BAB II TAMAN PENDIDIKAN AL QUR’AN DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Taman Pendidikan Al Qur’an 1. Pengertian Taman Pendidikan Al Qur’an Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) berdasarkan kurikulum TPQ Yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Jawa Tengah, bahwa TPQ adalah tempat belajar anak melakukan aktivitas atau kegiatan dalam hal keagamaan, khususnya agama islam. Wawasan ke depan lembaga TPQ tercermin dari moto lembaga tersebut, yaitu menyiapkan generasi Qur’ani dan menyongsong masa depan yang gemilang.1 TPQ merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar diluar sekolah yang pesertanya adalah yang berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam agama islam, oleh sebab itu bersifat alamiah. Untuk pendidikan ini bukanlah sekolah maupun madrasah karena berpijak pada filosofi taman yang mengacu pada prinsip rapi, indah, nyaman dan menyenangkan bagi anak-anak.2 Pada taman pendidikan al qur’an ini akan diajarkan bagaimana cara menulis dan membaca huruf al qur’an, dengan melihat bakat anak, jika anak mempunyai daya hafal yang kuat, guru akan menuntunnya
1
Departemen Agama Jawa Tengah, Kurikulum Pendidikan TPQ, 2004, hlm. 5.
2
Ibid,.
18
19
dengan menghafal ayat-ayat pada surah yang pendek-pendek, begitu pula doa-doa yang akan dipakai sehari-hari.3 2. Keberadaan TPQ Keberadaan TPQ berdasarkan pada : a. Al Qur’an Allah telah berfirman di dalam surat An-Nahl ayat 89 : … …
Artinya : “… kami turunkan kepadamu Al – Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan sesuatu …”. (AN-Nahl : 89) ayat tersebut menjelaskan bahwa kewajiban umat islam adalah menaruh perhatian terhadap Al Qur’an baik dengan cara membacanya, menghafalnya, maupun menafsirkan.4 Di dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman : …
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …”. (At-Tahrim : 6)5 usaha menjaga diri dan keluarga dari siksaan api neraka adalah dengan pendidikan dan pengajaran yang baik serta
3
Murynis dan Romli, Pendidika Luar Sekolah, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 37.
4
Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma’arif, Teknik Menghafal Al qur’an, (Bandung : Sinar Baru, 1991), hlm. xiii. 5
Departemen Pendidikan Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : CV. Samara Mandiri, 1999), hlm. 437.
20
membiasakan mereka berkelakuan baik, berakhlakul mulia, membimbing dan menunjukan mereka pada hal-hal yang dapat memberikan manfaat yaitu dengan mengajarkan Al Qur’an sejak dini. b. Pendapat Ulama’ Dalam “muqodimah Ibnu Khaldun sebagaimana di kutip oleh Abdul Kholik dijelaskan pentingnya mengajarkan dan menghafal Al Qur’an kepada anak – anak. Ia menjelaskan bahwa pengajaran Al Qur’an itu merupakan fondasi pengajaran bagi seluruh kurikulum, sebab Al Qur’an merupakan salah satu “Syi’ar Ad-Din” yang menguatkan aqidah dan mengokohkan keimanan.6 Dalam “As-Shiyasah”, Ibnu Sina sebagaimana di kutip oleh Abdul Kholik dijelaskan agar kita mulai mengajar anak dengan pengajaran Al qur’an. Segenap potensi anak, baik jasmani maupun akalnya, hendaknya dicurahkan untuk menerima pelajaran ini agar anak mendapat bahasa asli dan agar aqidah bisa mengalir dan tertanam kokoh dalam kalbunya.7 c. Aturan Perundangan di Indonesia Pancasila sebagai dasar falsafah negara, sila pertamanya adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Agar “Ketuhanan Yang Maha Esa” tetap kokoh keberadaannya di indonesia, mutlak
6
Abdul Kholiq, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 1. 7
Ibid,.
21
diperlukan adanya “Pendidikan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Itulah pendidikan agama. Dalam keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI Nomor 128 Tahun 1982/44 A Tahun 1982 tentang “Usaha peningkatan, penghayatan dan pengalaman Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dapat disimpulkan bahwa usaha peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an ini disamping menjadi program umat islam, juga menjadi program pemerintah, agar program ini dapat terealisir dengan baik, maka perlu ditumbuhkan lembaga-lembaga pengajaran baca tulis Al Qur’an sebagaimana yang dikehendaki pula oleh Instruksi Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Al Qur’an. Jadi berdasarkan petunjuk al qur’an, al hadist, maqalah ulama dan peraturan perundang-undangan di indonesia keberadaan TPQ mendapat pondasi yang kokoh.8 3. Kurikulum TPQ Dalam
pengertian
yang
sempit,
kurikulum
merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pengertian ini menggarisbawahi adanya 4
8
As’ad Humam dkk, Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan Membaca Menulis Al Qur’an (M3A), (Yogyakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran BTA LPTQ Nasional, 1995), hlm. 7.
22
komponen pokok dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/bahan, organisasi, dan strategi.9 Dalam pengertian yang luas, kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (institusional, kurikuler, dan instruksional). Pengertian ini menggambarkan segala bentuk
aktivitas
sekolah
sekiranya
mempunyai
efek
bagi
pengembangan peserta didik, adalah termasuk kurikulum, dan bukan terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja.10 Dalam UU Kurikulum Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 ayat 19 dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat terencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran dan tata cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.11 4. Materi pembelajaran Materi pembelajaran merupakan suatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian dipahami seolah siswa, dalam rangka pencapaian tujuan-tujan intruksional yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, materi pelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen yang penting, artinya untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran materi 9
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: PSAPM, 2003), hlm.
182. 10 11
Ibid,. hlm. 183.
UU Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Pendidikan Nasional (Yogyakarta : Media Wacana Press), 2003, hlm. 11.
23
pelajaran terdiri dari fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum / aturan, dan sebagainya, yang terkandung dalam mata pelajaran.12 Adapun materi yang diajarkan di Taman Pendidikan Al qur’an yaitu : a. Membaca qiro’ati jilid 1-6, ghorib dan al qur’an serta tajwid. b. Fiqih, tuntunan sholat lengkap dan wudhu. c. Tauhid, imam kepad allah dan iman kepada malaikat-malaikat allah. d. Hafalan al qur’an (surat-surat pendek). e. Hafalan do’a-do’a harian. f. Kisah-kisah rasul/ nabi. 13 5. Waktu pembelajaran di TPQ Sebagaimana diketahui, bahwa waktu belajar anak di TKA/ TPQ hanya sekitar 60 s.d 75 menit. ¼ dari waktu itu untuk pembukaan (klasikal I), 4/6-nya untuk kegiatan privat, dan 1/6 lagi untuk klasikal II dan penutup. Sedangkan materinya mencakup belajar membaca alqur’an dan praktek shalat sebagai materi pokok dan materi penunjangnya adalah belajar menulis huruf al-qur’an, hafalan suratsurat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan, hafalan do’a-do’a sehari-hari, akhlak, aqidah, dan lagu-lagu islami dan rekreasi.14 12
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. 1, hlm. 100. 13
Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al Qur’an, Pedoman Penyelenggaraan Taman Pendidikan Al Qur’an, (Pekalongan: Badko Kota Pekalongan). 14
Muhaimin, Op.Cit,. hlm. 295.
24
6. Metode pengajaran TPQ Kegiatan belajar mengajar yang menghasilkan interaksi unsurunsur manusiawi adalah suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu menjadi tujuan pengajaran.15 Metode pengajaran adalah cara penyampaian bahan pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian metode pengajaran adalah suatu cara yang dipilih dan dilakukan guru ketika berinteraksi dengan anak didiknya dalam upaya menyampaikan bahan pengajaran tertentu (pokok bahasan / sub pokok bahasan) agar bahan pengajaran tersebut mudah dicerna, sesuai target pembelajaran yang ditargetkan. Beberapa metode yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di TPQ adalah sebagai berikut : a. Metode ceramah Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain 15
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), Cet. 2, hlm. 82-85.
25
disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya factor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa.16 b. Metode Tanya jawab Metode Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangkan ketrampilan mengamati, menginterprestasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan dan mengkomunikasikan. Penggunaan metode Tanya jawab bermaksud memotivasi anak didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar, atau guru yang bertanya (mengajukan pertanyaan) dan anak didik menjawabnya. c. Metode demontrasi Metode demontrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demontrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang dilihatkan selama pelajaran berlangsung.
16
Wina Sanjaya, strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 3, hlm. 147.
26
d. Metode drill / latihan Metode latihan yaitu suatu cara belajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketetapan, kesempatan dan ketrampilan.17 e. Metode tugas dan resitasi Metode resitasti (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, dan laboratium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), Tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas biasanya bias dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok.18 7. Evaluasi (Penilaian) Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut 17
Zaenal Mustakin, Strategi dan Metode Pembelajaran, (STAIN Pekalongan Press, 2009), Cet. 1, hlm. 122-124. 18
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Op.Cit,. hlm. 96.
27
maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.19 Adapun alat ukur evaluasi pada garis besarnya menggunakan dua cara yaitu dengan non tes dan tes. a. Teknik non tes Ada beberapa teknik non tes yaitu : 1) Wawancara (interview) Wawancara atau interviu (interview) adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. 2) Pengamatan (observasi) Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. 3) Riwayat hidup Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai.20
19
Wayan Nurkanca dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usana Offset Printing, 1982), hlm, 1. 20
Ibid., hlm. 32-34.
28
b. Teknik tes Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu : 1) Tes formatif Dari kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimkasudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Tes formatif juga disebut tes pembinaan, diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar diselenggarakan secara periodik, isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan.21 2) Tes sumatif Tes ini disebut juga tes akhir semester atau evaluasi belajar tahap akhir (EBTA). Tes ini bertujuan mengukur keberhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh, materi yang diujikan seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran dalam satu program tahunan atau semesteran, masing-masing pokok bahasan terwakili dalam butir-butir soal yang diujikan.
21
Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), Cet. 2, hlm. 47-48.
29
B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari dua suku kata yaitu kata “prestasi” dan kata “belajar”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).22Sedangkan belajar adalah berusaha supaya mendapat suatu kepandaian. Dari pengertian prestasi dan belajar diatas, para ahli berbeda pendapat di dalam mengemukakan rumusan tentang prestasi belajar, yaitu : a. W.S Winkel, mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan pernyataan hasil belajar yang diwujudkan dalam bentuk lain, yang menyatakan taraf prestasi belajar yang telah dicapai siswa.23 b. Muctar
Bukhori,
mengemukakan
prestasi
belajar
sebagai
pencapaian yang diperoleh anak didik dalam kegiatan belajar terhadap materi pelajaran, memiliki manfaat kegiatan sebagai cerminan atas tindakan belajar yang telah dilakukan dalam suatu periode tertentu terhadap pelajaran.24
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), hlm. 76. 23
W.S Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia 1989),
24
Muctar Bukhori, Teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Bandung: Jemars, Cet II, 2000).
hlm. 45. hlm. 178.
30
c. Anas Sudijono, mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian siswa terhadap materi yang mereka terima dalam proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.25 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pendidikan selama periode tertentu. 2. Macam-macam prestasi belajar Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa secara garis besar prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu : a. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, dalam ranah kognitif
ini
meliputi
beberapa
aspek
hasil
belajar
yaitu
pengetahuan komprehensif, aplikasi, analisis dan sintesis. b. Ranah afektif Ranah afektif adalah perubahan-perubahan dalam segi sikap, mental, perasaan dan kesadaran. dalam ranah afektif ini meliputi beberapa aspek hasil belajar yaitu penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian nilai dan karakteristik dengan sautu nilai.26
25
Anas Sudijono, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: UD. Rana, 1992), hlm. 30.
26
Zakiyah Darajat, et al., Op. Cit,, hlm. 197-205
31
c. Ranah psikomotorik Menurut Nana Sudjana, ranah psikomotorik adalah perubahan-perubahan yang berkenaan dengan ketrampilan dan kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Dalam ranah ini meliputi beberapa aspek yaitu gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan ekspresif serta interpretatif.27 Dari macam prestasi belajar yang telah dijelaskan di atas penting diketahui oleh guru dalam rangka merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alat-lat penilaian baik melalui tes maupun non tes. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Suharsimi Arikunto, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, disebut sebagai faktor internal. Selain itu, juga dipengaruhi oleh faktor yang bersumber dari luar manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor eksternal.28 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut : 27
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rosdakarya, 1998), hlm. 30-31 28
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manuskrip, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), hlm. 21.
32
a. Faktor dari dalam diri siswa (internal) 1) Faktor jasmani/kondisi tubuh Kekebalan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seorang murid yang biasanya sering mengalami kesulitan dalam belajar tidak bisa berkonsentrasi pada pelajarannya yang akhirnya mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan demikian kondisi fisik perlu sehat untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan.29 2) Faktor psikologis, dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat motivasi, konsentrasi, ambisi dan tekad. a) Intelegensi Intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.30 Dalam buku prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran karya mengemukakan
Ngalim batasan
Purwanto, bahwa
William
intelegensi
Stern adalah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan
29
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja Karya, 1998), hlm 54. 30
Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 52.
33
baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.31 b) Perhatian Menurut
Al-Ghozali
dalam
Slameto
bahwa
perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada sesuatu benda atau hal atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.32 c) Bakat Bakat adalah potensi atau kemampuan apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata. Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.33 Bakat dapat dipengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang
studi
tertentu,
setiap
31
Ibid, hlm. 53.
32
Ibid, hlm. 55.
33
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1995), hlm. 213.
murid
34
mempunyai bakat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Apabila bakat itu disalurkan, maka tidaklah mustahil ia akan mencapai prestasi yang tinggi, dalam hal ini orang tua harus pandai-pandai dalam menyalurkan bakat anak ke sekolah yang sesuai dengan bakat mereka. Tetapi tidak jarang orang tua menyekolahkan anak mereka ke jalur yang tidak sesuai hanya karena keinginan membantu anak berprestasi sebaik mungkin.34 d) Minat Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana bahwa minat adalah menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih
secara
bebas
oleh
individu.
Minat
besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar
membaca
akan
dapat
memperoleh
berbagai
pengetahuan dan teknologi.35 Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.
34
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 227. 35
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 136.
35
e) Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu bertindak atau berbuat. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.36 Dalam belajar hendaknya peserta didik mempunyai motivasi belajar yang kuat, hal ini akan memperbesar kegaiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif di luar diri individu atau hadiah sebagai suatu masalah di dalam kelas. Motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat para peserta didik. f) Konsentrasi Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan, kurang konsentrasi merupakan keluhan yang paling umum dikalangan peserta didik di dalam belajar. Apakah itu di dalam kelas ataupun dirumah. Diperlukan konsentrasi yang tinggi. Jika dalam mengikuti pelajaran, 36
hlm. 3.
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (jakarta: bumi aksara. 2008),
36
pikiran
kita
melayang
kemana-mana
maka
besar
kemungkinan kita tidak dapat menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. g) Ambisi dan tekad Ambisi merupakan tenaga yang sangat besar potensinya.
Ambisi
dan
tekad
ini
sangat
erat
berhubungannya dengan motivasi. Ambisi perlu memiliki kalau kita ingin sukses. Tekad sedikit mirip dengan ambisi. Tekad melicinkan ambisi mencapai sukses. Menurut Walter Paule ada 3 resep mujarab untuk sukses diantaranya : intelegensi, kemauan kerja, konstruktif dan tekad.37 Ambisi dan tekad untuk sukses merupakan faktor yang sangat menentukan prestasi belajar. Ambisi yang kuat namun tidak berlebihan dapat meningkatkan keyakinan diri. Keyakinan diri ini akan melicinkan jalam mencapai sukses. b. Faktor yang berasal dari luar (faktor eksternal) 1) Lingkungan a) Lingkungan alam Keadaan alam di sekitar tempat belajar sangat mempengaruhi hasil belajar murid-murid. Keadaan alam yang tenang, sejuk membuat murid merasa nyaman untuk belajar, ia tidak terganggu dengan hawa yang panas, udara 37
Hasbullah Thorony, Pustaka Sukses Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 35.
37
yang pengap dan lain-lain, sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi. b) Lingkungan sosial Lingkungan sosial dapat berpengaruh besar terhadap peserta didik, pengaruh lingkungan dapat berdampak positif dengan negatif, itu tergantung mana yang kuat.38 Dari lingkungan keluarga, jika keadaan keluarga kurang harmonis, orang tua atau kakak-kakak kurang perhatian terhadap prestasi belajar peserta didik dan keadaan ekonomi yang parah sekali bisa menyebabkan prestasi peserta didik kurang baik. Lingkungan masyarakat dan teman juga tidak kalah besar pengaruhnya, kalau peserta didik bergaul dengan orang pandai, dia bisa ikut pandai, tetapi kalau ia bergaul dengan teman-teman yang bermain tanpa mengenal waktu sekolah maka prestasi belajarnya akan terganggu. 2) Faktor instrumental a) Bahan pelajaran Bahan pelajaran sangat mempengaruhi prestasi peserta didik. Jika bahan pelajaran adalah sesuatu yang sulit bagi peserta didik, maka peserta didik akan enggan untuk mempelajarinya, peserta didik tersebut akan lambat dalam
38
Ngalim Purwanto, Op.Cit,. hlm. 55.
38
belajar mengenai mata pelajaran itu, makin sulit sesuatu bahan
pelajaran,
mempelajarinya. pelajaran,
maka
makin
Sebaliknya
maka
makin
lambatlah
semakin cepatlah
orang
mudah
bahan
orang
dalam
mempelajarinya.39 b) Guru/ pengajar Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para peserta didik agar mereka menjadi peserta didik atau anak didik yang
selaras
dengan
tujuan
sekolah.
Guru
harus
bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar peserta didik melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang diajarkan. c) Sarana dan fasilitas Sarana dan fasiltas yang dibutuhkan di dalam belajar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi peserta didik. Jika sudah terpenuhi sarana belajarnya, terpenuhi bisa mencapai prestasi yang baik, kadang justru ada peserta didik yang keadaan ekonominya terbatas, sehingga ia menggunakan sarana seadanya, akan 39
hlm. 61.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
39
tetapi tetap giat belajar, jadi tidaklah sulit untuk mencapai prestasi yang baik. C. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Abdul Majid dan Dian Andani dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi mengatakan bahwa :”Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami
dan
mengamalkan
ajaran
islam
melalui
kegiatan
bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.40 Zakiah Daradjat, dkk dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan mengatakan bahwa: Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaranajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun diakhirat kelak.41 Ahmad Tafsir dalam bukunya yang berjudul Ilmu dalam Perspektif Islam mengatakan bahwa : “Pendidikan Agama Islam
40
Abdul Majib dan Dian Andani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi : Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2004), hlm. 48. 41
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1996), hlm. 86.
40
adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam”.42 Ahmad D. Marimba dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa : Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadia utama menurut ukuranukuran islam. Denga
pengertian yang lain sering kali beliau
mengatakan kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai islam.43 “Menurut M. Arifin dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam suatu tinjaua teoritis dan praktis berdasarkan interdisipliner mengatakan bahwa hakikat : “hakikat pendidikan agama islam adalah orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (dasar manusia) anak didik melalui ajaran islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.44 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa adanya persamaan secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut : Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang
42
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994),
43
Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), hlm. 23.
44
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm. 152.
hlm. 32.
41
dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sejati. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al Toumy Al-Syaibani dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa : Tujuan pendidikan agama islam adalah perubahan yang diingini yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana individu itu hidup pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai proporsi diantara profesi asasi dalam masyarakat.45 Hamdani Ihsan dan A Fuad dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : a. Tujuan Individual Suatu tujuan yang meyangkut individu, melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat. b. Tujuan Sosial Suatu tujuan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dan dengan tingkah laku masyarakat 45
Omar Muhammad Al Taoumy Al-Syaibani, (terj) Hasan Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 399.
42
umumnya serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya. c. Tujuan Profesional Suatu tujuan yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat. Ditinjau dari segi pelaksanaannya maka tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : a. Tujuan operasional, yaitu suatu tujuan yang dicapai menurut program yang telah ditentukan dalam kurikulum. b. Tujuan fungsional, yaitu tujuan yang telah dicapai dalam arti kegunaannya, baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis meskipun kurikulum secara operasional belum tercapai.46 Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam menyimpulkan tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu : a. Tujuan umum Tujuan umum pendidikan islam harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan nasional negara. Jadi secara umum tujuan pendidikan dalam islam adalah insan kamil. b. Tujuan akhir Tujuan akhir dalam pendidikan islam adalah mati dalam keadaan islam.
46
Hamdani Ihsan dan A Fuad, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), hlm. 86-87.
43
c. Tujuan sementara Tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. d. Tujuan operasional Tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.47 Al-Abrasyi sebagaimana dikutip Nur Uhbiyati dalam buku Ilmu Pendidikan Islam 1 menyimpulkan lima tujuan Pendidikan Agama Islam : 1) Membentuk akhlak 2) Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat 3) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar 4) Menyiapkan pelajar dari segi profesional.48 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam Menurut Yunus dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus Pendidikan Agama menyimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam yang dikemukakan diatas, dapatlah dihayati fungsi dan peranan Pendidikan Agama Islam, yaitu : a. Pendidikan Agama Islam mempunyai kedudukan yang tinggi dan utama karena Pendidikan Agama Islam memperbaiki akhlak.
47
Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 29-30.
48
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998), hlm. 50.
44
b. Pendidikan Agama Islam dapat membersihkan hati nurani dan mencetak anak berakhlak mulia dan berbuat kebajikan. c. Pendidikan Agama Islam menerangi kehidupan supaya anak berada di jalan yamg lurus dan jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. d. Pendidikan Agama Islam membentuk keluarga akan tumbuh sehat jasmani dan rohaninya sehingga akan membawa umat yang kuat di bawah cahaya islam.49
49
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Hadi Karya Agung, 1997), hlm. 7.