BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAKNYA UNTUK BELAJAR AL QUR’AN DI TAMAN PENDIDIKAN AL QUR'AN (TPQ) AL-ISHLAH DESA CANDI KEC. BANDAR KAB. BATANG.
A. Analisis Tentang Motivasi Orang Tua Memasukkan Anaknya di Taman Pendidikan Al-Qur’an. Dari hasil wawancara terhadap orang tua siswa-siswi TPQ Al-Ishlah dapat diartikan, bahwa motivasi orang tua untuk memasukkan anaknya ke TPQ Al-Ishlah karena alasan agar dapat membaca dan menulis Al-Qur’an adalah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari 65 % orang tua menghendaki agar anaknya dapat membaca dan menulis Al-Qur’an. Sedangkan sebanyak 22 % menghendaki agar dapat menuntut ilmu, dan sisanya 13 % menghendaki agar dapat menjadi anak yang soleh dan solehah. Harapan orang tua ketika memasukkan putra-putri untuk sekolah di TPQ Al-Ishlah juga cukup baik, sebanyak 65 % orang tua mengharapkan agar anaknya dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil. Sebanyak 22 % mengharapkan anaknya dapat menjadi anak yang soleh dan solehah, sebanyak 9 % mengharapkan agar dapat menjadi anak yang pandai dan sebanyak 4 % mengharapkan agar dapat diajarkan metode Qiro’ati sesuai dengan tingkat kecerdasannya. Alasan yang dikemukakan oleh orang tua mereka tidak mengajari 62
sendiri anak-anaknya untuk membaca Al-Qur’an adalah sebanyak 65 % karena orang tua mereka karena tidak ada kemampuan dalam membaca dan menulis Al-Qur’an serta karena tidak ada waktu untuk mengajari mereka. Sebanyak 26 % karena mereka sibuk, sebanyak 9 % berkehendak agar mereka diajari di rumah dan juga di sekolahan untuk membaca Al-Qur’an. Motiviasi atau hal yang mendorong orang tua memasukkan anaknya untuk sekolah di Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) Al-Ishlah adalah agar anak-anaknya bisa membaca dan menulis Al-Qur’an. Masyarakat di desa Candi masih memegang nilai-nilai agama yang cukup kental, hal ini terlihat dengan besarnya keinginan mereka agar anak-anaknya bisa membaca dan menulis Al-Qur’an, di samping itu kegiatan-kegiatan pembelajaran yang lain, baik yang bersifat formal dengan memasukkan putra-putrinya untuk sekolah di Madrasah Ibtidaiyah atau Madrasah Diniyah, dan juga yang bersifat non formal seperti menyuruh mereka untuk mengaji ke tempat-tempat ustadz atau kyai yang dianggap mampu menambah pengetahuan cara membaca AlQur’an dengan baik. Keinginan orang tua agar anak-anaknya bisa memiliki akhlak-akhlak yang Islami juga mendorong orang tua untuk memasukkan anak-anaknya ke TPQ Al Islah. Keinginan ini didasari pada pemahaman mereka bahwa seorang anak muslim harus mempunyai akhlak yang mulia, tidak hanya pintar dalam bidang akademik. Pemahaman orang tua tentang kemampuan yang harus dimiliki anak ini tentunya sesuai dengan ajaran Islam, yaitu membekali ilmu-ilmu agama seperti ilmu tauhid, ilmu aqidah, ilmu fiqih, serta ilmu-ilmu 63
lain yang bersifat umum seperti ilmu hitung, ilmu tentang tumbuhan dan hewan, sejarah, dan sebagainya. Di dalam pembelajaran TPQ juga diajarkan tentang tata cara sholat lima waktu serta do’a-do’a sehari-hari yang merupakan bagian dari kurikulum TPQ Al-Ishlah, hal ini juga sebagai motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke lembaga ini. Mereka berharap anak-anak mereka, ketika lulus dari lembaga ini, menjadi pintar memanjatkan do’a-do’a keseharian, sehingga lebih mendekatkan kepada nilai-nilai ajaran Islam.
B. Analisis Motivasi Anak Untuk Belajar Al-Qur’an Di Taman Pendidikan Al-Qur’an Motivasi anak-anak untuk sekolah di TPQ Al-Ishlah adalah cukup baik, sebanyak 65 % anak yang diwawancarai mereka memang mempunyai keinginan untuk sekolah di TPQ Al-Ishlah dan sisanya Sebanyak 35 % motivasi mereka untuk mencari ilmu. Alasan anak-anak untuk masuk ke TPQ Al-Ishlah adalah kurang baik, hal ini dapat dilihat hanya sebanyak 26 % berarti mereka kurang berminat untuk sekolah di TPQ Al-Ishlah. Sebanyak 61 % karena dorongan orang tua dan juga keinginan mereka sendiri, sedangkan sisanya 13 % karena diajak oleh teman-temannya. Akan tetapi kalau dilihat dari motivasi mereka untuk berangkat sekolah setiap hari adalah sangat baik, karena sebanyak 91 % mereka bersemangat untuk berangkat sekolah, dan sebanyak 9 % mereka kurang 64
semangat, karena orang tua masih membantu untuk mempersiapkan segala keperluan sekolahnya. Dengan adanya motivasi dari orang tua, ini membuat anak-anak mau sekolah di TPQ, mereka yang mengikuti nasehat orang tua tentunya menilai karena mereka beranggapan sekolah di TPQ pasti untuk kebaikan mereka, mereka juga berasalan karena sekolah di TPQ karena diperintah oleh orang tua mereka, jadi mereka harus menurut apa yang diperintahkannya. Selain motivasi berasal dari orang tua, motivasi juga berasal dari teman-teman sepermainannya. Motivasi yang berasal dari teman-teman sepermainannya ini biasanya yang paling berpengaruh. Ketika temantemannya mengajak untuk ikut sekolah di TPQ, maka anak akan mudah untuk mengikuti mereka, mereka menganggap dengan bersekolah bersama, maka setiap harinya mereka akan selalu bersama. Akan tetapi ada sebagian anak dari anak-anak yang sekolah di TPQ Al Ishlah beralasan karena mereka ingin bisa membaca dan menulis Al Qur’an, jadi bukan karena paksaan atau permintaan dari orang tua atau temannya. Mereka mempunyai kesadaran bahwa mereka ingin bisa membaca dan menulis seperti teman-temannya. Dorongan yang berasal dari internal ini, biasanya yang membuat siswa-siswa menjadi lebih giat ketika akan sekolah. Semangat yang mereka tunjukkan akan kelihatan pada diri mereka.
65
C. Analisis peran orang tua dalam memotivasi anaknya untuk belajar AlQur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an Peranan orang tua dari siswa-siswi Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) di TPQ Al Ishlah sangat besar, hal ini bisa terlihat dengan begitu besar antusias masyarakat dalam memotivasi serta meyakinkan anak-anaknya agar mau belajar membaca dan menulis di TPQ Al Ishlah. Walaupun dari wawancara yang dilakukan kepada para wali murid, sebanyak 26 % mereka tidak dapat mengajari anaknya mereka karena mereka memang tidak mampu dalam membaca dan menulis Al-Qur’an, dan sebanyak 74 % mereka sibuk dan tidak ada waktu. Terlepas dari alasan mereka tidak mengajari anaknya sendiri untuk membaca dan menulis Al-Qur’an, tetapi usaha yang dilakukan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat sekolah di TPQ Al-Ishlah serta usaha mereka agar anak-anaknya lebih mahir lagi dalam membaca dan menulis Al-Qur’an sangatlah baik. Hal ini dapat kita lihat dari banyak orang tua yang menyuruh anaknya agar malam harinya setelah sholat Maghrib tetap mengaji di rumah ustadz atau kyai, walaupun sudah sekolah di TPQ.. Mereka juga selalu mengingatkan ketika waktu berangkat sekolah sudah tiba, mereka harus mengingatkan hingga mempersiapkan segala keperluannya untuk belajar di TPQ. Terkadang anak bermain tidak hanya di sekitar rumah mereka, jadi mereka harus mencari ke rumah teman-temannya. Ketika musim hujan, tentunya orang tua menjadi khawatir ketika anaknya berangkat ke sekolah. Di satu sisi jika tidak berangkat ke sekolah, 66
maka anak mereka menjadi tertinggal dalam pelajarannya, akan tetapi seandainya berangkat, mereka harus mengantarkannya. Akan tetapi mereka tetap mengantarkannya. Pengawasan yang kurang, terkadang membuat anak menjadi putus sekolah. Keaadaan orang tua yang harus bekerja setiap hari dan pulang sore hari, serta sedikit atau tidak adanya kerabat terdekat yang mengingatkan untuk pergi ke sekolah, menjadi suatu alasan bagi anak-anak tertentu untuk tidak berangkat ke sekolah, akhirnya anak bermain dan ketika orang tuanya menyadari anaknya sering tidak berangkat, menjadi terlambat karena anak sudah terlanjur tidak bisa dinasehati. Orang tua juga disamping memberikan hukuman (punishment) kepada anak-anaknya ketika mereka tidak mau berangkat sekolah, terutama dikarenakan karena kemalasan mereka, bukan karena mereka sakit atau bepergian. Mereka juga memberikan penghargaan (reward) kepada anaknya ketika mereka mendapatkan prestasi yang bagus dalam kelasnya. Lebih-lebih lagi ketika mereka lulus dari TPQ dengan nilai yang tinggi atau sebagai lulusan terbaik. Hal ini terkadang dilakukan oleh orang tua, walaupun tidak semua orang menerapkan metode ini, akan tetapi metode ini dijadikan alternatif tambahan dalam usaha para orang tua agar anak mereka lebih semangat lagi untuk belajar di TPQ Al Ishlah dan dapat meraih prestasi seperti yang diharapkan oleh orang tua. Usaha ini ternyata sangat efektif untuk dilakukan. Anak-anak yang 67
dijanjikan dengan hadiah-hadiah yang menarik menjadi lebih semangat untuk belajar secara konsisten. Mereka menjadi lebih mudah disuruh untuk berangkat ke sekolah dan mereka menjadi lebih tekun untuk belajar. Cara ini dalam satu aspek boleh dilakukan karena bersifat baik, akan tetapi cara ini (reward) di satu aspek lain terkadang menemukan kendala. Sebagai contoh ketika anak mereka tidak dijanjikan lagi akan diberi hadiahhadiah, maka motivasi mereka menjadi turun, mereka tidak lagi giat dan tekun berangkat ke sekolah dan tidak tekun serta giat lagi untuk belajar. Orang tua juga harus bisa dapat memberikan pengertian dan harus mempertimbangkan kapan waktu yang tepat untuk tidak lagi memberikan hadiah-hadiah jika mereka berprestasi, agar walaupun anak-anak mereka tidak diberi hadiah, maka mereka tetap berprestasi. Masalah yang lain adalah berasal dari anak itu sendiri, kurangnya kesadaran akan pentingnya ilmu agama terutama baca-tulis Al Qur’an, membuat mereka tidak ingin sekolah. Padahal jelas Anak lebih cenderung memilih bermain daripada harus belajar ke TPQ. Jadi pengaruh lingkungan juga menambah halangan anak untuk belajar di TPQ.
68