BAB II PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ)
A. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Pengertian Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Kata “belajar” secara etimologis merupakan terjemahan dari kata learning (bahasa Inggris). Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. 1 Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2 Sedangkan belajar menurut Moh. Uzer Usman adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.3 Dari beberapa definisi itu, dapat dikemukakan hal-hal pokok sebagai kesimpulan, yaitu: (1) belajar itu membawa perubahan (behaviorial
1
Heri Gunawan, Pendidikan Islam, Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 111 2 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Siatem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 78. 3 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1991), hlm. 2.
22
23
changes) baik aktual maupun potensial, (2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, dan (3) perubahan itu terjadi karena dengan sengaja.4 Menurut Al- Qur’an, kemampuan belajar merupakan sebuah karunia dari Allah SWT. Selain nikmat persepsi, dan berpikir, manusia dibekali pula dengan kesiapan alamiah untuk belajar serta memperoleh ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pengetahuan.5Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar.6 b. Dasar belajar Dalam
kehidupan
berbangsa
pemerintah
telah
memberikan
kesempatan dan kebebasan kepada rakyat Indonesia untuk memperoleh pendidikan, sebagaimana disebutkan dalam batang tubuh UUD 1945 pasal 31: “Tiap-tiap warga
negara berhak mendapatkan pengajaran
pemerintah
dan
mengusahakan
menyelenggarakan
suatu
sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.”7
4
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 196. 5 Heri Gunawan, Op. Cit., hlm. 144. 6 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hlm. 120. 7 Undang-Undang Dasar 1945, (Pekalongan: Perc. Puji Syukur, t.th.), hlm. 28.
24
Manusia sebagai makhluk Tuhan telah dikaruniai kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah, agar dengannya manusia mampu mengambangkan diri dan memajukan kesejahteraan. Allah
SWT
berfirman dalam surat An-Nahl ayat 78 :
Artinya: “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (Q.S An-Nahl : 78).8 Dalam surat al-Alaq ayat 1-5 Allah SWT juga menjelaskan betapa pentingnya belajar.
Artinya:
“
Menciptakan,
Bacalah Dia
dengan telah
(menyebut)
menciptakan
nama
manusia
Tuhanmu dari
yang
segumpal
darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar
8
Soenarjo, dkk., Al-qur’an dan Terjemahannya, Penterjermah Al-Qur’an, Depag RI, 1980), hlm. 413.
(Jakarta: Yayasan Penyelenggara
25
(manusia) dengan perantaran kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)9 Ayat ini menjadi bukti bahwa Alqur’an memandang aktivitas belajar sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapt berupa menyampaikan, menelaah, mencari, mengkaji, dan meneliti.10 Suatu hal yang mendorong kegiatan belajar dan juga yang merupakan alasan dilakukannya perbuatan belajar oleh seseorang adalah sebagai berikut : a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. c. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan komparasi maupun kompetisi. d. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. e. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akibat daripada belajar.11 c. Tujuan Belajar Tujuan belajar sangat penting dalam dunia pendidikan, sedangkan tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama
9
Soenarjo, dkk., Op. Cit., hlm. 76 Heri Gunawan, Loc. Cit., hlm. 144. 11 Noer Hadi Djamal, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1985), hlm. 42. 10
26
yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran.12 Tujuan adalah hal yang sangat esensial, baik dalam rangka perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian. Tujuan memberikan petunjuk
untuk
mengalokasikan
memilih waktu,
pelajaran,
memilih
menata
alat
bantu
urutan
topik-topik,
pembelajaran
serta
menyediakan ukuran untuk mengukur prestasi belajar siswa. Adapun tujuan dari belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Diantara beberapa tujuan belajar adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak bisa dipisahkan. kemampuan
Dengan berfikir
kata tanpa
lain
tidak
bahan
dapat
mengembangkan
pengetahuan,
sebaliknya
kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan ialah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembanganya didalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran guru sebagai pengajar lebih menonjol. 12
Nana Sudjana,Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm. 30.
27
2. Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. 3. Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh. d. Pengertian Prestasi belajar Menurut Ngalim Purwanto, prestasi adalah: “hasil yang telah dicapai dari usaha yang dilakukan sebelumnya dengan jalan keuletan bekerja. 13Prestasi belajar yaitu apa yang telah dicapai oleh siswa setalah melakukan kegiatan belajar. Tentang apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutkan dengan hasil belajar.14 Bahan-bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), seperti masalah-masalah tauhid, Al-Qur’an, hadits, prinsip-prinsip dalam fiqh, termasuk dalam materi pelajaran ibadah seperti shlat dan lain-lain, lebih menuntut hafalan. Tuntutan akan hafalan, karena dari sudut respon siswa
13
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990),
hlm. 87 14
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 151.
28
pengetahuan itu perlu dihafal atau diingat agar dapat dikuasai dengan baik.15 e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah mengalami pengalaman belajar, oleh karena itu baik atau buruknya hasil belajar yang dicapai peserta didik itu di pengaruhi oleh beberapa faktor. Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.16 Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:17 1. Faktor Internal a. Faktor Jasmaniyah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. b. Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri atas:
15
Ibid. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Gaya Belajar, Kajian Teoritik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 9 17 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., hlm. 130 16
29
1. Intelegensi Intelengensi merupakan salah satu dari beberapa gejala kejiwaan yang sulit di pahami. Padahal sudah tidak diragukan lagi, bagaimana besar peranannya dalam berbagai bidang kehidupan,
khususnya
dalam
bidang
pendidikan
dan
pengajaran, namun paling tidak, terdapat anggapan umum bahwa intelegensi itu merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan berhasil tidaknya belajar seseorang.18 Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan hasil belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil dari siswa yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Meskipun demikian, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajar. Hal ini disebabkan karena belajar merupakan suatu proses yang kompleks dengan faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi merupakan salah satu faktor yang lain.19 2. Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
18
Abd. Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya), hlm. 43 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.129 19
30
Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa seperti guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi haknya. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajarannya. Seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. 3. Bakat Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mancapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai takuted child, yakni anak berbakat. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap bakatnya
31
sendiri sehingga ia memiliki jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik (academik performance) atau prestasi belajarnya.20 4. Minat Makna minat menurut crow & crow, dalam bukunya educational psychology, Sebagaimana dikutip oleh Abd. Abror minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan itu sendiri. Pengertian yang tak jauh berbeda dari itu juga disampaikan oleh witherington, dari pengertian tersebut kita memperoleh kesan bahwa minat itu, sebenarnya mengandung unsur-unsur kognisi (mengenali). Emosi (perasaan), dan konasi (kehendak) dan oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, maka minat tak akan mempunyai arti apa-apa. Unsur kognisi, dalam arti, minat itu di dahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut. Unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang) sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang 20
Mulibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) cet 2 hlm
149 – 150
32
diwujudkan dalam bentuk keamanan dan hasrat untuk melaksanakan suatu
kegiatan, termasuk kegiatan
yang
diselenggarakan sekolah.21 5. Motivasi Istilah motif (motive) atau motivasi (motivation) pada mulanya menjadi topik dalam psikologi yang kemudian meluas ke bidang-biang lain seperti dalam bidang pendidikan dan manajemen. Sedangkan motivasi (motivation) berarti pemberian atau penimbulan motif atau hal menjadi motif.Tegasnya, motivasi adalah motif atau hal yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat mendesak.22 6. Kesehatan Jasmani Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seorang murid yang sering sakit biasanya mengalami kesulitan tertentu
dalam
belajar,
misalnya
cepat
lelah,
tidak
berkonsentrasi, merasa malas dan sebagainya. Dengan demikian sehat dan tidaknya jasmani seorang murid dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. 7. Cara Belajar 21
Abd. Abror, Op. Cit., hlm 112 Ibid., hlm. 114
22
33
Keberhasilan Studi murid dipengaruhi pula oleh cara belajarnya. Ada cara belajar yang efisien, dan ada pula cara belajar yang tidak efisien. Seorang murid yang mempunyai cara belajar yang efisien, memungkinkanya untuk mencapai prestasi lebih tinggi daripada murid yang mempunyai cara belajar tidak efisien. Ada cara belajar yang efisien antara lain adalah: 1. Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar. 2. Segera mempelajari kembali bahan yang telah di terima. 3. Membaca dengan teliti dan betul bahan yang sedang dipelajari, dan berusaha menguasai dengan sebaikbaiknya. 4. Mencoba menyelesaikan soal- soal, dan sebagainya.23 2. Faktor Eksternal a. Faktor sosial, yang terdiri dari: 1) Lingkungan keluarga, 2) Lingkungan sekolah, 3) Lingkungan masyarakat, 4) Lingkungan kelompok. b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
23
Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 3- 4
34
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. d. Faktor lingkungan sosial dan keamanan. e. Faktor instrumental, yaitu: 1. Kurikulum/bahan pelajaran 2. Guru/pengajar 3. Sarana 4. Administrasi/manajemen.24 3. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. a. Pendekatan tinggi, meliputi: Speculatif dan achieving. b. Pendekatan menengah, meliputi: analitical dan deep. c. Pendekatan rendah, meliputi: reproductive dan surface.25
f. Indikator prestasi belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah Psikologis yaitu ranah cipta, rasa dan karsa yang berubah sebagai akibat-akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
24 25
Nana Sudjana,Op. Cit., hlm. 39. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 141.
35
Untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak di ungkapkan atau diukur. Adapun mengenai jenis dan indikator prestasi belajar terdapat pada tabel yaitu sebagai berikut :26 Tabel 1 Indikator Prestasi Belajar Ranah/ Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi
A. Ranah Cipta (Kognitif)
1.
Pengamatan
Dapat menunjukkan
Tes lisan, tertulis,
Dapat membandingkan
dan observasi
Dapat menghubungkan 2.
3.
Ingatan
Pemahaman
Dapat menyebutka
Tes lisan, tertulis,
Dapat menunjukkan kembali
dan observasi
Dapat menjelaskan
Tes lisan, tertulis
Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri Dapat memberikan contoh
4.
Penerapan
Tes
tertulis,
Dapat menggunakan secara tepat Pemberian
tugas,
dan observasi 5.
Analisis dan pemeliharaan secara teliti
6.
Sintesis
Dapat menguraikan Dapat
Tes
tertulis
dan
mengklasifikasikan/ pemberian tugas
memilah-milah Dapat menghubungkan
Tes
tertulis
dan
Dapat menyimpulkan
pemberian tugas
Dapat mengeneralisasikan B.
Ranah Rasa (Afektif) 26
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 192-195
36
1.
Penerimaan
Menunjukkan sikap menerima
Tes tertulis, skala
Menunjukkan sikap menolak
sikap,
dan
observasi
2.
Sambutan
Kesediaan berpartisipasi/terlibat
Tes skala sikap,
Kesediaan memanfaatkan
pemberian
tugas,
dan observasi
3.
Apresiasi
Menganggap penting dan
Tes
kala
sikap,
bermanfaat
pemberian
tugas,
Mengnggap indah dan harmonis
dan observasi
Mengagumi
4.
Internalisasi
Mengakui dan meyakini
Tes skala sikap,
Mengingkari
pemberian
(Pendalaman)
tugas
ekspresi,
dan
observasi Melembagakan atau maniadakan Pemberian 5.
Karakterisasi
Menjelmakan dalam pribadi dan ekpresi proyektif, perilaku sehari-hari
C. 1.
dan observasi
Ranah Karsa (Psikomotor)
Keterampilan bargerak dan bertindak
2.
tugas,
Mengkoordinasikan gerak mata, Observasi dan tes tangan, kaki dan anggota tubuh tindakan lainnya
Kecakapan ekspresi varbal dan nonverbal
Mengucapkan
Tes
lisan,
Membuat mimik dan gerakan observasi, dan tes jasmani
tindakan
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
37
menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.27 Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam atau AtTarbiyah Al-Islamiah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.28 Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan secara sadar dan terus-menerus dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar) baik secara individual maupun secara kelompok, sehingga manusia mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan benar.29 Pendidikan agama Islam sebagaimana yang tertuang dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati
27
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) cet. 4,
hlm. 21. 28
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 86. Bashori Muchsin, Moh. Sulthon, dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Humanistik, Alternatif Pendidikan Pembebasan Anak, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hlm. 9. 29
38
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.30 Menurut Muhaimin, mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihanyang dilakukan secara berencanadan sadar atas tujuan yang hendak di capai. 31 Pendidikan Agama Islam
memiliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik tersebut sangat berbeda jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya berdampak pada kehidupan di dunia, tetapi juga kehidupan di akhirat. Karena itu Pendidikan Agama Islam merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. Agama menjadi pemandu dalam hidup di dunia dan menyiapkan kehidupan di akhirat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan. Pendidikan Agama dapat ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga maupun masyarakat.32
b. Ruang Lingkup Bahan Pelajaran PAI
30
Muhaimin, Op. Cit., hlm.76. Muhaimin, et, al, Paradigma Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) hlm. 76. 32 Subyantoro, Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (Studi Komparatif Perilaku Keagamaan Peserta Didik SMA Swasta di Jawa), ( Semarang: Kementrian Agama Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, 2010), hlm. 1. 31
39
Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhan meliputi lingkup: al qur’an dan al hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT. , diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.33 Agar
kemampuan-kemampuan
lulusan
atau out
put yang
diharapkan itu bisa tercapai, maka tugas Guru pendidikan agama Islam adalah berusaha secara sadar untuk membimbing, mengajar, dan melatih siswa sebagai siswa agar dapat: 1) meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga; 2) menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain; 3) memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari;
33
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UM Press, 2004), hlm. 48.
40
4) menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham atau budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan keyakinan siswa; 5) menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam; 6) menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; dan 7) mampu memahami, mengilmui pengetahuan agama Islam secara menyeluruh sesuai dengan daya serap siswa dan keterbatasan waktu yang tersedia.34 c. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu usaha atau kegiatan. Dalam bahasa arab dinyatakan dengan ghayat atau maqasid. Sedang dalam bahasa Inggris, istilah tujuan dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective.35 Suatu kegiatan akan berakhir, bila tujuannya sudah tercapai. Kalau tujuan tersebut bukan tujuan akhir, kegiatan selanjutnya akan segera dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.36 Pendidikan
Islam
bertujuan
meningkatkan
keimanan,
pemahaman, pengahayatan, dan pengamalan peserta didik tentang
34
Abd. Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130. 35 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991) 222. 36 Zakiyah Daradjat, Op. Cit., hlm. 72.
41
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.37
B. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) 1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur'an TPQ (Taman Pendidikan Al Qur’an) merupakan lembaga pendidikan
luar
sekolah
(nonformal)
jenis
keagamaan.38Taman
Pendidikan Al-Qur’an berdasarkan kurikulum TPQ yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Jawa Tengah bahwa Taman Pendidikan AlQur’an (TPQ) adalah tempat anak melakukan aktivitas atau kegiatan pendidikan Islam dalam hal keagamaan, khususnya agama Islam. Wawasan ke depan lembaga TPQ tercermin dari motto lembaga pendidikan tersebut, yakni mempersiapkan generasi Qur’ani dan menyongsong masa depan yang gemilang. Pada Taman Pendidikan Al-Qur’an ini akan di ajarkan bagaimana cara menulis dan membaca huruf Al-Qur’an, dengan melihat bakat anak, jika anak mempunyai daya hafal yang kuat, guru akan menuntunnya dengan menghafal ayat-ayat pada surat yang pendek-pendek, begitu pula dengan do’a-doa yang akan dipakai sehari-hari.39
2. Dasar Keberadaan TPQ 37
Ramayulis, Op. Cit., hlm. 22. Depag, Kurikulum Pada TPQ, (Semarang, 2004), hlm. 5. 39 Muryanis Romli, Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm. 37. 38
42
Untuk lebih jelasnya dasar keberadaan Taman Pendidikan AlQur’an terbagi menjadi, antara lain : A. Al-Qur’an
Artinya: “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al- Qamar:17) 40
Artinya: “Dan Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al Haqqah:48)41 B. Hadits ُ ال أَ ْخبَ َروِي ع َْلقَ َمتُ بْهُ َمرْ ثَ ٍد َس ِمع ْت َس ْع َد ْبهَ ُعبَ ْي َدةَ ع َْه َ ََح َّدثَىَا َحجَّا ُج بْهُ ِم ْىهَا ٍل َح َّدثَىَا ُش ْعبَتُ ق َّ صلَّى َّ ض َي َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ َّللاُ َع ْىهُ ع َْه الىَّبِ ِّي ِ أَبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِه ال ُّسلَ ِم ِّي ع َْه ع ُْث َمانَ َر …”ُقَا َل” َخ ْي ُر ُ ْم َم ْه َ َعلَّ َم ْالقُرْ نَ َو َعلَّ َمه Artinya: “Sebaik-baik dari kalian semua adalah yang mau belajar AlQur’an dan mengajarkannya” (HR Bukhori).42 C. Halaqah Ulama
40
Kementrian Agama RI, Ummul Mukminin, Alqur’an dan Terjemahan untuk Wanita, (Jakarta : Wali, 2010), hlm. 528 41 Ibid., hlm. 566 42 Depag, Op.Cit., hlm.9
43
Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Kholdun dan Ibnu Sina bahwa
pengajaran
Al-Qur’an
haruslah
mendapat
prioritas
pertamayang diajarkan kepada anak-anak.43 3. Kurikulum Taman Pendidikan Al-Qur'an a. Pengertian Kurikulum Kurikulum adalah rancanagan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.44 Dalam pengertian yang luas, kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (institusional, kurikuler, dan instruksional). Pengertian ini menggambarkan segala bentuk aktivitas sekolah yang sekiranya mempunyai efek bagi pengembangan peserta didik, adalah termasuk kurikulum, dan bukan terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja.45 Perkataan kurikulum (curriculum) adalah kata benda yang berasal dari kata "curriculum" (bahasa latin), artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kata kerjanya adalah "currere" (latin) = "courier" (Prancis) = "to run" (Inggris) = berlari. Perkataan tersebut, yang semula terbatas dalam dunia olahraga, lalu beralih ke dunia pendidikan, yaitu dengan pengertian tradisonal sebagai berikut:
43
Ibid. Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hlm. 192. 45 Muhaimin, Op. Cit., hlm. 183. 44
44
1) Rencana pelajaran (curriculum is a plan for learning). 2) Sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. 3) Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah. 4) Sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah. Dalam bahasa arab, istilah kurikulum diartikan sebagai Manhaj, yakni jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan kurikulum berati jalan terang yang dilalui oleh pendidik / guru dengan pesrta didik untuk mengembangkan pengetahuan , ketrampilan, dan sikap serta
nilai-nilai.
Al-Khauly
menjelaskan
al-manhaj
sebagai
seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.46 Sedangkan dalam pengertian modern, kurikulum diartikan sebagai program pendidikan, yaitu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Dalam kaitan ini, pemerintah (Depdikbud) membakukan
pengertian
kurikulum
dengan
pengertian
yang
operasional, dan tidak terlalu luas seperti dalam pengertian modern. b. Asas Penyusunan Kurikulum 46
Muhaimin, pengembangan kurikulum pendidikan agama islam, di sekolah, madrasah dan perguruan tinggi, (jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 1
45
Taman Kanak-kanak Al-Qur'an dan Taman Pendidikan AlQur'an adalah lembaga luar sekolah (nonformal) jenis keagamaan. Oleh karena itu muatan pengajarannya lebih menekankan aspek keagamaan Islam dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu alQur'an dan as-Sunnah. Hal itu pun dibatasi dan disesuaikan dengan tarap perkembangan anak, yaitu kelompok usia 4-12 tahun (usia TK/ SD/ MI). Dengan demikian, porsi pengajarannya tebatas pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan, misalnya pengajaran baca tulis al-Qur'an, pengajaran sholat, hafalan surat dan ayat al-Qur'an serta do'a harian, penanaman aqidah dan akhlaq, dan lainnya.47 1) Asas Agamis a) Islam adalah agama dan tatanan hidup yang bersifat universal, berlaku dan patut diberlakukan sepanjang hayat, termasuk dalam kehidupan anak-anak. Oleh karenanya, nilai-nilai dan norma-norma agama ini (Islam) wajib diwariskan oleh umatnya dari zaman ke zaman, termasuk pewarisan kepada generasi pelanjut. b) Al-Qur'an sebagai rujukan utama tiap pribadi muslim wajib dibaca, dofahami, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran membaca dan mempedomaninya adalah merupakan konsistensi keberimanannya. Di lain
47
Depag, Loc. Cit.
46
pihak, Allah memberikan jaminan bahwa al-Qur'an pada dasarnya mudah untuk dibaca, dihafal dan dijadikan pengajaran. c) Pendidikan anak, termasuk dalam hal pengajaran baca dan tulis al-Qur'an dan sholat bagian dari kewajiban orang tua yang
harus
dibudidayakan
sejak
dini
dilingkungan
keluarganya. Nabi bersabda:"Didiklah anak-anakmu atas tiga dasar pendidikan (yaitu) mencintai Nabimu, mencintai keluarganya (ahlul bait) dan membaca al-Qur'an". d) Agama pun mengajarkan bahwa tingginya kualitas dan derajat manusia terletak pada iman dan ilmu yang dimilikinya48 2) Asas Filosfis a) Pancasila adalah falsafah hidup bangsa yang mengandung nilai-nilai yang tidak bertentangan (dan tidak untuk dipertentangkan) dengan Islam yang bersifat universal. Dengan demikian. Menjadi muslim yang taat, dalam ikatan kebangsaan Indonesia, adalah sekaligus sebagai pancasilais yang baik. b) Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dan utama dalam rangkuman pancasila adalah landasan kehidupan berbangsa yang menghedaki agar tiap warganya beriman
48
Ibid.hlm. 9
47
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Da pentingnnya pemilikan dan peningkatan iman dan taqwa tersebut tersurat dalam rumusan tujuan pendidikan nasional. c) Iman
dan
Taqwa
terhadap
Allah
Swt
mempunyai
konsekuensi kewajiban untuk berpegang teguh kepada alQur'an, itulah kitab Allah yang tidak mengandung keraguan di dalamnya, menjadi petunjuk/ pedoman bagi orang-orang yang bertaqwa. Dengan kerangka pemikiran filosofis ini maka pengajaran dan pemasyarakatan al-Qur'an yang diprogramkan dalam kurikulum TKA/ TPQ menjadi cukup beralasan.49 3) Asas Sosio-Kultural Mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam. Kondisi sosio kultural ini menjadi asas tersendiri dalam penyusunan kurikulum TKA/ TPQ. Seiring dengan itu, tradisi mengaji al-Qur'an mempunyai akar budaya yang kuat. Tradisi khataman al-Qur'an untuk kalagan anak-anak misalnya,dengan ragam acara dan upacara yang menyatu dala budaya kedaerahan sejak zaman penjajahan hingga pasca kemerdekaan cukup melembaga. Adalah cukup beralasan apabila kemudian pemerintah
sendiri
memandang penting
adanya
upaya
peningkatan kemampuan baca tulis al-Qur'an bagi umat Islam,
49
Ibid.hlm. 10
48
dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan alQur'an dalam kehidupan sehari-hari (SKB 2 Menteri/ Medagri dan Menagri No. 128 dan 44 A tanggal 13 Mei 1982). 4) Asas Psikologis50 4. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran TPQ Tujuan
penyelenggaraan Taman Pendidikan
Al-Qur’an
(TPQ)
dalam pandangan human adalah untuk menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi muda yang Qur’ani. Komitmen dengan Al-Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai bahan bacaan dan pandangan hidup sehari-hari. Untuk mencapai tujuan ini, Taman Kanak-kanak al-Qur'an dan Taman Pendidikan al-Qur'an perlu menentukan target operasionalnya yang meliputi target jangka pendek dan jangka panjang, yaitu sebagai berikut:51 a. Target Jangka Pendek (1-2 Tahun) 1. Anak dapat membaca al-Qur'an dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. 2. Anak dapat melakukan sholat dengan baik. 3. Anak hafal beberapa surat pendek, ayat pilihan dan do'a seharihari. 4. Anak dapat menulis huruf al-Qur'an (huruf Arab). b. Target Jangka Panjang (3-4 Tahun) 50
Ibid.hlm. 15 Ibid., hlm 16.
51
49
1. Anak dapat menghatamkan al-Qur'an 30 juz. 2. Anak mampu mempraktekkan lagu-lagu dasar qiro'ah. 3. Anak mampu menjadikan dirinya sebagai teladan bagi teman segenerasi (berakhlak mulia) 5. Program Pengajaran TPQ Program pengajaran disusun dengan merujuk pada sistem semester dan pengelompokan santri yang terdiri dari kelompok Taman Kanakkanak al-Qur'an (kelompok umur TK) dan kelompok Taman Pendidikan al-Qur'an (kelompok umur SD/ MI). Tiap kelompok santri terdiri dari dua paket program, yaitu Paket A dan Paket B dengan rentang waktu 1 tahun (12 bulan) atau dua semester (2x6 bulan). Teknik penyususnannya dibuat dalam bentuk matrik dengan struktur sebagai berikut: Urutan ke bawah (vertikal) adalah berupa topik materi pengajaran terdiri dari materi pokok, materi penunjang dan muatan lokal. Urutan ke samping (horizontal) adalah berupa tahapan target pencapaian tiap topik pengajaran dari bulan ke bulan, mulai bulan Juli (KBM bulan ke 1) dan bulan-bulan berikutnya dalam penanggalan kalender dua semester.52 Dan struktur program pengajaran di atas merupakan bahan rujukan bagi pengelola unit (kepala TK/ TPQ) serta guru, yaitu: 1. Sebagai bahan rujukanuntuk menyusun dan menetapkan jadwal pengajaran (jadwal KBM intra kurikuler, ektra kurikuler, evaluasi dan lain-lain).
52
Ibid., hlm. 18
50
2. Sebagai bahan rujukan untuk menyusun persiapan tertulis dalam bentuk
program
kegiatan
mingguan
dan
kegiatan
harian.
Tabel. 2 Contoh Jadwal Program Pengajaran Taman Kanak-kanak Al-Qur'an Paket A (12 Bulan).53
53
Ibid., hlm. 20