BAB II STUDI LITERATUR 2.1.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Di Indonesia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UMKM berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi. Berikut adalah definisinya: 1. Menurut UU No. 20 Tahun 2008, UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 BAB IV Kriteria Pasal 6, UMKM adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (mikro), Rp 500.000.000,00 (kecil), Rp 10.000.000.000,00 (menengah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (mikro), Rp 2.500.000.000,00 (kecil), Rp 50.000.000.000,00 (menengah).
2. Badan Pusat Statistik (BPS): UMKM adalah perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5-19 orang. 3. Bank Indonesia (BI): UMKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa: (a) modalnya kurang dari Rp. 20 juta; (b) untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta; (c) memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan (d) omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar. 4. Keppres No. 16/ 1994: UMKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 400 juta. 5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan: a. Perusahaan memiliki aset maksimal Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung),
5
b. Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen Perdagangan sebelum digabung). 6. Departemen Keuangan: UKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimal Rp 600 juta per tahun dan atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.
2.2.
Standard Operating Procedure (SOP)
Standard Operating Procedure (SOP) merupakan panduan teknis yang berisi serangkaian instruksi yang menggambarkan standar aktivitas dan proses yang berlangsung dalam suatu perusahaan. SOP berfungsi untuk mendefinisikan semua konsep dan teknik penting serta persyaratan yang dibutuhkan, dituangkan dalam suatu bentuk yang langsung dapat digunakan oleh personel organisasi dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Dengan demikian, tujuan diperlukannya SOP dalam suatu perusahaan adalah untuk memberikan penyamaan persepsi semua personel yang terlibat, memberi pemahaman atas setiap langkah detail kegiatan yang harus dilaksanakan - sehingga mampu menjaga konsistensi operasi
perusahaan,
dan
kualitas
produk
atau
jasa
yang
dihasilkan
(http://telco.elmoudy.com/standard-operating-procedure). Beberapa langkah yang mendeskripsikan suatu metode dalam penyusunan SOP adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan Suatu prosedur akan berjalan efektif dan efisien apabila memiliki tujuan spesifik yang ingin dicapai. Dengan tujuan yang spesifik, maka keseluruhan proses dan instruksi yang disusun bisa memberikan arah yang jelas, dan mampu menjadi tolok ukur dalam menilai keberhasilan implementasi SOP. Selain itu, juga berfungsi menjadi tolok ukur dalam proses evaluasi atas dokumen SOP itu sendiri, dan evaluasi atas kemampuan personel yang menjalankan. 2. Membuat rancangan awal Langkah berikutnya adalah menentukan desain dan rancangan awal dari prosedur yang akan digunakan. Bentuk rancangan awal ditentukan dari tingkat kompleksitas kegiatan
6
organisasi, apakah menggunakan simple step, hierarchical step, graphic format, atau workflow format. Tahap ini memerlukan kegiatan observasi atas personel, organisasi, dan rencana bisnis yang akan dijalankan. Penyusunan rancangan awal ditentukan dengan membuat dua kategori prosedur yaitu Prosedur General dan Prosedur Rinci. Prosedur General merupakan prosedur umum yang disusun untuk memberikan gambaran umum atas prosedur yang disusun, proses pembuatan prosedur, dan struktur organisasi yang terlibat. Sedangkan Prosedur Rinci merupakan prosedur detail yang disusun berdasarkan pada unit-unit organisasi yang ada. Prosedur Rinci bisa dibagi ke dalam 7 (tujuh) Prosedur yaitu Prosedur Pembuatan Penawaran, Prosedur Pembuatan perjanjian, Prosedur Operasional Project, Prosedur Maintenance, Prosedur Keuangan, dan Prosedur Evaluasi. Setiap Prosedur Rinci terdiri dari tujuh bagian diantaranya tujuan, lingkup, definisi, tugas & tanggung jawab, bagan alir, prosedur rinci, dan lampiran. 3. Melakukan evaluasi internal Tahap ini merupakan review, koordinasi dan komunikasi antara pihak penentu kebijakan perusahaan, dan semua personel yang terlibat. Evaluasi dilakukan untuk memperoleh masukan dan rekomendasi dari pihak personel yang terlibat guna mempertajam tujuan, memperkecil gap factor, mengeliminasi ketidaktepatan redaksional, mempertegas instruksi, dan memperjelas metode implementasi. 4. Melakukan evaluasi eksternal Tahap ini dilakukan guna memperoleh informasi dari pihak di luar organisasi perusahaan, dengan meminta advisor perusahaan memberikan review atas prosedur yang telah dibuat. Atau dengan metode evaluasi komparatif, yaitu melakukan ‘benchmarking’ atas SOP yang dipergunakan perusahaan lain yang sejenis. Evaluasi eksternal diperlukan untuk memperoleh informasi eksternal yang berkembang di lingkungan existing market, sehingga prosedur yang akan dijalankan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis. 5. Melakukan uji coba Prosedur yang telah disusun perlu dilakukan ujicoba di salah satu atau beberapa unit yang terkait. Tujuan dari ujicoba ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas SOP, apakah prosedur sudah disusun secara benar dan jelas, apakah personel mampu memahami
7
prosedur secara tepat, dan apakah cara penulisan (spelling) atas suatu instruksi menimbulkan kebingungan atau tidak. Hasil ujicoba akan menyempurnakan penyusunan prosedur, sehingga SOP benar-benar akan siap untuk diimplementasikan. 6. Pengesahan prosedur Tahap berikutnya adalah melakukan pengesahan oleh pihak penentu kebijakan perusahaan. Dengan pengesahan tersebut, maka SOP akan menjadi buku panduan bagi para pelaksana organisasi dalam menjalankan rencana bisnis guna mencapai tujuan perusahaan. 7. Implementasi prosedur Prosedur siap untuk dijalankan oleh semua personel yang ada dalam organisasi perusahaan. Setiap personel telah memiliki panduan instruksi atas kegiatan operasional sehari-hari dalam mencapai tujuan bersama. Pelaksanaan SOP ini memerlukan perhatian dan partisipasi dari seluruh level organisasi. Tahap paling awal dalam melakukan implementasi SOP adalah dengan melakukan sosialisasi secara continue untuk menanamkan awareness akan pentingnya SOP, dan bagaimana SOP bisa dijalankan secara bersama-sama dan konsisten.
2.3. Pengendalian Persediaan (Inventory Control) Pengendalian persediaan merupakan proses pengendalian terhadap barang yang disimpan (inventory) untuk dilakukan proses selanjutnya baik itu proses produksi atau proses pengiriman ke konsumen. Adapun kebijakan pengendalian persediaan yang dapat membantu meminimalkan biaya total persediaan (Zulfikarijah, 2005): 1. Barang apa yang akan di stok? 2. Berapa jumlah barang yang akan diproses dan berapa banyak barang yang akan dipesan? 3. Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan melakukan pemesanan? 4. Kapan melakukan pemesanan ulang (Re Order Point)? 5. Metode apa yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan?
8
2.3.1. Persediaan (Inventory) Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan digunakan atau dijual pada masa yang akan datang. Persediaan juga merupakan stok bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis persediaan meliputi: bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan dalam konteks produksi, dapat diartikan sebagai sumber daya menganggur (idle resources). Sumber daya menganggur ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut, yang dimaksud dengan proses lebih lanjut adalah dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah tangga. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang-barang yang mebutuhkan penanganan lebih lanjut agar persediaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Persediaan juga sebagai alat peredam terjadinya fluktuasi permintaan, sehingga persediaan harus dikelola dengan baik. 2.3.2. Variabel Persediaan Variabel persediaan merupakan suatu indikator yang harus dicari dan ditentukan dalam melakukan perancangan prosedur pengendalian persediaan. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1:
9
A.
Biaya Total Persediaan (Total Cost Inventory) Tabel 2. 1. Variabel Biaya Total Persediaan
No
Kategori
Variabel
a. Biaya Operasional pemesanan
1
Biaya pemesanan (Ordering cost )
●
Biaya telepon
●
Biaya internet
●
Biaya pengeluaran surat-menyurat
●
Biaya pemeriksaan penerimaan
●
Biaya pengirimana ke gudang atau konsumen
●
Biaya upah loading dan unloading
b. Frekuensi pemesanan dalam periode tertentu
2
Biaya pembelian (Purchasing cost )
●
Jumlah barang yang dipesan
●
Periode pemesanan
●
Frekuensi pemesanan
a. Harga bahan baku b. Jumlah barang yang dipesan untuk satu kali pemesanan a. Luas toko atau gudang b. harga sewa toko atau gudang (jika sewa) c. Jumlah barang yang disimpan di gudang d. Biaya operasional penyimpanan
3
Biaya penyimpanan
●
Biaya penerangan gudang
●
Biaya pendingin ruangan
●
Biaya pajak persediaan
●
Biaya asuransi persediaan
●
Biaya perhitungan fisik (nilai barang)
Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 2008.
10
Tabel 2. 2. Variabel Biaya Total Persediaan (lanjutan)
No
Kategori
Variabel
a. Biaya kehilangan penjualan b. Biaya kehilangan pelanggan Biaya kekurangan c. Biaya pemesanan khusus persediaan (stock out ) d. Selisih harga barang jadi dengan pesaing
4
e. Biaya kerugian akibat terganggunya operasi Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 2008.
B.
Mesin atau alat Tabel 2. 3. Variabel mesin atau alat
No
Kategori
Variabel
a. Nama mesin atau alat 1
Nama mesin atau alat
b. Jumlah mesin atau alat c. Biaya maintenence atau perawatan a. Ukuran mesin atau alat (panjang, lebar, tinggi, diameter)
Karakteristik mesin atau b. Fungsi, proses, atau cara kerja mesin atau alat alat c. Umur mesin atau alat
2
d. Kapasitas produksi (untuk mesin) Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 2008.
C.
Gudang (Warehouse) Tabel 2. 4. Variabel Gudang (Warehouse)
No
Variabel
1
Luas gudang
Kategori a. Panjang dan lebar a. Struktur atau desain gudang
2
●
Bentuk gudang
●
Desain gudang dan rak
Karakteristik gudang
b. Suhu atau temperatur ruangan ●
Pencahayaan
c. Lingkungan gudang Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 2008.
11
D.
Penyimpanan (Storage) Tabel 2. 5. Variabel Penyimpanan (Storage)
No
Kategori
Variabel
a. Jumlah barang yang disimpan b. Jumlah distribusi barang pada periode tertentu 1
Jumlah barang yang disimpan
c. Jumlah barang cadangan pada periode tertentu (safety stock ) d. Jumlah persediaan periode sebelumnya e. Jumlah material atau bahan baku f. Jumlah komponen tambahan a. Jenis bahan (finished goods )
2 Karakteristik barang jadi b. Ukuran (panjang, lebar, tinggi, diameter) c. Maksimal tumpukan a. Jumlah distribusi barang pada periode tertentu 3
Frekuensi keluar masuknya barang
b. Jumlah penerimaan barng (receiving goods ) c. Metode pemindahan atau penyimpanan barang a. Material rak
4
Racking
b. Ukuran rak c. Kapasitas rak d. Ukuran gang atau jarak antar gang
Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 2008.
E.
Transportasi dan Material Handling Equipment Tabel 2. 6. Variabel Material Handling Equipment
No
Variabel
1
Alat transportasi yang digunakan
Kategori a. Jenis transortasi b. Jumlah kendaraan c. Biaya asuransi dan pajak
Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 2008.
12
Tabel 2. 7. Variabel Material Handling Equipment (lanjutan)
No
Kategori
Variabel a. Jenis alat angkut b. Jumlah alat angkut
Alat angkut yang digunakan
2
c. Metode perpindahan barang d. Ukuran atau karakteristik alat angkut
Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 1999.
F.
Pengemasan (Packaging) Tabel 2. 8. Variabel pengemasan (packaging)
Kategori
No
Variabel
1
Karakteristik kemasan
a. Bahan atau karakteristik kemasan b. Bentuk atau desain kemasan
2
Metode pengemasan
Jenis mesin atau alat yang digunakan
Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 2008.
G.
Sumber daya Tabel 2. 9. Variabel sumber daya
No
Kategori
Variabel
a. Jenis atau karakteristik material atau bahan baku 1
Material atau bahan baku dan komponen tambahan
b. Jumlah material atau bahan baku c. Jenis atau karakteristik komponen tambahan d. Jumlah komponen tambahan
2
Sumber Daya Manusia
a. Kriteria karjawan (Job specification ) b. Jumlah karyawan
Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 2008.
13
H.
Kinerja (Performance) Tabel 2. 10. Variabel Kinerja (Performance)
No
1
Kategori
Variabel Hubungan setiap karyawan
a. Memberikan jaminan atau asuransi kepada karyawan b. Jam kerja c. Reward atau punishment
2
Hubungan dengan vendor
a. Melakukan pemilihan vendor b. Karakteristik vendor a. Ketepatan waktu kirim (On time delivery )
3
Hubungan dengan konsumen
b. Ketepatan jumlah barang yang sesuai dengan pesanan c. Tidak ada cacat barang
4 Lingkungan tempat kerja
a. Keselamatan lingkungan kerja b. Keamanan lingkungan kerja
Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, 2008.
2.4.
Forecasting
Forecasting atau peramalan merupakan seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Peramalan umumnya digunakan untuk menentukan atau merencanakan jumlah hasil yang akan diproduksi sangat ditentukan oleh jumlah atau besarnya permintaan akan produk tersebut. Peramalan biasanya dilakukan berdasarkan jumlah permintaan dari produknya (Assauri, 1999). Peramalan permintaan barang dan jasa membutuhkan informasi tentang pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut. Pola permintaan terhadap suatu barang atau jasa dapat berbentuk garis trend linear sesuai dengan perkembangan waktu dan dapat berbentuk musiman atau tetap selalu konstan. Cara peramalan yang paling mudah adalah dengan cara trend and seasonality adjusted forecast, dimana cara tersebut melakukan peramalan berdasarkan trend dan musim dari permintaan konsumen. Berikut contoh tabel perhitungannya:
14
Tabel 2. 11. Contoh trend and seasonality adjusted forecast
Centred moving average (CMA)
Seasonal Trend (T) variation (SV)
Periode (P)
Demand (D)
1
127
2
155
3
165
139
4
130
140
140
-10
5
115
140
140
-25
6
134
132
136
-2
7
155
129
131
24
8
123
136
133
-10
9
118
10
147
Sumber: Thompson et.al., Modul 11 Managing Inventory, ITC, 2000.
Contoh perhitungan periode 4:
2
2.5.
5
Material Production Schedule (MPS)
Master Production Schedule atau jadwal induk produksi adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu). Adapun fungsinya adalah: 1. menjadwalkan produksi dan order pembelian untuk setiap item. 2. Memberikan input dasar dalam MRP. 3. Menjadi dasar bagi penentuan kebutuhan sumber daya mealui Roug Cut Capacity Planning (RCCP).
15
4. Menjadi dasar dalam membuat janji pengiriman (delivery promises) pada konsumen. Berikut contoh tabel MPS: Tabel 2. 12. Contoh Master Production Schedule OQ: 100
SS: 40
MASTER PRODUCTION SCHEDULE
LT: 2
Period
Past due
1
2
3
4
5
Forecast
140
140
136
131
133
Demand
130
115
134
155
123
On hand
70
55
121
66
43
Available to promise
100
30
15
81
26
3
MPS
100
100
200
100
100
Planed order
200
100
100
6
7
8
9
10
11
12
Sumber: Langenwalter. et. al., Handbook of Material and Capacity Requirements Planning, McGrawHill, Inc., 1993.
Keterangan: OQ
: Order quanity
SS
: Safety stock
LT
: Lead time
Past due
: Persediaan yang dimiliki sebelumnya (inventory)
Forecast
: diambil berdasarkan hasil peramalan
Demand
: diambil berdasarkan hasil peramalan
On hand
: On hand sebelumnya + MPS – Demand
ATP
: (On hand sebelumnya + MPS + SS) – Demand
MPS
: Jumlah bahan baku yang dipesan sesuai dengan kebutuhan pada on hand dengan kelipatan berdasarkan OQ
Planed order
2.6.
: Rencana pemesanan barang sesuai dengan MPS dan LT
Bill of Material (BOM)
Bill of material adalah daftar bahan, material, atau komponen yang dibutuhkan untuk proses produksi atau perakitan untuk membentuk suatu produk akhir (finished goods). BOM digunakan untuk perencanaan proses produksi dan menentukan item-item mana saja yang harus dibeli atau dibuat sendiri. Jika BOM digabungkan dengan MPS dapat digunakan sebagai daftar pembelian dan order produksi yang harus dilakukan. Berikut contoh tabel BOM:
16
Tabel 2. 13. Contoh Bill of Material
Product 02.0000
BILL OF MATERIAL
Part No.
Description
Size
Qty. BOM Code
20
Spun, 24 gauge alumunium bowl
32 cms diameter
12
Bowl interior sub - assembly
22
Iron eye hooks - welded
28 29
1
20020
1
21200
3 cms
3
21222
Pressed alumunium compartments
120 degree
3
21228
3mm thick 30mm wide steel strips
100 cms
4
21229
Sumber: Thompson et.al., Modul 11 Managing Inventory, ITC, 2000.
2.7.
Net Requirement Planning (NRP)
Net Requirement Planning adalah rencanan kebutuhan bahan baku bersih dimana kebutuhan tersebut harus terpenuhi setelah bahan baku dikurangi stock dari Gross Requirements Schedule (GRS) dan barang yang sedang dikerjakan (Work in process). Berikut contoh Net Requirement Planning: Tabel 2. 14. Contoh Net Requirement Planning OQ: 20
LT: 2
Period
NET REQUIREMENTS PLANNING
WIP: 15 Pasr due
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Work In Process
5
10
10
10
10
10
10
10
Batching product
20
20
20
20
20
20
Stock Gross Requirements Schedule Net Requiretments Schedule
30
20
Gross Requirements Schedule
12
20
Sumber: Thompson et.al., Modul 11 Managing Inventory, ITC, 2000.
Keterangan: OQ
: Order quanity
WIP
: Work in process
LT
: Lead time
Pasr due
: Persediaan yang dimiliki sebelumnya (inventory)
Stock gross requirements schedule : diambil berdasarkan kebutuhan bahan baku Net requirements schedule
: Net requirements schedule (past due) - Stock gross requirements schedule
Work in process
: Net requirements schedule – barang dalam proses (WIP)
Batching product
: OQ sesuai dengan kebutuhan
Gross requirements schedule
: Jadwal penerimaan bahan baku berdasarkan LT
17
2.8.
Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning adalah suatu teknik atau prosedur yang sangat sistematis untuk mengelola persediaan dalam suatu proses manufaktur, dimana terjadi tahapan proses yang hierarkis, yaitu bahan baku diproses menjadi komponen atau barang jadi. Tujuannya adalah merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk mendukung ketepatan dalam memesan jumlah bahan baku, waktu pesanan, jumlah pemesanan ulang, waktu pemesanan ulang, dan jadwal produksi. Berikut contoh tabel MRP: Tabel 2. 15. Contoh Material Requiement Planning OQ: 100
SS: 40
Period
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING
LT: 2 1
2
3
4
5
Gross Requirement
140
140
136
131
133
Schedule receipts
100
Past due
On hand
100
60
6
7
8
9
10
11
12
100 20
84
53
-80
160
92
18
253
100
200
0
0
Net Requiretments
20
Planned order receipts
0
Planned order released
200
0
0
Sumber: Langenwalter. et. al., Handbook of Material and Capacity Requirements Planning, McGrawHill, Inc., 1993.
Keterangan: OQ
: Order quanity
SS
: Safety stock
LT
: Lead time
Past due
: Persediaan yang dimiliki sebelumnya (inventory)
Gross requirement
: diambil berdasarkan hasil peramalan
Schedule receipts
: OQ
On hand
: On hand sebelumnya + Schedule receipts + Planned order receipts – Gross requirements
Net Requirement
: Gross requirement + Safety stock + Schedule receipt + on hand
Planed order receipts
: Rencana pemesanan bahan baku sesuai dengan kebutuhan
Planed order released
: Diterimanya bahan baku sesuai dengan pesanan dan LT
18
2.9.
Biaya Total Persediaan (Total Cost Inventory)
Biaya total persediaan merupakan biaya yang dikeluarkan dari beberapa variabel yang dapat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu usaha dan mempengaruhi dalam penetapan harga barang. Berikut variabel-variabel yang mempengaruhi biaya total persediaan (Siswanto, 1997): a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost). b. Biaya Pembelian (Purchase Cost). c. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost). d. Biaya Kekurangan Persediaan (Stock Out Cost). Berikut formulasi biaya total persediaan:
2.9.1.Biaya Pemesanan (Ordering Cost) Biaya pesan atau ordering cost, yaitu biaya-biaya langsung yang timbul atau bisa diidentifikasi karena pengadaan (Siswanto, 1997). Berikut contoh parameter biaya pemesanan: a. Biaya telepon atau fax. b. Biaya pengeluaran surat-menyurat. c. Biaya pemeriksaan penerimaan (inspection receiving). d. Biaya pengiriman kegudang atau konsumen (transportasi). e. Biaya upah loading dan unloading. Berikut formulasi biaya total persediaan (Purnomo, 2004):
Dimana: O
: Biaya pesan setiap kali pemesanan (Rp)
D
: Permintaan/periode (unit)
Q
: Jumlah pemesanan optimal (unit)
19
2.9.2.Biaya Pembelian (Purchase Cost) Biaya pembelian atau purchase cost, yaitu biaya langsung yang berhubungan dengan harga bahan baku. Jenis biaya ini dibutuhkan pada saat penentuan parameter biaya persediaan yang berupa proporsi atau persentase antara biaya simpan per unit per periode dengan harga persediaan, purchase cost juga menjadi penentu harga (Siswanto, 1997). Berikut formulasi biaya total persediaan (Purnomo, 2004):
Dimana: P
: Harga beli/unit (Rp)
D
: Permintaan/ periode (unit)
2.9.3.Biaya Penyimpanan (Carrying Cost atau Holding Cost) Biaya penyimpanan atau carrying cost berupa biaya langsung yang bisa diidentifikasi dengan munculnya persediaan di gudang seperti biaya asuransi, keamanan, listrik, dan perawatan. Jenis biaya ini bisa dinyatakan dalam biaya satuan persediaan per unit per periode atau dalam proporsi antara harga persediaan dengan total biaya persediaan dalam satu periode (Siswanto, 1997). Berikut contoh parameter biaya penyimpan: a. Biaya sewa gudang. b. Biaya penerangan di gudang (listrik). c. Biaya pendingin ruangan di gudang (Air Conditioner). d. Biaya perhitungan fisik (nilai barang). e. Biaya asuransi persediaan. f. Biaya pajak persediaan. g. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan. Berikut formulasi biaya penyimpanan (Purnomo, 2004): 2
Dimana: H
: Biaya simpan/ unit (Rp)
Q
: Jumlah pemesanan optimal (unit)
20
2.9.4.Biaya Kekurangan Persediaan (Stock Out Cost) Biaya kehabisan persediaan atau stock out cost, yaitu biaya yang timbul karena persediaan tidak tersedia pada saat proses berjalan. Biaya jenis ini pada umumnya berupa opportunity cost dan bisa dipisahkan menjadi dua yaitu internal opportunity cost dan external opportunity cost (Siswanto, 1997). Berikut contoh biaya kekurangan persdiaan: a. Biaya kehilangan penjualan dan pelanggan. b. Biaya pemesanan khusus c. Selisih harga. d. Biaya kerugian akibat terganggunya operasi.
2.10. Model Pengendalin Persediaan 2.10.1. Model Deterministik Model deterministik adalah persediaan yang variabelnya bisa ditetapkan sebelumnya atau diasumsikan tidak berubah-ubah. Variabel-variabel itu adalah input yang berupa kebutuhan bahan baku yang merupakan output dari proses penjadwalan dan kedatangan persediaan setelah dipesan atau lead time. Maka, barang akan datang tepat ketika persediaan habis. Berikut model-model deterministik: A. Economic Order Quantity (EOQ) EOQ model adalah suatu model yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian yang paling ekonomis dimana jumlah yang dipesan untuk sekali pesanannya konstan. Berikut rumus yang dapat digunakan: 2. . Dimana: O
: Biaya pesan/unit/periode (Rp)
H
: Biaya simpan/unit/periode (Rp)
D
: Permintaan/periode (unit)
21
B. EOQ Quantity Discount EOQ quantity discount merupakan jumlah pemesanan ekonomis yang disesuaikan dengan lot size yang dapat memberikan potongan harga beli. Model ini harus membandingkan beberapa alternatif tergantung dari besanya lot size yang akan mempengaruhi total cost yang dikeluarkan. Rumus yang digunakan: 2. . Dimana: O
: Biaya pesan/unit/periode (Rp)
H
: Biaya simpan/unit/periode (Rp)
D
: Permintaan/periode (unit), permintaan disesuaikan dengan harga
C. EOQ With Constraints EOQ with constrain merupakan jumlah pemesanan ekonomis yang terjadi akibat adanya keterbatasan produksi barang. Berikt rumus yang dapat digunakan: 2. . Dimana: O
: Biaya pesan/unit/periode (Rp)
H
: Biaya simpan/unit/periode (Rp)
D
: Permintaan/periode (unit)
D’
: Permintaan (D) x hari kerja, hari kerja merupakan jarak hari antar periode (unit)
Pr
: Produksi/periode (unit)
D. EOQ Back Order EOQ back order merupakan kelanjutan dari EOQ, namun jumlah barang yang akan dipesan selanjutnya berbeda karena adanya kekurang barang, sehingga harus melakukan pemesanan ulang (back order) yang ekonomis. Berikut rumus yang dapat digunakan: 2. .
22
2. .
Dimana:
! "#$%#
O
: Biaya pesan/unit/periode (Rp)
H
: Biaya simpan/unit/periode (Rp)
SOC
: Stock out cost/unit/periode (Rp)
D
: Permintaan/periode (unit)
EOQ1 : jumlah pesanan ekonomis (unit) EOQ2 : jumlah pesanan ekonomis yang harus dipesan kembali (unit) E. Material Requirement Planning (MRP) MRP merupakan model untuk melakukan pengendalian persediaan suatu komponen hanya dilakukan sebatas yang diperlukan saja sesuai dengan kebutuhan jadwal produksi induknya (Master Production Schedule). MRP juga dapat mengurangi resiko keterlambatan produksi dan atau pengiriman, maupun resiko kelebihan persediaan. model pesanan yang dapat digunakan adalah Lot For Lot (LFL) dan Periode Order Quantity (POQ). F. Economic Lot Size (ELS) ELS merupakan model pemesanan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut model yang termasuk dalam ELS: Metode Lot For Lot (LFL) Metode LFL merupakan metode pemesanan yang disesuaikan dengan kebutuh, sehingga tidak ada persediaan yang disimpan. Berikut rumus yang dapat digunakan
Dimana: D
: Permintaan/periode (unit)
D’
: Kebutuhan untuk memenuhi konsumen/periode (unit)
23
Metode Periode Order Quantity (POQ) Metode POQ merupakan model pemesanan dengan cara menentukan periode pemesanan sesuai dengan biaya pesan dan simpan yang akan dikeluarkan. Berikut rumus yang dapat digunakan: 2. .
Dimana: O
: Biaya pesan/unit/periode (Rp)
H
: Biaya simpan/unit/periode (Rp)
D
: Permintaan/periode (unit)
2.10.2. Model Stokastik Model stokastik adalah model persediaan dimana permintaannya berfluktuatif. Maka, kemungkinan persediaan habis dan kapan persediaan akan datang juga probabilistik sifatnya. Berikut model-model stokastik: A. EOQ Probabilistik EOQ probabilistik adalah suatu model yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian yang paling ekonomis dimana jumlah yang dipesan untuk setiap pesanannya berfluktuasi, sehingga terjadinya kekurangan persediaan (stock out). Karena terjadinya stock out maka dalam model ini diperlukan safety stock untuk meredam fluktuasi tersebut. Berikut rumus yang dapat digunakan:
Dimana:
&
' ()*+, -
+, .*+, -/
N
: Jumla kekurangan persediaan
α
: Probabilitas kemungkinan kekurangan persediaan (%)
Zα
: Faktor risiko (lihat dalam tabel distribusi)
f Zα
: Lihat dalam tabel A dan distribusi normal terlampir pada lampiran 1.
. Zα S
: Lihat dalam tabel A dan distribusi normal terlampir pada lampiran 1. : Standar deviasi permintaan (unit)
24
2. *
. &-
Dimana: O
: Biaya pesan/unit/periode (Rp)
H
: Biaya simpan/unit/periode (Rp)
SOC
: Stock out cost/unit/periode (Rp)
D
: Permintaan/periode (unit)
N
: Jumlah kekurangan persediaan/periode (unit) +, √1
Dimana: SS
: Safety stock (unit)
L
: Lead time (hari/minggu/bulan)
Dimana: ROP
2
1
: Re-Order Point
B. Periodic Review Method (Sistem P) Metode P yaitu menganut aturan bahwa saat pesanan bersifat reguler mengikuti suatu periode yang tetap (mingguan, bulanan, tahunan) sedangkan kuantitas pesanan akan berulang-ulang. C. Continous Review Method (Sistem Q) Metode Q yaitu menganut aturan bahwa jumlah ukuran pemesanan (kuantitas pemesanan) selalu tetap untuk setiap kali pesanan, sehingga saat pemesanan yang dilakukan akan bervariasi.
2.11. Kodefikasi Barang Kodefikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan apabila dikehendaki suatu pengelolaan yang baik dan akurat. Kodefikasi adalah pemberian kode pada setiap barang yang disimpan di tempat penyimpanan sedemikian rupa hingga kode tersebut mempunyai
25
arti tertentu dan memungkinkan ditatausahakannya barang tersebut secara baik dan akurat (Djokopranoto, 2003). Berikut contoh kode barang dari NHS National Vocabuary Coding System: Contoh kode: AJF7080 A
= Commodity group: provision
J
= Group: provision
F
= Sub group: instant mix
708
= Potato 25kg
0
= Check digit
2.12. Analisis ABC Analisis ABC (ABC analysis) membagi persediaan yang dimiliki kedalam tiga golongan berdasarkan pada volume nilai uang tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa terdapat “sedikit hal yang penting dan banyak hal yang sepele” tujuanya adalah membuat kebijakan persediaan yang memusatkan sumber daya pada komponen persediaan penting yang sedikit, dan bukan banyak tetapi sepele. Tidak realistis untuk memonitor persediaan yang murah dengan intensitas yang sama dengan persediaan yang sangat mahal. Kebijakan yang mungkin didasarkan pada analisis ABC meliputi hal berikut: 1. Pembeliaan sumber daya yang dibelanjakan pada pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A dibandingkan barang C. 2. Barang A, tidak seperti barang B dan C, perlu memiliki control persediaan fisik yang lebih ketat, mungkin mereka dapat diletakkan pada tempat yang lebih aman, dan mungkin akurasi catatan persediaan untuk barang A harus lebih sering diverifikasi. 3. Prediksi barang A perlu lebih dijamin keabsahanya dibandingkan dengan prediksi barang B dan C. Metode
investasi
mengelompokan
ABC, inventory
adalah
metode
berdasarkan
pengolahan nilai
inventory
penggunaan.
dengan Teori
cara Pareto
mengklasifikasikan barang-barang untuk analisis persediaan ABC, mengunakan kriteriakriteria umum sebagai berikut (Nasution. et. al, 2008):
26
Kelas A: Barang-barang dengan jumlah unit 10-20% tetapi nilai investasinya 30%-70% dari total investasi tahunan persediaan. Kelas B : Barang-barang dengan jumlah unit 20%-30% dengan nilai investasi 20%-30% dari total investasi tahunan persediaan. Kelas C : Barang-barang dengan jumlah unit 30-70% dengan nilai investasi 10%-20% dari total investasi tahunan persediaan.
2.13. Service level Untuk menghitung tingkat efektivitas persediaan barang, biasanya digunakan rasio layanan atau tingkat layanan sebagai tolak ukurnya. Rasio layanan menunjukan rasio atau perbandingan dari dua ukuran tertentu, dan tingkat layanan menunjukan tingkat pelayanan tertenru. Rasio layanan adalah tingkat perbandingan antara jumlah atau nilai permintaan yang dapat dipenuhi dari persediaan dan jumlah atau seluruh permintaan dari pemakai. Makin tinggi rasio layanan, berarti persediaan makin mampu memenuhi dan menunjang keperluan perusahaan, yang berarti pula semakin efektif. Rasio layanan tertinggi adalah 100%, yang berarti bahwa setip kali pemakaian memerlukan barang, selalu dapat dipenuhi dari persediaan di gudang. Rasio layanan terendah adalah 0%, yang berarti tidak satupun permintaan barang yang dapat dipenuhi dari persediaan di gudang (Djokopranoto, 2003). Berikut contoh perhitungannya: 23456 7383939 :3 39;
<=>73? @A >59B339 BA @A9=?5 <=>73? 4A7= =? @A >59B339
100%
2.14. Gudang (Warehouse) Gudang adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyimpan barang baik berupa raw material, barang work in process atau finished goods. Dari kata gudang maka didapatkan istilah pergudangan yang merupakan suatu kegiatan yang ada di gudang mulai dari proses unloading, put away, storage, order picking, dan loading (Oktarina, 2011).
27
Gambar 2. 1. Desain pabrik dan gudang kayu Sumber: Ernest, Data Arsitek Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2002.
Gambar 2. 2. Layout desain pabrik dan gudang kayu Sumber: Ernest, Data Arsitek Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2002.
2.15. Mesin atau alat Menurut
kamus
besar
Bahasa
Indonesia,
mesin
merupakan
perkakas
untuk
menggerakkan, atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda-roda dan digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak yang menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam. Sedangkan alat merupakan sesuatu yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu berupa perkakas atau perabot.
2.16. Penyimpanan (Storage) Storage adalah salah satu aktivitas yang ada di dalam pergudangan, dimana aktivitas storage melakukan penyimpanan barang yang disimpan sesuai dengan lokasi berdasarkan kodefikasi atau karakteristik barang itu sendiri (Oktarina, 2011).
28
2.17. Transportasi dan Material Handling Equipment Trasportasi adalah istilah pemindahan dari satu tempat ke temapat lain, biasanya transportasi dibantu oleh alat untuk mempermudah proses pemindahan. Alat transportasi yang digunakan bisa melalui darat (kendaraan bermotor), udara (pesawat terbang), atau laut (kapal). Material handling equipment merupakan istilah alat angkut yang digunakan untuk proses perpindahan barang dari satu titik ke titik lain yang beroperasi di lahan pabrik atau gudang. Pada UMKM, material handling yang biasa digunakan biasanya hanya berupa keranjang, trolley, atau manual menggunakan tangan manusia sebagai alat untuk memindahkan barang karena keterbatasan ruangan dan biaya. Contoh alat transportasi dan material handling terlampir pada lampiran 2.
2.18. Pengemasan (Packaging) Packaging merupakan salah satu aktivitas dalam pergudangan, dimana aktivitas tersebut melakukan pengemasan atau pengepakan pada barang jadi (finished good), untuk melindungi barang tersebut dari kecacatan (Oktarina, 2011). Bahan kemasan disesuaikan dengan bentuk dan karakteristik barang. Biasanya kemasan berbahan kaleng, botol, kertas, plastik, alumunium foil, gabus (sterofoam), dan kain.
2.19. Sumber Daya Sumber daya dibagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam (material atau bahan baku) dan sumber daya manusia. Sumber daya alam merupakan kekayaan yang berasal dari alam yang tidak bisa diciptakan, dimana sumber tersebut dijadikan bahan baku untuk diolah menjadi suatu barang yang bermanfaat. Sedangkan sumber daya manusia merupakan aset yang paling dominan dalam organisasi, juga sebagai pemasok internal yang sangat berperan dalam menghasilkan sesuatu barang atau jasa yang berkualitas (Nasution, 2010).
29
2.20. Kinerja (Performance) Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja merupakan sesuatu yang dicapai, kemampuan kerja, dan prestasi yang diperlihatkan. Sistem manajemen kinerja merupakan proses formal yang terstruktur untuk mengukur, mengevaluasi, dan mempengaruhi sikap, perilaku, dan hasil kerja para karyawan yang terkait dengan jabatan atau pekerjaan mereka. Sistem manajemen kinerja juga dapat membantu mengarhakan dan memotivasi para karyawan untuk memaksimalkan usaha mereka dalam mencapai tujuan organisasi.
2.21. Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang melakukan analisis hanya samapi taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai subjek yang diteliti. Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis persentase dan analisis kecenderungan (trend) tanpa mengkaitkan dengan keadaan populasi dimana data tersebut diambil. Alasan pengambilan metode penelitian deskriptif ditujukan kearah penghematan yang dikaitkan dengan pengambilan data dilapangan yang seringkali memakan banyak waktu, tenaga, dan biaya (Dharminto, 2010).
2.22. Kuesioner Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis memperlajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawacara (Hartini, 2008). Penggunaan kuesioner tepat bila :
30
1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan. 2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusus dari sistem yang diajukan. 3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu. 4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut. Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah : 1. Pertanyaan terbuka Pertanyaan-pertanyaan terbuka adalah pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihanpilihan respons terbuka kepada responden. Contoh : 1) Gambarkan masalah-masalah yang anda alami dengan laporan-laporan output? 2) Laporan-laporan apa saja yang telah saudara terima selama ini dan apakah laporanlaporan ini berguna atau tidak ? Pada pertanyaan terbuka antisipasilah jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa diterjemahkan dengan benar. 2. Pertanyaan tertutup Pertanyaan-pertanyaan tertutup adalah pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden. Contoh : 1) Berikut ini enam paket perangkat lunak yang saat ini tersedia di Pusat Informasi. Pilihlah paket yang paling sering anda gunakan ! [ ] Excel
[ ] Word for Windows
[ ] Freelance
[ ] WordPerfect
[ ] Paradox
[ ] Visible Analyst
2) Apakah semua orang boleh memasuki ruang komputer ? [ ] ya [ ] tidak 31
3) Bagaimana pendapat anda tentang komputerisasi yang akan dilakukan ini. Lingkarilah satu dari lima jawaban yang tersedia. Sangat Penting 1
Penting 2
Kurang Penting 3
Tidak Penting 4
Sangat Tidak Penting 5
Pertanyaan tertutup digunakan bila penganalisis sistem mampu membuat daftar semua respons yang memungkinkan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara efektif dan ketika semua respon yang diperoleh beberapa hasil yang saling eksklusif, sehingga memilih satu prosedur berarti memilih yang lainnya. Pertanyaan tertutup digunakan bila ingin mensurvei sampel beberapa orang dalam jumlah besar. Perbedaan antara menggunakan pertanyaan terbuka dengan pertanyaan tertutup dalam kuesioner dapat dilihat pada tabel 2.16. Tabel 2. 16.Perbedaan Pertanyaan Terbuka dengan Pertanyaan Tertutup
Parameter
Terbuka
Tertutup
Kecepatan selesai
Lambat
Cepat
Sifat mengetahui sesuatu
Tinggi
Rendah
Keluasan dan kedalaman
Tinggi
Rendah
Kemudahan dalam persiapan
Mudah
Sulit
Sulit
Mudah
Kemudahan untuk menganalisa
Sumber: www.ilkom.unsri.ac.id/dosen/hartini/materi/VI_Kuesioner.pdf, 2008.
Skala Kuesioner • Nominal, Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh: Apa jenis perangkat lunak yang paling sering anda gunakan? 1 = Pengolah kata
3 = Basis Data
2 = Spread sheet
4 = Program e-mail
• Ordinal, Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.
32
Contoh: Lingkarilah salah satu nomor. Staf pendukung dari kelompok pendukung teknis bersifat: 1. Benar-benar sangat membantu 2. Sangat membantu 3. Cukup membantu 4. Tidak membantu 5. Tidak membantu sama sekali • Interval, Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masingmasing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap. Contoh: Seberapa bermanfaatnyakah dukungan yang diberikan oleh kelompok pendukung teknis Tidak bermanfaat Sangat 1
Sama sekali bermanfaat
2
3
4
5
• Rasio, kala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan. Contoh: Kira-kira berapa lama dalam satuan jam anda menghabiskan waktu mengakses internet setiap harinya? 0
2
4
6
8
2.23. Frekuensi Relatif Frekuensi relatif merupakan fraksi atau proporsi frekuensi yang dikemas menjadi tabel ringkasan dari sekumpulan data yang menggambarkan frekuensi setiap kelas terhadap jumlah total (Prawito, 2007).
33
Tabel 2. 17. Frekuensi relatif
Pertanyaan XXX YYY ZZZ
A
F
... ...
Kategori B C FG
... ...
F
... ...
∑
A ∑ ∑G ... ...
∑
Frekuensi relatif B ∑G ∑ ∑G ∑ ... ...
∑
C ∑ ∑G ... ...
∑
2.24. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan salah satu metode pengendalian kualitas menggunakan statistik, karena pada dasarnya tidak ada dua produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi, dimana kasus produk dalam penelitian ini ada kaos. Untuk itu diperlukan uji statistik dalam melakukan penelitian ini. Statistik adalah teknik-teknik untuk mengumpulkan, menyajikan, menganalisis, dan mengimplementasikan data serta menarik kesimpulan dengan memperhitungkan variansi di dalam data (Purnomo, 2004). Keuntungan pengendalian menggunakan statistik: 1. Dapat mengetahui perbandingan antara kualitas dan biaya. 2. Menjaga kualitas lebih seragam. 3. Penyediakan bahan baku yang lebih baik. 4. Penggunaan alat produksi yang lebih efisien. 5. Mengurangi kerja ulang atau pebuangan. 6. Memperbaiki hubungan produsen-konsumen. Berikut langkah-langkah statistik deskriptif: 1. Distribusi frekuensi (data kelompok) 2. Diagram Histogram dan Poligon 3. Mean, Modus, dan Median (data kelompok) 4. Standar deviasi 2.24.1. Distribusi Frekuensi Dalam membuat distribusi frekuensi data yan bersifat kontinyu, data dikelompokkan ke dalam kelas-kelas atau interval. Pengelompokkan data dalam kelas atau interval mempunyai batas kelas yang disebut dengan batas kelas bwah dan batas kelas atas. Prosedur untuk membaangun distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
34
1. Tentukan range antara ukuran tertinggi dan ukuran terendah, jangkauan kelas, dan lebar kelas dengan rumus sebagai berikut: 239;A
I>3J
K39;L3=39 LA734 1A:3 LA734
Dimana N
: Jumlah data
I>59
1
3,3 16; &
239;A K39;L3=39 LA734
2. Melakukan klasifikasi data ke dalam kelompok data, menandai data yang masuk dalam kelompok dan menghitung frekuensi dari observasi yang berbeda seperti pada tabel 2.9. Tabel 2. 18. Distribusi frekuensi
Interval
limit
f
fk
x
f.x
XXX
...
...
...
...
...
YYY
...
...
...
...
...
Dimana: f
: Frekuensi
fk
: Frekuensi kumulatif
x
: Nilai tengah dari interval
3. Membuat grafik histogram dan poligon untuk menunjukka fluktuasi dari frekuensi setiap kelas.
Diagram histogram
Frekuensi
100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ukuran
Gambar 2. 3. Diagram histogram Sumber: Purnomo, Perencanaan dan Perancangan Fasilitas Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
35
Diagram poligon
Frekuensi
100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ukuran Gambar 2. 4. Diagram poligon Sumber: Purnomo, Perencanaan dan Perancangan Fasilitas Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.
2.24.2. Mean, Modus, dan Median A. Mean Mean merupakan rata-rata yang dihitung dengan cara membagi jumlah nilai data dengan banyaknya data. Berikut rumus yang dapat digunakan untuk mean dari data yang disajikan dalam distribusi frekuensi: IO
)J
Dimana: fn
: frekuensi untuk nilai Xn
Xn
: data ke-n
)J ) )
)J … )Q JQ ) … )Q
B. Median Median merupakan nilai tengah dalam satu kelompok tertentu. Berikut rumus modus dari data yang disajikan dalam distibusi frekuensi: <
1<
< 9 4 5
36
)
)L
Dimana: Qj
: kuartil ke-j
fk
: frekuensi kumulatif
j
: 1, 2, 3
f
: frekuensi kelas Qj
i
: interval kelas
N
: banyaknya data
Lj
: tepi bawah kelas Qj
C. Modus Modus merupakan nilai yang paling tinggi dalam satu kelompok tertentu. Berikut rumus modus dari data yang disajikan dalam distibusi frekuensi: 6
1
5
:
:
:
Dimana: Mo
: modus
L
: tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi tertinggi (kelas modus)
i
: interval kelas
b1
: frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya
b2
: frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval sesudahnya
2.24.3. Standar deviasi Simpangan baku atau standar deviasi dari sekelompok data adalah ukuran penyimpangan dari tiap observasi terhadap nilai rata-rata. Dapat didefinisikn pula sebagai akar dari jumlah kuadrat penyimpangan tiap-tiap nilai pengamatan dari nilai mean dibagi dengan jumlah pengamatan (n). Simbol standar deviasi data yang tidak terkelompok dirumuskan sebagai berikut: S
*I
IO-
*I
IO-
*I 9
IO-
37
…
*IQ
IO-
∑*IT
9
IO-