BAB II STUDI LITERATUR
Bab tinjauan pustaka menjelaskan mengenai tinjauan umum instansi, definisi sistem informasi, definisi proses bisnis, definisi sistem informasi manajemen, system development life cycle (SDLC), unified modelling language (UML), definisi basis data, dan bahasa pemrograman PHP.
2.1
Lembaga Inkubator Inkubator bisnis memiliki tujuan untuk memberikan stimulus kepada calon
PPBT dan membantu calon PPBT dalam membangun bisnis di tahapan awal (Rubin, dkk., 2015). Setiap lembaga inkubator memiliki karakteristik model inkubasi yang berbeda (Grimaldi dan Grandi, 2005). Berikut adalah kategori dari lembaga inkubator. 1.
Menurut NBIA (2007), terdapat lima kategori inkubator bisnis yaitu, for-profit property development ventures, non-profit development corporations, academic institutions, dan venture capital firms.
2.
Menurut VonZedwitz dan Grimaldi (2006), lembaga inkubator dibagi berdasarkan layanan yang diberikan yaitu, university, regional business, company-internal, independent commercial dan virtual incubators.
3.
Menurut McKinnon dan Hayhow (1998), lembaga inkubator dibagi menjadi empat yaitu, manufacturing incubators, technology incubators, targeted incubators, dan mixed-use incubators.
4.
Menurut Grimaldi dan Grandi (2005), lembaga inkubator dibagi menjadi empat kategori, yaitu business innovation centers, university business incubators, independent private incubators, dan corporate private incubators.
5.
Menurut Etzkowitz (2001), lembaga inkubator dibagi menjadi dua, yaitu universitas incubator dan network incubator.
II-1
2.2
Tinjauan Umum Instansi Balai Inkubator Teknologi (BIT) berawal dari ide Deputi Kepala Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bidang Pengkajian Industri pada tahun 1990 untuk membuat program inkubator teknologi, modal ventura, dan techno park. Program tersebut mendapat dukungan dari United Nation Development Program (UNDP). Kemudian pemerintah membentuk National Steering Committee (NSC) untuk membuat Pilot Project nasional tentang inkubator bisnis, yaitu: inkubator bisnis di Surabaya, inkubator regional di Surakarta, dan inkubator teknologi di Serpong, Tangerang Selatan (BIT-BPPT, 2013). Berdasarkan SK Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BPPT No. 379/M/BPPT/VI/1992 tanggal 30 Juni 1992 ditetapkan tim pengarah dan tim pelaksana untuk mempersiapkan Laboratorium Inkubator Teknologi (LIT). Kemudian seiring dengan berubahnya organisasi di BPPT, mengacu pada Surat Keputusan Kepala BPPT No: 032/KP/KA/IV/2001 tertanggal 3 April 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Inkubator Teknologi, LIT berubah menjadi Balai Inkubator Teknologi (BIT) dan pengelolaannya dipercayakan kepada Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT). Selanjutnya berdasarkan Kepka BPPT No. 064 Tahun 2011 tentang Penugasan Khusus kepada Deputi Kepala BPPT Bidang PKT untuk Melaksanakan Program dan Kegiatan Dukungan Kelembagaan Iptek dalam Penguatan Sistem Inovasi Nasional dan Derah, BIT juga bertugas untuk mendampingi pendirian kelembagaan pusat inovasi yang berbentuk inkubator dan Business Development Service Provider (BDSP) di daerah dan perguruan tinggi serta mendampingi perguruan tinggi dalam melakukan pengembangan kurikulum berbasis teknologi (BIT-BPPT, 2013). Balai Inkubator Teknologi mempunyai visi yaitu menjadi pusat terkemuka inkubasi teknologi untuk menciptakan perusahaan baru yang kuat, mandiri, dan kompetitif. Sedangkang misi dari BIT, antara lain (BIT-BPPT, 2013): 1.
Memadukan berbagai sumber daya potensial antara lain: Akademisi, Institusi bisnis, Institusi pemerintahan (ABG).
2.
Mendorong pengembangan IKM berbasis teknologi kreatif dan inovatif (technopreneurship).
II-2
3.
Mendorong pengembangan kelembagaan inkubator daerah untuk memacu dinamika dan peluang bisnis di seluruh Indonesia.
2.2.1
Struktur Organisasi BIT-BPPT Struktur organisasi BIT terdapat Kepala Balai Inkubator Teknologi, Kepala
Subbagian Tata Usaha, Kepala Seksi Fasilitasi dan Advokasi, dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pemasyarakatan, serta jabatan-jabatan fungsional. Kepala Subbagian Tata Usaha memiliki fungsi yaitu Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan paskainkubasi tenant, administrasi dan ketatausahaan kantor, dan sistim informasi manajemen, dengan melakukan kajian skim-skim pembiayaan, pendampingan akses pembiayaan, inisiasi penerimaan PNBP, menyediakan sarana dan prasarana SIM, meong-update database SIM, mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatankegiatan adminitratif dan ketatausahaan balai dengan
pembagian tugas-tugas
secara jelas dan proporsional untuk mewujudkan graduate tenant, serta terselenggaranya tertib administrasi, dan sistim manajemen informasi yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan. Kepala Seksi Fasilitasi dan Advokasi memiliki fungsi yaitu mengkoordinir pelaksanaan kegiatan inkubasi tenant dengan melakukan pendampingan alih teknologi dan bisnis, uji produksi produk tenant, mentoring teknologi dan bisnis, uji konsumen dan uji pasar, pendampingan sertifikasi produk tenant, monitoring dan evaluasi perkembangan tenant untuk mewujudkan proses inkubasi yang dapat menghasilkan graduate tenant. Kemudian Kepala Seksi Kerjasama dan Pemasyarakatan memiliki fungsi yaitu mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pra-inkubasi tenant dan kerjasama teknis maupun kelembagaan dengan melakukan kegiatan melalui acara-acara technopreneur,
sinergi kemitraan
temu bisnis, roadshow, publikasi dan
pameran, customer relation office, seleksi produk teknologi dan calon tenant, serta
menyiapkan Perjanjian Kerjasama Inkubasi Tenant dan kerjasama
kelembagaan untuk mendapatkan produk teknologi dan calon tenant yang sesuai kriteria yang telah ditetapkan dan proses inkubasi tenant untuk menghasilkan graduate tenant. Berikut adalah gambar dari struktur organisasi BIT-BPPT (BITBPPT, 2013).
II-3
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Balai Inkubator Teknologi BPPT
2.2.2 Uraian Jabatan BIT-BPPT Berikut adalah uraian jabatan dari struktur organisasi BIT-BPPT (BITBPPT, 2013). Tabel 2.1 Uraian Jabatan BIT-BPPT No
Jenis Jabatan
Uraian Jabatan (Job Description)
Jabatan Struktural 1
Kepala Balai
Memimpin dan mengelola program inkubasi teknologi yaitu : pra-inkubasi, inkubasi, dan paska-inkubasi, pengelolaan Sistem Informasi Manajemen, pengelolaan adminstrasi dan tata usaha perkantoran dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mewujudkan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi.
2
Ka. Sub Bag Tata Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan paskaUsaha inkubasi tenant, administrasi dan ketatausahaan kantor, dan sistim informasi manajemen, dengan melakukan kajian skim-skim pembiayaan, pendampingan akses pembiayaan, inisiasi penerimaan PNBP, menyediakan sarana dan prasarana SIM, mengupdate database SIM,
II-4
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatankegiatan adminitratif dan ketatausahaan balai dengan pembagian tugas-tugas secara jelas dan proporsional untuk mewujudkan graduate tenant, serta terselenggaranya tertib administrasi, dan sistim manajemen informasi yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3
Ka. Seksi Kerjasama Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pradan Pemasyarakatan inkubasi tenant dan kerjasama teknis maupun kelembagaan dengan melakukan kegiatan sinergi kemitraan melalui acara-acara technopreneur, temu bisnis, roadshow, publikasi dan pameran, customer relation office, seleksi produk teknologi dan calon tenant, serta menyiapkan Perjanjian Kerjasama Inkubasi Tenant dan kerjasama kelembagaan untuk mendapatkan produk teknologi dan calon tenant yang sesuai kriteria yang telah ditetapkan dan proses inkubasi tenant untuk menghasilkan graduate tenant.
4
Ka. Seksi Fasilitasi Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan inkubasi dan Advokasi tenant dengan melakukan pendampingan alih teknologi dan bisnis, uji produksi produk tenant, mentoring teknologi dan bisnis, uji konsumen dan uji pasar, pendampingan sertifikasi produk tenant, monitoring dan evaluasi perkembangan tenant untuk mewujudkan proses inkubasi yang dapat menghasilkan graduate tenant.
Jabatan Fungsional Umum Sub Bag Tata Usaha 5
Sekretaris
Melaksanakan Urusan Kesekretariatan BIT sesuai dengan sarana/fasilitas yang tersedia,
II-5
untuk mewujudkan proses ketatausahaan balai dapat berjalan dengan tertib dan lancar.
6
Bendaharawan
Melaksanakan administrasi penerimaan dan pengeluaran keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan PNBP sesuai peraturan perudangan undangan yang berlaku, untuk mendukung terselenggaranya program kerja BIT dengan administrasi keuangan yang tertib dan dapat dipertanggungjawabkan.
7
Pelaksana Urusan
Melaksanakan tata usaha kepegawaian dan urusan rumah tangga balai dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dan bekerjasama dengan pihak terkait untuk terpenuhinya kewajiban dan hak pegawai BIT, serta terciptanya suasana harmonis, aman, tentram dan sejahtra.
Kepegawaian dan Rumah Tangga
8
Pelaksana Urusan Sitim Informasi Manajemen
9
Pelaksana Urusan Pembiayaan Usaha
Menyiapkan sarana dan prasarana SIM, mengoperasikan, dan merawat perangkat keras, perangkat lunak, dan data manajemen dengan sumber daya yang tersedia, untuk tersedianya, teroperasikannya, dan terawatnya perangkat hardware, software dan data manajemen BIT.
Menyiapkan kajian skim-skim pembiayaan, dan melaksanakan pendampingan akses pembiayaan dengan melakukan kajian terhadap skim-skim pembiayaan yang ada dan merumuskan skim-skim pembiayaan yang sesuai kebutuhan tenant, serta menyiapkan acara-acara akses pembiayaan untuk mewujudkan aksesibilitas pebiayaan usaha.
II-6
Jabatan Fungsional Umum Seksi Kerjasama dan Pemasyarakatan 10
Pelaksana Urusan Kerjasama
11
Pelaksana Urusan Sinergi Kemitraan
Menyiapkan kerjasama teknik dan kelembagaan untuk mendukung pelaksanaan inkubasi tenant dengan dokumen perjanjian kerjasama (PKS) / kesepahaman bersama (MoU) / dokumen lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku demi terlaksananya proses inkubasi tenant secara legal. Membangun sinergi kemitraan untuk proses inkubasi tenant melalui kegiatan-kegiatan pengembangan teknoprener, temu bisnis, roadshow, pubilikasi dan pameran, seleksi produk teknologi dan calon tenant, serta kegiatan lainnya yang sejenis untuk mewujudkan tenant dan produk teknologi yang berkualitas.
Jabatan Fungsional Umum Seksi Fasilitasi dan Advokasi 12
Pelaksana Urusan Pendampingan Inkubasi Tenant
13
Pelaksana Urusan Monitoring dan
Melaksanakan layanan pendampingan inkubasi tenant sesuai dengan paket fasilitas yang tersedia dan indikasi kebutuhan tenant, melalui kegiatan-kegiatan uji produksi produk tenant, mentoring teknologi dan bisnis, uji konsumen, dan uji pasar, serta pendampingan sertifikasi produk tenant untuk mencapai target-target proses inkubasi tenant yang telah ditetapkan dan meningkatkan kompetensi bisnis yang sedang dikembangkan tenant dalam rangka mewujudkan tenant graduate. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi kegiatan inkubasi tenant sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan, dan atau atas instruksi langsung Ka. BIT, secara cermat melalui kajian
II-7
Evaluasi
yang sistematis dengan tim yang telah ditentukan, untuk mewujudkan hasil pengendalian dan evaluasi tenant dapat berguna untuk memutuskan tindak lanjut proses kegiatan inkubasi tenant.
Jabatan Fungsional Khusus 14
Perencana
Malakukan kegiatan perencanaan pada kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan mengenai sasaran dan caracara yang akan dilaksanakan di masa depan guna mencapai tujuan yang diinginkan, serta pemantauan dan penilaian atas perkembangan hasil pelaksanaan yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, khususnya dalam bidang penumbuh kembangan perusahaan pemula berbasis teknologi yang inovatif, mandiri, tangguh, dan berdaya saing.
15
Perekayasa
Melakukan kegiatan teknologi dalam satu kelompok kerja fungsional dengan ruang lingkup : penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan, dan pengoperasian khususnya dalam bidang inkubasi teknologi untuk menciptakan perusahaan pemula berbasis teknologi yang inovatif, mandiri, tangguh, dan berdaya saing.
2.2.3 Proses Bisnis Inkubasi Tenant Proses inkubasi yang diuraikan oleh Hamdani, dkk. (2013), memiliki tiga tahapan yang memiliki tujuan untuk membuat calon tenant menjadi perusahaan berbasis teknologi, yaitu tahap 1 (Pra-inkubasi), tahap 2 (Inkubasi), tahap 3 (Paska-inkubasi). Tahap pra-inkubasi memiliki tujuan utama yaitu talent scouting dan kemitraan, tahap 2 memiliki tujuan alih teknologi dan bisnis, dan tahap 3 memiliki tujuan aksesibilitas produksi asal dimana pada setiap tahapan terdapat
II-8
faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu Supra-infrastruktur/pendukung dan pengembangan kelembagaan.
Gambar 2.2 Proses Bisnis Inkubasi Tenant BIT-BPPT
Tahap pra-inkubasi merupakan tahap awal dimana proses pencarian talenta yang berbakat untuk menjadi pengusaha pemula bebasis teknologi dan untuk mendapatkan mitra yang dapat menjadi tenant maupun investor. Proses talent scouting terdiri dari beberapa kegiatan yaitu, technopreneur camp, roadshow, publikasi, dan Customs relation Office. Kemudian pada kemitraan, calon tenant yang telah diseleksi akan dibantu untuk dicarikan mitra dalam menjalankan perusahaannya dengan kegiatan yaitu, temu bisnis, sinergi kemitraan, business plan, dan kesepakatan inkubasi. Setelah melewati tahapan tersebut maka calon tenant berubah status menjadi tenant. Selain itu terdapat kriteria seleksi tenant seperti digambarkan pada gambar 2.4.
II-9
Gambar 2.3 Tahapan Pra-inkubasi
Tahapan inkubasi merupakan tahapan dimana tenant akan diberikan pelatihan dan fasilitas untuk membuat suatu perusahaan berbasis teknologi. Pada tahapan inkubasi terdepan beberapa kegiatan utama, yaitu alih teknologi dan bisnis, monitoring, serta evaluasi tenant. Pada alih teknologi dan bisnis, tenant akan diberikan pelatihan dalam merancang suatu perusahaan yang baik dengan melakukan Training and mentoring sesuai dengan kebutuhan, pematangan produk teknologi yang siap diproduksi secara massal dengan uji produksi, dan pendampingan sertifikasi dan akses pasar. Kemudian akan dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja tenant selama beberapa periode. Pada periode akhir, yaitu sekitar 3 tahun proses inkubasi tenant, BIT akan menentukan apakah tenant dinyatakan lulus atau tidak. Penentuan tersebut didasarkan pada syarat lulus proses inkubasi yaitu, telah memiliki legalitas usaha, memiliki SDM yang cakap, telah memperoleh income untuk pembiayaan perusahaan, dan memiliki akses jaringan bahan baku dan pasar seperti digambarkan pada gambar 2.5.
II-10
Gambar 2.4 Tahapan Inkubasi
Tahapan paska-inkubasi merupakan tahapan dimana tenant yang sudah dinyatakan lulus akan dilepas keterkaitannya dengan BIT-BPPT, namun BIT tetap membantu dalam aksesibilitas pasar dan monitoring. Selain itu, pendapatan dari perusahaan tenant sebagia akan masuk ke BIT-BPPT seperti digambarkan pada gambar 2.6.
Gambar 2.5 Tahapan Paska-inkubasi
II-11
2.2.4 Talent Scouting Mnurut Hamdani, dkk. (2013), talent scouting merupakan aktivitas dalam pencarian bakat atau potensi untuk calon tenant dan produk teknologi yang layak untuk menjadi tenant BIT-BPPT, serta mencari calon mitra potensial yang dapat dijadikan pendukung inkubasi tenant. Produk teknologi yang dapat di inkubasi sebagai calon produk tenant yang telah memilki Technology Readiness Level (TRL) ≥ 7.
Gambar 2.6 Posisi Talent Scouting di Kegiatan Inkubasi BIT-BPPT
Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam talent scouting. 1.
Technopreneur Camp, atau biasa disebut technopreneur camp merupakan kegiatan yang terdiri dari pelatihan kewirausahaan yang terkait dengan pembekalan calon tenant. Pelatihan yang dimaksud meliputi pemberian motivasi kewirausahaan, contoh-contoh pengusaha sukses, dan calon tenant akan didampingi oleh mentor dan akan diminta untuk memaparkan rencana bisnisnya.
2.
Roadshow, merupakan kegiatan pencarian produk teknologi, calon tenant dan mitra potensial dengan melakukan sosialisasi ke perguruan tinggi, lembaga litbang, pemerintah, BUMN, dan swasta.
II-12
3.
Publikasi, merupakan kegiatan dalam rangka mempromosikan lembaga inkubator teknologi BIT-BPPT melalui website, media massa, dan lainlain dengan mem-posting kegiatan yang dilakukan BIT-BPPT.
4.
Customer Relation Office, merupakan fasilitas yang diberikan kepada masyarakat
untuk menjalin hubungan dengan pihak luar melalui
penyebaran brosur-brosur dan formulir kegiatan. 2.2.5 Publikasi Publikasi menjadi awal kegiatan dalam menyebarkan info-info kegiatan talent scouting yang akan dilakukan BIT-BPPT, yaitu roadshow, technopreneur camp, dan customer relation office. Publikasi yang dilakukan oleh BIT-BPPT menggunakan beberapa jenis media massa, seperti brosur, spanduk, dan website. Website BIT-BPPT saat ini adalah http://i-tech.or.id. Website BIT-BPPT digunakan untuk memberikan informasi seputar BIT-BPPT yang tediri dari info organisasi, layanan, daftar tenant, daftar mitra, data kontak, dan berita seputar inkubasi dan kegiatan BIT-BPPT. Berikut adalah tampilan website BIT-BPPT.
Gambar 2.7 Homepage Website BIT-BPPT
2.2.6 Roadshow Roadshow merupakan kegiatan yang dilakukan BIT-BPPT untuk mencari produk teknologi, talenta untuk menjadi calon tenant, dan mitra potensial. Roadshow yang dilakukan BIT-BPPT berupa sosialisasi mengenai fasilitas inkubasi yang ada di BIT-BPPT. Roadshow biasanya diselenggarakan di
II-13
perguruan tinggi, lembaga litbang, BUMN, dan perusahaan swasta. Dalam menyelenggarakan acara roadshow BIT-BPPT, dapat dikelompokkan tahapan penyelenggaraan roadshow. Tahapan tersebut adalah pra-acara, acara, dan paskaacara. Pra-acara
merupakan
tahapan
dimana
BIT-BPPT
mempersiapkan
penyelenggaraan roadshow. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan, seperti penentuan tempat atau lokasi roadshow, penentuan rundown, dan penentuan kuota peserta, koordinasi dengan pihak ketiga atau pihak yang diajak kerjasama dalam pelaksanaan roadshow, mempersiapkan berkas. Setelah semuanya ditentukan, pihak BIT-BPPT mulai untuk mempublikasikan acara roadshow via website dan brosur atau selebaran. Tahapan acara merupakan tahapan dimana acara roadshow dimulai. Isi dari acara roadshow biasanya berupa sosialisasi atau pengenalan fasilitas inkubasi yang ada di BIT-BPPT agar peserta mau untuk menjadi tenant dan juga penjelasan mengenai proses inkubasi di BIT-BPPT. Saat acara juga akan dijelaskan cara pendaftaran untuk menjadi calon tenant. Untuk saat ini, pendaftaran calon tenant dapat dilakukan via website BIT-BPPT. Dalam beberapa kasus, acara roadshow BIT-BPPT digabungkan dengan acara seminar technopreneur camp. Tahapan paska-inkubasi merupakan tahapan setelah acara roadshow dilaksanakan. Pada tahapan ini akan dilakukan rekap data peserta yang melakukan pendaftaran untuk menjadi calon tenant. Pada tahapan ini output yang dihasilkan adalah data calon tenant, produk teknologi, dan mitra potensial.
Gambar 2.8 Tahapan kegiatan Roadshow
II-14
2.2.7 Technopreneur Camp (Technocamp) Technopreneur camp atau technocamp merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelatihan kewirausahaan, pembekalan, dan pemberian motivasi untuk menjadi pengusaha berbasis teknologi. Sama halnya dengan roadshow, penyelenggaraan technopreneur camp dikelompokkan menjadi praacara, acara, dan paska-acara. Pada tahap pra-acara terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Hal-hal tesebut adalah penentuan tempat atau lokasi, penentuan rundown acara, penentuan kuota peserta dan target calon tenant, penentuan mentor untuk mendampingi peserta yang mendaftarkan diri menjadi calon tenant, koordinasi dengan pihak ketiga atau pihak yang diajak kerjasama dalam pelaksanaan technopreneur camp dan penyebaran undangan untuk calon mitra. Setelah disiapkan, pihak BIT-BPPT akan mempublikasikan acara ini melalui website, brosur, dan media massa lainnya. Pada acara technopreneur camp, calon peserta dapat mendafarkan diri untuk menjadi peserta seminar atau peserta seminar sekaligus calon tenant Kemudian BIT-BPPT juga menyertakan formulir pendaftaran untuk menjadi calon tenant dan meminta calon tenant untuk membuat proposal bisnis. Setelah itu, pihak BIT-BPPT akan melakukan rekapitulasi data dan menyeleksi calon peserta yang akan menghadiri technopreneur camp. Pihak BIT-BPPT juga akan menyusun kelompok presentasi business plan peserta calon tenant. Proses seleksi berdasarkan kelengkapan data dan berkas dan waktu yang paling cepat saat melakukan pendaftaran. Setelah itu, hasil seleksi akan diumumkan via website BIT-BPPT Acara technopreneur camp biasanya dilakukan lebih dari tiga hari. Hari pertama merupakan seminar technopreneur camp yang berisi mengenai workshop dan sosialisasi BIT—BPPT seperti dalam roadshow. Kemudian hari kedua merupakan hari pelatihan dan pembekalan kepada peserta yang mendaftar menjadi calon
tenant.
Pelatihan
yang
dimaksud
meliputi
pemberian
motivasi
kewirausahaan dan contoh-contoh pengusaha sukses. Selanjutnya hari ketiga calon tenant akan didampingi oleh mentor untuk memaparkan rencana bisnisnya. Pada tahapan paska-acara, BIT-BPPT akan melakukan rekapitulasi data acara technopreneur camp. Output dari kegiatan sama dengan roadshow, yaitu
II-15
data peserta technopreneur camp, data calon tenant, data produk teknologi, dan data mitra jika ada.
Gambar 2.9 Tahapan Kegiatan Technopreneur camp
2.2.8 Customer Relation Office (CRO) Customer Relation Office merupakan fasilitas untuk masyarakat atau pihakpihak luar dengan menyebarkan brosur atau publikasi via website mengenai inkubasi BIT-BPPT. CRO dapat memberitahukan kepada masyarakat bahawa mereka dapat mendaftarkan diri menjadi peserta inkubasi atau calon tenant di BIT-BPPT. Pendaftaran dapat dilakukan via web BIT-BPPT, namun belum diintegrasikan dengan kegiatan talent scouting. Pendaftar CRO juga bisa berasal dari peserta roadshow dan technopreneur camp yang ingin mendaftarkan diri menjadi calon tenant. Output dari CRO adalah data calon tenant dan produk teknologi.
2.3
Definisi Sistem Informasi Sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang aling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan sasaran tertentu (Salman, 2011). Sistem juga merupakan kumpulan elemen-elemen yang terkait untuk bekerjasama untuk memproses input dalam II-16
suatu sistem untuk diproses dan menghasilkan output yang diinginkan (Salman, 2011). Berdasarkan hal itu, sistem merupakan beberapa komponen atau elemen yang berkaitan untuk mengolala atau memproses input menjadi output. Menurut Triloka (2007), informasi yang dihasilkan oleh suatu proses dalam suatu perusahaaan ataupun organisasi merupakan aset yang sangat penting untuk dikumpulkan dan diolah untuk menjadi informasi yang bermanfaat bagi perusahaan tersebut. Selain itu menurut Mulyanto (2009) dalam Salman (2011), informasi adalah suatu kumpulan data yang diolah sedemikian rupa untuk menjadi hal yang berguna bagi suatu entitas atau penerima. Untuk saat ini hampir setiap sistem informasi berbasis komputer. Karena dengan bantuan komputer, pengelolaan informasi yang kompleks sekali pun dapat dikelola dengan baik dibandingkan secara manual. Dengan mengintegrasikan subsistem pada sistem informasi, maka sistem intonasi tersebut mampu menyediakan informasi yang tepat, akurat, dan sesuai (Cahyo, 2009).
2.4
Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem berbasis komputer
yang menyediakan informasi bagi pengguna yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan informasi umum kepada stakeholder dari sistem tersebut (Salman, 2011). Kualitas dari uatu sistem informasi juga harus melputi tiga hal, yaitu (Ariyanto, 2007): 1.
Informasi harus akurat dan terhindar dari bias.
2.
Tepat pada waktunya.
3.
Relevan dan bermanfaat bagi pemakainya.
Menurut Ariyanto (2007), tedapat tiga metode yang digunakan dalam merancang atau mengembangkan sistem informasi manajemen, yaitu: 1.
Metode terstruktur, yaitu metode dengan menggunakan model linier dalam proses pengembangan. Input dan output harus digambarkan dengan jelas. Structured System and Design Method adalah salah satu jenis dari metode ini.
2.
Metode Rapid Application Development, merupakan metode yang menggunakan model iterasi pengembangan dan secara umum
II-17
menspesifikasikan tahap berdasar beberapa bentuk prototype. Metode ini dapat disesuaikan dengan situasi yang ada karena metode ini tidak memberikan ditel teknik yang digunakan. DynamicSystem Development merupakan salah satu contoh dari metode Rapid Application Development. 3.
Metode berorientasi objek, merupakan metode yang berfokus pada obyek yang konsisten mulai dari tahap analisis, perancangan, dan implementasi sistem informasi. Metode ini juga disebut sebagai Object Oriented Developing (OOD). Unified Mopdeling Language merupakan salah satu metode ini.
2.5
System Development Life Cycle (SDLC) Menurut Langer (2008), System Development Life Cycle atau SDLC
merupakan metode pengembangan sistem dengan 3 fase pengembangan, yaitu Development, Testing, dan Production, Fase development mencakup 3 bagian, yaitu feasibitliy, analysis, design, dan actual coding. Feasibility adalah tahapan untuk mengidentifikasi apakah sistem yang akan dirancang dianggap perlu secara bisnis. Pada dasarnnya, feasibility adalah suatu pernyataan antara finansial dan objek bisnis, serta hal lainnya yakin bahwa biaya pengembangannya akan kembali dan menguntungkan bagi organisasi yang memiliki sistem tersebut. Kemudian analysis merupakan tahapan utama di fase ini. Analysis biasanya berisi kebutuhan secara logis dari suatu sistem. Pada bagian analysis, designer dapat menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi kebutuhan sesuai dengan rancangan sistem. Selanjutnya bagian design merupakan tahapan yang membutuhkan keputusan dalam menentukan bentuk fisik dari sistem, seperti bahasa pemrograman apa yang dirancang dan jenis bas data apa yang akan digunakan. Bagian coding merupakan tahapan untuk membuat struktur dari program yang akan dirancang. Fase testing merupakan bagian uji coba dari program yang telah dirancang. Fase ini dapat memiliki beberapa komponen yaitu debugging, dan quality assurance. Debugging merupakan suatu proses dimana programmer menjamin bahwa program yang telah dibuat dapat dijalankan sesuai dengan rancangannya.
II-18
Quality assurance merupakan komponen yang memiliki aktivitas yang meliputi stress and load checking untuk menjamin aplikasi dapat digunakan dalam jumlah yang banyak dan integratif testing untuk menguji apakah program yang dirancang saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain dalam program tersebut. Fase production merupakan fase dalam jangka waktu yang lama. Fase production harus dapat memastikan bahwa program yang dirancang dapat diekseskusi pada setiap aspek performasi sistem. Pada fase ini, akan ditentukan bagaimana program ini akan memulai layanannya, staf apa yang bertanggung jawab dalam mengoperasikan program ini, berapa banyak user yang akan direspon, dan jadwal perbaikan atau pengecekan program.
2.6
Unified Modelling Language (UML) Menurut Dharwiyati & Wahono (2003), Unified Modeling Language
(UML) adalah sebuah bahasa yang menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. Penggunaan UML dalam pengembangan sistem informasi dapat dibuat dengan semua model jenis piranti lunak, sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun. UML merupakan alat pemodelan yang sangat kuat dalam mempresentasikan gambaran masalah dalam suatu penelitian (Uke dan Thool, 2015). Menurut Tong, dkk. (2014), UML merupakan suatu bahasa yang mengusulkan unifikasi dari beberapa gambaran visual dan teknik pemodelan yang digunakan untuk merancang suatu sistem. Dalam beberapa penelitian, UML telah dikembangkan sebagai respon dalam memenuhi kebutuhan pemodelan data yang kompleks dan mengintegrasikan sistem yang berorientasi objek (Tong, dkk. 2014). Unified Modelling Language (UML) dapat juga diartikan sebagai pemodelan secara visual dalam merancang software berorientasi objek (Santoso, 2012). UML membantu perancang sistem dengan menyediakan fakta-fakta untuk menunjukkan kecacatan dari desain rancangan (Jena, dkk., 2014). UML secara luas juga digunakan sebagai bahasa pemodelan untuk perancangan konsep dan model logikal (Khan dan Porres, 2014). Unified Modelling Language memiliki tujuan, antara lain (Salman, 2011):
II-19
1.
Memberikan bahasa pemodelan visual yang ekspresif sehingga mudah dimengerti oleh umum.
2.
Memberikan kemudahan dalam pemilihan bahasa pemrograman yang akan digunakan.
3.
Memudahkan dalam penggunaan pilihan jenis pemrograman terbaik.
2.6.1 Konsep Dasar UML Menurut Schmuller (2004), UML memiliki banyak konsep dasar atau model. Hal ini bertujuan dengan menggunakan berbagai macam model, terdapat berbagai macam pandangan dari suatu sistem. Perlu dipahami bahwa model UML hanya menggambarkan bagaimana seharusnya sistem itu berjalan, bukan bagaimana sistem itu di implementasikan. Berikut adalah konsep dasar atau model UML (Dharwiyanti & Wahono, 2003). Tabel 2.2 Konsep Dasar UML Major Area
Structural
View
Diagrams
Static View
Class Diagram
Use Case View
Use Case Diagram
Implementation View
Component Diagram Deployment Diagram
Deployment View
State Machine View Statechart Diagram Activity View Dynamic
Sequence Diagram Interaction View
Model Management Extensibility
Activity Diagram
Model Management View All
Collaboration Diagram Class Diagram All
II-20
Main Concepts Class, Association, Generalization, Dependency, Realization, Interface Use Case, Actor, Association, Extend, Include, Use Case Generalization Component, Interface, Dependency, Realization Node, Component, Dependency, Location State, Event, Transition, Action State, Activity, Completion Transition, Fork, Join Interaction, Object, Message, Actiovation Collaboration, Interaction, Collaboration Role, Message Package, Subsystem, Model Constraint, Stereotype,
Tagged Value
2.6.2 Activity Diagram Menurut Scmuller (2004), activity diagram pada dasarnya mirip dengan flowchart. Diagram ini menunjukkan aktivitas seperti keputusan, tujuan, dan percabangan. Diagram ini juga memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu yang terjadi dalam proses bisnis. Activity diagram juga menggambarkan berbagai tahapan atau alur aktivitas dalam suatu proses dari bagaimana aktivitas itu dimulai, keputusan yang mungkin terjadi, dan bagaimana aktivitas itu berakhir. Dalam diagram ini juga dapat ditampilkan proses secara paralel yang mungkin terjadi (Santoso, 2012). Berikut adalah simbol dari activity diagram. Tabel 2.3 Simbol Activity Diagram Simbol
Nama Activity Initial Node Activity Final Node Fork Node
Keterangan Aktivitas atau interaksi satu sama lain Awal dari objek memulai aktivitas Akhir aktivitas dari Menggambarkan satu aliran yang akan menjadi beberapa aliran
2.6.3 Use Case Diagram Use case diagram merupakan diagram untuk memodelkan aspek perilaku dari suatu sistem baik interaksi antara aktor eksternal dan sistem dan hasil yang dapat diamati oleh aktor (Salman, 2011). Sedangkan menurut Santoso (2012), Use case diagram juga menggambarkan fungsionalitas atau apa yang dilakukan oleh suatu sistem. Use case mempresentasikan interaksi aktor dengan sistem atau fungsi. Aktor yang dimaksud adalah sebuah entitas atau manusia yang berinteraksi dengan sistem atau fungsi dari sistem dalam melakukan pekerjaan tertentu (Salman, 2011)..
II-21
Tabel 2.4 Simbol Use Case Diagram Simbol
Nama
Keterangan Peran yang pengguna gunakan ketika berinteraksi dengan use case
Actor
Depedency Generalization
Hubungan dari elemen independent akan mempengaruhi elemen yang dependent Hubungan antara descendent berbagi perilaku dan struktur data dari objek yang ada di atasnya ancestor Menspesifikasikan use case secara eksplisit
Include
Menspesifikasn fungsi target dengan memperluas fungsi awal pada suatu titik yang diberikan Menghubungkan antara objek satu dengan objek lainnya
Extend Association
Menspesifikasikan fungsi dari suatu sistem secara terbatas
System
Suatu elemen yang mencerminkan suatu sumber daya komputasi
Note
2.6.4 Class Diagram Menurut Dharwiyati dan Wahono (2003), class diagram merupakan objek atau inti dari pengembangan suatu sistem ynag berorientasi objek. Class diagram menggambarkan struktur atau deskripsi dari class tersebut, package, dan objek yang berhubungan satu dengan yang laninnya. Class juga memiliki tiga area pokok, yaitu nama, atribut dan metode. Atribut dan metode memiliki sifat private (tidak dapat dipanggil dari luar class yang bersangkutan), protected (hanya dapat dipanggil oleh class yang bersangkutan dan anak dari class tersebut), dan public (dapat dipanggil oleh class yang tidak bersangkutan). Class diagram, digunakan untuk menggambarkan kumpulan struktur, constraint, dan definisi (Khan dan Porres, 2014). Class diagram, menurut Tong, dkk. (2014), juga menggambarkan struktur informasi dari domain aplikasi. Class diagram memiliki beberapa hubungan antar class, yaitu (Dharwiyati dan Wahono, 2003):
II-22
1.
Asosiasi,
merupakan
hubungan
statis
antar
class.
Biasanya
menggambarkan class yang memiliki atribut berupa class lain. 2.
Agregasi, merupakan hubungan yang menyatakan bagian.
3.
Pewarisan, merupakan hubungan hirarki antar class. Class dengan hubungan ini dapat diturunkan dari class lain dan mewarisi semua atribut dan metode class asal dan menambahkan fungsionalitas baru.
4.
Hubungan dinamis, merupakan rangkaian pesan yang di-passing sari satu class ke class yang lain dan digambarkan dengan sequence diagram. Tabel 2.5 Simbol Class Diagram
Simbol
Nama
Keterangan
Generalization
Hubungan antara objek descendant dengan objek ancestor di atasnya
Nary Association
Simbol untuk menghindari asosiasi lebih dari 2 objek
Class
Himpunan dari objek yang berbagi atribut
Collaboration
Realization
Dependency Asociation
2.7
Deskripsi dari urutan aksi-aksi yang ditampilkan sistem Operasi yang benar-benar dilakukan oleh suatu objek Hubungan yang menunjukkan perubahan pada elemen Independent mempengaruhi elemen dependent Simobl yang menghubungkan antar objek dengan objek lainnya.
Basis Data Menurut Salman (2011), basis data atau database merupakan suatu
kumpulan dari data yang saling berhubungan satu sama lain, kemudian tersimpan dalam suatu perangkat keras komsputer dan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasi data tersebut. Menurut Mannino (2001) dalam Efendy (2012)Basis data memiliki karakteristik atau sifat penting, yaitu:
II-23
1.
Persistent, memiliki pengertian bahwa data yang disimpan tidak berasrti disimpan selama-lamanya, karena data yang tidak relevan akan dihapus.
2.
Shared, memiliki pengertian bahwa basis data dapat memiliki banyak pengguna dan dapat diakses secara bersamaan.
3.
Interrelated, memili pengertian bahwa data yang disimpan dapat dihubungkan untuk menyediakan gambaran secara keseluruhan.
Perancangan konsep basis data memiliki beberapa tahapan, yaitu (Efendy, 2012): 1.
Identifikasi jenis entitas, merupakan tahapan untuk menentukan objek utama yang akan menjadi entitas pada model basis data.
2.
Identifikasi jenis relasi, merupakan tahapan untuk menentukan relasi dari setiap entitas. Relasi basis data terdiri dari hubungan satu ke satu (one to one), satu ke banyak (one to many), dan banyak ke banyak (many to many).
3.
Dokukmentasi atribut, merupakan tahapan untuk menentukan atribut atau identitas dari entitas yang telah ditentukan.
Setelah merancang konsep basis data, dapat dirancang basis data secara logikal. Tahapan perancangan basis data secara logikal, antara lain (Efendy, 2012): 1.
Menghilangkan ciri-ciri yang tidak sesuai dengan model relasional.
2.
Membuat relasi untuk model data logikal dengan menentukan primary key dan foreign key.
3.
Normalisasi menghilangkan
data
untuk
menghilangkan
ketergantungan
sebagian
repeating primary
key,
group, dan
menghilangkan ketergantungan transitif pada primary key. 4.
Menentukan integrity contraints yang bertujuan agar foregin key mengacu nilai yang ada di relasi induk. Terdapat 3 cara dalam melakukan hal ini, yaitu no action, cascade, dan set null.
5.
Membuat ERD logikal.
II-24
2.8
Bahasa Pemrograman PHP PHP, yaitu kepanjangan dari Hypertext Protocol merupakan bahasa
pemrograman berbasis web berbentuk script yang diproses oleh server dan hasil dari proses tersebut akan dikirim ke Clint dengan menggunakan browser (Salman, 2011). Menurut Kadir (2008) dalam Salman (2011) PHP memiliki kelebihan yaitu kemampuannya dalam berkomunikasi dengan berbagai macam jenis basis data. Selain itu, PHP difokuskan dalam pembuatan script server-side, dimana PHP dapat melakukan apa saja yang dapat dilakukan oleh CGI seperti, mengumpulkan data dari form, menghasilkan isi halaman dalam web yang responsif dan dinamis,kemampuan mengirim serta mengumpulkan cookies, dan lain-lain. PHP juga dapat digunakan
pada semua sistem operasi,. seperti Linux, Microsoft
Windows, dan Mac OS. PHP dapat mendukung banyak web server, yaitu Apache, Microsoft Internet Information Server (MIIS), Personal Web Server (PWS), dan lain-lain (Salman, 2011).
II-25