskala internasional. Apartemen Taman Rasuna inilah yang kemudian menjadi pelopor pembangunan apartemen-apartemen lainnya di Jakarta. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan permintaan akan apartemen, bangunan apartemen banyak dibangun khususnya di kawasan Jakarta Selatan yang sampai sekarang masih menjadi pilihan favorit untuk kawasan hunian. Satu demi satu apartemen dibangun antara lain Taman Rasuna, Setiabudi Residence, Senayan City, Marbella Kemang, The Capital, The Grove Condominium, The pacific Place, Casablanca Mansion, Bellagio Mansion, The Belezza Permata Hijau, The Peak, The Pakubuwono Residence dan masih banyak lagi.
Meskipun Jakarta Selatan tetap menjadi primadona, pada gilirannya
apartemen juga dibangun di empat wilayah Jakarta lainnya. Di Jakarta Timur dibangun apartemen Patria Park. Di Jakarta Barat dibangun antara lain apartement Seasons City, Mediterania Garden Residence, Taman Semanan, City Resort, Permata Eksekutif dan Permata Surya. Di Jakarta Pusat antara lain dibangun apartemen Mediterania Boulevard 7
Residence, Salemba Residence, Jakarta Residence, Thamrin Residences dan Sudirman Park. Di Jakarta Utara antara lain dibangun Apartemen Marina Mediterania, The Summit, Kelapa Gading Square, Palladian Park dan Gading Mediterania. Berdasarkan data yang didapat dari Pusat Properti Indonesia (PSPI), terungkap bahwa pertumbuhan apartemen khususnya di Jakarta sangat pesat dengan nilai peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2003 terdapat 2.361 unit apartemen baru dan tahun-tahun berikutnya , pasokan bertambah menjadi 20.358 unit pada tahun 2004, 18.627 unit pada tahun 2005 dan 26.066 unit pada tahun 2006. Sekarang ini pembangunan apartemen juga mulai merambat ke beberapa kota besar di Indonesia antara lain di Bandung dibangun apartemen Ciumbuleuit Residence dan Marbella Dago Pakar dan di Surabaya dibangun apartemen The Regency at City of Tomorrow. Pembangunan apartemen masih akan terus berjalan selama permintaan dan kebutuhan masih tetap ada sampai mencapai titik jenuh atau sampai muncul fenomena baru lainnya. II.1.3 Pengelompokan Apartemen Berdasarkan penglompokannya apartemen dapat dibedakan sebagai berikut: • Apartemen ditinjau dari ketinggian bangunan ( Indonesia Apartment, PT. Griya Asri, 2007 ) : ¾ High Rise Apartment, merupakan gedung apartemen yang berdiri menjulang lebih dari 6 lantai. Apartemen jenis ini dirancang dengan menggunakan sistem mekanikal secara penuh. Transportasi vertikal utama bagi penghuni adalah lift. Sistem pengudaraan dan pencahayaan juga dibantu sistem
8
mekanik. Karena biaya pembangunan yang relative tinggi, apartemen tipe ini ditujukan untuk pasar penghuni golongan menengah ke atas. ¾ Low Rise apartemen, merupakan apartemen yang berlantai kurang dari enam. Aspek perancangan yang diutamakan adalah sistem bangunan yang tidak menggunakan sistem mekanikal. Transportasi vertikal untuk penghuni hanya dengan menggunakan tangga, tidak dengan alat transportasi mekanik seperti lift. Biaya pembangunan dapat ditekan karena tidak menggunakan sistem mekanik sehingga jenis ii ditujukan untuk pasar penghuni golongan eknonomi menengah ke bawah. ¾ Garden Apartment, merupakan apartemen di bawah enam lantai, biasanya dua atau tiga lantai yang mempunyai porsi lahan untuk taman yang luas untuk digunakan bersama. Unit-unit di lantai dasar mempunyai akses langsung ke taman. Perancangan untuk jenis ini biasanya khusus dengan alokasi biaya tambahan untuk taman, karena itu pasar untuk jenis ini adalah golongan ekonomi menengah ke atas. • Apartemen ditinjau dari tingkatannya ( Indonesia Apartment, PT. Griya Asri, 2007): ¾ Simple Apartment (Apartemen Sederhana), sesuai dengan namanya mempunyai desain yang sederhana. Bangunan memanfaatkan pencahayaan dan penghawaan alami dengan fasilitas penunjang yang minim, ukuran unit hunian yang kecil yang terdiri dari 1-2 kamar tidur, serta material penyelesaian bangunan yang murah. Apartemen sederhana biasanya berlokasi di daerah yang berpenduduk padat dan di lahan milik pemerintah. Kondisi seperti ini diambil untuk memenuhi kebutuhan hunian masyarakat 9
penghasilan rendah. Material untuk unit ruang dalam seperti dinding, lantai dan plafon hanya diekspos dengan penyelesaian cat kualitas standar. ¾ Middle-class Apartment (Apartemen tingkat menengah), apartemen ini berlokasi di daerah perumahan atau dapat pula di daerah utama berupa kompleks apartemen yang cukup padat. Desainnya fungsional, termasuk golongan gedung high rise yang telah dilengkapi dengan lift untuk transportasi vertikal. Bangunannya menggunakan bahan penyelesaian berkualitas standar. Di tiap-tiap lantai, satu lift melayani beberapa unit hunian. Fasilitas yang ada terutama melayani kebutuhan sehari-hari seperti laundry, mini market, restoran berskala local dan parkir. ¾ Luxury Apartment (Apartemen Mewah), umumnya terletak di daerah strategis di dalam kota, baik di kawasan perumahan berupa kompleks apartemen dan hotel, maupun campuran kompleks apartemen, perbelanjaan, dan kantor. Bangunannya tergolong high rise dan dinilai mempunyai tingkat estetika yang lebih tinggi dengan material penyelesaian bangunan yang lebih mewah mulai dari kulit bangunan sampai huniannya. • Tipe unit apartemen ditinjau dari jumlah ruang ( Indonesia Apartment, PT. Griya Asri, 2007 ) : ¾ Tipe studio, dirancang hanya untuk dihuni oleh satu orang saja. Kebutuhan penghuni terhadap ruangan sangat terbatas dan ruangan tersebut multifungsi Program ruangan hanya terdiri dari ruangan tidur yang biasanya menyatu dengan ruangan kerja, kamar mandi dan dapur kecil. Walaupun terbatas,
10
ruang tersebut dapat mengakomodasi kebutuhan utama sehari-hari. Luasan studio apartemen ini berkisar anatar 20 m2 sampai 35 m2. ¾ Tipe keluarga, mempunyai 1 sampai 4 kamar tidur. Tipe ini paling banyak ditemui karena dapat mengakomodasi sebuah keluarga. Program ruangnya secara umum adalah kamar tidur utama yang dilengkapi dengan walk in closet dan kamar mandi, satu sampai tiga kamar anak, satu sampai dua kamar mandi bersama, ruang keluarga, ruang makan, dapur, ruang cuci, kamar pembantu dan gudang. Luasan apartemen ini
berkisar dari satu
kamar tidur mulai dari 25m2 ke atas, dua kamar tidur dari 30m2 ke atas, tiga kamar tidur dari 85m2 sampai empat kamar tidur dari 140m2 ke atas. ¾ Tipe Penthouse, unit apartemen mewah dan super mewah yang terletak di lantai paling atas pada apartemen high rise. Pada umumnya terdiri dari dua sampai empat kamar tidur, dan dapat berupa unit satu atau dua lantai. • Apartemen ditinjau dari sistem penyusunan lantai ¾ Simplex Apartemen, merupakan tipe unit yang paling sederhana dan ekonomis. Semua ruangan pada apartemen ini berada dalam satu lantai.
11
Gambar 1. Apartemen Simplex ¾ Duplex Apartemen, pembagian ruang pada tipe apartemen ini menjadi 2
tingkat/level. Pada tingkat 1 biasanya untuk aktifitas bersama atau ruang public dan semi-publik. Pada tingkat 2 diletakkan ruang private.
Gambar 2. Apartemen Duplex
¾ Tryplex Apartemen, pembagian ruang pada apartemen ini menjadi 3 tingkat. Tingkat 1 biasanya digunakan untuk ruang aktifitas service, pada tingkat 2 biasanya digunakan untuk ruang aktifitas bersama/semi-private,sedangkan pada tingkat 3 digunakan untuk ruang private. Pembagian tingkat dapat berupa half level atau split level.
12
Gambar 3. Apartemen Tryplex
• Apartemen ditinjau dari pencapaian horizontal ¾ Koridor satu sisi, pada salah satu sisi luar
Gambar 4. Koridor Satu Sisi
¾ Koridor dua sisi, pada kedua sisi luar
Gambar 5. Koridor Dua Sisi
¾ Koridor Terpusat
13
Gambar 6. Koridor • Apartemen ditinjau dari bentuk massa bangunan : Terpusat
¾ Slab, massa yang berbentuk slab biasanya menggunakan koridor sebagai penghubung ruang.
Gambar 7.Apartemen Slab
¾ Tower, massa yang berbentuk tower ini biasanya menggunakan sistem core.
14
Gambar 8.Apartemen Tower
¾ Varian, massa yang berbentuk varian ini merupakan bentuk gabungan massa slab dengan podium dan tower dengan podium.
Gambar 9.Apartemen Varian
II.1.4 Kriteria Desain Apartemen Ada beberapa criteria desain yang harus diterapkan pada bangunan apartemen, yaitu
15
¾ Ekonomis dan Efisien, maksud yang harus diterapkan pada bangunan apartemen ini bukan berarti menggunakan bahan-bahan material yang berkualitas rendah. Hal ini akan mengakibatkan bangunan menjadi cepat rusak dan dapat menurunkan daya beli. ¾ Fleksibilitas, dalam mencapai pemanfaatan ruang secara maksimal bangunan apartemen harus dapat menampung berbagai kegiatan bedasarkan jumlah orang dengan skala yang berubah-ubah. ¾ Kapasitas, kapasitas tiap unit beserta fasilitasnya harus diperhitungkan secara tepat sesuai dengan jangka waktu yang telah direncanakan. ¾ Keindahan, estetika dari bangunan apartemen harus diperhatikan dan disesuaikan dengan lingkungan sekitar sehingga bangunan ini dapat mempunyai keindahan yang berbeda dari bangunan lainnya baik dari aspek eksterior maupun interior. ¾ Keamanan, desain bangunan harus memperhatikan masalah keamanan dan keselamatan para penghuni, maupun karyawan apartemen. Keamanan mencakup pemakaian material yang aman dan struktur yang kuat. II.2 Tinjauan Khusus II.2.1 Latar Belakang Arsitektur Hijau Pemanasan global menjadi isu permasalahan dunia saat ini. Perubahan iklim yang signifikan, menipisnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, terjadinya bencana alam hampir di seluruh bagian dunia merupakan reaksi dari terjadinya pemanasan global. Salah satu solusi dan bentuk tanggung jawab di bidang konstruksi dan arsitektur yang
16
sesuai dengan permasalahan dunia saat ini adalah dengan menerapkan “Sustainable Design”. Rusaknya ekosistem dan lingkungan yang lebih dikenal dengan “environmental crisis” merupakan pemicu utama masalah yang terjadi saat ini. Para pelopor desain berkelanjutan berpendapat bahwa krisis ini sebagian besar disebabkan oleh desain-desain konvensional dan praktisi industrialisme yang tidak perduli pada dampak lingkungan. Salah satu cara untuk mencapai desain berkelanjutan yaitu dengan menerapkan “Green Design”. Green Design mengutamakan prioritas tinggi pada kesehatan, lingkungan, dan penghematan sumber daya alam yang berujuan agar segala pembangunan bersifat seimbang, baik secara social, ekonomi, lingkungan, fungsi, serta keindahan sehingga kebutuhan hari ini terpenuhi dengan tetap mempertahankan sumber daya untuk generasi mendatang. Dengan meminimalkan dampak-dampak lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup manusia, konsep ini jelas dapat menjadi pilihan utama yang perlu dipertimbangkan dalam setiap desain khususnya dalam bidang arsitektur. II.2.2 Pengertian Arsitektur Hijau Menurut Ken Yeang pada bukunya The Green Skyscrapper, “green or ecological design here means building with minimal impacts, and, where possible, building to achieve the opposite effect; this means creating buildings with positive, reparative, and productive consequences for the natural environment, while at the same time integrating the built structure with all aspects of the ecological systems of the biosphere over its entire life cycle.” Konsep arsitektur hijau mengambil filosofi mendesain bangunan yang harmoni dengan alam dan sumber daya alam yang berada disekitar tapak. Arsitektur yang ramah 17
lingkungan merupakan wujud nyata di bidang arsitektur yang selalu berupaya menjaga keseimbangan antara kebutuhan (bukan keinginan) manusia dan daya dukung lingkungan alam dan budayanya. (Griya Asri, November 2005) II.2.3 Karakterisitik Bangunan Arsitektur Hijau Berdasarkan Alex Wilson pada bukunya “A Guide To Planning a Healthy, Environmentally friendly New Home”, terdapat beberapa karakteristik bangunan yang menerapkan arsitektur hijau sehingga banunan tersebut dapat disebut “Green Building”, yaitu: ¾ Bangunan yang mempunyai sedikit dampak pada ekosistem local, regional, dan global. ¾ Bangunan yang mengurangi ketergantungannya pada mesin dan automobile. ¾ Bangunan yang hemat energi pada pengoperasiannya. ¾ Bangunan yang menghemat pemakaian air. ¾ Bangunan yang dibangun dengan menggunakan low-impact material. ¾ Bangunan yang bertahan lama dan dapat dipelihara dengan dampak lingkungan yang minimum. ¾ Bangunan yang membantu penghuninya melakukan kegiatan pelestarian lingkungan seperti mendaur ulang limbah. ¾ Bangunan yang nyaman, aman, dan sehat untuk penghuninya. II.2.4 Hemat Energi Salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia adalah masalah energi. Pada kenyataannya, permintaan yang terus meningkat
18
terhadap energi tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah pasokan minyak bumi yang saat ini menjadi penyuplai terbesar kebutuhan energi dunia. Bahkan, semakin terbatasnya ladang ladang minyak di dunia membuat harga minyak terus meroket. Bangunan yang gagal menghemat energi akan menjadi mahal secara operasional, terlebih melihat situasi saat ini dimana terdapat masalah penipisan cadangan minyak bumi sebagai sumber utama energi untuk bangunan dewasa ini. Energi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dan hemat energi adalah tindakan mengurangi kuantitas jumlah energy yang digunakan. Semua bangunan memerlukan energi untuk pengoperasian yang berbeda-beda sesuai aktivitas dominan yang diwadahinya. Berdasarkan situs Wikipedia.org pada hunian + 44% konsumsi energi rumah tangga terpakai untuk pengoperasian AC, pemanas air 13%, pencahayaan 12%, lemari es 8%, alat elektronik 6%, keperluan cuci 5%, keperluan dapur 4% , dan lainnya 8%. II.2.5 Penghematan Energi Dalam Desain Bangunan Menurut Prof. Tri Harso Karyono pada bukunya “Arsitektur : Kemapanan, Pendidikan, Kenyamanan dan Penghematan Enegi, terdapat beberapa strategi umum dalam menekan penggunaan energi dalam bangunan adalah : ¾ Mencegah terjadinya efek rumah kaca. Efek ini adalah akumulasi panas di dalam bangunan akibat radiasi matahari. Dinding transparan yang ditembus cahaya matahari langung akan menimbulkan efek rumah kaca sehingga suhu dalam bangunan akan meningkat. Energi untuk pendinginan akan menjadi besar akibat efek rumah kaca. Untuk mencegahnya, dinding-dinding transparan harus dihindari dari jatuhnya sinar matahari langsung. 19
¾ Mencegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan langit-langit. Untuk bangunan atap miring perlu diberi bukaan, sehingga memungkinkan aliran udara silang menyingkirkan panas yang terakumulasi. Jika tidak, ruang dibawah langit-langit akan panas sehingga membutuhkan energi ekstra untuk menurunkan suhu ruang. ¾ Meletakkan ruang penahan panas pada sisi timur-barat. Pada sisi tersebut yang langsung berhubungan dengan sinar matahari langsung sebaiknya diletakkan ruang antara, (tangga, gudang, toilet, pantry, dan sebagainya) guna mencegah aliran panas menuju ruang utama.
¾ Melindungi pemanasan dinding yang menghadap timur-barat. Seandainya pada sisi timur atau barat bangunan tanpa dapat dihindari harus diletakkan ruang utama, maka untuk menghindari pemanasan dinding ruang perlu diberi penghalang terhadap sinar matahari langung atau dinding dibuat rangkap yang diantaranya diberi lubang ventilasi. ¾ Mencegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras. Permukaan keras (aspal, beton, dsb) cenderung merupakan material yang menyerap panas yang kemudian dipancarkan kembali ke udara, sehingga suhu udara di atas permukaan ini cenderung lebih tinggi dibanding di atas rumput. Untuk itu permukaan material keras sebaiknya dilindungi dari jatuhnya radiasi matahari langsung agar suhu udara sekitar bangunan tetap rendah. ¾ Memanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah.
20
Suhu udara malam rata-rata Jakarta adalah 23oC, sehingga dalam rangka penghematan energi dalam bangunan potensi ini dapat dimanfaatkan dengan cara mengalirkan angin yang bersuhu rendah tersebut melalui dinding (yang dibuat rangkap-berongga) serta lantai (berongga, dengan raised floor). II.2.6 Pertimbangan Bangunan Untuk Penghematan Energi Berdasarkan buku “Arsitektur Sadar Energi”, terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang harus diperhatikan untuk membangun bangunan hemat energy, antara lain: ¾ Lokasi Daerah • Ketinggian, tinggi rendah lokasi akan mempengaruhi arus angin dan suhu. Udara di lokasi yang tinggi, seperti di pegunungan akan lebih sejuk daripada di dataran rendah. Untuk daerah beriklim panas lembab, kesejukan akan mengurangi energi yang seharusnya dialokasikan untuk AC. • Lingkungan, lingkungan dapat mengandung potensi energi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarui. Lingkungan mungkin juga menyediakan bahan bangunan gratis seperti kayu, batu, dan tanah liat. Perlu diperhatikan lingkungan kota padat dengan bangunan tinggi akan memberikan pembayangan terhadap matahari dan menghalangi aliran angin. ¾ Lahan •
Dimensi, lahan luas akan memberikan keleluasaan untuk menempatkan bangunan di tengah sehingga semua sisi memperoleh akses langsung ke
21
ruang luar untuk memperoleh udara dan cahaya. Sekeliling bangunan dapat ditanamai tanaman sebagai peneduh. •
Ketinggian air tanah. Jika tidak tersedia jaringan air minum kota, maka terpaksa memperoleh air dari dalam tanah. Semakin dalam sumber air, semakin besar ukuran pompa yang diperlukan, dan semakin banyak energi yang diperlukan.
¾ Massa •
Jumlah dan bentuk; untuk iklim tropis lembab, massa satu ruang tersebar akan lebih tepat untuk penghawaan alami daripada massa besar tunggal.
•
Orientasi; orientasi selatan-utara mengurangi luas dinding yang terpapar panasnya matahari pagi-sore sehingga akan mengurangi penggunaan AC.
•
Ketinggian ; Semakin tinggi bangunan, semakin besar energi untuk transportasi vertikal, menaikkan air, dan sistem ventilasinya.
¾ Organisasi Ruang • Pengelompokkan ; ruang perlu dikelompokkan sesuai dengan kedekatan aktivitas dan potensi untuk menjadi penghalang panas bagi ruang yang memerlukan kenyamanan. ¾ Elemen Bangunan • Atap ; untuk iklim tropis yang baik adalah gabungan seng mengkilat dan isolator dibawahnya. Seng ini akan memantulkan sebagian besar panas matahari. Sedang yang diserap akan menjadikan seng panas namun ditahan
22
oleh isolator, sehingga panas tidak masuk ke ruang dibawahnya. Teritisan lebar juga perlu untuk menahan sinar matahri langsung. • Dinding; dinding ringan dan memiliki banyak bukaan. Sebaliknya, jika memakai AC, dinding harus tertutup. Dinding seharusnya terlindung dari sinar matahari langsung. • Lantai; pemilihan lapis lantai yang tepat juga akan membantu mengurangi panas dalam ruangan yang diserap oleh pelapis, sehingga suhu dalam ruangan tidak terlalu panas. ¾ Penerangan •
Penerangan Alami; penerangan alami sangat berlimpah disiang hari. Gunakan cahaya dari matahari namun bukan sinar langsung yang dapat membawa panas.
•
Penerangan buatan; gunakanlah lampu hemat energi. Lampu penerangan umum tidak perlu terlalu terang, gunakan penerangan yang wajar.
¾ Penghawaan •
Penghawaan Alami; Gunakan penghawaan alami sebanyak-banyaknya jika kualitas dari udara luar baik, sejuk, dan lingkungan tidak bising. Hindari gangguan privasi visual dari luar.
•
Penghawaan Buatan; hindari memasang temperature AC pada suhu terlalu rendah, misalnya 16oC. Pasanglah pada 25oC atau 26oC. Suhu ruang yang terlalu rendah dibandingkan dengan suhu ruang luar, lebih dari 6oC akan menyebabkan gangguan kesehatan selain itu energy yang dipakai AC akan
23
boros. Penggunaan AC konsumsi daya listik kurang dari 400 Watt juga merupakan pilihan ideal untuk penghematan energy listrik. ¾ Struktur •
Usahakan menggunakan bahan lokal yang mempunyai jarak pendek antara pabrik dengan lokasi penambangan dan lokasi konstruksi. Dengan menggunakan material lokal dapat melakukan penghematan energi khusunya dalam bahan bakar kendaraan transportasi untuk pengangkutan material. Selain itu aktivitas transportasi juga menimbulkan polusi.
•
Bahan-bahan tertentu seperti aluminium sangat boros energi listrik pada pembuatannya, tetapi cukup rendah biaya dan perawatannya.
¾ Utilitas •
Penyediaan air; Amati secara detail seluruh sistem yang ada pada jaringan air untuk memperkirakan potensi pemborosan seperti keran dan toilet. Pada area umum sangat baik untuk memakai keran otomatis menutup sendiri.
¾ Transportasi Vertikal •
Desain tangga sedemikian rupa sehingga untuk jarak dekat penghuni lebih tertarik untuk memakai tangga daripada lift. Tangga lebar, dengan tanjakan nyaman, akan mengundang orang memakainya daripada menunggu lift.
II.3 Studi Banding II.3.1 Studi Lapangan Apartemen Wesling Kedoya Alamat
:
Jl. Raya Kedoya Garden Kaveling I, Kebon Jeruk, Jakarta.
24
Luas Lahan
:
22.000m2
KDB
:
20%
Gaya
:
Gaya tropis
Jumlah lantai : Jumlah unit
21 lantai
:
•
Penthouse
(202-264m2) :
4 unit/tower
:
Rp 1,5 M
•
Unit type A
(101m2)
:
57unit/tower :
Rp 450 jt
•
Unit type B
(101m2)
:
38unit/tower :
Rp 450 jt
•
Unit type C
(122m2)
:
38unit/tower :
Rp 550 jt
•
Unit type D
(142m2)
:
19unit/tower :
Rp 650 jt
Total :
156unit/tower
Biaya operasional
:
Rp 6.000/m2
Occupancy Rate
:
76%
Telepon line/unit
:
2line + internet + indovision
Daya Listrik/unit
:
4400-8800 Watt
Fasilitas
:
Kolam renang, fitness dan sauna, tenis court, function room, mini market, laundry, pencucian mobil
Parkir
:
1 unit 1 mobil, penthouse 2 mobil, dan 20 parkir tamu
25
Foto 1. Tampak Samping Wesling
Foto 3. Maket Wesling
Foto 2. Tampak Depan Wesling
Foto 4. Lobby Wesling
26
Gambar 10. Denah Typical Apartemen Wesling
Studi lapangan Apartemen Wesling yang berada di daerah Kedoya ini tergolong apartemen untuk golongan menengah ke atas. Tingkat occupancy apartemen ini cukup tinggi. Tidak adanya took-toko untuk orang umum membuat privasi apartemen ini sangat tinggi. Ketenangan dan kenyamanan diuatamakan sehingga semua fasilitas disini termasuk mini market dikhususkan untuk penghuni. Kelebihan : ¾ Bangunan apartemen ini cukup menerapkan hemat energi. Pada lobby, ruang ini dibuat terbuka tanpa pintu penutup. Hal ini menyebabkan pengudaraan alami terjadi sehingga sirkulasi udara dalam ruang lobby sangat baik, terasa sejuk dan tidak panas walaupun tanpa menggunakan AC. ¾ Selain itu, pada lobby menggunakan skylight di bagian atas front desk, sehingga tidak menggunakan lampu pada siang hari.
27
¾ Pada koridor menuju kamar, terdapat lubang angin di kedua sisi koridor sehingga ventilasi silang terjadi dan tidak perlu menggunakan AC. Kekurangan ; ¾ Pada kaca-kaca bukaan tiap unit, tidak terdapat overstek yang dapat menghalau panas dan hujan. Sehingga panas masuk langsung ke dalam tanpa halangan. ¾ Pada ruang serbaguna, ruangan sangat gelap dan lembab karena tidak ada bukaan. ¾ Dalam unit hunian, beberapa tipe kurang fungsional dalam penempatan furniture karena bentuk denah hunian yang miring sehingga sulit menempatkan furniture. Centro City Residence
Gambar 11. Tampak Perspektif Apartemen Centro
Apartemen yang berlokasi di Jl.Macan, Grogol ini menerapkan gaya minimalis modern. Apartemen ini ditujukan untuk mahasiswa dan keluarga pebisnis sehingga apartemen ini lebih banyak mempunyai unit tipe studio. Tipe kamar apartemen mempunyai 3 jenis kamar, yaitu 1 – 3 kamar tidur. Tower A mempunyai ketinggian 12 lantai dan tower B dan C mempunyai ketinggian 18 lantai. Pada bagian bawah apartemen banyak digunakan untuk retail dan food court yang terbuka untuk umum sehingga dapat menghidupkan dan meramaikan suasana, dan dapat menambah nilai ekonomis bagi owner dan inventor.
28
Gambar 12. Food Court
Fasilitas yang tersedia adalah: kolam renang, taman bermain anak, club house, pusat kebugaran, salon, shopping arcade, mini market, café, pre-school, ATM, TV kabel, internet, laundry dan barbeque area.
Gambar 13. Fasilitas Apartemen Centro
Pada apartemen ini terdapat 3 jenis hunian, 1kamar, 2kamar, dan 3 kamar tidur. Masingmasing tipe mempunyai jenis yang berbeda-beda.
29
Gambar 14. Denah Studio
Gambar 15. Denah Dua Kamar
Melalui studi banding literatur, apartemen ini karena dekat dengan beberapa universitas swasta sehingga pasar mereka lebih mentargetkan untuk mahasiswa sehingga memperbanyak tipe studio dan menyediakan fasilitas-fasilitas lengkap. 30
¾ Apartemen Mediterania Garden 1
Foto 5. Tampak Depan Mediterania
•
Project name
: Mediterania Garden Residences
•
Location
: Tanjung duren , West Jakarta
•
Status
: completed 2005
•
Site Area
: 29.315 m2
•
GrossFloor Area
: 214.085m2
•
Building Height
: 108 m
•
Storeys
: 32
•
Basement
: 3 level
•
Number of unit
: 2696
•
Occupancy rate
: 90%
•
Client / owner
: PT.Jaya Lestari Persada, member of Agung Podomoro Group.
Bangunan apartemen Mediterania terdiri dari 4 tower, yaitu :
2 tower bentuk ‘L’ : tower B & C
2 tower bentuk ‘T’ : tower A & D 31
Untuk tower bentuk ‘T’, unit tiap lantai terdiri dari : 20 unit tipe 2 kamar, 4 unit tipe 1 kamar dan 3 unit tipe 3 kamar. Penthouse berada pada lantai paling atas. Bangunan hanya memanfaatkan 20% dari keseluruhan tapak. Fasilitas-fasilitas Terdapat fasilitas umum / public space seperti salon, café, refleksi, hero, ATM, kolam renang, taman, bak pasir, lap.tennis, basket dan gymnasium TIPE UNIT
LUAS
TIPE STUDIO
21 m²
TIPE 1 KAMAR SUDUT
29,28 m²
TIPE 2 KAMAR
34,8 m²
TIPE 3 KAMAR
38,8 m².
Tabel 1. Tipe dan Luasan KamarMediterania
II. 3. 2 Perbandingan Luas Kamar APARTEMEN WESLING
APARTEMEN CENTRO
APARTEMEN MEDITERANIA
---
25m2-30m2
21m2
Tipe 2kamar
101m2
52m2
34.8m2
Tipe 3kamar
122/144m2
---
38.8m2
21 lantai
12 lantai
32 lantai
Strata Title
Strata Title
Strata Title
312 unit
---
2696 unit
Tipe studio
Jumlah Lantai Status Kepemilikan Jumlah Unit
Tabel 2. Perbandingan Luas Kamar 32
II.3.3 Studi Literature
Gambar 16. Perspektif Slateford Green
¾ SLATEFORD GREEN Lokasi
:
Georgie, Edinburgh, Skotlandia
Dibangun
:
1996 dan selesai pada tahun 2000
Arsitek
:
Hackland dan Dore
Jumlah unit
:
120 unit (4unit pengguna kursi roda,17 unit untuk tunarungu)
Fasilitas
:
Pusat komunitas, pertokoan, ruang komunal terbuka, klinik
Konsep
:
Hunian bebas kendaraan dan desain hunian yang sensitif terhadap lingkungan.
Bangunan ini mempunyai ketinggian tiga sampai empat lantai, dengan bentuk massa yang menyambung menjadi kesatuan dan melengkung mengikuti tapak seluas 6 Ha. Di dalamnya terdapat taman tertutp bagi umum dan merupakan ruang hijau komunal. Dengan 33
konsep arsitektur hijau, bangunan ini menggunakan konstruksi rangka kayu ringan. Semua kayu berasal dari bahan yang langsung diperbaharui dan penyekat menggunakan Koran daur ulang. Dalam hunian, ruang tidur dan ruang duduk diterangi cahaya matahari dan semua unit memiliki penghawaan langsung. Kunci dari konsep ini adalah kolam pada pusat ruang komunal di tengah bangunan yang bertujuan mengumpulkan air hujan dari atap dan jalanan, yang kemudian diolah agar layak pakai dengan sistem penyaringan berupa dua kolam yang diisi dengan kerikil dan alang-alang. Kolam trsebut juga untuk meredam panas suhu lingkungan yang tinggi selama siang hari. II.4 Tinjauan Tapak II.4.1 Latar Belakang Tapak
Foto 6. Google Earth 34
Dasar pertimbangan mengenai lokasi tapak, adalah: ¾ Padatnya lahan di kawasan ini dipenuhi dengan hunian horizontal. Pada Kecamatan Kebon Jeruk yang mempunyai luas + 1.761 Ha dengan jumlah penduduknya 200.935 jiwa hanya terdapat tiga hunian vertikal. Khususnya pada kawasan Kebon Jeruk belum ada hunian vertikal. Untuk itu dipilih tapak di kawasan Kebon Jeruk untuk dibangun hunian vertikal. ¾ Letak tapak yang strategis, berada di pertigaan Jl.Kebon Jeruk Raya yang merupakan jalan yang cukup besar dan mempunyai bayak akses. ¾ Bersebelahan dengan perumahan Casa Goya yang merupakan salah satu perumahan bergengsi di Jakarta Barat dan dengan Universitas Bina Nusantara, sehingga tapak mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. II.4.2 Data-data Tapak ¾ Data Tapak Luas tapak
:
+ 1 Hektar
Lokasi
:
Jl. Kebon Jeruk Raya, Jakarta Barat
KDB
:
50%
KLB
:
2
Ketinggian
:
4 lantai
GSB
:
10 m
Sumber air
:
PAM
¾ Batas-batas 35
Jl.Kebon Jeruk
Pemukiman
Jl.Rawa
Pemukiman dan Foto 7. Batas-Batas Tapak
II.4.3 Kondisi Tapak dan Lingkungan Tapak terletak di Jl. Kebon Jeruk Raya, yang berdekatan dengan area pemukiman cukup padat dan Universitas Bina Nusantara. Hal ini menyebabkan kondisi tapak sekitar sangat ramai. Terdapat banyak pertokoan, rumah kos, dan restoran disepanjang jalan. Lalu lintas yang padat menyebabkan jalan disekitar tapak selalu terlihat kemacetan. Ketidak teraturannya para pedagang kaki lima yang berdagang di pinggir jalan, sehingga tidak adanya trotoar untuk pejalan kaki. Penghijauan sangat kurang karena semua diperkeras untuk parkir dan tidak adanya tanaman disepanjang jalan.
36