BAB II PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAKNYA BELAJAR AL QUR’AN DI TAMAN PENDIDIKAN ALQURAN (TPQ).
A. Peranan Orang Tua 1.
Pengertian Peranan Orang Tua Orang tua adalah pendidik kodrati, karena secara kodrat mereka yang diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua.1 Orang tua juga kepala keluarga, keluarga adalah bentuk persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. 2 Anak adalah ibarat bunga yang mekar bagi kehidupan, sebagai penerus perjuangan bangsa, karena itu anak perlu disiapkan sebagai kader untuk memikul tanggung jawab selama hidupnya. Untuk mempersiapkan kader-kader tersebut, maka pembinaan mental spiritual perlu ditekankan agar menjadi pemuda yang bertanggung jawab. Dan orang tua sebagai kapala keluarga harus dapat menjaga keluarganya sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat : 6.
… … Artinya : “...Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka... ” 3
1
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), Cet. III, h. 204 H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama (di Lingkungan Keluarga dan Sekolah), (Jakarta: Bulan Bintang,1977), h. 74. 3 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat At-Tahrim Ayat 6, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005), h. 561. 2
20
Allah juga memerintahkan untuk memberikan peringatan kepada keluarga dekat. Firman Allah dalam surat Asy Syu’ara ayat 214.
Artinya : “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”.4 Untuk
menyelamatkan keluarga (anak)
dari hal-hal yang
membahayakan atau tidak diinginkan, maka orang tua hendaknya mengetahui bagaimana mempengaruhi anaknya. Di antaranya dengan memberikan pendidikan yang baik untuk membentuk kepribadiannya, karena pada dasarnya anak lahir adalah fitrah. Menjadi buruk atau jahat adalah dipengaruhi oleh lingkungannya, Orang tua yang baik adalah orang tua yang dapat memberi suri tauladan dan kasih sayang pada anaknya. Allah telah menanamkan sifat fitrah kepada setiap manusia untuk mencintai anak-anaknya dan kasih sayang dan Allah juga menanamkan jiwa yang luhur pada hati orang tua ini. Oleh karena itu agar orang tua berhasil mempengaruhi anak, maka orang tua harus tahu peranan orang tua mendidik anak agar berhasil dengan baik, antara lain sebagai berikut:
a. Sebagai Orang Tua. 4
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur’an, Op.cit., h. 377.
21
Manusia terbaik (insan kamil) adalah tujuan pendidikan. 5 Para ulama salaf tidak menganggap pendidikan itu sebagai sesuatu yang mudah. Sebaliknya
mereka melihat bahwa mendidik adalah suatu
kewajiban agama, yang sama statusnya dengan shalat, shoum, dan kewajiban-kewajiban agama lainnya. 6 Islam membebankan tanggung jawab pendidikan kepada para ayah dan pendidik, menanamkan kesadaran pikiran, dan benih-benih aqidah Islam yang kokoh sejak masa pertumbuhan dan dalam setiap fase kehidupan mereka. 7 Sebagai orang tua harus dapat memberikan perlindungan terhadap anak-anaknya, harus dapat memimpin anaknya berbuat kebaikan dan menjauhkan dari hal-hal yang membahayakan. Sebagai seorang pemimpin, orang tua akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Orang tua adalah sebagai salah satu figur keteladanan hendaknya bisa memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya. Begitu juga dalam bersikap kepada anaknya, harus memberikan contoh tentang aqidah dan berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam.
b. Sebagai Pendidik 5
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. IV,
h. 76 6
Abdul Mun’imIbrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Jakarta: Maktabah Awlaad Ayekh lit-Turaats, 2007), Cet. III, h. 13 7 Jamaludin Miri, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), Cet. II, h. 686
22
Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama, karena sejak lahir orang tua sudah ada di sisinya. Sikap dan tingkah laku anak tampak jelas dipengaruhi oleh keluarga di mana anak itu dilahirkan dan berkembang. Sebagai pendidik, orang tua harus mampu mengarahkan dan membimbing anaknya, dan apabila mungkin harus menerangkan dan menjelaskan segala permasalahan yang dihadapi anak. Dengan demikian orang tua mengetahui tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anaknya. Dengan demikian menjadi motivasi bagi anak dalam menghadapi masalah untuk dapat dipecahkan. Anak yang saleh dapat mengangkat nama baik orang tuanya. Anak adalah dekorasi keluarga. Karena anak yang saleh pasti mendo’akan orang tuanya. Oleh karena itu orang tua mendidik anaknya agar menjadi anak yang saleh. 8 Diantaranya adalah mengajarkan membaca Alqur’an, hal ini harus benar-benar diajarkan kepada anak sejak kecil, caranya adalah sebagai berikut; (1) mengajarkan sendiri, (2) memasukkan anak-anak ke sekolah agama atau madsrasah misalnya TKA, TPA, Madrasah Diniyah atau les privat, dan (3) melalui alat yang canggih, misalnya video cassete, CD, VCD, CD room, dan lain sebagainya. 9 c. Sebagai Sahabat atau Teman
8
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspetif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 163 9 Heri Jauhar Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 90-91
23
Hubungan orang tua sebagai teman membantu oang tua untuk menyelami jiwa anak, sehingga orang tua mampu bergaul dengan anaknya. Seolah tidak ada perbedaan antara orang tua dan anak, mereka saling terbuka dan tidak merasa takut. Antara orang tua dan anak akrab, namun bukan berarti rasa hormat anak kepada orang tuanya akan berkurang tetapi sebaliknya anak semakin hormat dan sayang pada orang tuanya. Anak akan merasa sebagai orang tua yang diakui pendapatnya dan dihargai sewajarnya, artinya mereka tetap mengetahui batas-batas hak dan kewajiban masing-masing. Bila orang tua dapat melaksanakan sebagaimana di atas, besar kemungkinan dalam mempengaruhi kepribadian anak akan berhasil dengan baik. Karena terkadang banyak terjadi benturan antara kemauan orang tua dan kemauan anak, yang dapat mengakibatkan kurang harmonisnya hubungan orang tua dan anak.
2.
Macam-Macam Peran Orang Tua Pentingnya peranan orang tua dalam mendidik anak sebenarnya tidak terbatas hanya menyangkut masalah akhlak, moralitas, maupun prestasi belajar anak. Berikut beberapa hal yang sebaiknya diketahui para orang tua agar dapat berperan dalam tumbuh kembang anak secara lebih optimal: 1. 2. 3. 4.
Tanggung jawab iman Tanggung jawab pendidikan moral Tanggung jawab pendidikan fisik Tanggung jawab intelektual
24
5. 6. 7. 8.
Tanggung jawab pendidikan psikologis Tanggung jawab pendidikan sosial Tanggung jawab pendidikan seks Tanggung jawab finansial 10 Dari kriteria-kriteria yang disebutkan di atas, bisa dikatakan bahwa
pendidikan iman adalah pendidikan yang pertama dan paling utama yang harus diberikan kepada anak, agar mereka ketika dewasa memiliki pondasi yang kuat dalam mengarungi kehidupan. Pendidikan moral juga penting kita tanamkan kepada anak. Orang tua adalah pihak pertama yang memasukkan pendidikan moral kepada anak-anak, sehingga dengan pendidikan moral dari rumah akan menjadi perisai kemaksiatan bila mereka berada di luar rumah. 11 Setidaknya ada empat tempat penyelengaraan pendidikan agama, yaitu di rumah, di masyarakat, di rumah ibadah dan di sekolah. Akan tetapi pendidikan di rumah tangga adalah paling penting. Alasan pertama, pendidikan di tiga tempat pendidikan lainnya (masyarakat, rumah ibadah, sekolah) frekuensinya rendah karena hanya dilaksanakan beberapa jam saja setiap Minggu. Alasan kedua, inti pendidikan agama (Islam) ialah penanaman iman.
12
Oleh karena itu penanaman iman itu hanya mungkin
dilaksanakan secara maksimal dilakukan di rumah.
10
http://www.scribd.com/doc/13592442/Peran-Orangtua-Dalam-Pendidikan-Anak-DiEra-Globalisasi di-up load tanggal 11 Maret 2009. 11 Muhammad Abdurrahman, Pendidikan di Alaf Baru (Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan), (Jogjakarta: Prismasiphie, 2003), Cet.1, h. 83-84 12 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 7, h. 134
25
Dalam pembelajaran Alqur’an, orang tua dapat menggunakan metode kisah dalam proses pengajaran dan pendidikan, karena Rasulullah juga menggunakan kisah atau cerita dalam mendidik kejiwaan para sahabat.13 Dan agar anak dapat tekun, rajin, dan disiplin dalam belajar membaca Alqur’an dan menulis Alqur’an, orang tua harus melakukan pembiasaan
belajar
Alqur’an
pada
anak
(conditioning
atau
reconditioning).14
B. Motivasi Belajar Alquran 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa Inggris “motivation“ dan merupakan kejadian dari kata dasar “motive“ yang berarti alasan atau yang menggerakkan. 15 Adapun
secara
terminologi
motivasi merupakan
suatu tenaga, dorongan, alasan kemauan dari dalam yang menyebabkan kita bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai atau keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu
untuk
melakukan
aktivitas - aktivitas
tertentu
guna
mencapai suatu tujuan.16
13
Muhammad Usman Najati, Psikologi Dalam Perspektif Hadis (Al-Hadits wa’ulum annafs), (Jakarta: Pustaka Al Husna Abu Bakar, 2004), H. 182 14 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak, Membaca, Menulis, dan Mencintai , (Jakarta: Gema Insani, 2008), Cet. VIII, h. 105 15 Wojowasito dan W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, Indonesia – Inggris, (Bandung: Hasta, 1980, h. 119 16 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 72
26
Sedangkan pengertian motivasi sendiri menurut para ahli dapat dikemukakan di bawah ini, di antaranya: a. Ngalim Purwanto Motivasi adalah pendorong sesuatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar bergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.17 b. Clifford T. Morgan Dalam bukunya Introduction to Psychology dikatakan “ motivotion is a general term referring to states that motivate behaviour, to the behaviour motivated by these states and to the goals or ends of such behaviour”.18 Artinya motivasi merupakan istilah umum yang menunjukkan keadaan sebagai pendorong tingkah laku, tingkah laku yang didorong merupakan keadaan dan tujuan atau bagian akhir dari tingkah laku Motivasi dapat disimpulkan, secara etimologi berarti dorongan atau alasan, sedangkan secara terminologi motivasi adalah suatu penggerak dalam diri pribadi seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan aktifitas tertentu guna mencapai tujuan. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
17
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 5 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: Mc.Grow Hill Book Company, Inc., t.th.), h.66 18
27
diperkuat.19 Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja. Jadi motivasi belajar adalah dorongan dari luar atau pribadi seseorang dalam merubah potensi dan perilakunya dengan melalui latihan-latihan yang terukur, sehingga terjadi perubahan dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Macam-Macam Motivasi Belajar Menurut Noehi Nasution, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik .20 a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah “motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain”. 21 Menurut Sardiman A.M, motivasi intrinsik adalah “motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.22 Sebagai contoh orang tua yang ingin anaknya sukses dalam belajar, maka motivasi untuk membangkitkan gairah belajar anaknya 19
http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar. di- up load tanggal 16 Januari 2011 Noehi Nasution, dkk, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1991), h. 9. 21 Ibid. h. 9 22 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 88 20
28
itu timbul dari orang tua tanpa adanya dorongan dari luar, bukan karena ingin disanjung orang lain, bukan mengharapkan pujian, bukan takut akan dicap jelek oleh masyarakat sekitar dan bukan untuk mendapat hadiah. Akan tetapi orang tua menyadari bahwa setiap anak membutuhkan belajar, supaya bermanfaat dalam kehidupan anaknya kelak, karena tanpa adanya belajar manusia tidak akan mencapai kesuksesan, sehingga orang tua berkewajiban memotivasi anaknya dengan motivasi intrinsik tersebut. Sebagaimana Firman Allah SWT :
… ... Artinya : “ ... Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri... “. ( Q.S Al-Ra’du : 11 ) 23 Dengan adanya motivasi tersebut, orang tua semakin menyadari tentang keberadaan anak-anaknya, bahwa kesuksesan atau keberhasilan seseorang akan diperoleh melalui usahanya sendiri tanpa melibatkan orang lain. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah “motif-motif yang berfungsinya karena ada perangsang dari luar”. 24 Sedangkan menurut Noehi Nasution motivasi ekstrinsik adalah “motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar”.25 Misalnya orang tua yang memotivasi anaknya
23
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Op. Cit., h. 251. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Op. Cit., h. 72. 25 Sardiman A.M., Op. Cit., h. 85. 24
29
dengan tujuan-tujuan tertentu, agar anaknya mendapatkan pekerjaan yang enak, supaya dipuji oleh orang lain, supaya mendapatkan penghargaan yang tinggi dalam masyarakat dan sebagainya. Memahami kedua macam bahasan tentang motivasi, dapat disimpulkan bahwa kedua motivasi itu mempunyai identitas masingmasing. Motivasi ekstrinsik agak kurang kuat apabila dibandingkan dengan motivasi intrinsik. Namun dalam kenyataannya motivasi intrinsik ini tidak selamanya dimiliki oleh setiap orang tua. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. 26 a.
Motif-motif bawaan Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya: dorongan untuk makan, minum, bekerja beristirahat, seksual. Motif ini sering disebut motif secara biologis. N. Frandsen memberi istilah jenis yang diisyaratkan motif physiological drives.
b. Motif-motif yang dipelajari Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar suatu kedudukan dalam masyarakat, dan sebagainya. Motif-motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Fransen mengistilahkan dengan affiliative needs.
26
Sumadi Suryabrata, Loc. Cit., h. 72.
30
Mengenai hubungan antara motivasi dengan kepribadian, minimal ada empat macam motif yang memegang peranan penting dalam kepribadian individu yaitu: 27 a. Motif berprestasi (need of achivement) yaitu motif untuk berkompetensi baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi. b. Motif berkuasa (need for power), yaitu motif untuk mencari dan memiliki kekuasaan dan pengaruh terhadap orang lain. c. Motif membentuk ikatan (need for affliation), yaitu motif untuk mengikat diri dalam kelompok, membentuk keluarga, organisasi, atau pun persahabatan. d. Motif takut akan kegagalan (fear of failure), yaitu motif untuk menghindarkan diri dari kegagalan atau sesuatu yang menghambat perkembangannya.
3. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: 28 a. Kebutuhan Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara yang dimiliki dan apa yang diharapkan. Seseorang melakukan aktivitas itu didorong oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, 27
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003)., h. 70 28 Dunyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 80.
31
insting, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa motivasi akan selalu terkait dengan soal kebutuhan. Sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Kalau kebutuhan itu telah terpenuhi, telah terpuaskan, maka aktivitas itu akan berkurang dan
sesuai dengan dinamika
kehidupan manusia, maka akan timbul kebutuhan yang baru.29 Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan manusia bersifat dinamis dan berubah-ubah sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu sendiri. Itulah sebabnya motif-motif harus dipandang sebagai sesuatu yang dinamis. Dalam hal ini Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan, yaitu:30 a. b. c. d. e.
Kebutuhan fisiologi Kebutuhan akan perasaan aman Kebutuhan sosial Kebutuhan akan penghargaan diri, dan Kebutuhan untuk aktualisasi diri.
b. Dorongan Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan
dalam
rangka
memenuhi
harapan.
Dorongan
yang
berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Dari segi dorongan, menurut Hull dorongan atau motivasi
29
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 74. Abraham Maslow, Motivasi dan Kepribadian , (Jakarta: Pustaka Binaman Pessindo, 1996), h. 43-57. 30
32
berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme. Sebagai ilustrasi, orang tua memiliki harapan agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang baik, berbudi pekerti luhur, pintar membaca Alqur’an, maka orang tua bersemangat memasukkan anak ke lembaga yang sesuai dengan harapan mereka yaitu ke Taman Pendidikan Alqur’an (TPQ). c. Tujuan Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan kepada perilaku dalam hal ini memilihmilih lembaga pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Dari zaman ke zaman tentunya setiap manusia memiliki tujuan dalam hidup, karena tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh individu dalam setiap usaha yang dilakukan. Tujuan ini bisa jadi sama tetapi usaha untuk mencapainya bisa jadi berbeda. Tujuan mendorong seseorang untuk bertindak atau berbuat untuk mencapainya, semakin tinggi suatu tujuan, semakin kuat usaha yang harus dilakukannya. 31 Menurut Muzayyin Arifin, tujuan pendidikan Islam adalah meletatakkan tekanan pada kemampuan manusia untuk mengolah dan memanfaatkan potensi pribadi, sosial, dan alam sekitar bagi kesejahteraan hidup di dunia sampai dengan akherat, berbeda dengan tujuan pendidikan umum, yang hanya ingin mencapai kehidupan duniawi yang sejahtera baik dalam dimensi bernegara maupun 31
Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., h. 62.
33
bermasyarakat. Maka pendidikan Islam bercita-cita lebih jauh yang bernilai transendental, bukan insidental atau aksidental, yaitu kebahagiaan hidup setelah mati.32 Prinsip dasar dari Pendidikan Karakter Alqur’an adalah merujukkan pengembangan karakter pada Alqur’an. 33 Dalam arti bukan hanya merujukkan pada Alqur’an, akan tetapi juga pada akhlak Rasulullah. Kehidupan Rasulullah adalah contoh hidup Alqur’an atau dengan kata lain Alqur’an dalam praktik. 34 Karena akhlak Rasulullah merupakan akhlak Alqur’an, jadi, penghayatan dan pengamalan apa yang dilakukan Rasulullah dalam hal akhlak menjadi syarat dasar bagi penghayatan Alqur’an. Bambang Q-Aness dan Adang Hambali mengatakan bahwa urutan pendidikan karakter berbasis Alqur’an dapat berlangsung dengan urutan sebagai berikut; (1) pengalaman pembelajaran, (2) releksi/pencarian arti, (3) aksi/afirmasi, dan (4) evaluasi. 35 Jadi motif mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan. Motivasi belajar dalam pendidikan Islam harus didasari pada pendidikan yang berkarakter Alqur’an, dimana Rasulullah adalah sebagai acuannya. 32
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, ((Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h.
124-125 33
Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Bandung: Refika Offset, 2009), Cet.2, h. 124 34 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1998, h. 405 35 Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Op. Cit., h. 123
34
4. Fungsi Motivasi Belajar Dengan adanya fungsi dari motivasi itu, menyebabkan betapa pentingnya peranan motivasi dari orang tua terhadap anak-anaknya yang sedang
dalam
pembelajaran.
Banyak
sedikitnya
motivasi
akan
berpengaruh pada anak di sekolah. Anak yang mendapatkan motivasi dari orang tuanya akan terdorong dalam proses belajarnya. Menurut L. Crow dan A. Crow, peranan motivasi belajar adalah :
Motif mendorong si pelajar dalam kegiatan belajarnya. Permulaan anak masuk sekolah dapat dirangsang untuk melakukan pekerjaan yang baik melalui pujian dari orang tua atau memperoleh hadiahhadiah ekstrinsik lainnya.
Motif bertindak sebagai penyaring jenis kegiatan yang ingin atau dilakukan orang, misalnya ada siswa yang memulai belajarnya di rumah dengan pelajaran yang paling mudah.
Motif mengarahkan tingkah laku, sebagai pengarah tingkah laku sangat penting dalam proses belajar mengajar. Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga harus membantu anak agar mau belajar apa yang harus dipelajari. 36 Dengan demikian motivasi mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses belajar mengajar. Belajar yang disertai dengan
36
Crow. L dan Crow. A , Psychology Pendidikan, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989), h.
309
35
motivasi orang tua dan perasaan senang akan menghasilkan kesuksesan (prestasi yang memuaskan ). Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan dan akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan tersebut. Menurut S. Nasution, motivasi mempunyai tiga fungsi sebagai berikut: a. Medorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan atau dihindari guna mencapai tujuan. 37 Selain tiga fungsi di atas, Sardiman A.M. menambahkan fungsi motivasi yaitu sebagai pendorong dan pencapaian prestasi. Dengan kata lain bahwa adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapian prestasi belajarnya. Oleh
karena itu, motivasi yang ada pada seseorang memiliki
keterkaitan erat terhadap keinginan seseorang dalam memilih atau menentukan suatu lembaga pendidikan, sebagaimana orang tua yang memotivasi anaknya masuk di Taman Pendidikan Alqur’an (TPQ). Sehingga orang tua tersebut harus benar-benar mengerti aspek terpenting
37
S. Nasution, Op. Cit. h. 76.
36
yang memotivasi dirinya untuk memilih Taman Pendidikan Alqur’an (TPQ) sebagai lembaga pendidikan bagi anak-anaknya. Dengan
demikian dapat
diketahui
fungsi
motivasi
yang
menduduki posisi sangat penting. Karena motivasi dapat mendorong dan mengarahkan perbuatan seseorang, sehingga motivasi menjadi arah dalam kegiatan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Untuk kemudian menyeleksi perbuatan-perbuatan mana yang harus dikerjakan dan perbuatan-perbuatan mana yang harus ditinggalkan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
C. FUNGSI AL-QUR’AN Al-Qur'an merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia, bahkan untuk bangsa jin, untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada mereka. Sesuai dengan firman Allah SWT., dalam Q.S., Al Jin:2
Artinya : (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan Kami,( Q.S., Al Jin:2) 38 Al Qur’an diturunkan kepada manusia dengan memiliki fungsi yang sangat banyak. Di antara fungsi diturunkannya Al Qur'an adalah sebagai berikut:39
38
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur’an, Op.Cit., h. 573 http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=275 di-up load tanggal Selasa, 18 Mei 04 39
37
pada
a.
Sebagai Petunjuk (Al Huda) Allah Ta'ala telah berfirman dalam Al Qur’an:
Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Q.S. Al Baqarah: 2)40 Al Qur’an merupakan sumber dari segala pedoman dalam kehidupan manusia. Petunjuk Al Qur’an harus kita ikuti agar kita selamat dalam mengarungi kehidupan di dunia maupun di akhirat. Al Qur’an merupakan pegangan bagi umat Islam khususnya dan manusia pada umumnya, karena Al Qur’an mengatur segala urusan bagi manusia, baik yang berkenaan dengan aqidah atau tauhid, ibadah maupun muamalah. b.
Al Qur'an Sebagai Cahaya Allah menamai Al Qur'an dengan nur (cahaya), yaitu sesuatu yang menerangai jalan yang terbentang di hadapan manusia, sehingga tampak segala yang ada di hadapannya. Apakah ada lobang, ataukah duri lalu menghindarinya, dan kelihatan pula jalan yang selamat sehingga dia manempuh jalan itu.
c.
Al Qur'an Sebagai Pembeda Allah SWT., pemberi peringatan kepada seluruh alam dal Al Qur’an:
40
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur’an, Op. Cit., h. 2
38
Artinya: Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Q.S. Al Furqan:1)41 Al Qur'an membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaat dan yang berbahaya. Al Qur’an menyuruh kita semua mengerjakan kebaikan dan melarang kita dari perbuatan buruk, dan Al Qur’an juga memperlihatkan segala apa yang kita perlukan untuk urusan dunia dan akhirat. d.
Al Qur'an Sebagai Obat Penawar Allah SWT., berfirman dala Al Qur’an:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakitpenyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.(Q.S. Yunus:57)42 Al Qur’an merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan penyakit yang sifatnya maknawi (yang menimpa hati). Merupakan obat bagi penyakit badan, dengan cara
41 42
Ibid, h. 360 Ibid, h. 216
39
membacakannya untuk orang yang sakit atau terkena hipnotis, kesurupan jin dan semisalnya. Dengan izin Allah SWT., orang yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan tersebut berasal dari hati seorang mukmin yang yakin kepada-Nya. Apabila keyakinan yang kuat berkumpul antara orang yang membacakannya dengan yang di bacakan untuknya maka Allah akan memberikan kesembuhan bagi si sakit. Jadi fungsi Al Qur’an diturunkan kepada manusia mempunyai banyak sekali tujuan dan manfaat supaya dapat diambil oleh manusia secara umum, tidak hanya untuk umat Islam sebagai kitab suci sekaligus bacaan. Namun pesan-pesan dalam Al Qur’an hanya akan bisa bermanfaat
bagi
manusia
yang
bertaqwa
dan
selalu
berfikir.
D. KEUTAMAAN BELAJAR AL-QUR’AN Allah SWT., berfirman:
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan mendirikan sembahyang dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengaan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu 40
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah SWT., menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathiir 29-30)43
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan:
) (روه البخارى.خير كم من تعلم القران وعلمه Artinya : “Orang-orang yang terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori)44 Diterangkan juga dalam Hadist Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a bahwa Nabi SAW bersabda :
ويتدارسونه فيما,ما اجتمع قوم فى بيت من بيوت هللا تعالى يتلوا كتاب هللا وذكرهم, وخفّتهم المالئكة,الرحمه ّ وغشيتهم, االّ نزلت عليهم السّكينة,بينهم .هللا فيمن عندهم Artinya : “Tiada suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah, membaca kitab Allah, dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali ketenangan akan diturunkan kepada mereka, dan mereka akan diliputi oleh rahmat Allah, di kelilingi para malaikat dan Allah SWT, akan menyebut mereka kepada yang hadir di majlis ta’lim itu”.45
43
Ibid, h. 435.
44
Hussein Bahreisj, Hadits Shahih Bukhori Muslim, CV. Karya Utama, Surabaya, t.th., hal.
45
Hadist diriwayatkan Imam Muslim dalam adz-Dzikir, hal. 2699.
200.
41
Keterangan hadist di atas akan ditemukan suatu keistimewaan yang memuat empat jenis pahala bagi orang yang kumpul untuk membaca AlQur’an dan mempelajarinya yaitu diberi ketenangan hidup, kehidupannya dipenuhi rahmat, dinaungi para malaikat, dan Allah akan selalu menyebut nama orang yang mau membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya Dari Al-Qur’an dan hadis-hadis di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa belajar yang paling baik adalah belajar ilmu Al-Qur’an, serta orang yang mengamalkan ajaran Alqur’an, karena akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat ganda. Pembelajaran Alqur’an dapat dilakukan dimana saja, di rumah, di sekolah atau di masjid, akan tetapi pembelajaran yang di masjidlah yang paling baik, karena akan mendapatkan rizqi, ketenangan dan rahmat dari Allah SWT. Secara umum “membaca Alqur’an adalah termasuk amal ibadah yang sangat mulia dan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya adalah kitab suci Illahi”. 46 Dengan melihat pendapat ini berarti jika umat Islam membaca Alqur’an adalah mempunyai tujuan utama niat ibadah kepada Allah SWT., dan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat. Setiap kegiatan yang dilaksanakan dan diusahakan selalu tertumpu pada suatu tujuan, karena tujuan telah tercakup dalam pengertian usaha. Dalam belajar Alqur’an, tujuan dapat diartikan sebagai usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari anak didik atau subyek
46
Fuad Muhammad Fachruddin, Filsafat dan Hikmat Syariat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 18.
42
belajar setelah mengalami proses belajar. Adapun tujuan belajar Alqur’an menurut Mahmud Yunus adalah sebagai berikut : a.
b. c.
d.
e.
Memelihara kitab suci dan membacanya serta memperhatikan isinya, untuk menjadi petunjuk dan pengajaran bagi kita dalam kehidupan di dunia. Mengharapkan keridhaan Allah dengan menganut i’tikad yang sah dan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Mengingat hukum agama yang termaktub dalam Alqur’an serta menguatkan keimanan dan mendorong berbuat kebaikan dan menjauhi larangan. Menanamkan akhlak yang mulia dengan mengambil ibarah dan pengajaran serta suri tauladan yang baik dari riwayat-riwayat yang termaktub dalam Alqur’an. Menanamkan perasaan keagamaan dalam hati dan menumbuhkannya, sehingga bertambah tetap keimanan dan bertambah dekat hati dengan Allah. 47
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Alqur’an pada Anak Hubungan antara ayah dan ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang, akan membawa kepada pembinaan pribadi yang tenang, terbuka dan mudah dididik, karena ia mendapat kesempatan yang cukup dan baik untuk bertumbuh dan berkembang.48 Secara global, menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya (2001: 132-139) disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1.
Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani siswa. Yaitu: aspek fisiologis (jasmani, mata dan telinga)
47
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hilda Karya, 1983,
48
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 15, h. 56
h.61.
43
dan aspek psikologis (intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa). 2.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Yaitu: lingkungan sosial (keluarga, guru, masyarakat, teman) dan lingkungan non-sosial (rumah, sekolah, peralatan, alam).
3.
Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran, yang terdiri dari pendekatan tinggi, pendekatan sedang dan pendekatan rendah. 49 Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan.
Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan akan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitannya dengan itu perlu diketahui ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, yaitu: a) Kematangan Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi motivasi. Seandainya dalam pemberian motivasi itu tidak memperhatikan kematangn, maka akan mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak optimal. b) Usaha yang bertujuan
49
http://paksalam.wordpress.com/2010/07/24/faktor-yang-mempengaruhi-belajar/ di- up load tanggal 24 Juli 2010.
44
Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar. c) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi. Dengan mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar. Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa akan berusaha untuk mempertahankan atau meningkat intensitas belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik di kemudian hari. Prestasi yang rendah menjadikan siswa giat belajar guna memperbaikinya. d) Partisipasi Dalam kegiatan mengajar perluh diberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu. e) Penghargaan dengan hukuman Pemberian penghargaan itu dapat membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja. Pengharagaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan agar penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima pengharagaan karena telah melakukan kegiatan belajar yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas. Sedangkan hukuman sebagai reinforcement yang
45
negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. 50 Muhaimin (2003) mengatakan, kendala keberhasilan pada pendidikan anak di Tamana Pendidikan Alqur’an (TPQ) dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu; (1) keterbatasan waktu, (2) keterbatasan media, personalia, dan dana. 51 Jadi pengaruh dari faktor internal, eksternal dan penggunaan metode pembelajaran sangat mempengaruhi hasil dari belajar. Akan tetapi biasanya pengaruh lingkungan sangat besar dibandingkan faktor lain. Karena lingkungan yang baik akan membawa dampak yang positif kepada anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan membawa pengaruh yang tidak baik bagi anak.
50
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108909-faktor-faktor-yangmempengaruhi-motivasi/. Di – up load tanggal 29 Januari 2011 51 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM), 2003), h. 295-297
46