Tatik Roqoiyah
51
MENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI Tatik Roqoiyah Sekolah Dasar Negeri Sukosongo UPT Dinas Pendidikan Kec. Kembangbahu Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran kolaborasi pada siswa kelas V SD Negeri Sukosongo Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2015/2016. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, data dikumpulkan dengan teknik observasi dan tes. Penelitian dilakukan selama 2 siklus. Masing-masing siklus dilakukan tahap planning, action, observation, reflection. Hasil analisis data menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa dengan peningkatan prestasi belajar sangatlah besar yaitu rata-rata prestasi belajar dari suklus I sebesar 62,54 menjadi 81,67 pada siklus II dan nilai ketuntasan belajarnya klasikal dari 33,33 % menjadi 91,67 %. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar pendidikan agama islam melalui model pembelajaran kolaborasi pada siswa kelas V SD Negeri Sukosongo, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci : model pembelajaran kolaborasi, prestasi belajar siswa Abstract: This study was aimed to determine the increase of learning achievement of Islamic Education after the implementation of collaborative learning model at the fifth grade in The State Elementary School of Sukosongo, Kembangbahu – Lamongan in the academic year of 2015/2016. To obtain the necessary data, the data collected by observation and tests. The study was conducted during two cycles. Each stage of the cycle was done as planning, action, observation, reflection. The results of data analysis showed that the increase of students’ achievement with increased of learning achievement was enormous which the average learning achievement at the first cycle of 62.54 into 81.67 at the second cycle and classical mastery learning value from 33.33% to 91.67% , It could be concluded that there was an increase of learning achievement of Islamic education through collaborative learning at the fifth grade in The State Elementary School of Sukosongo, Kembangbahu – Lamongan in the academic year of 2015/2016. Keywords: collaborative learning model, students’ achievement
PENDAHULUAN Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi antara semua anggota yang ada di dalam kelas. Baik itu antar guru dengan anak didiknya, ataupun anak didik dengan anak didik yang lain. Interaksi itu tentunya bertujuan untuk
menggerakkan aktifitas anak didik selama proses belajar mengajar berlangsung. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar.
52
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
Agar hasil proses pembelajaran yang telah dilakukan bisa memperoleh hasil yang baik perlu diambil berbagai upaya dan kegiatan untuk mencapainya. Oleh sebab itu tiap pokok bahasan bidang study yang diajarkan harus menggunakan pendekatan tertentu. Pendekatan dalam belajar mengajar pada hakikatnya mutu usaha sebagai guru untuk mengembangkan kreatifitas pembelajaran. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang aktif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan anak didik. Ketika kegiatan belajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala proses konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengolah kelas. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajaran (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moch, Sochib, 1998). Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tantang karakteristik setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsisten dan keserasian diantaranya untuk tercapainya
tujuan pembelajaran. Karena pembelajaran mulaidari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak didik baik instructional effect (sesuai dengan tujuan yang dirancang) maupun nurturrant effect (dampak pengiring) (Moch, Sochib: 1998) Pada siswa kelas V SD Negeri Sukosongo, Kecamatan Kembangbahu, Kabupateen Lamongan didapatkan bahwa anak didik mendapat kesulitan dalam memahami pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi ”Membiasakan Perilaku Terpuji”. Hal ini dikarenakan guru hanya menyampaikan materi lewat model ceramah dan pemberian tugas sehingga saat dilakukan penilaian ketuntasan belajar masih tergolong sangat jauh dari nilai ketuntasan yang diharapkan. Karena dari hasil penilaian didapatkan dari 12 siswa hanya 4 siswa yang mendapatkan nilai di atas ketuntasan minimal. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan hendaknya guru mengadakan perubahan selama proses balajar mengajar berlangsung. Baik itu dengan mengubah model pembelajaran atau prosedur dan media pembelajaran yang telah digunakan. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya dengan meningkatkan interaksi belajar mengajar terutama yang terjadi di kelas. Dengan demikian, kegiatannya adalah bagaiman terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan dengan anak didik. Iteraksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Sejalan dengan beragamnya inovasi pembelajaran di Sekolah Dasar, maka pada penelitian ini peneliti mencoba menggunakan Kolaborasi yaitu pembelajaran dengan membangun interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik untuk aktif, kreatif dan senang
Tatik Roqoiyah
yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan kontinum dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik anak didik. Oleh karena itu, interaksi belajar mengajar dengan paradigma Kolaborasi menuntut anak: Berbuat, Terlibat dalam kegiatan, Mengamati secara visual, serta Menyerap informasi secara verbal. Agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator. Ini berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik (Moch. Sochib: 1999;dan Paul Suparno dkk: 2001). Dengan menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul ”Aplikasi Pembelajaran Kolaborasi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas V SD Negeri Sukosongo Tahun Pelajaran 2015/2016” Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: ”Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran kolaborasi pada siswa kelas V SD Negeri Sukosongo, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2015/2016. Pembelajaran Kolaborasi yaitu pembelajaran dengan membangun interaksi belajar mengajar menuntut anak didik untuk aktif, kreatif dan senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan kontinum yng tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik anak didik. Oleh karena itu,
53
interaksi belajar mengajar dengan paradigma Kolaborasi menuntut anak : (1) Berbuat (2) Terlibat dalam kegiatan (3) Mengamati secara visual (4) Menyerap informasi secara verbal Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik berdasarkan problem based lernning, authentic instruction, inquiry based learnning, project based learnning, service learnning, and cooperative learnning. Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat mengubah paradigma pembelajaran aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif. Dengan interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik untuk menjadikan hasil belajar sebagai refrensi refleksi kritis tentang dampak ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat, mengasah kepedulian sosial, mengasah hati nurani, dan bertanggung jawab terhadap kariernya kelak. Kemampuan ini dimiliki anak didik, karena pola interaksi pembelajaran tersebut dapat membuat anak didik aktif dalam berfikir (min-don), aktif dalam berbuat (hand-on), mengembangkan kemampuan bertanya, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan membudayakan untuk memecahkan permasalahan baik secara personal maupun sosial. Pendekatan kolaborasi bertujuan agar siswa dapat membangun pengetahuannya melalui dialog, saling membagi informasi sesama siswa dan guru sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan mental pada tingkat tinggi. Model ini digunakan pada setiap mata pelajaran terutama yang mungkin berkembang sharing of information atau saling bertukar informasi di antara siswa. Pembelajaran Kolaborasi (colaboration Learnning) merupakan
54
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar (Yufiarti 3003). Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai suatu model pembelajaran dengan menumbuhkan para siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan sama. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar kolaboratif, para siswa bekerja sama menyelesaikan masalah yang sama, dan bukan secara individual menyelesaikan bagian-bagian yang terpisah dari masalah tersebut. Dengan demikian, selama berkolaborasi para siswa bekerja sama membangun pemahaman dan konsep yang sama menyelesaikan setiap bagian dari masalah atau tugas tersebut. Dalam kelas yang menerapkan model kolaboratif, guru membagi otoritas dengan siswa dalam berbagai cara khusus, guru mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan mereka, menghormati rekan kerjanya dan memfokuskan diri pada pemahaman tingkat tinggi. Peran guru dalam model pembelajaran kolaboratif adalah sebagai mediator. Yaitu menghubungkan informasi baru terhadap pemahaman siswa dengan proses belajar di bidang lain, membantu siswa menentukan apa yang harus dilakukan jika siswa menentukan apa yang harus dilakukan jika siswa mengalami kesulitan dan membantu mereka belajar tentang bagaimana caranya belajar. Lebih dari itu, guru sebagai mediator menyesuaikan tingkat informasi siswa dan mendorong agar siswa memaksimalkan kemampuannya untuk bertanggung jawab atas proses belajar mengajar selanjutnya. Sebagai mediator guru menjalani tiga peran, yaitu berfungsi sebagai fasilitator, model, dan pelatih. Sebagai fasilitator guru menciptakan lingkugan dan kreativitas yang kaya guna membantu siswa membangun pengetahuannya. Dalam rangka
menjalani peran ini, ada tiga hal pula yang harus dikerjakan. Pertama, mengatur lingkungan fisik, termasuk pengaturan tata letak perabot dalam ruangan serta persediaan berbagai sumber daya dan peralatan yang dapat membantu proses belajar mengajar siswa. Kedua, menyediakan lingkungan sosial yang mendukung proses belajar siswa, seperti mengelompokkan siswa secara heterogen dan mengajak siswa mengembangkan struktur sosial yang mendorong munculnya perilaku yang sesuai untuk berkolaborasi anatr siswa. Ketiga, guru memberikan tugas memancing munculnya interaksi anatar siswa dengan lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Dalam hal ini, guru harus mampu memotivasi anak. Peran sebagai model dapat diwujudkan dengan cara membagi pikiran tentang suatu hal (thinking alaud) atau menunjukkan pada siswa tentang bagaimana melakukan sesuatu secara bertahap (demonstrasi). Disamping itu menunjukkan pada siswa bagaimana cara berfikir sewaktu melalui situasi kelompok yang sulit dan melalui masalah komunikasi adalah sama pentingnya dengan mencontohkan cara membuat perencanaan, memonitor penyelesaian tugas dan mengukur apa yang sudah dipelajari. Peran guru sebagai pelatih mempunyai prinsip utama yaitu menyediakan bantuan secukupnya pada saat siswa membutuhkan sehingga siswa tetap memegang tanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri. Hal ini dilakukan dengan memberikan petunjuk dan umpan balik, mengarahkan kembali usaha siswa serta membantu mereka menggunakan stretegi tertentu. Salah satu ciri penting dari kelas yang menerapkan model kolaboratif adalah siswa tidak dikotak-kotakkan berdasarkan kemampuannya, minatnya, ataupun karateristik dan mengurangi
Tatik Roqoiyah
kesempatan siswa untuk belajar dengan siswa lain. Dengan demikian, semua siswa dapat belajar dari siswa dan tidak ada siswa yang tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan masukan dan menghargai masukan yang diberikan orang lain. Untuk kolaborasi dalam sebuah mata pelajaran, seorang guru memberikan tugas secara kelompok dengan tujuan yang sama. Setiap siswa dalam kelompok saling berkolaborasi dengan membagi pemahaman. Dari pengalaman yang dimiliki oleh masingmasing kelompok, disimpulkan secara bersama. Dalam hal ini guru berperan sebagai pembimbing dan memberi tugas supaya diskusi kelompok bisa berjalan dengan yang direncanakan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Sukosongo, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut IGAK Warhani, dkk (2007:2) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum
55
masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Instrumen penelitian yang digunakan ialah lembar pengamatan siswa dan guru serta lembar tes. Untuk mengetahui peningkatan kompetensi kognitif belajar siswa dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif atau prosentase (%). Siswa kelompok (kelas) dikatakan tuntas belajar jika ketuntasan kelas mencapai di atas 85%. HASIL PENELITIHAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Tahap Perencanaan Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alatalat pengajaran yang mendukun dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Pebuari 2016 di Kelas V jumlah siswa 12 siswa. Pengamatn (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Didapatkan bahwa aktivitas siswa sudah tergolong baik, siswa sudah mau berinteraksi dengan anggota kelimpoknya, mereka mau mengutarakan apa yang mereka ketahui dari pengalaman yang mereka ketahui dari pengalaman yang mereka dapatkan selama ini tentunya sesuai dengan pokok bahasan yang sedang mereka pelajari. Meskipun hasil yang didapatkan belum maksimal mereka telah mengalami peningkatan keaktifan dan prestasi dalam belajar. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
56
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016 Tabel 1 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Aspek yang diamati Siswa menddorong menggunakan kemampuan berfikir kritis (menganalisis dan menguasai masalah) Siswa mendorong menggunakan kemampuan berfikir kreatif (berfikir difergen) Siswa belajar dalam keadaan antusias dan gembira Terjadi interaksi antara siswa dengan siswa Terjadi interaksi antara siswa dengan guru Siswa mempunyai kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau mempresentasikan idenya Siswa berbicara dengan berbagi pengalamn (bekerja sama) Siswa melakukan refleksi / berfikir kembali tentang apa yang dipelajari
Hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran : Guru harus bisa mendorong aktifitas berfikir kreatif siswanya dan mengoptimalkan motivasi siswa. Siswa harus lebih konsentrasi dalam proses pembelajaran dan percaya diri dalam mengutarakan idenya. Hal yang perlu dipertahankan dalam pembelajaran : Guru mampu mengaktifkan siswanya, sehingga siswa bisa berfikir
Selalu
Sering √
√ √ √ √ √ √ √
kreatif dan telah telah mengoptimalkan pembelajaran dengan baik. Siswa mampu berinteraksi dengan yang lain, dan hasil belajarnya pun meningkat dibandingkan sebelum adanya perbaikan. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukkan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Distribusi Nilai Tes Siklus I No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama Siswa ABU BAKAR ADINDA BUDI SETIAWAN CANDRA IRAWAN DEWI SINTA DIDIK SUPRIADI FINA SARINA SAPUAN SUTARJI WINDA AGUSTIN YUYUN IRAWATI
Jarang
Skor 60 80 50 80 60 50 70 40 80 60 60 60 750
Ket. T V V V V 4
TT V V V V V V V V 8
Tatik Roqoiyah
57
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I No 1 2 3
Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran dengan model pendekatan kolaboratif diperoleh nilai rata-rata pretasi belajar siswa adalah 62,50 dan ketuntasan belajar mencapai 33,33 % atau ada 4 siswa dari 12 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena presentase ketuntasan siswa hanya sebesar 33,33 % lebih kecil dari presentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaborasi. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1. Guru kurang maksimal membuat suasana belajar aktif 2. guru kurang maksimal dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Guru kurang maksimal dalam pengelolahan waktu dan media 4. Siswa masih merasa canggung untuk berkomunikasi yang baik antar siswa yang lain selama pembelajaran berlangsung 5. Siswa kurang konsentrasi selama pembelajaran Revisi Dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukn pada siklus berikutnya.
Hasil Silkus I 62,50 4 33,33
1. Guru lebih terampil dalam mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan sehingga timbul memotivasi siswa untuk belajar 2. Guru memperjelas dalam penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai 3. Guru perlu mendistribusikan waktu dan media yang digunakan secara baik dengan enambahkan informasiinformasi yang dirasa perlu dan memberi catatan 4. Guru meningkatkan percaya diri siswanya sehingga mereka mau dan yakin untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. 5. Memotivasi siswa untuk belajar yang nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya Siklus II Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan Rabu, tanggal 23 Maret 2016 dikelas V dengan jumlah siswa 12 siswa. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Dan didapatkan hasil keaktifan siswa maupun guru dapat dilihat pada lampiran 4 yang menunjukkan hasil lebih baik dari pada siklus I dan dirasa peneliti sudah
58
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
optimal karena dipadukan dengan hasil tes formatif sudah berdampak jauh lebih
baik . bisa dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Aspek yang diamati Siswa menddorong menggunakan kemampuan berfikir kritis (menganalisis dan menguasai masalah) Siswa mendorong menggunakan kemampuan berfikir kreatif (berfikir difergen) Siswa belajar dalam keadaan antusias dan gembira Terjadi interaksi antara siswa dengan siswa Terjadi interaksi antara siswa dengan guru Siswa mempunyai kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau mempresentasikan idenya Siswa berbicara dengan berbagi pengalamn (bekerja sama) Siswa melakukan refleksi / berfikir kembali tentang apa yang dipelajari
Hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran : Pembelajaran telah berjalan dengan baik, maka tidak perlu ada banyak perbaikan. Akan tetapi, hal telah baik harus tetap dipertahankan dan lebih dioptimalkan. Hal yang perlu dipertahankan dalam pembelajaran : Guru mampu mengaktifkan siswanya, sehingga siswa bisa berfikir
Selalu √
Sering
√ √ √ √ √ √ √
kreatif dan bisa berinteraksi dengan yang lain, dan mampu berpendapat. Guru telah mengoptimalkan pembelajaran dengan baik. Siswa mampu berinteraksi dengan yang lain, dan hasil belajarnya pun meningkat. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan datanya sebagai berikut :
Tabel 5 Distribusi Nilai Tes Siklus I No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama Siswa ABU BAKAR ADINDA BUDI SETIAWAN CANDRA IRAWAN DEWI SINTA DIDIK SUPRIADI FINA SARINA SAPUAN SUTARJI WINDA AGUSTIN YUYUN IRAWATI
Jarang
Skor 65 80 85 90 80 80 90 80 85 80 85 90 980
Ket. T V V V V V V V V V V V 11
TT V
1
Tatik Roqoiyah
59
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II No Uraian Hasil Silkus II 1 Nilai rata-rata tes formatif 81,67 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 11 3 Persentase ketuntasan belajar 91,67 Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 81,67 % dan ketuntasan belajar mencapai 91,67% atau ada 11 siswa dari 12 siswa sudah tuntas balajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan jauh lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih antusias dan aktif mengikuti proses pembelajaran dan sehingga siswa lebih muda dalam memahami materi yang telah diberikan. REFLEKSI Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar 2. Berdasarkan data hasil pengamatan dikatuhi bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai ketuntasan sehingga dirasa cukup melakukan penelitian tindakan kelas ini. 5. Untuk siswa yang memiliki tingkat kesulitan belajar yang besar telah
dilakukan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan motifnya belajar yang dilakukan saat jam setelah pulang. Revisi Pelaksanaan Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaa proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. PEMBAHASAN Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui hasil penelitian ini ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Sukosongo, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan sudah baik. Hasil pembelajaran dengan pendekatan kolaborasi pada siklus pertama meningkat dibanding sebelum ada perbaikan, tetapi data ketuntasan masih dibawah 70% yaitu 33,33%. Sehingga perlu diadakan perbaikan lagi pada siklus II. Hasil akhir pembelajaran pada siklus kedua ini semakin meningkat dibanding pada siklus ke satu dari ratarata hasik nilai 62,50 menjadi 81,67. Dan data ketuntasan kelas pada siklus II sudah mencapai 91,67%. Ini berarti
60
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
sudah di atas yang ditentukan ketuntasan klasikal. Kemampuan Guru dalam Mengelolah Pembelajaran Aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pengajaran konstektual model pendekatan kolaboratif dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas diatas cukup besar. Perhatian guru lebih besar pada siswanya dan penggunaan model kolaborasi bisa optimal diterapkan oleh guru. Sehingga adanya peningkatan setiap siklus yang memberikan dampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Sehingga siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam pembelajaran. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan analisa data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI pada pokok bahasan ” Membiasakan Perilaku Terpuji ” dengan model pendekatan kolaboratif yang paling dominan adalah keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Siswa berani mengutarakan pendapat dan mau bekerja sama dengan anggota kelompoknya untuk menarik suatu kesimpulan dari pembelajaran yang mereka lakukan jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikatagorikan aktif. SIMPULAN Berdasarkan analisa data ada beberapa kesimpulan yaitu : Adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu pada pokok bahasan ” Membiasakan Sifat Terpuji ” yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Sukosongo,
Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan tahun pelajaran 2015/2016. peningkatan prestasi belajarnya sangat besar yaitu rata-rata prestasi belajar dari siklus I sebesar 62,54 menjadi 81,67 dan nilai ketuntasan belajarnya dari 33,33%) % menjadi 91,67 %. Hal ini bisa dikatakan bahwa aplikasi pembelajaran kolaborasi tepat jika diterapkan pada pelajaran PAI pada pokok bahasan ” Membiasakan Perilaku Terpuji ”. DAFTAR PUSTAKA Anitah, Sri. W.Dkk.(2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka Arikunto,S. 2002. Prosedur penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Depdikbud,1999. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar SD,Dirjen Dikdasmen, Jakarta Gagne. 1984, Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Sadiman,A.S. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara Shocib, M. 1998. Metode Pengajaran. Bandung : Jemmars Soetomo. 1993. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya Sugiarti, T. 1997. Metedologi Research, jilid I. Yogyakarta : YP. Fak. Psikologi UGM Syah,M. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers Team F.K.G.P.A.I. (2007). Pendidikan Agama Islam Kelas V SD. Lamongan : Karya Pustaka Mandiri Team Prima Pena, (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Gita Media Pers Wadhani, IGAK. 2007 Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka Yufiarti. 2003. Teori-teori Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosda Karya.