UPAYA GURU DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA SISWA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ) DI TPQ AL-HIKMAH SUKODONO LUMAJANG
SKRIPSI
Oleh: M. ABD. ROFIQ NIM. 03110060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Januari 2008
UPAYA GURU DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA SISWA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ) DI TPQ AL-HIKMAH SUKODONO LUMAJANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: M. ABD. ROFIQ 03110060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Januari 2008
HALAMAN PERSETUJUAN
UPAYA GURU DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA SISWA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ) DI TPQ AL-HIKMAH SUKODONO LUMAJANG
SKRIPSI
Oleh: M.Abd. Rofiq 03110060
Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diujikan Pada Tanggal 25 Desember 2007
Oleh Dosen Pembimbing
Drs. H. M. Sjahid, M. Ag NIP. 150 035 110
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M. PdI NIP. 150 267 235
LEMBAR PENGESAHAN UPAYA GURU DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA SISWA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ) DI TPQ AL-HIKMAH SUKODONO LUMAJANG
SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh M. Abd. Rofiq (03110060) Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal 28 Januari 2008 Dengan nilai A dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) pada tanggal 29 Januari 2008
Panitia Sidang, Ketua Sidang,
Sekretaris,
Drs. H. M. Sjahid, M.Ag NIP. 150 035 110
Drs. H. Masduqi, M.Ag NIP. 150 288 079
Penguji Utama,
Pembimbing,
Dr. H. M. Mujab, MA. Ph.D NIP. 150 321 635
Drs. H. M. Sjahid, M.Ag NIP. 150 035 110
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
HALAMAN PERSEMBAHAN Bismillahirrohmanirrohim, Ku persembahkan karyaku ini kepada Allah Swt dan rasul-Nya yang telah menunjukkan jalan menuju ridho-Nya melalui ridho kedua orang tua hamba. Dan dengan ketulusan hati dan iringan do'a skripsi ini ku persembahkan kepada orang-orang yang selalu dekat dihati penulis. Ayahanda dan Ibundaku tercinta (Abd. Adim & Muzaima) darinya ku peroleh arti sebuah perjuangan, ketulusan dan keteguhan hati, kasih sayang dan do'a-do'a suci yang selalu tertanam dalam sanubari Adik tersayang (Siti Masruroh) yang senantiasa tiada henti mendoakan setiap langkahku. (semoga ananda menjadi seperti yang mereka harapkan). Juga kepada segenap Ahli Bait-ku yang memberikan dorongan dan dukungan serta kasih sayangnya tanpa pamrih dan selalu mendo'akan ananda dan melengkapi kebahagiaanku serta menjadi motivasiku untuk menuntut ilmu yang setinggi tingginya. My Abd. Adim (Bapak angkat) who was sent by Allah for being my partner, who always companies me all the time, thanks for giving me motivation, support, rhapsody, love and pray. The best my friend: Amak, Mustaqim, Muawinul Muqoddam, Kaji Zainullah, Khoirul Musthofa, Akhsani Kostradhia, Mu’tazzah Fiddini, Najma, Paramitha Haditia Permana, Tante Ida, Tante Niken dan teman-teman yang lain yang sangat kubanggakan dan telah menghiasi hidupku dengan indahnya arti persahabatan, dan telah memberikan motivasi, dorongan di kala aku merasakan keputus asaan hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan Terima kasih yang tak terhingga kepada kalian semua, semoga skripsi ini bisa berarti dan bermanfaat nantinya. Amin…
MOTO
Surat Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang tertulis pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 25 Desember 2007
M. Abd. Rofiq NIM. 03110060
KATA PENGANTAR
Hamdan Wa Syukron Lillah,
Dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir dengan judul Upaya Guru dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan pada Siswa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di TPQ AlHikmah Sukodono Lumajang Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun arahan dan instruksi dan beberapa hasil diskusi dari berbagai pihak dalam proses penulisan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang tiada batasnya kepada: 1. Kanjeng romo dan kanjeng ibu atas doa dan restu, motivasi dan juga kasih sayangnya yang senantiasa mengiringi irama dan nada perjalanan denyut jantung dan nadi ananda. 2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 3. Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 4. Drs. H. M. Sjahid, M.Ag Selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus ikhlas
telah mengorbankan waktu, fikiran serta tenaga, dalam
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, yang telah banyak berperan aktif dalam menyumbangkan ilmu, wawasan dan pengetahuannya kepada penulis.. 6. Ketua TPQ Al-Hikmah Lumajang yang telah memberikan izin penelitian pada penulis di lembaga yang dipimpinnya, beserta para Ustadz yang telah sudi untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini.
7. Seluruh sahabat karibku di Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, terima kasih atas motivasi kalian semua. 8. Teman-teman di kontrakan Joyo Raharjo, bersama kalian aku melewati suka dan duka dalam pembuatan skripsi, terima kasih atas dukungan, motivasi dan kebahagiaan yang telah kalian berikan. 9. Serta semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini, namun tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari sepenuh dan seteguh hati bahwa penyelesaian tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, wawasan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat mengharap kritik dan saran rekonstruksi dari semua kalangan dan pihak untuk kematangan di masa yang akan datang. Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis sangat berharap semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi berbagai kalangan.
Malang, 25 Desember 2007
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... HALAMAN PENGAJUAN............................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ HALAMAN NOTA DINAS .............................................................................. HALAMAN PRNYATAAN.............................................................................. HALAMAN MOTTO ........................................................................................ HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... ABSTRAK ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4 C. Ruang lingkup Penelitian.................................................................. 5 D. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5 E. Manfaat Penelitiann.......................................................................... 6 F. Sistematika Pembahasan.................................................................. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 8 A. Tinjauan Tentang Guru..................................................................... 8 1. Pengertian Guru.......................................................................... 8 2. Tugas Utama Guru...................................................................... 9 3. Syarat-syarat Guru ......................................................................11 4.
Kompetensi Guru dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan.... 14
B. Tinjauan Tentang Nilai-nilai Agama.................................................15 1. Pengertian Nilai-nilai Agama.................................................... 15 2. Sumber Nilai Agama ................................................................ 17 3. Macam-macam Nilai-nilai Agama ............................................ 19 4. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama pada Anak didik........ 20 C. Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pada Anak Didik ................................................................................................22 1. Pengamalan Aqidah .................................................................. 23 2. Pengamalan Syari’ah ................................................................ 24 3. Pengamalan Akhlak .................................................................. 26 D. Metode Dalam Menanaman Nilai-nilai Agama Pada Anak ...............28 1. Metode Pembiasaan .................................................................. 28 2. Metode Keteladanan ................................................................. 29 3. Metode Demonstrasi ................................................................. 31 4. Metode Karyawisata ................................................................. 31 5. Metode Ceramah....................................................................... 32 6. Metode Tanya-jawab ................................................................ 33 E. Tinjauan Tentang Taman Pendidikan Al-Qur’an............................... 1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) ...................... 2. Dasar dan Tujuan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) ...........
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 34 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................... 34 B. Kehadiran Peneliti ....................................................................... 35 C. Lokasi Penelitian ......................................................................... 35 D. Sumber Data................................................................................ 35 E. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 36 F. Teknik Pengolahan Data .............................................................. 39 G. Teknik Analisis Data ................................................................... 40 H. Tahapan-tahapan Penelitian ......................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ................................ 43 A. Latar Belakang Obyek Penelitian................................................. 43 1. Sejarah Berdirinya TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang ..... 43 2. Visi dan Misi TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang ............. 45 3. Tujuan Berdirinya TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang ...... 45 4. Stuktur Organisasi Kepengurusan TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang ............................................................. 46 B. Penyajian Data............................................................................. 52 1. Bagaimana upaya guru dalam menanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang? ................................... 53 2. Metode apa yang digunakan dalam menanaman nilainilai keagamaan pada siswa taman pendidikan alQur’an di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang?.................... 61
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................................. 71 A. Bagaimana upaya guru dalam menanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang? ......................................... 71 B. Metode apa yang digunakan dalam menanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang? ......................................... 77
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 84 A. Kesimpulan .................................................................................... 84 B. Saran-Saran .................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK Rofiq, M. Abdul, 2007, Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Pada Siswa Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) Di TPQ AlHikmah Sukodono-Lumajang, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Pembimbing, Drs. H. M. Sjahid, M.Ag. Kata Kunci: Upaya Guru, Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Demi mewujudkan generasi yang memahami dan mengamalkan al-Qur'an, dan demi merangsang minat belajar al-Qur'an tersebut sudah banyak jalan yang ditempuh, seperti pada Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ). Pada banyak TPQ ini pengajaran lebih ditekankan pada cara membaca al-Qur'an dan juga mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berbudi luhur dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi, pada realita yang terjadi saat ini manyoritas TPQ hanya mengajarkan cara membaca al-Qur'an dan ilmu tajwid saja, seakan-akan mengenyampingkan nilainilai Agama. Sementara itu, pembelajaran al-Qur’an di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang tidak hanya mengajarkan cara membaca al-Qur'an dan ilmu Tajwid, tetapi guru juga menanamkan nilai-nilai keagamaan, baik yang menyangkut aqidah, ibadah maupun akhlaq. Latar belakang di atas, peneliti refleksikan menjadi rumusan masalah, yaitu: 1). Bagaimana upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa TPQ Al-Hikmah SukodonoLumajang? 2). Metode apa yang digunakan guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang? Tujuan penelitian ini antara lain: Peneliti ingin mengetahui upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang dan metode guru dalam upaya penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang. Penelitian ini menggunakan jenis field research, dan kualitatif sebagai pendekatannya, dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui metode Inteview, wawancara dan dokumentasi, kemudian diolah melalui tiga tahapan yaitu editing, classifaying dan verifying. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan mengunakan metode deskritif kualitatif yaitu dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan untuk memperoleh kesimpulan. Adapun hasil dari penelitian ini antara lain: Upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak didik di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang berupa penanaman nilai-nilai keagamaan dibidang aqidah seperti mengenalkan Allah melalui ciptaannya, mengenalkan arti yang terkandung dalam al-Qur’an, mengenalkan Rasul dan mengenalkan nama Malaikat dan tugasnya. Sedangkan penanaman dibidang syari’ah adalah mengenalkan shalat 5 waktu dan wudlu, mengenalkan puasa di bulan Ramadhan, mengenalkan Zakat fitrah dan mengenalkan Haji. Dan dibidang akhlak yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak
terhadap dirinya sendiri dan sesama dan akhlak dalam keluarga. Sedangkan metode-metode yang digunakan guru dalam penanaman nilainilai keagamaan pada anak didik di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang berupa metode Tanya Jawab, metode Pembiasaan, metode Keteladanan, metode Cerita dan Metode menyanyi, metode Demonstrasi dan metode Karyawisata. Beberapa metode di atas diharapkan bisa mempermudah pengajar dalam menanamkan nilainilai keagamaan pada anak didik di TPQ al-Hikmah Sukodono Lumajang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an menurut Agama Islam merupakan firman Allah SWT yang mengandung mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang tertulis di dalam mushaf-mushaf yang di riwayatkan dengan jalan mutawatir yang membacanya di pandang Ibadah.1 Menurut Manna’ al-Qaththan, al-Qur’an adalah kalamullah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya ibadah.2 Sedangkan menurut Al-Zarqani al-Qur'an adalah lafad yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dari permulaan surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas”.3 Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azharnya mengistilahkan bahwa al-Qur’an adalah wahyu-wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasulnya dengan perantara Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada manusia.4 Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alQur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad bukan sekedar mu’jizat saja tetapi di samping itu untuk dibaca, dipahami, diamalkan dan dijadikan
1 2
Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, Bina Ilmu, Surabaya, 1993. Hal. 1. Abudin Nata, Al-Qur’an dan Hadis (Dirasah Islamiah 1), Rajawali Pers, Jakarta, 2002.
hal. 54. 3
Ibid, hal. 55. Syahmiran Zaini, Kewajiban Orang Beriman Terhadap Al-Qur’an, Al-Ikhlas, Surabaya, 1998, hal 23 4
sumber hidayah dan pedoman bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang dapat membimbing dan menuntun manusia ke arah jalan yang lurus, jalan keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dalam al-Qur'an dinyatakan bahwa pada dasarnya al-Qur'an itu mudah untuk dipelajari, dianalisis dipahami yang kemudian direalisasikan dalam bentuk perbuatan hanya bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dan bertaqwa. Allah dalam surat al-Qomar ayat 17, berfirman :
Artinya: “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran” (al-Qomar ayat 17) Ayat di atas mengisyaratkan pada kaum muslimin untuk mempelajari makna yang terkandung di dalamnya sehingga dapat dijadikan pelajaran, tentunya dalam pemahaman terhadap al-Qur'an ini tidak langsung sekaligus, melainkan dimulai dengan belajar membaca alQur'an dengan fasih dan tartil. Untuk mewujudkan generasi yang memahami dan mengamalkan al-Qur'an tersebut perlu mempersiapkan sedini mungkin dan membiasakan membaca al-Qur'an secara tartil agar mendapat petunjuk-nya, di samping itu peran guru yang paling diutamakan dalam mewujudkan generasi yang
memahami dan mengamalkan al-Qur'an, karna peran guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal, sebagaimana dikemukakan oleh Adamad Desey dalam Basis Principles Of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin, pembimbing dan sebagai suri tauladan yang baik.5 Demi merangsang minat belajar membaca al-Qur'an tersebut, sudah banyak jalan yang ditempuh, seperti pembelajaran al-Qur'an di mushalla, di masjid bahkan di rumah-rumah. Pada perkembangan selanjudnya model pembelajaran al-Qur'an melahirkan apa yang dikenal dnegan sebutan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ). Taman Pendidikan al-Qur’an adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam bagi anak-anak usia 7-12 tahun, tujuannya adalah untuk menjadikan anak mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan makharijul khuruf dan ilmu tajwidnya sebagai target pokok.6 Sesuai dengan namanya (TPQ), maka penekanan pengajaran pada pengenalan huruf-huruf al-Qur'an dan kegemaran membaca al-Qur'an
5
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995.
hal 9 6
As’ad Humam, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan TKA-TPA Nasional, Yogyakarta, 1991 hal 11
beserta Tajwidnya. Selain dari pada itu, TPQ juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka pembentukan kepribadian anak yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berbudi luhur. Akan tetapi, pada realita yang terjadi saat ini manyoritas TPQ hanya mengajarkan cara membaca al-Qur'an dan ilmu Tajwid saja. Sedangkan dalam pembelajaran al-Qur’an di TPQ Al-Hikmah SukodonoLumajang tidak hanya mengajarkan cara membaca al-Qur'an dan ilmu Tajwid kepada para muridnya, tetapi guru juga menanamkan nilai-nilai keagamaan, baik yang menyangkut aqidah, ibadah maupun akhlaq. Karena penanaman nilai-nilai keagamaan itu dirasa sangat penting untuk di jadikan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari (Bermasyarakat). Fenomena pembelajaran al-Qur'an dan Tajwid yang ada di banyak TPQ pada saat ini, seakan-akan mengenyampingkan nilai-nilai Agama yang menurut peneliti juga sangat penting untuk ditanamkan pada anak. Dari latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang. Sehingga lembaga yang dikelolanya betul-betul bisa menjadi lembaga yang berkualitas dan mampu memnuhi harapan dan tuntutan masyarakat. Berdasarkan uraian diatas peneliti mencoba mengangkat suatu masalah yang peneliti formulasikan kedalam judul penelitian, yaitu: “Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Kegamaan Pada Siswa Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) Di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, serta dasar pemikiran yang terdapat didalamnya, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ Al-Hikmah SukodonoLumajang? 2. Metode apa yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ Al-Hikmah SukodonoLumajang?
C. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat pembahasan yang begitu luas dalam kaitannya dengan penanaman nilai-nilai keagamaan, sehingga untuk menghindari penyimpangan maka perlu ditentukan dahulu ruang lingkub pembahasannya. Adapun ruang lingkub pembahasan dalam penelitian ini adalah : 1. Mendiskripsikan upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ Al-Hikmah SukodonoLumajang 2. Mengidentifikasi metede dalam Penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ Al-Hikmah SukodonoLumajang
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui sejauh mana upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ AlHikmah Sukodono-Lumajang. 2. Untuk mengetahui metode-metode dalam upaya penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ AlHikmah Sukodono-Lumajang.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi semua pihak, khususnya pada pihak-pihak yang berkompeten dengan permasalahan yang diangkat, serta dapat memperkaya khazanah dan wawasan keilmuan mengenai bahasan tentang Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Kegamaan Pada Siswa Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) Di TPQ Al-Hikmah SukodonoLumajang, serta dapat dijadikan rujukan dalam penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil dari penelitian ini untuk menambah atau memperkaya informasi mengenai masalah masalah tersebut, baik sebagai data banding atau informasi pelengkap dari penelitian yang memiliki fokus yang sama.
F. Sistematika Pembahasan Agar mempermudah dalam pembahasannya, maka sistematika pembahasannya dibagi menjadi enam bab dengan sub-subnya sebagai berikut: BAB I Merupakan pendahuluan yang berisi gambaran atau penjelasan seluruh pokok pikiran yang terkandung dalam skripsi ini. Dengan demikian para pembaca medapat gambaran yang jelas tentang arah isi skripsi ini. BAB II Merupakan pembahasan secara teoritis, dari pembahasan teoritis ini peneliti akan memperoleh data secara teori, konsep-konsep atau definisi-definisi serta dalil-dalil yang sesuai dengan masalah-masalah yang akan dibahas. Dengan demikian bisa dijadikan pedoman pada pembahasan berikutnya. BAB III Merupakan metode penelitian yang meliputi: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data. BAB IV Laporan Hasil Penelitian, yakni memaparkan data-data yang akurat berkaitan dengan Sejarah Berdirinya TPQ Al-Hikmah, Visi dan Misi Tujuan Berdirinya TPQ Al-Hikmah, Stuktur Organisasi Kepengurusan, Keadaan Guru atau Ustadz/Ustadzah, Keadaan Santri, Sarana dan Prasarana, Sumber Dana, Penyajian Data Hasil Penelitian, upaya guru dalam menanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa
TPQ Al-Hikmah, dan Metode yang
digunakan dalam Menanaman Nilai-nilai Keagamaan pada siswa TPQ AlHikmah Sukodono-Lumajang
Bab V Penjelasan dan analisis hasil penelitian dan kaitannya dengan teori akan dibahas dalam bab ini. Bab VI : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Guru Keberadaan guru sangat penting dalam dunia pendidikan terlebih lagi dalam kegiatan belajar mengajar. Guru pula yang memiliki tugas untuk mentransformasikan nilai-nilai kehidupan kepada anak didik dalam rangka menuju kedewasaan baik jasmani dan rohani, jadi tugas dan tanggung jawab guru amat luas terutama dalam penanaman nilai-nilai keagamaan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 1. Pengertian Guru Guru adalah semua orang yang memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang. Dalam pengertian yang sederhana guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.7 Maka bisa dipahami bahwa guru tidak terbatas pada lembaga formal saja, yakni tidak hanya orang yang memberikan ilmu dilingkungan sekolah saja, akan tetapi guru dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan di lembaga non-formal. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang guru sebagai pengajar di TPQ yang tugasnya mengajar dan mendidik, terutama dalam penanaman nilai-nilai keagamaan. Tugas tersebut bukan hal ringan, karena proses pertumbuhan dan perkembangan anak didik dalam menuju 7
Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Belajar-Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 31
kedewasaannya dan kehidupan keagamaannya berada ditangan guru. Karena guru sebagai pengganti orang tua di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga seorang guru harus memberikan teladan yang baik bagi anak didiknya. Guru merupakan salah satu yang berperan penting dalam keberhasilan proses pendidikan, sehingga guru dituntut untuk senantiasa meningkatkan
keprofesionalannya
agar
dapat
memenuhi
tuntutan
masyarakat yang berkembang terus, mengingat besarnya tugas menjadi seorang guru maka dapat diambil pengertian bahwa guru adalah orang yang diserahi tanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan anak didik agar memiliki pengetahuan dan kepribadian yang mulia. Dari uraian tersebut dapat diambil pengertian bahwa guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual ataupun klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah. 2. Tugas Utama Guru Tugas guru tidak terlepas dari Upaya guru itu sendiri, yaitu sebagai informator, inspirator, organisator dan korektor. Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru sebagai pengajar dan pendidik dalam melakukan transfer of knowledge dan transfer of value yaitu dengan
memberikan pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai yang baik agar memiliki kepribadian yang mulia. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dalam pembentukan kepribadian anak didik.Yang dimaksud dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam memberikan sejumlah norma kepada anak didik, supaya anak didik itu mengerti perbuatan yang susila dan asusila, perbuatan yang bermoral dan amoral di sekolah maupun diluar sekolah dan mengerjakan mana yang harus dilaksanakan dan mana yang harus ditinggalkan. Oleh karena itu pendidikan dilakukan tidak semata-mata untuk membekali pengetahuan saja, namun juga penerapan dalam bentuk perkataan, sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan. Selain itu guru dalam proses belajar mengajar juga memegang peranan penting karena interaksi guru dengan murid mengandung unsur sikap, perasaan, motivasi, kebiasaan, dan lain-lain. Dalam menanamkan nilai-nilai Islami, guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan buruk. Mengingat tugas guru tidak hanya di sekolah, akan tapi juga di luar sekolah, maka ketika di luar sekolah guru tetap memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai yang baik dan menegur anak didik yang berperilaku negatif,
sebab tidak menutup kemungkinan ketika di luar
sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma susila, karena merasa bebas dari pengawasan guru atau orang tua. Secara umum guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa
dan negara. Karena itu pekerjaan guru sebagai suatu profesi menuntut agar senantiasa
mengembangkan
profesionalitas
diri
sesuai
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar dan melatih anak didik adalah tugas sebagai suatu profesi. Tugas guru antara lain:
Tugas
guru
sebagai
pendidik
berarti
meneruskan
dan
mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik sehingga mempunyai sifat baik dalam bersosial. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan masa depan anak didik. Tugas kemanusiaan berarti guru harus menanamkan nilai kemanusiaan kepada anak didik, agar anak didik mempunyai sifat kesetiakawanan sosial. Tugas kemasyarakatan berarti mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila.8 Dalam kegiatan belajar mengajar, tugas guru bukan hanya menyampaikan pengetahuan (bahan pelajaran) kepada anak didik, tapi juga guru harus dapat menciptakan kondisi belajar anak didik secara optimal sehingga anak didik mempunyai dorongan untuk belajar, dengan demikian melalui proses pendidikan tersebut,
diusahakan terciptanya
nilai-nilai yang baru.9
8
Ibid, hlm. 35 Cece Wijaya, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar ( Bandung: Rosda Karya, 1994), hlm. 9-10 9
3. Syarat-syarat Menjadi Guru Untuk dapat menjadi seorang guru maka harus memiliki syaratsyarat tertentu karena seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam proses pembentukan anak didik yaitu bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik dalam segala sikap, tingkah laku, pembentukan dan pembinaan jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian tanggung jawab guru adalah membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang berahklak, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Oleh karena itu membutuhkan seperangkat keahlian tertentu sebagai bekal untuk melaksanakan tugas yang berat tersebut. Syarat untuk menjadi guru agama antara lain: 10 a. Takwa kepada Allah b. Berijazah c. Berjiwa nasional d. Sehat jasmani dan rohani e. Bertanggung jawab Sedangkan syarat menjadi guru yang lain sebagai berikut: a. Seorang guru hendaknya bersifat zuhud Yakni bersifat ikhlas, tidak mengutamakan mengejar materi namun mengajar karena mencari ridho Allah semata. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Bayyinah ayat 5:
10
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Karya, 1988),Hal 171
Artinya: ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” b. Seorang guru hendaknya bersih Maksudnya bersih tubuhnya dan jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa tidak bersifat riya’, dengki, permusuhan, perselisihan dan sebagainya dari sifat tercela. c. Seorang guru hendaknya ikhlas dalam bekerja Artinya untuk mencapai kesuksesan dalam melaksanakan tugasnya, maka seharusnya guru memiliki rasa ikhlas dan jujur baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. d. Seorang guru hendaknya bersifat pemaaf Artinya karena tugas guru yang berat dalam mendidik muridmuridnya, maka guru harus dapat lebih berlapang dada, menahan marah apalagi karena hal-hal kecil bahkan sebaliknya guru harus mencerminkan sifat pemaafnya. e. Bersifat kebapakan atau keibuan Artinya seorang guru harus dapat mencintai muridnya seperti mencintai anaknya sendiri.
f. Harus memahami sifat murid Artinya seorang guru harus memahami sifat murid, adat kebiasaan, perasaan dan pemikiran murid agar tidak salah arah dalam mendidiknya. g. Guru harus mengetahui dan menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan
dan
bahkan
harus
mengembangkan
memperdalam
pengetahuannya apalagi dalam bidang pelajaran yang diajarkannya, sehingga pengetahuannya tidak dangkal bahkan bertambah luas.11 Dari uraian di atas jelaslah bahwa guru harus memiliki sifat yang baik, perilaku yang baik, disamping itu harus mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas, dan guru juga menjadi perhatian dan contoh bagi murid-muridnya, sehingga seorang guru harus betulbetul baik karna guru sebagai suri tauladan bagi mrid-muridnya. 4. Kompetensi Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Agam Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru, agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Kompetensi berasal dari bahasa inggris, yaitu “competence” yang berarti kecakapan dan kemampuan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, dalam bukunya Drs. Moh. Uzer Usman, kopetensi adalah {kewenangan} kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Penngertian dasar kompetensi yaitu kemampuan atau kecakapan.12
11
Athiyah Al- Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 136 12 Moh.Uzer Usman, Op.Cit. hal 14
Kompetensi guru dalam penanaman nilai-nilai Agam, guru hendaknya menumbuhkan dan membimbing rasa keagamaan melalui penanaman keyakinan kepada Tuhan, menumbuhkan rasa syukur kepada Tuhan, berbakti dan beribadat kepada Tuhan, menanamkan kerelaan beramal, membentuk kepribadian yang kokoh dengan memberikan dasar kesusilaan, menanamkan rasa tanggung jawab dan memupuk rasa kesadaran bermasyarakat, memelihara kesehatan jasmani dengan makanan yang bergizi dan menjaga kesehatan rohani dengan sholat, puasa, berwudlu dan sebagainya serta menjaga diri dari berbuat dosa, dengki, hasut dan lain-lain. Disamping itu turut membantu terlaksananya berbagai macam pendidikan keagamaan, keindahan, kesusilaan, dan sebagainya.13 Tidak hanya pada guru agama, guru umum juga memiliki misi dakwah dalam kegiatan mengajarnya dengan memberi nilai-nilai agama pada saat kegiatan belajar mengajar. Disamping itu guru agama tidak murni mengajarkan hukum-hukum agama saja, akan tetapi harus senantiasa mengkaitkan materinya dengan menyesuaikan dengan kondisi alamiah dan contoh-contoh yang praktis dan realistis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian anak didik mengetahui bahwa agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan nilai-nilainya harus dapat dipraktekkan dalam tingkah laku sehari-hari.
13
Abdul Rahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 23-30
B. Tinjauan Tentang Nilai Agama 1. Pengertian Nilai Agama Nilai adalah sutu prangkat kenyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun prilaku.14 Namun akan berbeda jika nilai itu dikaitkan dengan agama, karena nilai sangat erat kaitannya dengan prilaku dan sifat-sifat manusia, sehingga sulit ditentukan batasannya dan keabstrakannya itu, maka timbulah bermacammacam pengertian di antaranya: a. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Nilai adalah sifat-sifat atau hal- hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.15 b. Menurut Drs. KH. Muslim Nurdin dkk. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu indentitas yang menberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan dan perilaku.16 Dari uraian di atas jelaslah bahwa nilai merupakan suatu konsep yang mengandung tata aturan yang dinyatakan benar oleh masyarakat karena mengandung sifat kemanusiaan yang pada gilirannya merupakan perasaan umum, identitas umum yang oleh karenanya menjadi syariat umum dan akan tercermin dalam tingkah laku manusia.
14
Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta, Bulan Bintang.1992. hal 260 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 1989) 16 Muslim dkk, Moral dan Kognisi Islam, Bandung: CV Alfabeta, tahun 1993, hal 209 15
Dalam bahasa Arab, agama berasal dari kata ad-din yang artinya sejumlah aturan yang disyariatkan Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang menyembah kepada-Nya, baik aturan-aturan yang menyangkut kehidupan duniawi dan yang berkenaan dengan ukhrowi.17 Menurut Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering ”terdapat di mana-mana”, dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu, agama dapat membangkitkan kebahagiaan lahir dan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri.18 Islam merupakan ajaran yang dapat membina pribadi muslim seutuhnya dalam wujud sifat-sifat iman, taqwa, jujur, adil, sabar, cerdas, disiplin, tenggang rasa, bijaksana, dan bertanggung jawab.19 Dari uraian tersebut dapat diambil pengertian bahwa nilai agama Islam adalah sejumlah tata aturan yang menjadi pedoman manusia agar dalam setiap tingkah lakunya sesuai dengan ajaran agama Islam sehingga dalam kehidupannya dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahirdan batin dunia dan akhirat. 2. Sumber Nilai Agama Agama bertujuan membentuk pribadi yang cakap untuk hidup dalam masyarakat di kehidupan dunia yang merupakan jembatan menuju akhirat. Agama mengandung nilai-nilai rohani yang merupakan kebutuhan 17
Abdul Jabbar Adlan, Dirasat Islamiyah ( Jakarta, Aneka Bahagia, 1993), hlm. 11 Ishomuddin, Sosiologi Agama (Malang : UMM Press, 1996), hlm. 35 19 Tadjab, Dasar-dasar Kependidikan Islam ( Surabaya: Karya Aditama, 1996), hlm. 123 18
pokok kehidupan manusia, bahkan kebutuhan fitrahnya karena tanpa landasan spiritual yaitu agama manusia tidak akan mampu mewujudkan keseimbangan antara dua kekuatan yang bertentangan yaitu kebaikan dan kejahatan. Nilai-nilai agama Islam sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan sosial, bahkan tanpa nilai tersebut manusia akan turun ketingkat kehidupan hewan yang amat rendah karena agama mengandung unsur kuratif terhadap penyakit sosial. Nilai itu bersumber dari: a. Nilai Ilahi, yaitu nilai yang dititahkan Tuhan melalui para Rasul-Nya yang berbentuk taqwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu Ilahi.20 Al-Qur’an dan Sunnah merupakan sumber nilai Illahi, sehingga bersifat statis dan kebenarannya mutlak. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an antara lain: 1) Surat Al-An’Am ayat 115:
Artinya: ”Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu atau Al-Qur’an sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.21 2) Surat Al-Baqarah ayat 2:
20 21
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 111 Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1992), hlm. 185
Artinya: ”Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.22
Dari ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa nilai-nilai Ilahi selamanya tidak mengalami perubahan, akan tetapi konfigurasi dari nilai-nilai Ilahi mungkin dapat mengalami perubahan, namun secara instriksinya tetap tidak berubah. Hal ini karena bila intrinsik nilai tersebut berubah maka makna kewahyuan dari sumber nilai yang berupa kitab suci Al- Qur’an akan mengalami kerusakan. b. Nilai Insani atau duniawi yaitu nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia.23 Nilai mondial yang pertama bersumber dari ra’yu atau pikiran yaitu memberikan penafsiran dan penjelasan terhadap Al-Qur’an dan sunnah, hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan yang tidak diatur dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Yang kedua bersumber pada adat istiadat seperti tata cara komunikasi, interaksi antara sesama manusia dan sebagainya. Yang ketiga bersumber pada kenyataan alam seperti tata cara berpakaian, tata cara makan dan sebagainya.24 Dari suber nilai keagamaan tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa setiap tingkah laku manusia haruslah mengandung nilai-nilai Islami yang pada dasarnya bersumber dari Al- Qur’an dan Sunnah yang harus senantiasa dicerminkan oleh setiap manusia dalam tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari dari hal-hal kecil sampai 22
Ibid., hlm. 7 Muhaimin, , Op.Cit. 111 24 Zakiyah Daradjat, Op.Cit. hal 262 23
yang besar sehingga ia akan menjadi manusia yang berperilaku utama dan berbudi mulia. 3. Macam-macam Nilai-nilai Agama Nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam sangat luas cakupannya karena agama Islam bersifat universal menyangkut seluruh kehidupan manusia dari berbagai segi kehidupan, sehingga seluruh kehidupan manusia dan aktifitas manusia harus sesuai dengan ajaran agama agar manusia dapat memperoleh keselamatan dan kebahagiaan lahir-batin dunia-akhirat, disamping itu karena agama adalah sebagai pembentuk sistem nilai dalam diri individu.25 Dalam agama Islam ada dua kategori nilai. Pertama, nilai yang bersifat normatif yaitu nilai-nilai dalam Islam yang berhubungan baik dan buruk, benar dan salah, hak dan batil, diridhoi dan dikutuk Allah. Kedua, nilai yang bersifat operatif, yaitu nilai dalam Islam mecakup hal yang menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia mencakup: a. Wajib, apabila dikerjakan mendapat pahala dan bila tidak dikerjakan mendapat dosa. b. Sunnah, apabila dikerjakan mendapat pahala dan bila tidak dikerjakan tidak berdosa. c. Mubah, apabila dikerjakan tidak mendapat dosa dan bila tidak dikerjakan mendapat pahala.
25
Ibid. hlm. 226
d. Makruh, apabila dikerjakan tidak mendapat dosa (tapi dibenci Allah) dan bila tidak dikerjakan tidak mendapat kedua-duanya (pahala dan dosa). e. Haram, apabila dikerjakan mendapat dosa dan bila tidak dikerjakan mendapat pahala.26 Kelima nilai tersebut berlaku dalam situasi dan kondisi yang biasa, kecuali bila ada perubahan hukum jika situasi yang darurat. Jadi kelima nilai tersebut akan berubah apabila ada illat yang sangat mendesak. 4. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Pada Anak Didik Pertumbuhan dan perkembangan adalah merupakan suatu seri perubahan menurut aturan-aturan tertentu dari keadaan semula menuju keadaan yang lebih lengkap atau lebih matang. Dalam konsep Islam jelas bahwa dinyatakan anak mempunyai benih-benih untuk beragama yang disebut dengan fitrah. Adapun fitrah tersebut berkembang sesuai dengan pendidikan yang diberikan oleh orang orang di sekitarnya. Sigmund Freud berpendapat bahwa, ”Anak-anak semenjak kecilnya telah ada perasaan percaya kepada dzat yang Maha Kuasa. Bahkan pada tahun-tahun pertama dalam hidupnya, anak mempunyai anggapan, bahwa orang tuanya itu sebagai Tuhannya.27 Dengan demikian, anak mulai mengenal tuhan dan agama melalui orang-orang disekitar lingkungan mereka hidup, jika mereka lahir dan 26
H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1987), hlm. 140 Zuuharini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha nasional, Surabaya, tahun 1983, hal 32 27
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang beragama, mereka akan mendapat pengalaman agama itu melalui ucapan, tindakan dan perlakuan. Karna peran kedua orang tua sebagai teladan yang ter dekat kepada anak telah diakui dalam pendidikan Islam. Bahkan agama dan kenyakinan seorang anak dinilai sangat tergantung dari keteladanan para orang tua mereka. Tak mengherankan jika Sigmund Freud menyatakan bahwa keberagaman anak terpola dari tingkah laku bapaknya.28 Sikap orang tua terhadap agama, akan memantul pada diri anak. Jika orang tua menghormati ketentuan agama maka akan tumbuh pada anak sikap menghargai terhadap agama, demikian pula sebaliknya jika sikap orangtua tehadap agama itu negatif, acuh tak acuh atau meremehkan, maka itu pulalah sikap yang akan tumbuh pada anak.29 Ketika melihat konsep Islam tersebut, maka jelaslah konsepsi Islam sejalan dengan teori konfergensi yang menitik beratkan pada komponen-komponen
yang
mempengaruhi
hidup
manusia,
yaitu
pembawaan dasar dan pendidikan atau pengajaran. Pertumbuhan dan perkembangan ini sudah mulai sejak bertemunya sel telur dengan seperma dalam kandungan sang ibu, kemudian lahir sampai dewasa. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran atau fungsi-fungsi mental, sedangkan perkembangan mengandung makna adanya pemunculan hal yang baru. Pada peristiwa pertumbuhan, akan nampak adanya penambahan jumlah atau ukuran dari hal-hal yang 28 29
Jalaluddin, Psikologi Agama, jakarta, PT Raja Grafindo persada. 2005, hal 21 Ibid
telah ada, sedangkan dalam peristiwa perkembangan akan nampak adanya sifat-sifat yang baru,yang berbeda dari yang sebelumnya.30
C. Upaya Guru dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Didik Penanaman berasal dari kata “tanam” yang artinya menaruh, menaburkan (paham, ajaran dan sebagainya), memasukkan, membangkitkan atau memelihara (perasaan, cinta kasih, semangat dan sebagainya). Sedangkan penanaman itu sendiri berarti proses untuk menanamkan perbuatan, atau konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci yang menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga msyarakat.31 Jadi dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai nilai keagamaan adalah proses untuk menanamkan perbuatan atau konsep mengenai beberapa masalah pokok dalam kehidupan beragama yang bersifat suci, yang menjadi pedoman tingkah laku beragama. Penanaman nilai-nilai keagamaan sangat erat sekali kaitannya dengan aspek aqidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan upaya guru dalam menanamkan nilai nilai keagamaan di TPQ Al-Hikmah adalah menekankan pada aspek-aspek aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan tujuan supaya anak-anak mengamalkan tiga aspek tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
1. Pengamalan Aqidah 30
Moh.Kasiram M.Ilmu Jiwa Perkembangan, Usaha Nasional. Surabaya, tahun 1993 hal
31
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Op Cit., hal 690
23-
Pengamalan aqidah adalah pengamalan masalah keimanan, sedangkan iman adalah pengakuan hati yang diucapkan dan di amalkan yang tidak dapat dipisahkan karna pengucapan lidah dan pengamalan anggota badan itu adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
(اﻹﯾﻤﺎن ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ وﻗﻮل ﺑﺎﻟﻠﺴﺎن وﻋﻤﻞ ﺑﺎﻷرﻛﺎن )رواه اﻟﻄﺒﺮان Artinya: “Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota”. (HR Thabrani) Dalam ajaran Islam ada beberapa rangkaian keimanan yang tersusun berdasarkan firman Allah sebagai berikut:
Artinya :Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.(Q.S. AnNisa’: 136)32 Firman Allah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa aqidah seorang muslim ada enam yang wajib diimani, yaitu: a. Iman kepada Allah
32
M. Quraish Shihab, Tafsir Ai-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati,) hlm 591
b. Iman kepada malaikat-malaikat Allah c. Iman kepada rasul-rasul Allah d. Iman kepada kitab-kitab Allah e. Iman kepada hari qiamat f. Iman kepada qodho’ dan qodar Keenam keimanan di atas dalam ajaran Islam disebut rukun iman. Dari keenam rukun iman tersebut seorang muslim dituntut untuk mengimani atau mempercayai. Dalam artian rangkaian tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan, semua saling terkait dan menyempurnakan antara satu dengan yang lainnya. 2. Pengamalan Syari’ah Syari’ah adalah sebutan bagi berbagai peraturan dan hukum yang telah disyari’atkan Allah dan diwajibkannya kepada kaum muslim agar berpegang teguh kepada syari’ah tersebut dalam melakukan hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesame manusia, dan hubungan dengan alam dan kehidupannya33. Pengamalan syari’ah adalah pengamalan mengenai masalah keIslaman atau bidang ibadah, yang meliputi: a. Syahadat Seseorang dikatakan muslim apabila ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Islam menempatkan syahadat (pengakuan) sebagai alamat (tanda), bahwa seseorang telah memiliki aqidah Islam.sahadat
33
hlm. 111
Syekh Mahmud Syaltut, Aqidah dan Syari’ah Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 1986),
artinya pengakuan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah (utusan Allah) kalimat sahadat adalah
اﺷﮭﺪ ان ﻻ اﻟﮫ اﻻ اﷲ واﺷﮭﺪ ان ﻣﺤﻤﺪ اﻟﺮﺳﻮل اﷲ Artinya: “aku mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku mengakui Muhammad itu rasul Allah” 34 b. Sholat Menurut bahasa artinya doa’, sedangkan menurut istilah berarti suatu system ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, berdasarkan atas syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu35. c. Zakat Zakat menurut lughat, adalah subur, bertambah. Menurut syara’ ialah jumlah harta yang dikeluarkan untuk diberikan kepada golongan-golongan yang telah di tetapkan syara’36 d. Puasa Puasa menurut lughat, ialah menahan diri,. Puasa menurud syara’ ialah menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual, sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat perintah dari
Allah.
Sedangkan
kebaikan
dan
kesempurnaan
ialah
meninggalkan segala perkataan dan perbuatan tercela dengan menahan diri dari keinginan syahwat dan menahannya dari segala kebiasaan
34
Syekh Mahmud Syaltut, Op Cit. hlm. 4 Nasruddi Razak, Dienul Islam (Bandung Al Maarif, 1989), hlm 177 36 Tengku Muhammad Hasbi Ash shiddieqy, kuliah Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah (Semarang: Pustaka Riski Putra ), hlm 212 35
dengan kesabaran dan mempersiapkan jiwa untuk bertaqwa kepada Allah, dengan mengingat bahwa Ia selalu melihat dan mengawasinya dalam keadaan terang dan tersembunyi37. e. Haji Haji yang dimaksud haji adalah sengaja pergi ke mekah untuk melaksanakan ibadah thawaf di ka’bah, sa’I antara shafa dan marwa, wukuf di arafa dan melaksakan semua manasik, karena memenuhi perintah Allah, dan mengharapkan ridha-nya. Menurut Dr. Mahmud Syaltut, haji adalah ibadah ruhiah, jasmaniah dan maliah, sedangkan ibadah lainnya tidak demikian38. 3. pengamalan Akhlak Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun yang berarti:perangai, tabi’at, adap atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etemologi akhlak itu berarti perangai, adap, tabi’at, system prilaku yang dibuat.39 Adapun secara istilah, akhlak adalah system nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan yang manusia di atas bumi.40Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran Islam, dengan alQuran dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya serta ijtihad sebagai metode berfikir Islam. Pola sikap dan tindakan yang dimaksud mencangkup pola-pola hubungan dengan Allah, sesame manusia termasuk dirinya sendiri, dan alam. 37
Muhammadiyah Jakfar, Tuntunan Ibadah Zakat Puasa dan Haji (Jakarta Kalam Mulia. 1990), hlm 87 38 Ibid, hlm 161 39 Zaini muchtarom. Dasar Dasar Agama Islam( Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 253 40 Muslim Nurdin. Moral dan Kognisi Islam (Bandung CV Alfabeta, 1993), hlm 205
Akhlak menuru Drs,K.H. Muslim Nurdin dalam bukunya Moran dan Kognisi Islam mencangkup hal-hal sebagai berikut: a. Pola hubungan manusia dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah dan menghindari syiri’, bertaqwa kepada-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya melalui berdoa’, berdzikir diwaktu siang maupun malam, baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring dan bertawakal kepada-Nya. b. Pola hubungan manusia dengan Rosulullah yaitu: menegakkan sunnah Rasul, menziarahi kuburannya di madinah dan membacakan sholawat. c. Pola hubungan dengan dirinya sendiri, seperti: menjaga kesucian diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan keberanian (syaja’ah) dalam menyampaikan yang hak, menyampaikan kebenaran, dan membrantas kedzaliman, bersukur atas Nikmat-Nya, menjahui larangan-nya dan melaksanakan printah-Nya. d. Pola hubungan dengan keluarga, seperti berbakti kepada kedua orang tua, suami mendidik anak dan istri agar terhindar dari api neraka. e. Pola hubungan dengan masyarakat, seperti menjungjung tinngi musyawarah, menghargai pendapat orang lain, menegakkan keadilan dan tolong menolong.
D. Metode Dalam Menanaman Nilai-nilai Agama Pada Anak Dalam upaya mencapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien, guru atau pendidik harus bisa memilih dan menggunakna metode
yang tepat guna dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya. Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Untuk membina agar anak mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin dengan penjelasan konsep atau pengertian saja. Lebih dari itu, anak membutuhkan teladan dan pembiasaan yang baik sehingga diharapkan mampu untuk melakukan sifat-sifat terpuji dan menjahui sifat tercela. Oleh karena itu ada beberapa metode dalam menanaman nilai-nilai agama pada anak. 1. Metode Demonstrasi Metode
demonstrasi
adalah
suatu
cara
mengajar
dengan
mengkombinasikan lisan dengan suatu perbuatan serta dipergunakan suatu alat, sehingga akan lebih menambah penjelasan lisan, lebih menarik perhatian anak dan sebagainya.41Yang dimaksud metode demontrasi yaitu memberi gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada penjelasan lisan saja, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mengamati sesuatu. Seperti contoh guru mengamati secara langsung bagaimana cara berwudlu dan shalat, dan anak-anak dapat mempraktekkan secara langsung. 2. Metode Karyawisata Metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan jalan mengajak para murid keluar kelas mengunjungi sesuatu
41
B. Simandjuntak, SH. Didaktik dan metodik, Tarsito, Bandung 1986.hal 128
tempat untuk menyelidiki atau mempelajari hal tertentu, di bawah bimbingan guru.42 Yang dimaksud metode ini adalahmemberi pengertian yang lebih jelas kepada anak didik melalui pengamatan langsung, dan menambah pengetahuan anak didik untuk mengenal berbagai segi kehidupan yang sesungguhnya. Penanaman nilai-nilai keagamaan melalui metode karyawisata kepada anak-anakdapat dikatakan sangat baik. Dalam karyawisata ini anak dikenalkan langsung terhadap semua ciptaan Allah dan penanaman keimanan kepada Allah. Dan dapat membantuanak dalam memahami kebesaran dan kekuasaan Allah tidak melalui teori lagi. Dengan mengamati secara langsung anak memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya. Dan pengamatan ini diperoleh melalui panca indra yaitu: mata, telinga, lidah, hidung atau sebutan lain adalah penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan dan perabaan. 3. Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara mengajar dengan penuturan secara lisan tentang sesuatu bahan yang telah ditetapkan dan dapat menggunakan alat-alat pembantu. Adapun alat alat pembantunya bsa berupa: gambar, film dan lain sebagainya.43 Maka metode ceramah ini aktivitas ditekankan pada guru, maka seorang guru harus pandai memilih kata-kata sedemikian rupa sehingga 42
Imansjah Alipandie. Didaktik dan metodik pendidikan nasional.surabaya,1984.hal 98 43 Roestiyah N.K. Didaktik metodik.Bumi Aksara, Jakarta. 1989. hal 68
umum,
usaha
dengan suara yang cukup terang dapat dimengerti dan menarik perhatian murid atau diiringi dengan cerita-cerita yang sekiranya murid-murid tambah semangat untuk mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru. 4. Metode Tanya -jawab Metode Tanya-jawab adalah penyampean pelajaran oleh seorang guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid atau anak didik menjawab.44 Metode ini di maksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu yang sudah diterangkan, agar para anak didik mengingat lagi apa yang disampaikan oleh guru/pendidik untuk meyakinkan apa yang di peroleh anak didik, dan guru dapat melanjudkan pelajaran berikutnya. Metode ini dapat digunakan pula sebagai evaluasi. 5. Pembiasaan Yang dimaksud dengan pembiasaan adalah seorang pendidik harus melatih anak didiknya agar terbiasa untuk melakukan perbuatan yang baik. Pendidik hendaknya membiasakan anak memegang teguh aqidah dan bermoral sehingga peserta didik akan terbiasa tumbuh dan berkembang dengan aqidah Islam yang kuat, dengan moral al-Qur’an yang tinggi. Malah lebih jauh, peserta didik akan dapat memberikan keteladanan yang baik, perbuatan yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain. Sedangkan pembiasaan yang bersifat jasmani yaitu guru harus membiasakan dan melatih anak didik agar bisa melakukan gerakan sholat,
44
Imansjah Alipandie. Op.Cit, .hal 79
berdoa’, membaca al-Quran (menghafal surat-surat pendek), dan sholat berjemaah, sehinga peserta didik lama kelamaan akan tumbuh rasa senang untuk melaksanakan ibadah tersebut. Dari rasa inilah, anak didik akan timbul kesadaran unjtuk melakukan tampa adanya suruhan dan paksaan orang lain. Prof. Dr. Zakiyah Dradjat memjelaskan bahwa: “ karna pembiasaan agam itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribada anak yang sedang tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatinya melalui pembiasaan itu, akan semakin bayak unsur agama pada pribadi anak dan semakin mudah ia memahami ajaran agamanya”.45 Dengan demikian pembiasaan-pembiasaan dapat dilakukan untuk penanaman nilai-nilai agama dengan membentuk unsur-unsur prilaku anak.
Pembiasaan
merupakan
salah
satu
sarana
dalam
upaya
menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya. 6. Keteladanan Yang dimaksud dengan keteladanan adalah guru harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun spiritual, karena keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya peserta didik. Jika seorang pendidik jujur, berakhlak mulia, dan tidak berbuat maksiat, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dan berkembang dengan sifat-sifat mulia ini. Begitu
45
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm.109-110
juga sebaliknya, seorang pendidik yang melakukan sifat-sifat tercela maka anak didik pun tumbuh dan berkembang dengan sifat-sifat tercela pula. Pada masa Rosulullah SAW, dakwah yang beliau pergunakan hampir tujuh puluh lima persen dengan menggunakan metode contoh atau tingkah laku atau perbuatan yang baik. Sedangakn Rosulullah itu sendiri merupakan contoh teladan utama yang menjadi kiblat dari segala perbuatan pengikutnya. Hal ini telah di sebutkan dalam alquran surat alAhzab ayat 21 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada rosul Allah (Muhammad) suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan (pahala) Allah dan hari kemudian serta ia banyak mengingat Allah.46
Allah SWT, menjadikan pribadi Nabi Muhammad suatu gambaran yang sempurna bagi metode Islami untuk dijadikan pedoman hidup yang abadi oleh generasi Agama Islam. Akan tetapi dengan lingkungan taman pendidikan al-Quran, teladan yang utama adalah guru atau ustadz. Ada peribahasa yang mengatakan “ guru kencing berdiri, murid kencing berlari “. Yang berarti tingkah laku atau perbutan guru sedikit banyak akan di tiru oleh anak didiknya.
46
Al-Qur’an dan Terjemahannya Op.Cit, hlm. 263
Robert f. Meger dalam bukunya yang berjudul mengembangkan sikap terhadap belajar menyatakan: “jika kita ingin memaksimumkan kecenderunaga terhadap bahan pelajaran pada asiswa kita, kita sendiri harus memperlihatkan perilaku itu.”47 Dengan kata lain kita harus berperilaku seprti para siswa yang kita inginkan. Dengan demikian jelaslah penanaman nilai-nilai keagamaan melalui keteladanan sangat sesuai dengan apa yang di alami anak untuk di tiru, dengan kata lain tingkah laku atau perbutan guru sedikit banyak akan di tiru oleh anak didiknya. Seperti contoh guru mengucapkan salam apabila bertemu dengan orang lain, berdoa sebelum dan sesudah melakukuan kegiatan, membuang sampah pada tempatnya, membantu teman yang mendapatkan musibah dan lain-lain, maka anak didik akan meniru apa yang dilakukan oleh guru tersebut.
E. Tinjauan Tentang Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) A. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran islam untuk anak-anak usia 7-12 tahun yang menjadikan santri mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan makharijul khuruf dan ilmu tajwidnya sebagai target pokoknya.48
47
Robert f. Meger Mengembangkan Sikap Terhadap Belajar, 1986. Remaja Karya. Bandung. Hal.73 48 As’ad Humam, Op Cit.
Dalam pengertian diatas, juga disebutkan dalam buku yang sama bahwa Tman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) adalah: “pengkajian anak-anak dalam bentuk baru dengan metode praktis dibidang pengajaran membaca Al-Quran yang dikelola secara professional.” Sesuai dengan namanya, maka TPQ menekankan pengajaran pada pengenalan huruf Al-Qur’an dan kegemaran untuk membaca Al-Qur’an. TPQ ini mempunyai peran yang cukup besar dalam rangka pembentukan kepribadian anak yang bertaqwa kepada Allah serta berbudi luhur. B. Dasar dan Tujuan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Dasar didirinya TPQ adalah keputusan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama RI No. 128 tahun 1982 / No. 44 tahun 1982 tentang usaha peningkatan kemampuan penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.49
49
Ibid, hal 14
BAB III METODE PENELITIAN Metode
penelitian
adalah
suatu
cara
yang
digunakan
dalam
mengumpulkan data penelitian dan dibandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan.50 Seorang peneliti yang akan melakukan proyek penelitian, sebelumnya ia dituntut untuk mengetahui dan memahami metode serta sistematika penelitian, jika peneliti tersebut hendak mengungkapkan kebenaran melalui suatu kegiatan ilmiah. Adapun dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik atau metode penelitian yang meliputi:
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan), yang mana penelitian ini menitik beratkan pada hasil pengumpulan data dari informan yang telah ditentukan.51 Penelitian ini dilaksanakan di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang. Adapun informan yang dimaksud di atas adalah kepala TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang dan wakilnya serta para guru TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang. Sedangkan dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data-data yang dibutuhkan disini berupa sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu di kuantifikasi. 50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),126-127. 51 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosda Karya, 2002), 135.
B. Kehadiran Peneliti Pengumpul data utama dalam penelitian kualitatif adalah penelitia sendiri atau dibantu oleh orang lain. Lexy
Meleong menyatakan bahwa
kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Selain sebagai perencana, peneliti juga sebagai pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya.52 Berdasarkan pandangan di atas, maka pada dasarnya kehadiran peneliti dasamping sebagai instrumen juga menjadi faktor penting dalam seluruh kegiatan penelitian ini.
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPQ Al-Hikmah Sukodono Luumajang yang berlokasi di jalan Pisang Agung No.24 Lumajang Mengingat dalam penelitian ini yang menjadi pokok pembahasan adalah upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan, maka secara tidak langsung yang menjadi titik fokus (subjek) penelitian adalah guru TPQ.
D. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian, menurut Suharsimi Arikunto adalah subjek di mana data diperoleh.53 Sedangkan menurut Lofland, yang dikutip oleh Moleong, sumber data utama dalam
52 53
Ibid, hal. 121 Suharsimi Arikunto,Op Cit, hlm. 102
penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.54 a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.55 Data primer ini di peroleh dari hasil wawancara peneliti dengan para informan yaitu kepala TPQ Al-Hikmah dan beberapa guru TPQ AlHikmah. Pemilihan informan tersebut di atas tidak terlepas dari kedudukan mereka yang berada di tempat yang dijadikan obyek studi. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi TPQ Hikmah Sukodono Lumajang seperti letak geografis, keadaan gedung serta berbagai referensi, buku-buku, jurnal dan lain-lain yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data Agar mendapatkan data yang akurat, maka diperlukan suatu teknik atau metode untuk mengumpulkan data. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi sering diartikan dengan pengamatan, pengamatan adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
54 55
Lexy Moleong, Op Cit. hlm. 112 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ( Jakarta: UI Press, 1986), 12.
secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.56 Sesungguhnya yang dimaksud observasi di sini adalah metode pengumpulan data
yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti dengan menggunakan panca indera.57 Dalam hal ini, peneliti mengadakan observasi langsung keobyek penelitian guna memperoleh data-data tentang: 1) Otentitas sumber informasi dari kepala dan guru atau pengajar TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang 2) Kegiatan pembelajaran dalam penanaman nilai-nilai keagamaan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas b. Teknik Wawancara Wawancara adalah suatu proses untuk memperoleh data dan keterangan di dalam penelitian dengan cara tanya-jawab. Adapun teknik wawancara dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan interview guide (panduan wawancara).58 Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan-informan yang punya relevansi dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Dalam teknik wawancara ini, peneliti menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin atau bebas terstruktur, yaitu peneliti secara langsung mengajukan pertanyaan pada informan terkait berdasarkan 56
Abu Achmadi dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2005), 70. 57
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Airlangga Press, 2001) Hal 142 58 Ibid, 25.
panduan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, namun selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi, pewawancara dituntut
untuk
bisa
mengarahkan
informan
apabila
ia
ternyata
menyimpang. Panduan pertanyaan berfungsi sebagai pengendali agar proses wawancara tidak kehilangan arah.59 Metode
ini
merupakan
cara
pengumpulan
data
yang
pelaksanaannya dengan jalan dialog atau tanya jawab sepihak mengenai pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan judul penelitian untuk mendapatkan jawaban dari responden. Di antara responden sebagai sumber informasi yaitu: 1. Kepala TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang. Data yang diperoleh dari wawancara dengan kepala sekolah meliputi: a. Latar belakang sejarah berdirinya TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang. b. Metode apa saja yang di gunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang. c. Upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ Al-Hikmah SukodonoLumajang. Data yang diperoleh dari wawancara dengan guru TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang.
59
Abu Achmadi dan Cholid Narbuko, Op Cit, hal 85.
a. Metode yang diterapkan guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang. b. Upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang. c. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam penanaman nilainilai keagamaan selain kegiatan belajar mengajar Al-Qur'an dalam kelas. c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah teknik untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda dan sebagainya.60
F. Teknik Pengolahan Data Dalam rangka mempermudah dalam memahami data yang diperoleh dan agar data terstruktur secara baik, rapi dan sistematis, maka pengolahan data dengan beberapa tahapan menjadi sangat urgen dan signifikan. Adapun tahapan-tahapan pengolahan data adalah: a. Editing Tahap pertama dilakukan untuk meneliti kembali data-data yang telah diperoleh terutama dari kelengkapannya,
60
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., 135.
kejelasan makna,
kesesuaian serta relevansinya dengan kelompok data yang lain dengan tujuan apakah data-data tersebut sudah mencukupi untuk memecahkan permasalahan yang diteliti dan untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan data dalam penelitian serta untuk meningkatkan kualitas data. b. Classifaying Mereduksi
data
yang
ada
dengan
cara
menyusun
dan
mengklasifikasikan data yang diperoleh ke dalam pola tertentu atau permasalahan tertentu untuk mempermudah pembacaan dan pembahasan sesuai dengan kebutuhan penelitian. c. Verifying Verifikasi data adalah pembuktian kebenaran data untuk menjamin validitas data yang telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan dengan cara menemui sumber data (informan) dan memberikan hasil wawancara dengannya untuk ditanggapi apakah data tersebut sesuai dengan yang informasikan olehnya atau tidak.
G. Teknik Analisis Data Setelah data yang masuk diolah maka proses selanjutnya adalah menganalisisnya. Dalam mengalisis data penelitian ini, maka peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.61 Maka dari itu
61
Ibid, hal 245.
dalam penelitian ini data yang diperoleh dari wawancara atau dokumentasi akan digambarkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat, bukan dalam bentuk angka-angka statistik atau prosentase seperti dalam penelitian kuantitatif.
H. Tahapan-tahapan Penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan, yaitu: 1. Tahap pra lapangan a. Memilih lapangan, dengan pertimbangan bahwa TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang ini memiliki nilai tambah, karna di TPQ ini guru tidak hanya mengajarkan cara membaca al-Qura'an dan ilmu tajwid saja, akan tetapi guru juga menanamkan nilai-nilai keagamaan baik di bidang aqidah, syari’ah maupun akhlak. b. Mengurus perijinan ke pihak TPQ Al-Hikmah c. Melakukan penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian dengan objek penelitian. 2. Tahap pekerjaan lapangan a. Mengadakan observasi langsung ke TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang terhadap kepala TPQ dan guru yang ada di TPQ tersebut dalam penanaman nilai-nilai keagamaan dengan melibatkan beberapa informan untuk memperoleh data.
b. Memasuki lapangan dengan mengamati fenomena dan wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan mengenai upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan. c. Berperan serta sambil mengumpulkan data 3. Penyusunan laporan penelitian berdasarkan hasil data yang diperoleh. Dengan rancangan penyusunan laporan sebagaimana telah tertera dalam sistematika penulisan laporan
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang Berawal dari keinginan dan harapan tokoh masyarakat agar anakanak
dilingkungan
Bondoyudo
Kecamatan
Sukodono
Kabupaten
Lumajang dapat membaca al-Qur’an, maka para tokoh masyarakat yang dipelopori oleh H. Imam Taufik mendirikan TPQ Al-Hikmah sebagai lembaga pendidikan al-Qur’an. Lembaga ini didirikan pada tanggal 24 Agustus 2001. Alasan lain berdirinya TPQ Al-Hikmah ini karena pada waktu itu banyak lembaga-lembaga pendidikan al-Qur’an, namun banyak pula anak-anak yang masih belum dapat membaca al-Qur’an dengan kaidah-kaidah yang benar. Pada awal berdirinya TPQ Al-Hikmah ini belum punya lokasi sendiri, sehingga masih bertempat di rumah H. Imam Taufik di Bondoyudo Kecamatan Sukodono Lumajang. Tidak lama kemudian, para tokoh masyarakat mempunyai inisiatif untuk memindahkan lembaga ini ke Masjid Darussalam di Desa Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang. Akan tetapi dengan berbagai pertimbangan seperti terbatasnya ruangan yang ada, akhirnya pada tahun 2002 yang tepatnya pada tanggal 25 Oktober, lembaga ini dibuatkan tempat sendiri di samping rumah H. Imam Taufik berupa Musholla yang dibagi menjadi dua yaitu Musholla
santri putra dan santri putri. Pada awalnya, santri yang ada hanya sejumlah 24 orang santri yang berasal dari daerah sekitar Bondoyudo Kecamatan Sukodono Lumajang. Namun dari tahun ketahun jumlah santri terus meningkat dan tidak hanya dari daerah itu saja, akan tetapi dari daerah-daerah lain, seperti Selokbesuki dan kuternon. Seperti yang diceritakan ketua TPQ AlHikmah. “Jumlah siswa saya pada awal berdirinya TPQ Al-Hikmah dulu hanya 24, tapi Alhamdulillah dari tahun ketahun jumlah santri terus meningkat tidak hanya berasal dari daerah ini saja, akan tetapi juga berasal dari daerah lain seperti selokbesuki dan Kuternon."62
TABEL I JUMLAH SANTRI TPQ AL_HIKMAH TAHUN. 2001-2007 No
Tahun Ajaran
1 2 3 4 5 6 7
2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008
L 9 21 36 62 71 65 54
Jumlah Santri P Jumlah 15 24 33 54 41 77 45 107 55 126 70 135 90 144
Ket.
Sumber data: Dokumen TPQ Al-Hikmah
62
WW. Kepala TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, bapak H. Imam Taufik, tgl 21 0ktober 2007
Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan jumlah santri dari tahun ke tahun. Ini merupakan bentuk kepercayaan masyarakat atas keberhasilan yang dicapai oleh TPQ Al-Hikmah dalam mengantarkan anak untuk bisa membaca al-Quran dengan baik, benar dan berakhlak mulia. 2. Visi dan Misi TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang Visi: a. Mengembangkan potensi anak agar menjadi generasi Qur’ani yang shaleh, shalehah, cerdas, dan kreatif. b. Memiliki lingkungan dan kebiasaan yang Islami Misi: a. Mengembangkan fitrah keagamaan anak melalui pemahaman ajaran Islam secara komprehensif sehingga dapat mengaktualisasikan nilainilai keIslaman dan akhlak Qur’ani dalam kehidupan sehari-hari. b. Mengembangkan pendidikan agama dan pembelajaran al-Qur’an yang mengacu pada keinginan masyarakat. c. Mempersiapkan peserta didik berwawasan luas yang berlandaskan Imtaq.63 3. Tujuan Berdirinya TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang TPQ Al-Hikmah adalah lembaga pendidikan yang menekankan pada pembelajaran membaca al-Quran anak usia dini sesuai dengan Ilmu Tajwid yang benar. Sasaran pengajarannya adalah anak usia pra-TK, TK dan SD. Materi tambahan di TPQ Al-Hikmah adalah: Tarih, Fiqih, Aqidah
63
Sumber data: Dokumen TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, 21 0ktober 2007
Akhlak dan Hadis 101. Hal ini dilakukan karena lembaga pendidikan ini berorentasi pada penumbuhan komponen- komponen sebagai berikut: a. Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan lancar dan benar sesuai dengan Ilmu Tajwidnya b. Pembinaan Aqidah, Akhlak dan pelajaran-pelajaran Agama Islam c. Mampu menghafal beberapa ayat pilihan d. Hafalan doa’ harian dan penumbuhan bakat bidang kesenian dan keterampilan.64 4. Stuktur Organisasi Kepengurusan TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang Struktur Organisasi disini adalah penyusunan / penempatan orangorang dalam suatu kelompok yang berkaitan erat dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab pada suatu lembaga tersebut. Dalam hal ini lembaga tersebut adalah lembaga pendidikan TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang yang dimana peneliti gunakan sebagai obyek penelitian. Penyusunan struktur Organisasi merupakan suatu bagian yang harus ada dalam lembaga guna memperlancar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar al-Qur’an. Adapun struktur organisasi kepengurusan TPQ AlHikmah Sukodono Lumajang adalah sebagai berikut:65
64 65
Sumber data: Dokumen TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 21 oktober 2007 Sumber data: Dokumen TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 29 oktober 2007
TABEL II DAFTAR NAMA, JABATAN DAN TUGAS USTADZ/USTADZAH TPQ AL-HIKMAH TAHUN 2007 No 1 2 3 4 5 6
Nama H. Imam Taufik Hisbullah Zainul Muttaqin Ainur Rohmah Lailatul Badriyah Nasifah Milyawati
Jabatan Kepala Wakil Keapala Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Wakil Bendahara
Tugas Pengajar al-Qur’an Pengajar al-Qur’an Pengajar jilid I-II Pengajar jilid III-V Pengjar jilid IV-VI Pengajar pra-TK
Data-data lain mengenai TPQ Al-Hikmah adalah sebagai berikut: a. Keadaan Guru atau Ustadz / Ustadzah. Ustadz / ustadzah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena dalam proses belajar mengajar, keberadaan guru atau ustadz merupakan faktor penentu tercapainya tujuan pendidikan. Sebagian besar ustadz / ustadzah yang ada di lembaga ini adalah keluaran pesantren. Meskipun demikian, sebelum menjadi ustadz / ustadzah di lembaga pendidikan TPQ Al-Hikmah ini, setiap guru harus melewati tes baca dan tulis al-Qur’an beserta ilmu Tajwidnya.66 Adapun tenaga guru selaku dewan pengajar TPQ Al-Hikmah saat ini berjumlah 9 orang, dengan daftar asatidz sebagai berikut:67
66 67
WW. Ustadzah Nasifah M. 30 Januari 2008 Sumber data: Dokumen TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 29 oktober 2007
TABEL III DAFTAR NAMA DAN PENDIDIKAN AKHIR USTADZ/USTADZAH TPQ AL-HIKMAH TAHUN 2007 No
Nama
Pendidikan Akhir
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
H. Imam Taufik M. Ilyas Hisbullah Abd. Ghofur Zainul Muttaqin Nasrun Najib Ainur Rohmah Lailatul Badriyah Nasifah Milyawati
S1 D2 Madrasah Aliyah Madrasah Aliyah MAN MAN Madrasah Aliyah D2 Madrasah Aliyah
TARBIYAH PGSD IPS IPS IPA IPA IPS PGSD IPS
Dari data di atas tampak bahwa ustadz / ustadzah yang mengajar di TPQ Al-Hikmah mayoritas telah mondok, juga didukung dengan pendidikan formal yang tentunya akan lebih menambah keprofesionalan mereka dalam proses belajar mengajar al-Qur’an. b. Keadaan Santri. Peserta didik atau santri sebagai obyek pendidikan tentunya mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyukseskan proses belajar mengajar al-Qur’an, meskipun hal ini tidak bisa terlepas dari pengaruh guru / ustadz. Secara garis besar jumlah santri TPQ AlHikmah akhir tahun 2007 ini adalah 144 santri perkelas sebagai berikut:68
68
Sumber data: Dokumen TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 29 oktober 2007
TABEL IV JUMLAH SANTRI TPQ AL-HIKMAH TAHUN. 2007 No
Kelas
L
P
Jumlah Santri
1 2 3 4 5 6 7 8
Pra TK Jilid I Jilid II Jilid III Jilid IV Jilid V Jilid VI Al Qur’an
6 9 6 7 5 5 9 7
12 8 20 12 15 11 9 15
18 Anak 17 Anak 26 Anak 19 Anak 20 Anak 16 Anak 18 Anak 22 Anak
54
90
144 Anak
Jumlah
Kondisi pertambahan santri dari tahun ketahun terus bertambah,
secara
umum
perkembangan
santri
cukup
menggembirakan jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya atau tahun-tahun sebelumnya. Para ustadz juga terus berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas sistem pengajarannya supanya lebih baik terutama dalam penanaman nilai-nilai agama Islam. c. Sarana dan Prasarana. Dalam kegiatan proses belajar mengajar sarana dan prasarana juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung prosese belajar mengajar santri, mulai dari sarana tempat, meja belajar, papan tulis, alat-alat peraga seperti Qira’ati yang dapat mempermudah santri dalam membaca al-Qur’an dan buku-buku agama seperti: Fiqih, Tarih, Aqidah, dan Akhlak sebagai alat untuk
penanaman nilai-nilai agama. Sarana dan prasarana yang tersedia di TPQ Al-Hikmah ini cukup lengkap, dan sangat sederhana untuk kalangan TPQ. Perincian Sarana dan prasarana yang tersedia di TPQ AlHikmah adalah sebagai berikut:69 TABEL V JUMLAH SARANA DAN PRASARANA TPQ AL-HIKMAH TAHUN 2007 No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Keterangan
1
Kantor
1
6 meter persegi
2
Kamar mandi/WC
3
3 meter persegi
3
Tempat Wudhu
6
Baik
4
Musholla
1
baik
5
Bangku / dampar
60
Baik
6
Almari
4
Baik
7
Tape
4
1 Rusak
8
Jam dinding
3
Baik
9
Buku-buku Agama
6
Baik
10
Mukennah
10
Baik
11
Alat-alat peraga
30
Baik
12
Papan tulis
2
Baik
69
Observasi . TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 29 oktober 2007
d. Sumber Dana. Dana sebagai faktor yang cukup fundamintal dalam operasional pada setiap kegiatan dan aktifitas, sehingga dapat menentukan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan. Dengan demikian sumber dana ini sangatlah besar fungsinya dalam turut serta menyukseskan jalannya pendidikan dan pengajaran al-Qur’an di TPQ Al-Hikmah. Sumber dana yang di peroleh TPQ Al-Hikmah berasal dari SPP santri, dan donatur msyarakat di sekitarnya. Dana yang di peroleh digunakan untuk administrasi lembaga, dan gaji ustadz / ustadzah TPQ Al-Hikmah antara lain:70 TABEL VI DAFTAR RINCIAN GAJI PER-BULAN USTADZ/USTADZAH TPQ AL-HIKMAH TAHUN 2007 No
Nama
Jabatan/Tugas
Jumlah hr
1 2 3 4 5 6 7 8 9
H. Imam Taufik Hisbullah Zainul Muttaqin Ainur Rohmah Lailatul Badriyah Nasifah Milyawati Nasrun Najib M. Ilyas Abd. Ghofur
Kepala, pengjar al-Qur’an Wakil Kepala, pengajar al-Qur’an Sekretaris, pengajar jilid II Wakil Sekretaris, pengajar jilid III Bendahara, pengjar jilid I Wakil Bendahara, pengajar pra-TK Pengajar jilid IV Pengajar jilid V Pengajar jilid VI.
75.000,75.000,75.000,75.000,70.000,70.000,60.000,60.000,60.000,-
JUMLAH
70
2007
620.000,-
WW. Skretaris, Zainul Muttaqin. TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 29 oktober
B. Penyajian Data Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah penulis lakukan, diperoleh data bahwa dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak didik di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dari para guru. Hal ini disebabkan karena guru mempunyai banyak metode dan berupaya bagaimana agar nilai-nilai agama yang ditanamkan dapat mudah dipahami dan dipraktekkan oleh para anak didik tersebut. Sesuai dengan judul skripsi yang penulis susun, yaitu Upaya Guru Dalam Menanamkan Nilai-nilai Agama pada Anak Didik di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, maka laporan ini hanya penulis fokuskan pada masalahmasalah berikut ini: 1. Upaya Guru dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Didik di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang. Dari hasil wawancara dengan kepala TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak didik berupa pengenalan-pengenalan sebagai berikut: a. Keimanan. 1) Mengenal Allah melalui ciptaannya Dalam menanamkan keimanan kepada Allah dan makhlukNya yang diberikan kepada anak di TPQ Al-Hikmah, cara yang praktis adalah mengenalkan tentang alam, manusia dan kehidupan sebagai ciptaan Allah. Hal ini sesuai dengan apa yang di paparkan oleh kepala TPQ Al-Hikmah yaitu H. Imam Taufik bahwa:
“Untuk menanamkan nilai-nilai keimanan kepada Allah anak-anak saya ajak keluar dari sini (TPQ) untuk melihat alam sekitar dan diberi penjelasan bahwa semua itu adalah ciptaan Allah”71 Adapun cara yang lain untuk menanamkan nilai-nilai keimanan kepada Allah dan makhluk-Nya di TPQ AlHikmah Sukodono Lumajang adalah apabila ada di dalam Musolla, santri disuruh untuk menyebutkan sebanyakbanyaknya ciptaan Allah dan guru membawa gambargambar alam sekitar dan juga gambar manusia, kemudian guru memberikan penjelasan bahwa semua itu ciptaan Allah dan guru bercerita tentang proses pembuatan manusia kepada anak didik yaitu selama 9 bulan ibu mengandung dan bapak menjaganya selama 9 bulan itu, dengan tujuan cerita ini agar anak dapat berbuat baik kepada kedua orang tua dan memahami bahwa semua yang ada di dunia ini ciptaan Allah termasuk manusia.72
Ciptaan Allah itu wajib patuh kepada-Nya, adapun cara patuh kepada Allah adalah dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangann-Nya termasuk berbakti kepada kedua orang tua, tidak mengganggu orang lain, tidak menyakiti binatang dan selalu menyirami tanaman semua itu adalah kewajiban yang harus dilakukan sebagai makhluk-Nya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasifah Milyawati: ”Dan salah satu cara untuk mengenal Allah melalui ciptaanNya, Anak-anak biasanya kami ajak untuk menyirami bunga yang berada di halaman TPQ, dengan tujuan supaya mereka juga terbiasa apabila dirumah.”73 Kemudian guru juga menjelaskan apabila ia melanggar perintah-perintah Allah itu, akan masuk neraka dan apabila ia 71
WW. Kepala TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 5 Nopember 2007 WW. Ustadzah Nasifah M, tgl 6 Nopember 2007 73 WW. Ustadzah Nasifah Milyawati, tgl 6 Nopember 2007 72
menjalankan perintah Allah akan masuk ke dalam surga. 2) Mengenalkan arti yang terkandung dalam al-Qur’an Mengenalkan kitab Al-qur’an sejak usia dini merupakan hal yang sangat penting, karena Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dengan perantara Malaikat Jibril, sebagai pedoman hidup bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dan merupakan amal ibadah bagi pembacanya. Oleh karena itu, dari hasil observasi, TPQ Al-Hikmah menekankan pada hafalan surat-surat pendek beserta artinya yaitu salah satu bentuk penanaman nilai-nilai keagamaan untuk mengimani al-Qur’an. Maka dari itu setiap hari anak-anak dibiasakan untuk membaca surat-surat pendek seperti Surat AlFatikhah, Surat Al-Ikhlas, Surat An-Nas, Surat Al-Falaq dan surat pendek lainnya yang dibaca beserta artinya.74 3) Mengenal Rosul Salah satu bentuk Iman kepada Allah SWT adalah dengan beriman kepada Rasul Allah, mereka telah diutus Allah untuk menyampaikan syari’at kepada umat manusia. Hal ini sangat perlu untuk ditanamkan pada anak sejak dini. Di TPQ Al-Hikmah, untuk menanamkan iman kepada rasul dengan beberapa cara yaitu, setiap hari anak-anak diajak untuk
74
Observasi di TPQ Al-Hikmah tgl 8 Nopember 2007
shalawat kepada Nabi atau setiap akan mengerjakan shalat berjama’ah, untuk menunggu temannya yang sedang bergantian wudhlu maka anak-anak yang sudah selesai wudhlu langsung ke Musolla dan membaca shalawat kepada nabi dengan dipimpin beberapa guru TPQ. Biasanya untuk mengenal Rasul Allah guru-guru di TPQ AL-Hikmah, sering bercerita tentang para Rasul Ulul Azmi dan mukjizat-mukjizatnya. Dengan bercerita tentang kisah para rasul ini banyak sekali manfaat yang diperoleh anakanak, yaitu dengan meneladani sifat para Rasul yang begitu teguh hati dan pendiriannya untuk menghadapi segala cobaan dari ummat-ummat mereka.75 Pada acara tertentu di TPQ Al-Hikmah, juga diadakan gebyar pentas seni, di sini anak-anak akan tanpil di atas panggung dan mereka akan mengikuti beberapa kegiatan seperti, berpidato, berqiro’ah, dan rebana dengan diiringi shalawat kepada Nabi. Dengan kegiatan ini, selain dengan mengenalkan anak kepada Rasul dengan melalui shalawat, maka anak-anak juga bisa mengembangkan bakat yang dimilikinya, karena pada usia pra TK, TK/SD sangatlah tepat untuk mengembangkan dan mengeluarkan segala potensi yang dimiliki anak tersebut.76 4) Mengenalkan nama Malaikat dan tugasnya Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang ghaib/tidak tampak oleh mata, sedangkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang nyata, diwajibkan untuk percaya / beriman akan keberadaan Malaikat tersebut, sekalipun Malaikat itu tidak tampak tetapi mereka ada. Bagi anak-anak untuk menjelaskan tentang Malaikat ini 75
WW. Pada bapak Abd. Ghofur salah satu Ustadz TPQ Al-Hikmahl tgl 8 Nopember
76
WW. Kepala TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 8 Nopember 2007
2007
sangat penting karena keberadaan Malaikat yang ghaib ini. Di TPQ Al-Hikmah, anak diberikan penjelasan tenteng tugas-tugas Malaikat seperti malaikat Raqib dan Atid yang bertugas untuk mencatat amal perbuatan manusia baik ataupun buruk. Oleh karena itu, untuk anak-anak yang nakal seperti tidak mengerjakan shalat, berani pada orang tua, tidak mau menolong temannya yang kesulitan, tidak mau beramal dan lain-lainnya maka perbuatan anak tersebut akan dicatat oleh Malaikat Atid dan dimasukkan kedalam neraka oleh Malaikat Malik, di sana ia akan mendapatkan hukuman, begitu juga sebaliknya apabila anak atau manusia mengerjakan segala perintah Allah maka perbuatannya itu akan dicatat oleh Malaikat Raqib dan ia akan dimasukkan ke dalam surga oleh Malaikat Ridwan, di sana ia akan mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan. Dari hasil observasi, untuk menghafalkan nama-nama Malaikat beserta tugas-tugasnya, cara yang paling mudah adalah dengan bernyanyi yaitu dengan menyanyikan lagu 10 malaikat beserta tugasnya.77 Saya tidak menekan atau tidak mengharuskan pada anakanak harus hafal nama malaikat dan surat-surat pendek, akan tetapi dengan membiasakan anak menyanyikan 10 nama malaikat beserta tugasnya maka anak dengan sendirinya hafal, begitu pula suratsurat pendeknya, setiap mau dimulai belajar membaca al-Qur’an anak-anak saya suruh membaca bersama-sama surat-surat pendek beserta artinya yang sudah saya tuliskan di papan tulis, dengan terbiasa membaca setiap hari maka anak lama kelamaan hafal 77
Observasi di TPQ Al-Hikmah tgl 8 Nopember 2007
dengan sendirinya.78 b. Memberikan bimbingan ibadah 1) Mengenalkan sholat 5 waktu dan wudlu Shalat dan wudlu merupakan pekerjaan yang wajib dilakukan bagi setiap umat Islam, kebiasaan ini harus diberikan pada anak sejak dini. Di TPQ Al-Hikmah, anak-anak diajak untuk praktek wudlu dan shalat yang diberikan setiap hari jum’at, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala TPQ Al-Hikmah bahwa: “Penanaman nilai-nilai agama kami berikan setiap hari, dan khusus hari jum’at anak-anak akan praktek wudlu dan shalat.”79 Untuk mengetahua anak itu bisa tidaknya melaksanakan shalat dan wudlu, saya tunjuk satu persatu untuk mempraktekkan shalat dan wudlu, biasanya pada hari jum’at, dengan praktek ini saya sudah mengetahui mana yang sudah hafal bacaan shalat dan yang sudah tau gerakgerak shalat anak tersebut.80 Selain hari jum’at juga diadakan praktek wudlu dan shalat yaitu pada bulan Ramadhan sebagaimana yang diungkapkan oleh Lailatul Badriyah bahwa: “Pada bulan Ramadhan diadakan santri kecil (pondok Ramadhan), di sini anak juga diajarkan praktek wudlu dan shalat, dan dilombakan”81 Sedangkan dalam memberikan pemahaman tentang shalat, di TPQ Al-Hikmah ini guru harus memberikan pemahaman yang sesuai, supaya tertanam dengan benar dan tidak salah dalam 78
WW. Ustadzah Nasifah Milyawati, tgl 30 Januari 2008 WW. Kepala TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 10 Nopember 2007 80 WW, Nasifah Milyawati. Tgl 30 Januari 2008 81 WW. Lailatul Badriyah, selaku Ustadzah TPQ Al-Hikmah tgl 10 Nopember 2007 79
mengartikan apa sesungguhnya shalat itu, contohnya seperti apa yang diungkapkan oleh salah satu guru di TPQ Al-Hikmah tersebut yaitu Lailatul Badriyah menjelaskan bahwa: “Dalam menanamkan pengertian tentang shalat, guru memberikan penjelasan harus yang benar. Seperti, anakanak agama kita adalah agama Islam oleh karena itu kita harus shalat karena shalat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai seorang muslim, dengan shalat diri kita akan dicegah dari perbuatan yang jahat dan shalat akan melatih untuk disiplin. Itulah pemberian pengertian tentang shalat yang benar, bukannya: Anak-anak ayo kita shalat biar disayang Allah atau ayo kita shalat biar disayang teman-teman, hal itu salah dalam memberikan pengertian tentang shalat.82 2) Mengenalkan puasa di bulan Ramadhan Agar anak-anak mengetahui puasa pada bulan Ramadhan maka pada bulan ini, diadakan santri kecil atau kegiatan Yaa Ramadhan. Sebagaimana dipaparkan oleh kepala TPQ bahwa: “Pada bulan Ramadhan biasanya diadakan santri kecil atau kegiatan Yaa Ramadhan.”83 Kegiatan ini semacam pondok Ramadhan, akan tetapi anakanak tidak menginap, anak berangkat dari rumah pada sore hari dengan membawa peralatan ibadah dan makanan untuk buka puasa meskipun ada sebagian anak yang tidak puasa karena usianya yang masih kecil. Makanan untuk buka puasa ini biasanya dikirim oleh orang tua anak pada waktu mendekati maghrib. Kegiatan ini dimulai pada pukul 15.00 WIB sampai selesai shalat maghrib berjama’ah. Dalam kegiatan ini anak juga diajak untuk praktek 82 83
WW. Lailatul Badriyah. Tgl 10 Nopember 2007 WW. Kepala TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, tgl 10 Nopember 2007
shalat dan wudlu secara langsung. Kegiatan ini berlangsung setiap tahun. 3) Mengenalkan Zakat fitrah Supanya anak mengetahui tentang zakat, maka pada bulan Ramadhan anak diwajibkan untuk membawa zakat fitrah, yang mana zakat tersebut akan dibagikan kepada penduduk di sekitar TPQ Al-Hikmah dan juga diberikan kepada beberapa anak yang kurang mampu.
Dalam kegiatan tersebut anak diberikan penjelasan bahwa sebagian harta kita adalah milik mereka. Oleh karna itu dari kegiatan tersebut dalam diri anak akan tertanam untuk saling menolong, memupuk rasa keiklasan dalam beramal dari sebagian harta tersebut, dan anak bisa merasakan penderitaan dan kesulitan orang lain.84
4) Mengenalkan Haji Agar anak-anak mengenal tentang haji, maka di TPQ AlHikmah pada bulan Dzulhijjah, anak-anak diajak untuk praktek haji dengan pakaian ihrom dan sebagian Ustadz atau ustadzah juga harus berpakaian ihram sebagai contoh pada anak.85 c. Mengenalkan Akhlak 1) Mengenalkan akhlak terhadap Allah Berdasarkan observasi untuk mengenal akhlak terhadap Allah, setiap hari anak-anak TPQ Al-Hikmah dibiasakan untuk selalu berdoa’, diantaranya adalah doa’ sebelum mengaji dimulai, 84
WW. Pada bapak Abd. Ghofur salah satu Ustadz TPQ Al-Hikmahl tgl 10 Nopember
85
WW. Abd. Ghofur TPQ Al-Hikmahl tgl 10 Nopember 2007
2007
membaca syahadad beserta artinya, membaca surat al-fatihah, doa’ sebelum tidur, sebelum belajar, dan sesudah wudlu. Hal ini dilakukan supaya anak terbiasa dan tertanam sampai dewasa nanti, baik sebelum ataupun sesudah melakukan aktifitas selalu tetap ingat kepada Allah. 2) Mengenalkan akhlak terhadap dirinya sendiri dan sesama Akhlak yang di tanamkan pada anak didik di TPQ AlHikmah ini meliputi:
a) Sederhana dan hemat Anak-anak selalu dibiasakan untuk hidup sederhana dan hemat yaitu dengan cara anak membawa bekal secukupnya selama proses belajar al-Quran, dan menabung di TPQ ini meskipun sedikit. b) Disiplin Dalam menanamkan kedisiplinan anak-anak dibiasakan dengan tertib dan teratur dalam melaksanakan shalat berjemaah dan juga anak-anak dibiasakan masuk tepat pada waktunya, dan apabila ada anak yang terlambat maka anak tersebut ditindak atau dikasih sangsi berupa menghafal surat pendek beserta artinya seperti surat al-fatihah atau surat-surat pendek yang lain. c) Rajin dan bersih
Anak-anak dibiasakan selalu bersih dalam berpakaian, anak-anak dikasi piket untuk membersihkan di sekitar lingkungan TPQ, dilarang buang sampah sembarangan dan mencoret-coret tembok. Hal ini dilakukan agar anak terbiasa rajin dalam melakukan hal-hal baik, dan meninggalkan hal-hal yang merusak lingkungan dan bersih dalam berpakaian. 3) Mengenalkan akhlak dalam keluarga. Di sini anak juga ditanamkan untuk selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, anak anak diberikan penjelasan bahwa ibu adalah orang yang telah melahirkan kita ke dunia, merawat kita dan juga menjaga kita, oleh karena itu kita sebagai anak harus patuh dan taat kepada kedua orang tua dan tidak boleh sedikitpun melanggar apa yang diperintahkan oleh keduanya.86
2. Metode Yang Digunakan Dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pada Anak TPQ Al-Hikmah di Sukodono Lumajang Metode-metode yang di gunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang yang merupakan bentuk dari upaya-upaya dalam penanaman nilai-nilai keagamaan yang di lakukan oleh pihak TPQ atau ustsdz-ustadz TPQ tersebut, adapun metode-metode itu di berikan melalui kegiatan belajar mengajar al-Quran di Musolla maupun di luar Musolla dan juga melalui kegiatan-kegiatan lainnya, metode-metode tersebut dapat di jelaskan oleh Ilyas selaku ustadz TPQ bahwa: “Metode yang di gunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan 86
WW. Abd. Ghofur TPQ Al-Hikmahl tgl 10 Nopember 2007
itu sangat banyak sekali di antaranya adalah melalui metode Tanya jawab, pembiasaan, keteladanan, metode cerita, metode demonstrasi, metode karya wisata, dan metode menyanyi”.87 Mengenai metode-metode dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang ini, akan di jelaskan secara lebih rinci dan detail sebagaimana berikut ini: a. Metode Tanya Jawab Yang dimaksud dengan metode Tanya jawab dengan anak didik adalah guru selalu berusaha melibatkan anak didik tersebut (berpartisipasi). Dengan metode ini di harapkan anak merasa ikut berpartisipasi dan merasa di libatkan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, dengan adanya kegiatan aktif dari anak didik di harapkan materi yang di berikan oleh guru akan tertanam dalam jiwa anak. Sedangkan contoh metode tanya jawab dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan menurut ustadz Ilyas dan juga hasil dari observasi adalah “guru bertanya pada anak-anak, seperti: badan ini siapa yang menciptakan? Kemudian guru membawa sebuah boneka dan di tunjukkan pada anak-anak bahwa boneka tersebut adalah ciptaan manusia yang hanya bisa berjalan dan bergerak dengan di kendalikan oleh alat (baterai), yang mana badan adalah ciptaan Allah yang tidak dikendalikan oleh alat apapun, yang jauh beda dengan boneka buatan manusia.” b. Pembiasaan
87
WW. Bapak Ilyas salah satu Ustadz TPQ Al-Hikmahl tgl 15 Nopember 2007
Pembiasan sebagai usaha sadar dalam menanamankan nilainilai
keagamaan
yang
dilakukan
secara
terus
menerus
(berkesinambungan). Menurut ustadz Ilyas bahwa “Pembiasan merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan jiwa atau pribadi anak, karena pembiasaan yang dilakukan sejak dini dapat membentuk sikap tertentu, yang lama kelamaan akan semakin jelas dan kuat serta meresap menjadi bagian dari pribadinya, oleh karena itu di TPQ Al-Hikmah ini anak dibiasakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik atau tingkah laku yang baik.” Dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan dengan pembiasaan ini, digunakan dalam hal sebagai berikut: 1) Mengerjakan sholat dan berwudhlu Membiasakan anak untuk selalu ikut praktek sholat dan wudhlu pada waktu yang sudah di tentukan oleh pihak TPQ. Hal ini dimaksudkan agar anak terbiasa ber wudhlu dan mengerti caracara yang benar dalam berwudhlu, begitu pula sholat, agar anak terbiasa melaksanakan sholat dan mengerti tata aturan yang benar menurut agama Islam dalam melaksanakan sholat 2) Berdo’a Menurut hasil observasi bahwa anak dibiasakan berdoa itu pada waktu masuk kelas, doa memulai pelajaran, doa sebelum dan sesudah makan, doa pada waktu akhir pelajaran dan doa-doa lainnya. Menurut Ilyas:
“Maksud dari pembiasaan ini adalah agar anak selalu berdoa kepada Allah setiap akan melaksanakan perbuatanperbuatan baik dan mensyukuri dengan semua apapun yang diberikan oleh Allah.”88 3) Memberi salam dan menjawab salam Membiasakan anak untuk memberikan salam dengan baik pada waktu masuk dan keluar dari Musolla, dan juga ketika bertemu dengan guru maupun dengan teman-temannya. Maksud dari hal tersebut diatas agar anak selalu terbiasa memberi dan menjawab salam dengan baik. 4) Sederhana dan hemat Membiasakan anak hidup sederhana dan hemat yaitu dengan cara anak membawa bekal sekolah secukupnya dan menabung di sekolah walaupun sedikit, minimal 100 Rupiah. Maksud dari pembiasaan ini agar anak dapat biasa hidup apa adanya dan mau berhemat dengan cara menabung setiap hari. 5) Beramal Membiasakan anak untuk menyisikan sedikit uang untuk beramal. Setiap hari jumat Ustadz menyodorkan kotak amal kepada anak-anak, setelah uangnya terkumpul maka uang itu dapat dipergunakan untuk hal-hal yang tak terduga, sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Ilyas “Misalnya digunakan untuk menjenguk teman yang sakit selain itu juga uang tersebut dapat dipergunakan untuk 88
WW. Bapak Ilyas salah satu Ustadz TPQ Al-Hikmahl tgl 15 Nopember 2007
menyumbangkan kepada orang tua siswa yang meninggal atau saudara-saudara terdekatnya”.89 Maksud dari kegiatan ini adalah agar anak-anak dapat berbuat baik kepada dirinya sendiri dan juga kepada orang lain. 6) Rajin dan bersih Di TPQ Al-Hikmah anak dibiasakan rajin masuk, menyetorkan hafalan surat-surat pendek, bersih dalam berpakaian di lingkungan TPQ Al-Hikmah. Pembiasaan ini dimaksudkan agar anak dapat terbiasa rajin dalam melakukan hal-hal yang baik dan bersih, dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Hal tersebut sangat cocok dengan Hadist yang menjelaskan tentang kebersihan yaitu: "Kebersihan adalah sebagian dari iman.” c. Keteladanan Faktor yang terpenting juga dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan di TPQ Al-Hikmah adalah guru sebagai orang yang memberikan arahan dan bimbingan kepada anak didiknya akan selalu ditiru sebagai orang-orang yang dikaguminya. Maka dalam hal bertindak, berperilaku bagi seorang guru haruslah memberikan suri tauladan yang baik bagi siswanya. Untuk keteladanan yang ditanamkan di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, menurut salah satu guru di TPQ Al-Hikmah tersebut yaitu: 90 89
WW. Bapak Ilyas salah satu Ustadz TPQ Al-Hikmahl tgl 15 Nopember 2007
90
WW. Bapak Ilyas salah satu Ustadz TPQ Al-Hikmahl tgl 18 Nopember 2007
1) Nilai keadilan 2) Nilai kedispilinan 3) Memberi dan menjawab salam 4) Minta izin sebelum masuk dan ketika hendak pulang dari rumah orang lain. TPQ
Al-Hikmah
Sukodono
Lumajang,
memberikan
kesempatan secara bergantian pada waktu menjawab pertanyaan dan maju ke depan kelas, maksud dari hal tersebut adalah guru menberi contoh nilai keadilan, agar anak selalu meniru segala tingkah laku guru dalam sehari-hari. Pada waktu peneliti mengadakan observasi, anak-anak tampak dengan tertib dan teratur saat memasuki kelas, hanya satu dua anak yang tidak teratur dan tidak tepat pada waktu masuknya. Begitu juga dalam penanaman nilai-nilai keagamaan yaitu memberi dan menjawab salam dengan baik, masuk sekolah tepat waktu, bersih dalam berpakaian dan meminta izin ketika masuk dan hendak keluar. Dalam hal ini guru selalu memberi salam dan menjawab salam ketika masuk kelas dan meminta izin kepada anakanak ketika hendak keluar kelas. Begitu juga sebaliknya agar anak-anak juga melakukan hal yang sama seperti itu. Dalam hal kebersihan guru menyontohkan selalu berpakaian yang bersih dan rapi, juga membiasakan membuang
sampah pada tempatnya, dan anak-anak tidak diperbolehkan mencoratcoret dinding yang ada di Musolla. d. Metode Cerita dan Metode menyanyi Metode
lain yang digunakan oleh TPQ Al-Hikmah dalam
rangka penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak didik adalah melalui metode cerita dan menyanyi. Hal ini sebagai mana yang dijelaskan oleh Ilyas bahwa: “Melalui metode cerita dan menyanyi, anak-anak akan merasa senang apalagi jika anak dilibatkan dalam cerita tersebut “91 Contoh-contoh metode cerita dan menyanyi dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan, menurut bapak Ilyas di antaranya adalah: a) Contoh metode cerita: Di
TPQ
Al-Hikmah
dalam
penanaman
nilai-nilai
keagamaan melalui metode cerita adalah cerita yang mengandung berbuat baik dan menghormati ibu atau bapak, hal ini sesuai dengan hasil observasi, “Saya bercerita tentang sebuah kisah, tentang sahabat Nabi yang bernama Waraqah bin Naufal, dimana ia hendak wafat mengalami kesulitan pada waktu rohnya mau dicabut. Waraqah mengalami seperti itu dikarenakan ia pernah menyakiti hati ibunya, kemudian Nabi meminta agar ibunya mau memaafkan kesalahan anaknya, dan pada akhirnya Waraqah pun mudah dalam menghadapi sakaratul maut.”92 b) Contoh metode menyanyi. Di 91 92
TPQ
Al-Hikmah
dalam
penanaman
nilai-nilai
WW. Bapak Ilyas salah satu Ustadz TPQ Al-Hikmah tgl 18 Nopember 2007 WW. Bapak Ilyas salah satu Ustadz TPQ Al-Hikmah tgl 18 Nopember 2007
keagamaan melalui metode bernyanyi adalah seperti contoh: “Siapakah Tuhanmu” Siapakah Tuhnmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu? Apa kitabmu? Tuhanku adalah Allah Agamaku Islam Nabiku Nabi Muhammad Kitabku adalah Al-Quran Ya…ya…ya…ya…Allah Tuhanku Ya…ya…ya…ya…Muhammad Nabiku Ya…ya…ya…ya…Islam agamaku Ya…ya…ya…ya…Al-Quran kitabku
“Tegakkan Shalat” Tegakkan shalat yang lima waktu Shalat Subuh dua rakaatnya Shalat Maghrib tiga rakaatnya Dhuhur, Ashar, Isya’ empat rakaatnya
“Insan pilihan“ Ya Muhammad Ya Rasulullah
Kau adalah utusan Tuhan Sejarahmu telah membuktikan Kau adalah insan pilihan Datang untuk seluruh alam pembawa kesejahteraan Datang untuk seluruh umat pembawa kebahagiaan Teladanmu adalah nikmat Ajaranmu adalah rahmat Teladanmu adalah nikmat Ya Rasulullah Dengan metode bernyanyi akan dapat lebih membantu menguatkan
daya
ingat
anak,
melalui
nyanyian
yang
menyenangkan anak-anak akan lebih mudah untuk mengingat atau menghafal sesuatu. e. Metode Demonstrasi Dengan hasil interview dengan Laila, salah satu ustadzah TPQ Al-Hikmah, beliau menegaskan bahwa: “Metode demonstrasi ini digunakan untuk menanamkan nilanilai keagamaan yaitu mengerjakan shalat dan wudlu.“ Metode demonstrasi sengaja dipilih oleh TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang dalam hal untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan, hal ini juga diungkapkan oleh Laila: “Dengan menggunakan metode demonstrasi, murid dapat mengetahui atau mengamati secara langsung bagaimana cara berwudlu dan shalat, dan anak-anak dapat mempraktekkan secara langsung.“93
93
WW. Lailatul Badriyah. Tgl 20 Nopember 2007
f. Metode Karyawisata Di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, metode karyawisata ini dilakukan dibawah bimbingan Ustadz TPQ, anak-anak diajak jalanjalan untuk melihat alam sekitar seperti sekitar taman TPQ, kebun atau tempat-tempat yang bisa menambah keimanan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala TPQ yaitu Bapak H. Imam Taufik “ Metode karyawisata dilakukan sebulan sekali jika lokasinya berada di sekitar TPQ, tapi jika diluar lokasi TPQ jarang sekali dilakukan karena di lokasi TPQ sendiri banyak tempat-tempat yang cocok untuk penanaman nilai-nilai keagamaan, hal ini dilakukan tidak hanya sekedar untuk bertamasya tapi untuk menunjukan pada anak tentang kebesaran dan keagungan Allah. Metode karyawisata ini dipilih oleh pihak TPQ dalam rangka dalam penanaman nilai keimanan, dengan alasan metode ini dapat membantu pemahaman anak secara langsung mengenai kekuasaan dan kebesaran Allah, karena anak dapat belajar langsung atau menyaksikan langsung. Selain itu anak juga akan mengenal lingkungan dengan baik.
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pada Anak Didik di TPQ Al-Hikmah Sukodono-Lumajang. Keberadaan guru sangat penting dalam dunia pendidikan terlebih lagi dalam kegiatan belajar mengajar. Guru pula yang memiliki tugas untuk mentransformasikan nilai-nilai kehidupan kepada anak didik dalam rangka menuju kedewasaan baik jasmani dan rohani, jadi tugas dan tanggung jawab guru amat luas terutama dalam penanaman nilai-nilai keagamaan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan upaya guru TPQ Al-Hikmah dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak didik dibidang nilai aqidah, nilai syari’ah dan nilai akhlak berupa pengenalan-pengenalan sebagai berikut: d. Nilai Aqidah 1) Mengenal Allah melalui ciptaannya Menurut penulis mengenalkan Allah melalui ciptaannya itu perlu ditanamkan kepada anak sejak dini, dengan tujuan agar anak bisa menciptakan perilaku yang baik dan terpuji, karena pemahaman tentang Allah SWT sebagai pencipta, pemahaman tentang dirinya bagian dari ciptaan-Nya dan pemahaman tentang akan adanya hari kiamat, ada perhitungan amal manusia dan ada tempat kekal nanti di akhirat yaitu surga bagi yang patuh kepada pencipta-Nya, dan neraka
bagi yang menentang kepada pencipta-Nya. dengan ini maka akan melahirkan tingkah laku yang imani dan lebih banyak menaburkan kasih sayang bagi sesamanya. 2) Mengenalkan arti yang terkandung dalam al-Qur’an Menurut penulis, pengenalan kitab al-Qur’an kepada anak-anak melalui menghafal surat pendek beserta artinya itu sudah tepat, karena itu merupakan langkah awal untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan agar anak-anak nanti terbiasa membaca al-Qur’an dan bisa mengamalkannya apabila dia sudah dewasa nanti, meskipun hanya satu atau dua ayat karena dengan membacanya dan mengamalkannya merupakan amal ibadah. Jadi pengenalan arti yang terkandung dalam al-Qur’an lepada anak didik itu sangat pentin untuk ditanamkan, karena menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjad, dalam bukunya Dasar Dasar Agama Islam, al-Qur’an merupakan sumber nilai Illahi. 3) Mengenal Rasul Menurut penulis, dengan mengenalkan anak-anak kepada Rasul merupakan hal yang sangat tepat, karena dengan mengenalkan Rasul sejak usia dini, akan membuat hati anak tersebut semakin mantap pada ajaran Rasul yang akan dibawa hingga ia dewasa nanti, dan akan mengikuti segala ajaran yang dibawa oleh para Rasul karena para Rasul adalah teladan yang baik dan utusan Allah yang menunjukkan jalan yang benar yang membawa kebahagiaan dunia akhirat, sesuai
dengan firman Allah dalam al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” 4) Mengenalkan nama Malaikat dan tugasnya Menurut penulis, pengenalan malaikat dan tugasnya merupakan hal yang sangat penting, karena apabila hal itu dikenalkan pada anak sejak dini, maka anak tersebut pasti akan bertingkah laku yang baik, saling menghormati sesamanya, karena dia merasa ada yang mengawasi segala perbuatan atau tingkah lakunya selain Allah SWT. Dengan menjelaskan Malaikat dan tugasnya, secara tidak langsung pada diri anak tersebut juga sudah tertanam akan adanya surga dan neraka serta siapa saja orang-orang yang ada di dalamnya (Surga dan Neraka). Jadi inti upaya guru TPQ Al-Hikmah dalam penanaman keimanan melalui pengenalan kepada Allah, kepada rasul Allah, kitabkitab Allah dan malaikat sebagai ciptaan Allah, itu semua sudah masuk dalam ajaran Islam yang tersusun berdasarkan firman Allah sebagai berikut:
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.” (Q.S. An-Nisa’: 136) e. Nilai Syari’ah 1) Mengenalkan shalat 5 waktu dan wudlu Menurut penulis penanaman nilai-nilai agama mengenalkan shalat lima waktu ini sangat penting, karena Shalat lima waktu hukumnya wajib untuk diamalkan dan Shalat lima waktu termasuk rukun Islam yang kedua yang harus diamalkan. Pada TPQ Al-Hikmah, anak-anak dibiasakan untuk selalu mengikuti shalat berjama’ah dan berwudlu sebelum shalat, karena wudlu merupakan syarat untuk melakukan shalat dan hukumnya wajib. Hal ini dilakukan supaya anak terbiasa melakukan shalat lima waktu di rumah, seperti anak-anak praktek sewaktu di TPQ Al-Hikmah yaitu dengan berjama’ah dengan teman-temannya, dan sebelum shalat berjama’ah dilakukan, terlebih dahulu anak-anak melakukan wudlu sesuai dengan apa yang diajarkan ustadz/ustadzah TPQ Al-Hikmah.
2) Mengenalkan puasa di bulan Ramadhan Di TPQ Al-Hikmah pada bulan Ramadhan mengadakan pondok kecil atau pondok Ramadhan yang diisi kegiatan keagamaan seperti praktek shalat, praktek wudlu dan diadakan lomba-lomba Islami. Anak-anak juga wajib membawa bekal untuk buka puasa, meskipun anak-anak ada sebagian yang tidak puasa (belum kuat untuk berpuasa). Melalui kegiatan ini, banyak sekali nilai-nilai agama yang bisa ditanamkan kepada anak didik, karena situasi dan kondisinya pada bulan Ramadhan ini sangat tepat, pada bulan Ramadhan ummat Islam berlomba-lomba untuk melaksanakan amal kebajikan dan berusaha tidak melakukan kejahatan atau mencegah dari kemungkaran, hal ini dilakukan karena besarnya hikmah yang ada pada bulan Ramadhan. Kondisi seperti inilah yang menunjang penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak didik. 3) Mengenalkan Zakat Fitrah Pada bulan Ramadhan di TPQ Al-Hikmah, anak-anak diwajibkan untuk membawa zakat fitrah, yang mana zakat tersebut akan dibagikan kepada penduduk yang kurang mampu di sekitar TPQ Al-Hikmah. Menurut penulis dengan adanya kegiatan ini, dalam diri anak akan tertanam untuk saling menolong dan anak mengerti akan
kewajiban mengeluarkan zakat dari sebagian hartanya setiap tahunnya, karena zakat merupakan salah satu rukun Islam. 4) Mengenalkan Haji Di TPQ Al-Hikmah pada bulan Dzulhijjah, anak-anak diajak untuk praktek haji dengan pakaian ihrom dan sebagian Ustadz atau ustadzah juga harus berpakaian ihram sebagai contoh pada anak didiknya. Menurut penulis mengenalkan haji juga wajib diberikan pada peserta didik, karena haji merupakan salah satu rukun Islam yang harus mereka laksanakan nanti, dan tentunya apabila dia mampu, baik jasmani maupun materi. Dan ini sesuai dengan kajian teori, bahwasannya haji adalah ibadah ruhiah, jasmaniah dan maliah, sedangkan ibadah lainnya tidak demikian, dalam artian tidak cukup dengan jasmani dan ruhiah saja melainkan diiringi dengan maliah. f. Nilai Akhlak 1) Mengenalkan Akhlak Terhadap Allah Salah satu upaya guru dalam menanamkan akhlak terhadap Allah, di TPQ Al-Hikmah anan-anak dibiasakan membaca syahadad dua beserta artinya sebelum proses belajar mengajar al-Qur’an dimulai. Menurut penulis syahadat itu sangat penting untuk ditanamkan pada anak didik, karena syahadat merupakan rukun Islam yang harus diamalkan, sesuai dengan kajian teori bahwa: seseorang dikatakan muslim apabila ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Islam
menempatkan syahadat (pengakuan) sebagai alamat (tanda), bahwa seseorang telah memiliki aqidah Islam. 2) Mengenalkan Akhlak Terhadap Dirinya Sendiri dan Sesama Upanya guru dalam mengenalkan akhlak kepada anak TPQ AlHikmah yaitu kesederhanaan dan hemat, dengan tujuan supaya anakanak selalu terbiasa untuk hidup sederhana dan hemat, dan agar menjahui sifat sombong dan boros. Ini sudah sesuai dengan apa yang ada di kajian teori, menurut Drs,K.H. Muslim Nurdin dalam bukunya Moran dan Kognisi Islam bahwa akhlak mencangkup diantaranya: pola hubungan dengan dirinya sendiri, seperti: menjaga kesucian diri dari sifat rakus. 3) Mengenalkan Akhlak dalam Keluarga Dalam mengenalkan akhlak dalam keluarga, di TPQ AlHikmah anak-anak
ditanamkan untuk selalu berbuat baik kepada
kedua orang tua. Menurut penulis penanaman ini msudah tepat, karna berbakti kepada orang tua itu sebuah kewajiban terhadap anaak. Sesuai apa yang dipaparkan oleh Drs,K.H. Muslim Nurdin, akhlak mencangkup diantaranya: pola hubungan dengan keluarga, seperti berbakti kepada kedua orang tua. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan tidak semua nilai-nilai agama di tanamkan di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang. Adapun alasannya tidak menanamkan semua nilai nilai agama kepada anak didik di TPQ Al-Hikmah ini, karena disebabakan usia yang belum sesuai, juga
waktu yang sangat sedikit. Karena pertumbuhan perkembangan anak yang belajar di TPQ Al-Hikmah adalah anak anak yang berusia 4-7 tahun, di mana pada masa usia itu, anak lebih cenderung bermain, sehingga kalau semua nilainilai agama yang di tanamkan pada anak, maka anak-anak tidak bisa menerima dan mengamalkan dengan baik.
B. Metode Yang Digunakan
Dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan
Pada Anak TPQ Al-Hikmah di Sukodono Lumajang. Upaya mencapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru atau pendidik harus bisa memilih dan menggunakna metode yang tepat guna melaksanakan kegiatan pembelajarannya. Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Ketika dalam proses mendidik anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji dan keimanan tidaklah mungkin dengan penjelasan konsep atau pengertian saja. Lebih dari itu, anak membutuhkan teladan dan pembiasaan yang baik sehingga diharapkan mampu untuk melakukan sifat-sifat terpuji dan menjahui sifat-sifat tercela. Oleh karena itu ada beberapa metode dalam menanaman nilai-nilai keagamaan pada anak TPQ Al-Hikmah. Metode-metode yang di gunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang yang merupakan bentuk dari upaya-upaya dalam penanaman nilai-nilai keagamaan yang di lakukan oleh pihak TPQ atau ustsdz-ustadz TPQ tersebut. Adapun metode-metode yang digunakan oleh ustadz TPQ Al-Hikmah diantaranya
adalah metode tanya jawab, pembiasaan, keteladanan, cerita, menyanyi, demonstrasi dan karya wisata. 1. Metode Tanya Jawab Yang di maksud dengan metode Tanya jawab dengan anak didik adalah guru menanyakan kembali materi yang sudah dijelaskan dan guru selalu berusaha melibatkan anak didik agar tidak pasif. Dengan metode ini di harapkan anak bisa mengingat kembali materi yang sudah dijelaskan oleh guru dan di harapkan anak merasa ikut berpartisipasi dan merasa di libatkan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Biasanya metode ini digunakan untuk penanaman keimanan kepada Allah, dengan cara menyebutkan ciptaan-ciptaan-Nya. Menurut penulis metode tanya jawab ini sangat cocok digunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan karena metode tanya jawab menunjukkan adanya peran aktif dari peserta didik dan bisa dijadikan alat untu Evaluasi. .Sebagaimana di kajian teori yang diungkapkan oleh Imansjah Alipandie dalam bukunya didaktik dan metodik pendidikan umum: yaitu Metode tanya jawab ini, untuk meninjau pelajaran yang lalu yang sudah diterangkan, agar para anak didik mengingat lagi apa yang disampaikan oleh guru atau pendidik untuk meyakinkan apa yang di peroleh anak didik, dan guru dapat melanjudkan pelajaran berikutnya. Metode ini dapat digunakan pula sebagai evaluasi.
2. Pembiasaan Pembiasan
merupakan
hal
yang
sangat
penting
dalam
perkembangan jiwa atau pribadi anak, karena pembiasaan yang dilakukan sejak dini dapat membentuk sikap tertentu, yang lama kelamaan akan semakin jelas dan kuat serta meresap menjadi bagian dari pribadinya, oleh karena itu di TPQ Al-Hikmah ini anak dibisakan dengan kebiasaankebiasaan yang baik atau tingkah laku yang baik. Menanamkan dibidang Ibadah sangat penting menggunakan pembiasaan, artinya segala materi yang berkaitan atau membutuhkan praktek seperti: sholat, berwudlu beramal, memberi salam dan sebagainya. Praktek ini dimaksudkan agar peserta didik lebih menghayati dan bisa merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan ini digunakan oleh TPQ Al-Hikmah, dengan alasan bahwa sebuah langkah awal dalam penanaman nilai-nilai agama baik dibidang Ibadah maupun moral atau tingkah laku anak. Karena pembiasaan dapat membentuk kebisaan baik yang akan membentuk pribadi anak tersebut dan mudah memahami ajaran agamanya. Sebagaimana dijelaskan pada bab kajian teori, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa pembiasaan agam itu akan memasukkan unsurunsur positif dalam pribada anak yang sedang tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatinya melalui pembiasaan itu, akan semakin bayak unsur agama pada pribadi anak dan semakin mudah ia memahami ajaran agamanya (Zakiyah Dradjat).
Hasil yang diperoleh dari pembiasaan tersebut adalah, anak diharapkan akan terbiasa dalam melaksanakan dan mengamalkan nilainilai agama yang telah diajarkan. Pembiasaan-pembiasaan yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan di TPQ Al-Hikmah Lumajang menurut penulis sudah tepat. Hal ini dapat dilihat melalui anak yang sudah mulai terbiasa melakukan dan mengamalkan pembiasaan-pembiasaan tersebut di
TPQ Al-Hikmah, seperti contoh anak sudah terbiasa
melakukan sholat 5 waktu berjemaah dan berakhlak mulia seperti contoh anak terbiasa mengucapkan salam ketika ketemu ustadznya dijalan. 3. Keteladanan Yang di maksud dengan keteladanan adalah guru harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun spiritual, karena keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya peserta didik. Jika seorang pendidik jujur, berakhlak mulia, dan tidak berbuat maksiat, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dan berkembang dengan sifat-sifat mulia ini. Begitu juga sebaliknya, seorang pendidik yang melakukan sifatsifat tercela maka anak didik pun tumbuh dan berkembang dengan sifatsifat tercela pula. Dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan di TPQ Al-Hikmah adalah guru sebagai orang yang memberikan arahan dan bimbingan kepada anak didiknya, yang dimana guru selalu atau sering ditiru sebagai orang-orang yang dikaguminya. Maka dalam hal bertindak, berperilaku
bagi seorang guru untuk memberikan suri tauladan yang baik bagi siswanya. Begitu juga dalam penanaman nilai-nilai keagamaan di TPQ AlHikmah yaitu memberi dan menjawab salam dengan baik, masuk tepat waktu, bersih dalam berpakaian dan meminta izin ketika masuk dan hendak keluar. Dalam hal ini guru selalu memberi salam dan menjawab salam ketika masuk kelas dan meminta izin kepada anak-anak ketika hendak keluar kelas. Begitu juga sebaliknya agar anak-anak juga melakukan hal yang sama seperti itu. Dalam hal kebersihan guru menyontohkan selalu berpakaian yang bersih dan rapi, juga membiasakan membuang sampah pada tempatnya. Keteladanan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan di TPQ AlHikmah seperti memberisalam dan menjawab salam serta meminta izin sebelum masuk dan ketika mau keluar ruangan, penanaman ini sudah tepat dan baik, sebab sesuai dengan ajaran agama Islam. Keteladanan yang digunakan TPQ Al-Hikmah sudah sangat tepat untuk digunakan dalam memudahkan penanaman nilai-nilai keagamaan, sebagaimana yang di ungkapkan di bab kajian teori oleh Robert f. Meger dalam bukunya yang berjudul mengembangkan sikap terhadap belajar menyatakan : jika kita (guru) ingin memaksimumkan kecenderunaga terhadap bahan pelajaran pada asiswa kita, maka kita (guru) sendiri harus memperlihatkan perilaku itu
4. Metode Cerita dan Metode Menyanyi Metode
cerita dan menyanyi juga di gunakan oleh TPQ Al-
Hikmah dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak didik adalah melalui metode cerita dan menyanyi. Hal ini sebagai mana yang dijelaskan oleh bapak Ilyas bahwa: Melalui metode cerita dan menyanyi, anak-anak akan merasa senang apalagi jika anak dilibatkan dalam cerita tersebut. Salah satu contoh cerita yang di ceritakan oleh ustadz TPQ AlHikmah adalah kisah tentang sahabat Nabi yang bernama Waraqah bin Naufal, dimana ia hendak wafat mengalami kesulitan pada waktu rohnya mau dicabut. Waraqah mengalami seperti itu dikarenakan ia pernah menyakiti hati ibunya, kemudian Nabi meminta agar ibunya mau memaafkan kesalahan anaknya, dan pada akhirnya Waraqah pun mudah dalam menghadapi sakaratul maut.cerita inimengandung unsur untuk berbuat baik kepada orang tua, maka tidak secara langsung peserta didik akan mengetahui apa akibatnya bila berani pada orang tuanya. Adapun penanaman nilai-nilai keagamaan di TPQ Al-Hikmah melalui metode bernyanyi adalah seperti contoh: “Tegakkan Shala ” Tegakkan shalat yang lima waktu Shalat Subuh dua rakaatnya Shalat Maghrib tiga rakaatnya Dhuhur, Ashar, Isya’ empat rakaatnya
Dengan penggunaan metode bernyanyi, akan dapat lebih membantu menguatkan daya ingat anak, melalui bernyanyi yang menyenangkan anak-anak akan lebih mudah untuk mengingat atau menghafal sesuatu. Menurut penulis bahwa dengan metode cerita dan metode bernyanyi, maka anak-anak lebih mudah menerima materi yang diberikan karena perasaan anak tidak terpaksa (keadaan senang) dan anak juga akan lebih seerius memperhatikan apa yang dijelaskan melalui cerita/melalui bernyanyi oleh guru, karena hal itu dianggapnya menarik. 5. Metode Demonstrasi Metode demontrasi juga digunakan oleh pihak TPQ Al-Hikmah, dengan maksud menggunakan metode demontrasi ini, agar murid dapat mengetahui atau mengamati secara langsung bagaimana cara berwudlu dan shalat, dan anak-anak dapat mempraktekkan secara langsung. Menurut penulis metode demontrasi juga sangat tepat digunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak , karena anak dapat mempraktekkan secara langsung materi yang sudah didapat. Dengan praktek tersebut anak-anak akan merasa senang dan merasa tertarik untuk mempraktekkannya; sebab pada hakekatnya manusia ingin mengalami sesuatu yang baru menurutnya. Di samping itu metode demontrasi juga mampu mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan dan pengertian. Oleh karena itu guru hendaknya memberikan penjelasan atau pengertian dasar tentang hakekat kegiatan (sholat/wudlu) yang akan di
praktekkan. Dengan demikian peserta didik akan mengerti betul hakekat sesuatu yang akan di praktekkan. 6. Metode Karyawisata Di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang, metode karyawisata ini dilakukan dibawah bimbingan Ustadz TPQ, anak-anak diajak jalan-jalan untuk melihat alam sekitar seperti sekitar taman TPQ, kebun atau tempattempat yang bisa menambah keimanan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala TPQ yaitu Bapak H. Imam Taufik “ Metode karyawisata dilakukan sebulan sekali jika lokasinya berada di sekitar TPQ, tapi jika diluar lokasi TPQ jarang sekali dilakukan karena di lokasi TPQ sendiri banyak
tempat-tempat
yang
cocok
untuk
penanaman
nilai-nilai
keagamaan, hal ini dilakukan tidak hanya sekedar untuk bertamasya tapi untuk menunjukan pada anak tentang kebesaran dan keagungan Allah. Metode karyawisata ini dipilih oleh pihak TPQ dalam rangka dalam penanaman nilai keimanan, dengan alasan metode ini dapat membantu pemahaman anak secara langsung mengenai kekuasaan dan kebesaran Allah, karena anak dapat belajar langsung atau menyaksikan langsung. Selain itu anak juga akan mengenal lingkungan dengan baik.
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak didik di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang berupa penanaman nilai-nilai keagamaan
dibidang
aqidah
seperti
mengenalkan
Allah
melalui
ciptaannya, mengenalkan arti yang terkandung dalam al-Qur’an, mengenalkan Rasul dan mengenalkan nama Malaikat dan tugasnya. Sedangkan penanaman dibidang syari’ah adalah mengenalkan shalat 5 waktu dan wudlu, mengenalkan puasa di bulan Ramadhan, mengenalkan Zakat fitrah dan mengenalkan Haji. Guru juga mengenalkan dibidang akhlak yaitu mengenalkan akhlak terhadap Allah, mengenalkan akhlak terhadap dirinya sendiri dan sesama dan mengenalkan akhlak dalam keluarga. 2. Sedangkan metode yang digunakan guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak didik di TPQ Al-Hikmah Sukodono Lumajang berupa metode-metode, yaitu metode Tanya Jawab, Pembiasaan, Keteladanan, metode Cerita dan Metode menyanyi, metode Demonstrasi dan metode Karyawisata. Beberapa metode di atas diharapkan bisa mempermudah pengajar dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak didik di TPQ al-Hikmah Sukodono Lumajang.
B. SARAN-SARAN Setelah penulis membahas, meneliti dan memperhatikan tentang upaya guru dalam penanaman nilai-nilai keagamaan dengan metode tanya jawab, pembiasaan, keteladanan, cerita, demonstrasi, karya wisata, dan menyanyi. Maka penulis memberikan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi guru/ustadz TPQ Al-Hikmah khususnya dan calon guru agama pada umumnya. a) Penanaman nilai-nilai keagamaan yang telah dilakaksanakan oleh TPQ AlHikmah sudah cukup baik dan metode yang diterapkannya sudah cukup, namun sebaiknya guru dalam merndidik anak-anak haruslah tegas agar anak mau menjalankan apa yang disuruh oleh guru kepadanya. Dan juga sebaiknya ada evaluasi yang dilakukan oleh pihak TPQ Al-Hikmah, agar proses penanaman nilai-nilai keagamaan lebih efektif dan efisien, serta diperlukan adanya kerjasama dengan lembaga lain demi kemajuan TPQ Al-Hikmah, dengan kerjasama tersebut maka akan ada perbaikan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. b) Perlu juga adanya peningkatan sarana dan prasarana seperti perpustakaan dan media-media keagamaan, karna hal itu sangat menunjang dalam keberhasilan dalam belajar mengajar. c) Dalam upaya meningkatkan ketaatan beribadah mengharapkan kepada semua
guru/ustadz
TPQ
Al-Hikmah
agar
senantiasa
memantau
pelaksanaan shalat berjemaah peserta didik sehingga dapat terlaksana dengan tertib, teratur dan sesuai dengan aturan-aturan agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh, 1991. Didaktik Pendidikan Agama (Jakarta: Bintang)
Bulan
Abu Achmadi dan Cholid Narbuko, 2005. Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara) Abudin Nata, 2002. Al-Qur’an dan Hadis (Dirasah Islamiah 1), Rajawali Pers, Jakarta Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: CV. Asy-Syifa’1992) As’ad Humam, 1991. Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan TKA-TPA Nasional, Yogyakarta Athiyah Al- Abrasyi, 1992. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang) Burhan Bungin, 2001. Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Airlangga Press, B. Simandjuntak, SH, 1986. Didaktik dan metodik, Tarsito, Bandung Cece Wijaya, 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda Karya H. M. Arifin, 1987. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara) Ishomuddin, 1996. Sosiologi Agama (Malang : UMM Press) Imansjah Alipandie. 1984. Didaktik dan metodik pendidikan umum, usaha nasional.surabaya Jalaluddin, 2005. Psikologi Agama, jakarta, PT Raja Grafindo persada. Lexy J. Meleong, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosda Karya) Masyfuk Zuhdi, 1993. Pengantar Ulumul Qur’an, Bina Ilmu, Surabaya Moh.Uzer Usman, 1995. Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosda Karya, Bandung
M. Quraish Shihab, Tafsir Ai-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati,) Muslim Nurdin. 1993. Moral dan Kognisi Islam (Bandung CV Alfabeta) Moh.Kasiram, 1993. Ilmu Jiwa Perkembangan, Usaha Nasional. Surabaya Muhaimin, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya) Mahmud syaltut, 1986. Islam Agama dan Syari’ah (Jakarta: Pustaka Amani) Muhammadiyah Jakfar, 1990. Tuntunan Ibadah Zakat Puasa dan Haji (Jakarta Kalam Mulia) Nasruddi Razak, 1989. Dienul Islam (Bandung Al Maarif) Ngalim Purwanto, 1988. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Karya) Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, 1998 Robert f. Meger Mengembangkan Sikap Terhadap Belajar, 1987. Remaja Rosda Karya. Bandung. Roestiyah N.K. 1989. Didaktik metodik.Bumi Aksara, Jakarta. Syahmiran Zaini, 1998. Kewajiban Orang Beriman Terhadap Al-Qur’an, AlIkhlas, Surabaya Syaiful Bahri, 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi BelajarMengajar, Jakarta: Rineka Cipta Syekh Mahmud Syaltut, 1984. Aqidah dan Syari’at Islam (Jakarta:Bumi Aksara) Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta) Soerjono Soekanto, 1986. Pengantar Penelitian Hukum ( Jakarta: UI Press) Tadjab, 1996. Dasar-dasar Kependidikan Islam ( Surabaya: Karya Aditama) Tengku Muhammad Hasbi Ash shiddieqy, kuliah Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah (Semarang: Pustaka Riski Putra ) Zaini muchtarom. 1984. Dasar Dasar Agama Islam( Jakarta: Bulan Bintang)
Zakiah Daradjat, 1992. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta, Bulan Bintang. Zakiyah Daradjat, 1984. Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta: Bulan Bintang) Zuuharini dkk, 1983. Methodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha nasional, Surabaya